PENYAKIT JANTUNG
Oleh :
UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PRODI S1 ILMU GIZI
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Pada era dewasa ini telah terjadi pergeseran pengertian epidemiologi, yang dulunya lebih
menekankan ke arah penyakit menular ke arah – arah masalah kesehatan dengan ruang lingkup
yang sangat luas. Keadaan ini terjadi karena transisi pola penyakit yang terjadi pada masyarakat,
pergeseran pola hidup, peningkatan sosial, ekonomi masyarakat dan semakin luasnya jangkauan
masyarakat. Mula-mula epidemiologi hanya mempelajari penyakit yang dapat menimbulkan
wabah melalui temuan-temuan tentang jenis penyakit wabah, cara penularan dan penyebab serta
bagaimana penanggulangan penyakit wabah tersebut. Kemudian tahap berikutnya berkembang
lagi menyangkut penyakit yang infeksi non-wabah. Berlanjut lagi dengan mempelajari penyakit
non infeksi seperti jantung, karsinoma, hipertensi, dll.
Penyakit jantung sering dianggap sebagai penyakit monopoli orang tua. Dulu memang
penyakit tersebut diderita oleh orang tua terutama yang berusia 60 tahun ke atas, karena usia juga
merupakan salah satu faktor risiko terkena penyakit jantung dan stroke. Namun sekarang ini ada
kecenderungan juga diderita oleh pasien di bawah usia 40 tahun. Hal ini terjadi karena adanya
perubahan gaya hidup, terutama pada orang muda perkotaan modern.
Ketika era globalisasi menyebabkan informasi semakin mudah diperoleh, negara
berkembang dapat segera meniru kebiasaan negara barat yang dianggap cermin pola hidup
modern. Sejumlah perilaku seperti mengkonsumsi makanan siap saji (fast food) yang
mengandung kadar lemak jenuh tinggi, kebiasaan merokok, minuman beralkohol, kerja
berlebihan, kurang berolah raga, dan stress, telah menjadi gaya hidup manusia terutama di
perkotaan. Padahal seluruh perilaku tersebut dapat merupakan faktor-faktor penyebab penyakit
jantung dan stroke. Selain itu ada juga beberapa penyakit yang dapat berdampak pada kesehatan
jantung pula.
Perlu adanya pengetahuan serta informasi mengenai hal-hal apa saja yang wajib
diperhatikan baik itu dari primer maupun sekunder penyebab terjadinya penyakit jantung.
Melalui faktor resiko, determinan hingga distribusi dapat menjadi suatu jembatan bagi
masyarakat untuk lebih mewaspadai dan meminimalisir terjadinya penyakit jantung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut estimasi para ahli badan kesehatan sedunia PBB (WHO), setiap tahun sekitar
50% penduduk dunia meninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh darah. Berdasarkan
laporan World Health Statistic 2008, tercatat 17,1 juta orang meninggal di dunia akibat penyakit
jantung koroner dan diperkirakan angka ini akan meningkat terus hingga 2030 menjadi 23,4 juta
kematian di dunia. Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) dan Organisasi Federasi Jantung
Sedunia (World Heart Federation) telah memprediksi bahwa penyakit jantung akan menjadi
penyebab utama kematian di negara-negara Asia pada tahun 2010. Saat ini, sedikitnya 78%
kematian global akibat penyakit jantung terjadi pada kalangan masyarakat miskin dan menengah.
Berdasarkan kondisi itu, dalam keadaan ekonomi terpuruk maka upaya pencegahan merupakan
hal terpenting untuk menurunkan penyakit kardiovaskuler pada 2010. Di negara berkembang dari
tahun 1990 sampai 2020, angka kematian akibat penyakit jantung koroner akan meningkat 137
% pada laki-laki dan 120% pada wanita, sedangkan di negara maju peningkatannya lebih rendah
yaitu 48% pada laki-laki dan 29% pada wanita. Di tahun 2020 diperkirakan penyakit
kardiovaskuler menjadi penyebab kematian 25 orang setiap tahunnya. Oleh karena itu, penyakit
jantung koroner menjadi penyebab kematian dan kecacatan nomor satu di dunia.
Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan sosok penyakit yang sangat menakutkan dan
masih menjadi masalah, baik di negara maju maupun berkembang Penyakit jantung merupakan
penyebab kematian nomor satu di Amerika. Di Amerika pada tahun 1992 penyakit jantung
koroner menyebabkan 921.000 kematian, atau merupakan 45% penyebab kematian di negara
tersebut. Setiap tahunnya, di Amerika Serikat sekitar 478.000 orang meninggal karena penyakit
jantung koroner, 1,5 juta orang mengalami serangan jantung, 407.000 orang mengalami operasi
peralihan, 300.000 orang menjalani angioplasti. Di Eropa diperhitungkan 20.000 – 40.000 orang
dari 1 juta penduduk menderita PJK. Penyakit jantung, stroke, dan aterosklerosis merupakan
penyakit yang mematikan. Di Inggris penyakit jantung koroner telah menyebabkan lebih dari
180.000 kematian setiap tahun. Di Jepang pada tahun 2006 didapatkan dari 3.081 pasien yang
turut dalam studi Jikei, tercatat 41 % yang menderita jantung koroner. Di seluruh dunia, jumlah
penderita penyakit ini terus bertambah dan tidak lepas dari gaya hidup yang kurang sehat, yang
banyak dilakukan seiring dengan berubahnya pola hidup.
Indonesia saat ini menghadapi masalah kesehatan yang kompleks dan beragam. Tentu
saja mulai dari infeksi klasik dan modern, penyakit degeneratif serta penyakit psikososial yang
menjadikan Indonesia saat ini yang menghadapi " threeple burden diseases". Namun tetap saja
penyebab angka kematian terbesar adalah akibat penyakit jantung koroner "the silence killer".
Tingginya angka kematian di Indonesia akibat penyakit jantung koroner (PJK) mencapai 26%.
Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Nasional (SKRTN), dalam 10 tahun terakhir
angka tersebut cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 1991, angka kematian akibat PJK
adalah 16 %. kemudian di tahun 2001 angka tersebut melonjak menjadi 26,4 %. Angka kematian
akibat PJK diperkirakan mencapai 53,5 per 100.000 penduduk di negara kita.
Di Indonesia, Pada hasil riskesdas tahun 2013 menunjukkan prevalensi jantung koroner
berdasarkan wawancara terdiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,5 persen, dan berdasarkan
terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 1,5 persen. Prevalensi jantung koroner berdasarkan
terdiagnosis dokter tertinggi Sulawesi Tengah (0,8%) diikuti Sulawesi Utara, DKI Jakarta, Aceh
masing-masing 0,7 persen. Sementara prevalensi jantung koroner menurut diagnosis atau gejala
tertinggi di Nusa Tenggara Timur (4,4%), diikuti Sulawesi Tengah (3,8%), Sulawesi Selatan
(2,9%), dan Sulawesi Barat (2,6%).
Pada hasil riskesdas tahun 2013 juga menunjukkan bahwa Prevalensi gagal jantung
berdasar wawancara terdiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,13 persen, dan yang terdiagnosis
dokter atau gejala sebesar 0,3 persen. Prevalensi gagal jantung berdasarkan terdiagnosis dokter
tertinggi DI Yogyakarta (0,25%), disusul Jawa Timur (0,19%), dan Jawa Tengah (0,18%).
Prevalensi gagal jantung berdasarkan diagnosis dan gejala tertinggi di Nusa Tenggara Timur
(0,8%), diikuti Sulawesi Tengah (0,7%), sementara Sulawesi Selatan dan Papua sebesar 0,5
persen.
Kemudian Pada hasil riskesdas tahun 2013 menunjukkan prevalensi penyakit jantung
koroner (PJK) berdasarkan wawancara yang didiagnosis dokter serta yang didiagnosis dokter
atau gejala meningkat seiring dengan bertambahnya umur, tertinggi pada kelompok umur 65 -74
tahun yaitu 2,0 persen dan 3,6 persen, menurun sedikit pada kelompok umur ≥ 75 tahun.
Prevalensi PJK yang didiagnosis dokter maupun berdasarkan diagnosis dokter atau gejala lebih
tinggi pada perempuan (0,5% dan 1,5%). Prevalensi PJK lebih tinggi pada masyarakat tidak
bersekolah dan tidak bekerja. Berdasar PJK terdiagnosis dokter prevalensi lebih tinggi di
perkotaan, namun berdasarkan terdiagnosis dokter dan gejala lebih tinggi di perdesaan dan pada
kuintil indeks kepemilikan terbawah.
Salah satu factor risiko dari penyakit jantung adalah hipertensi dan Pada hasil riskesdas
tahun 2013 menunjukan bahwa Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui
pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8 persen, tertinggi di Bangka Belitung (30,9%),
diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%) dan
Prevalensi hipertensi cenderung lebih tinggi pada kelompok pendidikan lebih rendah dan
kelompok tidak bekerja, kemungkinan akibat ketidaktahuan tentang pola makan yang baik.
