Anda di halaman 1dari 7

Penyakit jantung dan pembuluh darah saat ini menduduki urutan pertama penyebab kematian di Indonesia.

Dari seluruh kematian hampir 25% disebabkan oleh gangguan kelainan jantung dan pembuluh darah. Secara garis besar penyakit jantung dan pembuluh darah adalah Penyakit Jantung Koroner (PJK), hipertensi, penyakit jantung bawaan, penyakit otot dan selaput jantung, gangguan irama jantung dan penyakit pembuluh darah perifer. Penyakit Jantung Koroner (PJK) ini banyak terdapat pada usia produktif dan merupakan penyebab kematian utama pada usia 45 tahun keatas. (Karo-karo, Santoso. 2002. Penatalaksanaan Awal Jantung Berdasarkan Paradigma Sehat. http://new3.merapi.net/umum/jantung/index.htm.)

Perkembangan teknologi dan informasi dapat meningkatkan taraf hidup dan kualitas hidup masyarakat. Dampak sampingnya adalah meningkatnya morbiditas penyakit jantung, diabetes mellitus, selain penyakit degeneratif lainnya. Seiring berkembangnya seluruh aspek kehidupan manusia, masyarakat cenderung memilih makanan yang serba praktis dan siap saji. Selain itu masyarakat juga menyukai pola hidup sedentary karena dengan kemajuan teknologi telah diciptakan alat-alat yang mampu menghemat pengeluaran energi. Pola dan gaya hidup semacam ini yang merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya penyakit jantung koroner (Kusumastuti, 2003). Kusumastuti. 2003. Hubungan Status Gizi dan Aktivitas Fisik dengan Derajat Hipertensi pada Wanita Dewasa Umur 33-55 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Srondol Kecamatan Banyumanik Kota Semarang.(Abstrak) Tersedia di http://www.fkm.undip.ac.id/data/index.php?action=4&idx=1837

Penyakit jantung koroner menjadi pembunuh manusia nomor satu di dunia. Data terakhir dari WHO (World Health Organization) tahun 2004 menyebutkan 12,2 % dari seluruh kematian adalah akibat jantung koroner (WHO, 2008). Sedangkan di Indonesia menurut laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional 2007, prevalensi penyakit jantung koroner (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan gejala) berkisar 7,2% (Departemen Kesehatan RI, 2007). Hasil Survei Kesehatan Nasional tahun 2001 memperlihatkan angka 26,4% kematian disebabkan karena penyakit jantung koroner (Yahya, 2005). Yahya, Fauzi. 2005. Pilihan Terapi Penyakit Jantung Koroner. http://www.gizinet/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsiduo7146491,84049 Penyakit jantung koroner merupakan penyebab pertama dari lima kematian pada laki laki dan perempuan di Amerika tahun 2005. American Heart Assosiation (2011) juga menyatakan bahwa penyakit jantung koroner telah menyebabkan 425.425 kematian pada tahun 2006.( American Heart Association. 2009. Atherosclerosis) Badan Kesehatan Dunia (WHO, 2011) memperkirakan pada tahun 2030, sekitar 23,6 juta penduduk dunia akan meninggal karena penyakit ini. Peningkatan jumlah kematian terbesar akan terjadi di wilayah Asia Tenggara. Kemajuan perekonomian sebagai dampak dari pembangunan di negaranegara sedang berkembang sebagai-mana di Indonesia menyebabkan perbaikan tingkat hidup. Hal ini menjadikan kesehatan

