Anda di halaman 1dari 8

PENYAKIT JANTUNG KORONER

1
Ruth Jesika Sinaga, 2Prycilia Pingkan Mamuaja, 3Deviana Pratiwi Munthe,
4
Manoppo JE
1,2,3
Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Manado, Manado, Indonesia
Email: 118704003@unima.ac.id
NIM:18 704 003, Kelas : B

Abstrak
Tanggal 29 September diperingati sebaga hari jantung sedunia. Penyakit jantung
adalah pembunuh No. 1 di dunia dan merupakan penyebab >17.9 juta kematian pertahun
(WHO). Menurut definisi kardiovaskuler dari WHO, penyakit kardiovaskuler adalah penyakit
yang disebabkan gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah.Ada banyak macam penyakit
kardiovaskuler, tetapi yang paling umum dan paling terkenal adalah penyakit jantung koroner
dan stroke. Penyakit arteri koroner, Kerusakan atau penyakit pada pembuluh darah utama
jantung. Penyebab adalah penumpukan plak. Hal ini menyebabkan arteri koroner menyempit,
membatasi aliran darah ke jantung. Gejala pada penyakit ini membutuhkan diagnosis medis,
penyakit jantung coroner ini dapat tanpa gejala, nyeri dada, serangan jantung. Penyakit
jantung coroner dapat dicegah dengan pola hidup sehat, seperti berhenti merokok dan
membatasi konsumsi alcohol, kelola stress dengan baik, misalnya dengan melakukan
relaksasi otot atau latihan pernafasan dalam. Epidemiologi PJK, Penyakit kardiovaskular
merupakan penyebab kematian terbesar di Amerika Serikat dan 50% kematian disebabkan
oleh penyakit jantung koroner.

Kata Kunci: Epidemiologi, Kardiovaskular, Koroner

Pendahuluan
Setiap tahunnya lebih dari 36 juta orang meninggal karena Penyakit Tidak Menular
(PTM) (63% dari seluruh kematian). Lebih dari 9 juta kematian yang disebabkan oleh
penyakit tidak menular terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian “dini” tersebut
terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Secara global PTM penyebab
kematian nomor satu setiap tahunnya adalah penyakit kardiovaskuler. Penyakit
kardiovaskuler adalah penyakit yang disebabkan gangguan fungsi jantung dan pembuluh
darah, seperti:Penyakit Jantung Koroner, Penyakit Gagal jantung atau Payah Jantung,
Hipertensi dan Stroke. Pada tahun 2008 diperkirakan sebanyak 17,3 juta kematian disebabkan
oleh penyakit kardiovaskuler. Lebih dari 3 juta kematian tersebut terjadi sebelum usia 60
tahun dan seharusnya dapat dicegah. Kematian “dini” yang disebabkan oleh penyakit
jantungterjadi berkisar sebesar 4% di negara berpenghasilan tinggi sampai dengan 42% terjadi
di negara berpenghasilan rendah. Penyakit Jantung Koroner adalah penyakit yang didasari
dengan terbentuknya plak yang terjadi pada arteri koronaria (pembuluh darah utama jantung),
hal tersebut disebut aterosklerosis.plak tersebut akan membuat arteri yang bersifat elastis dan
halus menjadi kaku, dan plak tersebut akan mengganggu aliran oksigen dengan nutrisi menuju
jantung sehingga jantung menjadi kekurangan oksigen dan dapat terjadi iskemia miokardium.
Gejaa yang sering terjadi pada penyakit jantung coroner adalah angina atau rasa tidak nyaman
pada dada seperti tertekan, tertindih, panas dan dada terasa penuh.
Tujuan dari uraian ini yaitu mengetahui Epidemiologi Penyakit Jantung Koroner, baik
faktor-faktor penyebab maupun cara pencegahannya.