Sedangkan Pada analisis hipertensi terbatas pada usia 15-17 didapatkan prevalensi nasional
sebesar 5,3 persen (laki-laki 6,0% dan perempuan 4,7%), perdesaan (5,6%) lebih tinggi dari
perkotaan (5,1%). (RISKESDAS. 2013)
Tabel 1.2 Prevalensi penyakit jantung koroner dan gagal jantung pada usia>15 tahun
berdasarkan provinsi (Riskesdas, 2013)
Tabel 1.3 Prevalensi penyakit jantung koroner dan gagal jantung pada usia >15 tahun
berdasarkan karakteristik (Riskesdas,2013)
2.4 DETERMINAN PENYAKIT JANTUNG
PJK
Faktor Langsung
Jenis
Merokok
Stress Kelamin
2.4.2 Diabetes
Diabetes jangka panjang memberi dampak yang parah pada sistem kardiovaskular.
Komplikasi mikrovaskular terjadi akibat penebalan membran basal pembuluh kecil.
Penyebab penebalan tersebut berkaitan langsung dengan tingginya kadar glukosa dalam
darah. Penebalan mikrovaskular menyebabkan iskemia dan penurunan penyaluran oksigen
dan zat gizi ke jaringan.
2.4.3 Hipertensi
Hipertensi menimbulkan suatu proses sklerosis pada dinding arteri. Proses Ini akan
mempermudah pembentukan bekuan darah dan melemahkan pembuluh darah penderita,
sehingga mudah pecah dan terbentuk trombus. Efek yang terjadi pada pembuluh darah
jantung secara terus menerus menyebabkan kerusakan sistem pembuluh darah arteri
sehingga mengalami suatu proses pengerasan pembuluh darah.
Tabel 1.6 Klasifikasi tekanan darah pada penderita hipertensi yang Berisiko Penyakit
Jantung
Seseorang dengan IMT lebih (gemuk) memiliki timbunan lemak di tubuh lebih
banyak daripada seseorang dengan IMT normal. Hal ini dapat meningkatkan substansi
yang disebut plak sepanjang dinding arteri (atherosklerosis). Kadang-kadang plak tersebut
retak dan memicu bekuan darah yang dapat menyebabkan penyumbatan pada pembuluh
darah yang nantinya akan memicu kejadian penyakit jantung.
Kebiasaan konsumsi (tinggi glikemik, tinggi natrium, rendah serat dan tinggi lemak
jenuh), dan kebiasaan konsumsi minuman (kopi dan alkohol) masi banyak ditemui di
kalangan masyarakat khususnya di kalangan remaja dan dewasa. Yang mana akan
berdampak langsung terhadap tingginya resiko komplikasi beberapa penyakit seperti
hipertensi, diabetes, dan kolesterol.
- Umur
Seiring bertambahnya umur, resiko penyakit jantung semakin meningkat baik pada laki-
laki maupun perempuan
- Pendidikan
Tingginya tingkat pendidikan berpengaruh terhadap seberapa tinggi tingkat pengetahuan
akan kesehatan mengenai penyakit jantung
- Stress
Stress menjadi pemicu awal yang dapat berdampak langsung pada kesehatan
jantung.Terlalu sering stress maka dapat meningkatkan potensi terjadi penyakit jantung.
Penyakit jantung koroner merupakan salah satu penyakit yang cukup memiliki tingkat
keparahan yang tinggi. Berdasarkan berbagai hasil penelitian banyak disebutkan bahwa adanya
peningkatan prevalensi penyakit jantung. Baik itu dari luar negeri maupun dalam negeri. Banyak
sekali faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit jantung ini. Mulai dari beberapa
komplikasi pemyakit tidak menular seperti diabetes, hipertensi, kolesterol hingga faktor internal
atau kebiasaan perilaku yang salah dalam pola hidup dan pola makan. Faktor sosial dan budaya
juga turut berperan dalam mempengaruhi terjadinya penyakit jantung. Berbagai upaya dilakukan
untuk mengurangi prevalensi penyakit jantung mulai dari edukasi, sosialisasi, dan peningkatan
pengobatan. Namun seiring berjalannya waktu prevalensi penyakit jantung ini tidak kunjung
menunjukan adanya penurunan. Berhasil atau tidaknya meminimalisir penyakit jantung ini
kembali lagi ke kesadaran pribadi masing-masing untuk lebih menjaga pola hidup yang sehat.
DAFTAR PUSTAKA