masyarakat meningkat, di samping itu terjadi pula perubahan pola hidup. Perubahan pola hidup ini yang menyebabkan pola penyakit berubah, dari penyakit infeksi dan rawan gizi ke penyakit-penyakit degeneratif, diantaranya adalah penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) dan akibat kematian yang ditimbulkannya. Hasil survei kesehatan nasional pada tahun 2001 menunjukkan bahwa : 26,3% penyebab kematian adalah penyakit jantung dan pembuluh darah, kemudian diikuti oleh penyakit infeksi, pernafasan, pencernaan, neoplasma dan kecelakaan lalu lintas. ( Susiana C, Lantip R & Thianti S, Kadar malondiadehid (MDA) penderita penyakit jantung koroner di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, Mandala of Health, a Scientific Journal, Vol 2, 2006, 47-54) Pada saat ini penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Pada tahun 2005 sedikitnya 17,5 juta atau setara dengan 30,0 % kematian diseluruh dunia disebabkan oleh penyakit jantung. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), 60 % dari seluruh penyebab kematian penyakit jantung adalah penyakit jantung koroner (PJK). (World Health Organization, WHO World Health Organization Report 2000, Genewa: WHO, 2001) Di Indonesia, penyakit jantung juga cenderung meningkat sebagai penyebab kematian. Data survei kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1996 menunjukkan bahwa proporsi penyakit ini meningkat dari tahun ke tahun sebagai penyebab kematian. Tahun 1975 kematian akibat penyakit jantung hanya 5,9 %, tahun 1981 meningkat sampai dengan 9,1 %, tahun 1986 melonjak menjadi 16 % dan tahun 1995 meningkat menjadi 19 %. Sensus nasional tahun 2001 menunjukkan bahwa kematian karena penyakit kardiovaskuler termasuk penyakit jantung koroner adalah sebesar 26,4 %,(7) dan sampai dengan saat ini PJK juga merupakan penyebab utama kematian dini pada sekitar 40 % dari sebab kematian laki-laki usia menengah (Departemen Kesehatan RI, Survei Kesehatan Nasional 2001: Laporan Studi Mortalitas 2001: Pola penyakit penyebab kematian di Indonesia, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta; 2003; 76 hlm.) Menurut WHO 2002 pada tahun 2001 melaporkan jumlah kematian di dunia akibat penyakit Kardiovaskuler dengan PMR (Proportional Mortality Rate sebesar 29,3%)dengan rincian penyakit jantung koroner proporsi 43,08%. (WHO.2002. The World Health http://www.who.int/whr/2002) Report 2001.Reducing Risks, Promoting Healthy Life.

WHO 2007 melaporkan pada tahun 2002 jumlah kematian di dunia akibat PJK dengan PMR 22,08%. Pada tahun 2005 jumlah kematian di dunia akibat PJK PMR 23,12% ( WHO.2007.The Top Ten Causes of Death 2002. http://www.who.int) WHO 2008 melaporkan, pada tahun 2004 jumlah kematian di dunia akibat PJK dengan PMR 22,83%. ( WHO.2008.The Top Ten Causes of Death 2004. http://www.who.int) Pada tahun 2001 di Afrika, penyakit kardiovaskuler menyebabkan kematian dengan CSDR ( Cause Specific Death Rate) 154,11 dan di Amerika penyakit kardiovaskuler menyebabkan kematian dengan CSDR 247,58. ( WHO.2002. The World Health Report 2001.Reducing Risks, Promoting Healthy Life. http://www.who.int/whr/2002). Federasi Jantung sedunia (World Heart Foundation/WHF)

memperkirakan penyakit kardiovaskuler akan menjadi penyebab utama kematian di Asia. Yayasan Jantung Indonesia. 2005. Penyakit jantung Pembunuh Nomor satu. Di Indonesia, berdasarkan data Depkes 2005 Penyakit Jantung Koroner menempati urutan ke 5 sebagai penyebab kematian terbanyak dari seluruh rumah sakit di Indonesia dengan jumlah kematian 2557 orang. ( Depkes RI. 2007. Profil Kesehatan Indonesia 2005. Jakarta). Dalam Surkesnas 2001, memperlihatkan PMR PJK sebagai penyebab kematian adalah 26,4%.( Depkes RI. 2007. Profil Kesehatan Indonesia 2005. Jakarta) Berdasarkan SKRT tahun 2004 diperoleh data Incidence Rate penyakit Jantung pada kelompok umur 15 tahun atau lebih sebesar 2,2%. ( Depkes RI, 2005. Survey Kesehatan Rumah Tangga Volume 3 Tahun 2004. Jakarta.