Pembahasan
Epidemiologi PJK
Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian terbesar di Amerika Serikat
dan 50% kematian disebabkan oleh penyakit jantung koroner. Berdasarkan data dari National
Heart Interview Survey (NHIS) di Amerika Serikat, sebanyak 68 juta orang pada usia 18
tahun ke atas menderita penyakit kardiovaskular termasuk PJK, hipertensi, dan stroke.
Penelitian Susan et al melaporkan, pada umur 35 tahun ke atas sebanyak 2,09 juta orang
menderita penyakit kardiovaskular. Penelitian Davies et al menunjukkan peningkatan
penderita PJK sebanyak 30% pada usia 35 – 55 tahun, dan meningkat sebanyak 50% pada
usia lebih dari 55 tahun.
Penyakit Jantung Koroner (PJK) atau asterosklerosis coroner, penyakit nadi koroner,
penyakit jantung iskemia adalah penyakit jantung yang disebabkan penyempitan arteri
koroner, mulai dari terjadinya arterisklerorsis (kekakuan arteri) maupun yang sudah terjadi
penimbunan lemak atau flak (plague) pada dinding arteri koroner, baik disertai gejala klinis
ataupun tanpa gejala (Kabo, 2008). Menurut organisasi kesehtan dunia (WHO), Penyakit
Jantung Koroner adalah ketidak sanggupan jantung akut atau kronis yang timbul karena
kekurangan suplai darah pada myocardium sehubungan dengan proses penyakit pada sistem
nadi koroner. Sebagaimana halnya organ tubuh lain, jantung pun memerlukan zat makanan
dan oksigen agar dapat memompa darah keseluruh tubuh, jantung akan bekerja baik jika
terdapat keseimbangan antara pasokan darah kejantung akan berkurang, sehingga terjadi
ketidak seimbangan antara kebutuhan dan pasokan dan peneluaran, sehingga terjadi ketidak
seimbangan antara kebutuhan dan pasokan zat makanan dan oksigen, makin besar persentase
penyempitan pembuluh koroner makin berkurang aliran 9 darah ke jantung (UPT – Balai
Informasi Teknologi Lipid Pangan & Kesehatan, 2009). Asterosklerosis pembuluh koroner
merupakan penyebab penyakit arteri koronia, sehingga secara progresif mempersempit lumen
pembuluh darah. Bila lumen menyempit maka resistensi terhadap aliran darah akan
meningkat dan membahayakan aliran darah miokardium. Bila penyakit semakin lanjut, maka
penyempitan lumen akan diikuti perubahan pembuluh darah yang mengurangi kemampuan
pembuluh untuk melebar. Dengan demikian keseimbangan anatara penyediaan dan kebutuhan
oksigen menajdi tidak stabil sehingga mebahayakan miokardium yang terletak disebelah
distal dari daerah lesi. PJK bukan penyakit menular, tetapi dapat ditularkan melalui suatu
bentuk penularan sosial yang berkaitan dengan gaya hidup (life style) masyarakat. Karena itu
penyakit ini juga berkaitan dengan sosial ekonomi masyatrakat. PJK bukan disebabkan oleh
kuman, virus ataupun mikroorganisme lainnya, tetapi dapat menyerang banyak orang dengan
karakteristik tertentu. Arus moderenisasi dan perubahan gaya hidup dapat dianggap sebagai
kuman atau pembawa penyakit ini. Sebagian besar tindakan pencegahan PJK dapat dikatakan
mempunyai pengaruh terhadap faktor – faktor jangan merokok, makan makanan yang sehat,
melakukan aktivits fisik secara teratur dan periksa tekanan darah. Cara penerpaan hidup sehat
harus dimulai sejak anak – anak secara efektif.