Penyakit jantung koroner diperkirakan 30% menjadi penyebab kematian di seluruh dunia. Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2002 mencatat lebih dari 11,7 juta orang meninggal akibat PJK di seluruh dunia, dan pada tahun 2020 diperkirakan meningkat 11 juta orang. Menurut WHO tahun 2005, jumlah kematian penyakit kardiovaskular (terutama penyakit jantung koroner, stroke, dan penyakit jantung rematik) meningkat secara global menjadi 17,5 juta dari 14,4 juta pada tahun 1990. Berdasarkan jumlah tersebut, 7,6 juta dikaitkan dengan PJK. American Heart Association (AHA) pada tahun 2004 memperkirakan prevalensi penyakit jantung koroner di Amerika Serikat sekitar 13.200.000. Penyakit jantung koroner adalah pembunuh nomor satu di Indonesia. Hasil survey yang dilakukan Departemen Kesehatan RI menyatakan prevalensi PJK di Indonesia tahun ke tahun terus meningkat. Hasil Riskesdas tahun 2007 menunjukkan PJK menempati peringkat ke-3 penyebab kematian setelah stroke dan hipertensi. Angka kejadian penyakit jantung koroner berdasarkan data Riset kesehatan dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan 2007, ada sebanyak 7,2%. Di Provinsi Jawa Tengah berdasarkan laporan dari Rumah Sakit dan Puskesmas tahun 2006, kasus penyakit jantung koroner sebesar 26,38 per 1.000 penduduk. Penyakit jantung koroner sangat erat hubungannya dengan terjadinya aterosklerosis yaitu penyakit yang disebabkan karena penimbunan kolesterol pada dinding dalam pembuluh darah (Sandjaja dkk., 2009). Sandjaja, dkk. 2009. Kamus Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. Terjadinya aterosklerosis dapat dipicu oleh kolesterol, yaitu jenis kolesterol LDL (low density lipoprotein). Di dalam tubuh kita, kolesterol terdiri dari kolesterol LDL ( low density lipoprotein), HDL ( hight density lipoprotein), dan trigliserida. Aterosklerosis terjadi karena kadar kolesterol dalam darah meningkat dan menumpuk pada dinding arteri atau pembuluh darah. Penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah, yang disebut plak, membuat dinding pembuluh darah menjadi sempit, keras dan kaku sehingga tidak ada lagi sisa ruangan untuk aliran darah, tekanan darah naik dan berakibat pada serangan jantung dan pendarahan otak. (Kusmiadi, 2008). Kusmiadi, Riwan. 2008. Kolesterol. http://kusmiadi.multiply.com/journal/item/4/KOLESTEROL

Secara umum terdapat berbagai faktor yang berperan penting terhadap timbulnya PJK yang disebut sebagai faktor risiko PJK. Faktor risiko penyakit jantung ada dua yaitu faktor risiko yang dapat diubah dan faktor risiko yang tidak dapat diubah. Faktor risiko yang tidak dapat diubah meliputi umur, jenis kelamin, dan riwayat keluarga. Sementara faktor risiko yang dapat diubah meliputi dislipidemia, merokok, obesitas, hipertensi, diabetes militus, dan stres. (Triyanto, 2009). ( Triyanto, Benny Juni. 2009. Hubungan Antara Asupan Lemak dan Asupan Kolesterol dengan Status Gizi Pada penderita jantung Koroner di Poliklinik Jantung RSUD dr. Moewardi Surakarta. Tugas Akhir. Program Studi Diploma III Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta) Penyakit jantung koroner disebabkan oleh aterosklerosis. Aterosklerosis merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan pengerasan dan penyempitan pada pembuluh darah. Hal ini disebabkan karena adanya plak yang terdapat pada dinding pembuluh darah. Plak terbentuk dari lemak, kolesterol, kalsium dan substansi lainnya yang terdapat di dalam darah dan dengan terbentuknya plak ini dapat menyebabkan aliran darah tersumbat. Dislipidemia merupakan faktor utama yang dapat menyebabkan aterosklerosis. Dislipidemia merupakan gangguan metabolisme lipoprotein yang dapat ditandai dengan peningkatan kolesterol total, peningkatan LDL (Low Density Lipoprotein), peningkatan TG (Trigliserida) dan penurunan HDL (High Density Lipoprotein) (Cipla, 2005). Peningkatan kolesterol total ini merupakan suatu prediktor kuat dalam perkembangan penyakit jantung pada individu.

Berbagai upaya untuk menurun-kan kadar kolesterol dalam darah dapat dilakukan dengan menggunakan obat kimiawi yang mengandung senyawa atau agensia penurun lipid maupun obat tradisional. Terapi dengan obat tradisional dirasakan lebih murah dan dengan prosedur lebih mudah dibandingkan dengan obat kimiawi sintetik. Banyak obat sintetik yang beredar tetapi kurang terjangkau oleh masyarakat umum karena harga yang relatif mahal dan cenderung menimbulkan efek samping obat yang merugikan.( Harini, Marti ; Astirin Parama 2009. Kadar kolesterol darah tikus putih (Rattus norvegicus) hiperkolesterolemik setelah perlakuan VCO) Penggunaan obat tradisional merupakan budaya masyarakat di berbagai belahan dunia. Berdasarkan perkiraan WHO, lebih dari 80% penduduk negaranegara berkembang tergantung pada obat tradisional untuk mengatasi masalah kesehatan. ( Khanna A.K., F. Rizfi and R. Chander 2001. Lipid lowering activity of Phyllanthus niruri in hiperlipidemic rats. Journal of Ethnopharmacology 82 (1): 19-22.)

Indonesia adalah negara yang kaya dengan bahan alam terutama tumbuhan yang berpotensi besar untuk dimanfaatkan dan dikembangkan secara maksimal. Perubahan sikap kembali ke alam (back to nature) sekarang ini justru membuat pemanfaatan tanaman obat semakin meningkat (AgroMedia, 2008). Pendapat negara-negara maju tentang back to nature mengisyaratkan bahwa tanaman obat semakin berperan penting dalam pola makanan, minuman dan obat-obatan. Ini didukung oleh jumlah kekayaan flora wilayah nusantara yang memiliki sekitar 30.000 spesies dan diantaranya 940 spesies dikategorikan sebagai tanaman obat

Pencegahan aterosklerosis dapat dilakukan dengan menurunkan kadar lemak yaitu kolesterol total, Trigleserida, LDL, menaikkan HDL serta menghambat oksidasi LDL menggunakan antioksidan yang banyak ditemukan pada bahan pangan alam. Antioksidan merupakan zat atau senyawa yang dapat menurunkan akumulasi radikal bebas dengan cara menghambat reaksi kimia oksidasi radikal bebas dan melawan efeknya dalam merusak sel. Banyak penelitian di bidang gizi pada tingkat sel membuktikan bahwa antioksidan dapat melindungi dari serangan negatif radikal bebas. Radikal bebas dapat merusak makromolekul dan menimbulkan berbagai penyakit degeneratif, dan tanpa disadari di dalam tubuh kita secara terus menerus akan terbentuk radikal bebas melalui peristiwa metabolisme sel normal, kekurangan gizi, peradangan, dan akibat respon dari luar tubuh seperti paparan polusi udara, asap rokok, lingkungan tercemar, kesalahan pola makan, dan gaya hidup. Salah satu pencegahan aterosklerosis dapat dilakukan dengan menghambat oksidasi LDL menggunakan antioksidan yang banyak ditemukan pada bahan pangan alami, terutama tumbuhtumbuhan. Peran positif antioksidan terhadap penyakit kanker dan kardiovaskuler (terutama yang diakibatkan oleh aterosklerosis/penyumbatan dan penyempitan pembuluh darah) adalah sebagai pelindung LDL (low density lipoprotein) dan VLDL (very low density lipoprotein) dari reaksi oksidasi. Ardiansyah, 2007. Antioksidan dan Peranannya Bagi Kesehatan. http://www.beritaiptek.com/index.php?option=com_content&view=article&id=69:antioksidan-dan-peranannya-bagikesehatan&catid=47:teknologi-pangan-dan-pertanian&Itemid=58