Etiologi Penyakit jantung koroner adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh
penyempitan atau penyumbatan arteri yang mengalirkan darah ke otot jantung. Penyakit
jantung koroner adalah ketidak seimbangan antara demand (permintaan) dan supplay
(penawaran) atau kebutuhan dan penyediaan oksigen otot jantung dimana terjadi kebutuhan
yang meningkat atau penyediaan yang menurun, atau bahkan gabungan diantara keduanya itu,
penyebabnya adalah berbagai faktor. Denyut jantung yang meningkat, kekuatan berkontraksi
yang meningkat, tegangan ventrikel yang meningkat, merupakan beberapa faktor yang dapat
meningkatkan kebutuhan dari otot-otot jantung. Sedangkan faktor yang mengganggu
penyediaan oksigen antara lain, tekanan darah koroner meningkat, yang salah satunya
disebabkan oleh artherosklerosis yang mempersempit saluran sehingga meningkatkan
tekanan, kemudian gangguan pada otot regulasi jantung dan lain sebagainya. Manifestasi
klinis dan penyakit jantung koroner ada berbagai macam, yaitu iskemia mycocard akut, gagal
jantung disritmia atau gangguan irama jantung dan mati mendadak.
Manifestasi klinis PJK
Gejala PJK Penyakit jantung koroner sering ditandai dengan rasa tidak nyaman atau
sesak di dada, gejala seperti ini hanya dirasakan oleh sepertiga penderita. Rasa nyeri terasa
pada dada bagian tengah, lalu menyebar ke leher, dagu dan tangan. Rasa tersebut akan
beberapa menit kemudian. Rasa nyeri muncul karena jantung kekurangan darah dan suplai
oksigen. Gejala ini lain menyertai jantung koroner akibat penyempitan pembuluh nadi jantung
adalah rasa tercekik (angina pectoris). Kondisi ini timbul secara tidak terduga dan hanya
timbul jika jantung dipaksa bekerja keras. Misal fisik dipaksa bekerja keras atau mengalami
tekanan emosional. Pada usia lanjut gejala serangan jantung sering tidak disertai keluhan
apapun, sebagian hanya merasa tidak enak badan. Gejala penyakit jantung koroner pada
umumnya tidak spesifik untuk didiagnosa angina pektoris (masa tercekik). Biasanya diperoleh
riwayat penyakit orang bersangkutan, sedangkan pemeriksaan fisik kurang menunjukkan data
yang akurat. Pada keadaan tenang elektro diagram pada orang yang menghidap angina
pektoris akan terlihat normal pada keadaan istirahat. Sebaliknya menjadi normal saat
melakukan kerja fisik. Riwayat angina pektoris tidak stabil lebih sulit dikendalikan karena
terjadi secara tidak terduga kasus ini menjadi mudah terdeteksi jika disertai dengan nyeri
sangat hebat di dada, disertai dengan gejala mual, takut dan merasa sangat tidak sehat.
Berbeda dengan kasus infak miokardia (Serangan Jantung) pada kelainan jantung yang satu
ini dapat diketahui melalui penyimpanan irama jantung saat pemeriksaan melalui elektro
kardiografi dan dikatikan dengan peningkatan kadar enzim jantung dalam darah, juga dalam
perkembangan penyakit jantung koroner biasanya disertai kelainan kadar lemak dan trombosit
darah penderita yang diikuti oleh kerusakan endoterium dinding pembuluh nadi
Faktor – Faktor Risiko PJK adalah :
a. Faktor dapat dirubah seperti, pertama, Hiperlipidemia adalah peningkatan konsentrasi
lipid plasma seperti kolestrol, trigliserida, VLDL, HDL, LDL. Pada keadaan
hipertrigliseridemia yaitu trigliserida >150mg/dl, akan terbentuk LDL padat kecil yang
bersifat aterogenesitas. Terdapat beberapa teori mengenai LDL padat kecil yaitu
afinitas LDL padat kecil dengan reseptor LDL yang rendah, LDL padat kecil yang
akan cenderung diambil oleh dinding vaskuler, pajanan yang lama antara LDL padat
kecil dengan endotel sehingga menginduksi proses oksidasi. Apabila terjadi proses
oksidasi, maka LDL padat kecil akan menjadi suatu lipoperoksida yang menyebabkan
fungsi endotel terganggu. Pengukuran LDL padat kecil merupakan yang paling akurat
dan penting untuk menentukan risiko terjadinya PJK karena risiko menderita PJK
pada seseorang yang memiliki LDL padat kecil meningkat 3 kali lipat. kedua,
Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama untuk terjadinya PJK, Tekanan
darah yang tinggi dan menetap akan menimbulkan trauma langsung terhadap dinding
pembuluh darah arteri koronaria dan memudahkan terjadinya aterosklerosis koroner
(faktor koroner)

Tabel 2. Klasifikasi tekanan darah berdasarkan JNC


ketiga, Diabetes mellitus Diabetes menyebabkan faktor risiko terhadap PJK yaitu, bila
kadar glukosa darah naik, terutama bila berlangsung dalam waktu yang cukup lama,
kadar gula darah (glukose) tersebut dapat menjadi racun terhadap tubuh termasuk
sistem kardiovaskuler keempat, Merokok Keadaan jantung dan paru-paru mereka yang
merokok tidak dapat bekerja secara efisien kelima, Stres Psikososial Saat ini stress
prikososial tampaknya turut berperan. Sudah diketahui bahwa stress menyebabkan
pelepasan katekolamin, tetapi masih dipertanyakan apakah stress masih bersifat
aterogenik atau hanya mempercepat serangan keenam, Asupan makanan Asupan
makanan merukapan faktor penyebab terjadinya penyakit jantung koroner yang dapat
dirubah. Asupan makanan yang utama yang dapat mempengaruhi terjadinya
astersoklerosis adalah lemak.
b. Faktor Tidak dapat diruabah yaitu pertama, Usia Kerentanana terhadap asterosklerosis
coroner meningkat seiring bertambahnya usia. Namun demikian jarang timbul
penyakit serius sebelum usia 40 tahun, sedangkan dari usia 40 hingga 60 tahun,
insiden MI meningkat lima kali lipat. Faktor hormonal yang menyebabkan hal
tersebut. Seperti yang sudah disebutkan, perempuan baru akan mengidap PJK di usia
55 tahun ke atas, sementara pria di usia 45 tahun ke atas. Ada jarak 10 tahun antara
usia pria dan perempuan, yang artinya, perempuan memiliki 10 tahun waktu lebih
lama terlindungi dari PJK dibandingkan pria (Tomaszewski dalam Letsoin, 2013).
Alasannya, karena perempuan mengalami menstruasi dengan siklus yang cenderung
teratur setiap bulannya. Dengan menstruasi wanita mengeluarkan zat feritin (semacam
protein) yang diduga merupakan faktor risiko penyakit jantung koroner. Feritin ini,
secara teratur dikeluarkan bersama menstruasi yang dialami perempuan. Sementara,
ferritin di dalam tubuh pria tak bisa mengalami 15 proses pengeluaran, sehingga tetap
mendekam di dalam tubuh kedeua, Jenis Kelamin Secara keseluruhan, risiko
asterosklerosis coroner lebih besar pada laki – laki daripada perempuan. Perempuan
agaknya 17 relative kebal terhadap penyakit ini sampai usia setelah menopause, dan
kemudian menjadi sama rentannya seperti pada laki –laki. Dari hasil penelitian
ditemukan bahwa 2 jenis hormon seksual yaitu estradiol dan estron, yang secara
bersama disebut estrogen berhubungan dengan meningkatnya kadar kolesterolLDL
dan menurunnya kadar koleterol-HDL pada laki-laki (Tomaszewski dalam Letsoin,
2013). Studi ini memperlihatkan bahwa salah satu hormon seksual yaitu estradiol
mempunyai korelasi positif dengan kolesterol total dan mempunyai korelasi negatif
dengan kolesterol HDL. Kadar hormon seks lain yaitu estron, menunjukkan korelasi
positif kuat dengan kolesterol total maupun kolesterol HDL (Tomaszewski dalam
Letsoin, 2013). Hal ini menunjukkan bahwa hormon seksual mungkin merupakan
faktor risiko yang penting untuk timbulnya penyakit jantung pada laki-laki, dan hal ini
sudah terjadi sebelum adanya gejala penyakit arteri koroner atau stroke ketiga,
Riwayat Keluarga Riawayat penyakit jantung coroner dalam keluarga (yaitu, saudara
laki – laki atau orang tua yang menderita penyakit sebelum usia 50 tahun)
meningkatkan kemungkinan timbulnya asterosklerosis premature. Keturunan dari
seseorang pederita penyakit jantung koroner premature diketahui menyebabkan
perubahan dalam penanda asterosklerosi awal, missal reaktivitas asteria brakialis dan
peningkatan tunika intima arteria karotis dan penebalan tunika media.