Kemajuan Ilmu Pengetahuan kemudian menemukan bahwa banyak sekali faktor penyebab terjadinya proses tua secara dini yaitu antara lain karena faktor genetik, gaya hidup, lingkungan, mutasi gen, rusaknya sistem kekebalan dan radikal bebas. Dari semua faktor penyebab tersebut, teori radikal bebas merupakan teori yang paling sering diungkapkan (Kosasih, dkk., 2006). Radikal bebas dapat berasal dari polusi, debu maupun diproduksi secara kontinyu sebagai konsekuensi dari metabolisme normal (Septiana, dkk., 2002). Kosasih, E.N., Tony S. dan Hendro H. (2006). Peran Antioksidan pada Lanjut Usia. Pusat Kajian Nasional Masalah Lanjut Usia. Jakarta Sebab itu tubuh kita memerlukan suatu substansi penting yakni antioksidan yang dapat membantu melindungi tubuh dari serangan radikal bebas dengan meredam dampak negatif senyawa ini. Antioksidan berfungsi mengatasi atau menetralisir radikal bebas sehingga diharapkan dengan pemberian antioksidan tersebut proses tua dihambat atau paling tidak tidak dipercepat serta dapat mencegah terjadinya kerusakan tubuh dari timbulnya penyakit degeneratif (Kosasih, dkk., 2006). Sumber-sumber antioksidan dapat berupa antioksidan sintetik maupun antioksidan alami. Tetapi saat ini penggunaan antioksidan sintetik mulai dibatasi karena ternyata dari hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa antioksidan sintetik seperti BHT (Butylated Hydroxy Toluena) ternyata dapat meracuni binatang percobaan dan bersifat karsinogenik. Oleh karena itu industri makanan dan obatobatan beralih mengembangkan antioksidan alami dan mencari sumber-sumber antioksidan alami baru (Takashi dan Takayuni, 1997).

Takashi. Miyake and Takayumi Shibamoto, (1997), Antioxidant Activities of Natural Compound Found in Plants. J. Agric. Food. Chem. 45. 1819-1822. Di Amerika, daun katuk goreng, salad dan katuk, dan minuman banyak dikonsumsi oleh masyarakat sebagai obat antiobesitas (pelangsing tubuh).

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu suatu kajian tentang pengaruh pemberian daun katuk terhadap kadar kolesterol pada tikus wistar dengan diet aterogenik.

RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah pemberian daun katuk () dapat menghambat peningkatan kadar kolesterol pada tikus wistar (Rattus Novergicus) yang diberi diet aterogenik?

Tujuan Penelitian Tujuan Umum Untuk mempelajari efek pemberian daun katuk () terhadap kadar kolesterol pada tikus wistar (Rattus Novergicus) dengan diet aterogenik Tujuan Khusus Mengukur kadar kolesterol pada tikus wistar yang diberi diet normal Mengukur kadar kolesterol pada tikus wistar yang diberi diet aterogenik Mengukur kadar kolesterol pada tikus wistar yang diberi diet aterogenik dengan penambahan berbagai dosis daun katuk Membandingkan hubungan dosis terhadap respon kadar kolesterol pada tikus wistar yang diberi diet normal, diet aterogenik, serta diet aterogenik dengan berbagai dosis daun katuk

MANFAAT PENELITIAN Bagi Ilmu Pengetahuan Mengetahui pengaruh pemberian daun katuk () terhadap kadar kolesterol tikus wistar yang diberi diet aterogenik, sehingga dapat memberi masukan dalam hal pencegahan terhadap penyakit kardiovaskuler terutama dislipidemia

Meningkatkam pengetahuan bahwa pemberian daun katuk dapat berpengaruh terhadap kadar kolesterol, karena dalam daun katuk mengandung zat-zat yang dapat menurunkan kadar kolesterol Bagi Masyarakat Memberikan pilihan kepada masyarakat untuk memanfaatkan daun katuk () sebagai alternatif untuk menghambat kenaikan kadar kolesterol

Anda mungkin juga menyukai