Upaya Upaya Pencengahan Penyakit Jantung Koroner, Karena kekerapan kejadian PJK di
Indonesia dari tahun ke tahun meningkat terus dan angka kematiannya cukup tinggi serta
banyak didapatkan pada golongan urnur yang produktif (40-60 tahun), lagi pula
pengobatannya masih cukup mahal, maka diperlukan upaya-upaya pencegahannya. Upaya-
upaya pencegahan tersebut dibagi atas :
1. Pencegahan Primodial Pencegahan ini ditunjukan mencegah munculnya faktor
predisposisi terhadap PJK dalam suatu wilayah dimana belum tampak adanya faktor
yang menjadi resiko PJK.
2. Pencegahan primer : yaitu mengendalikan FRK
3. Pencegahan sekunder : Yaitu mencegah timbulnya AP,IKA,IMA dan MM pada
mereka yang sudah dikenal sebagai penderita PJK
4. Pencegahan Tertier Pencegahan tertier merupakan upaya mencegah terjadinya
komplikasi yang lebih berat atau kematian. Pencegahan dalam tingkat ini dapat berupa
rehabilitsi jantung.
Pencegahan primer adalah jauh lebih penting dari pada pencegahan sekunder, karena
penurunan kekerapan PJK dengan 10% akan menurunkan pula angka kematian dengan 10%
pula. Oleh sebab itu dalam makalah ini diutamakan dibahas beberapa pencegahan primer,
yang bisa dicegah.
1. Kadar kolesterol yang tinggi dalam darah
Menurut sarjana Cornfield setiap kenaikan 1% dari kadar kolesterol yang normal akan
mengakibatkan kenaikan 2,7% resiko terjadap PJK. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
mereka dengan kadar kolesterol lebih tinggi dari 260 mg% mempunyai resiko terhadap PJK
3-4 kali lipat dari pada mereka dengan kadar dibawah 220 mg%. Urnur pun ikut berpengaruh,
makin muda seseorang menderita hiperkolesterolemia makin besar pula kemungkinannya
untuk menderita PJK.
Dalam upaya mencegah PJK maka penting sekali untuk menurunkan kadar kolesterol yang
tinggi. Hal ini dapat dicapai dengan diit terutama makanan yang rendah lemak, latihan
Jasmani yang teratur disertai dengan penurunan berat badan.
2. Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)
Makin tinggi tekanan darah makin besar pula resiko untuk PJK. Penelitian Framingham
Study, menyimpulkan pengaruh hipertensi terhadap PJK sebagai berikut : Pengaruh tekanan
darah sistolik dan diastolik tidaklah berbeda; pengaruhnya pada wanita dan pria sama
besarnya; makin lanjut umur makin besar pengaruhnya; dan hipertensi yang labilpun
merupakan resiko terhadap PJK, maka sudah sepantasnya bila hipertensi itu perlu dicegah dan
dikendalikan. Pencegahan dan pengendalian ini dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai
berikut : diet tanpa garam, penurunan berat badan, olah raga secara teratur (menurut petunjuk
dokter) dan kalau perlu memakai obat-obatan dibawah pengawasan dokter.
3. Merokok
Dikatakan dalam kepustakaan bahwa rokok sigaret yang paling berpengaruh atas terjadinya
PJK, sedangkan pipa dan cerutu kurang pengaruhnya. Merokok akan menaikkan risiko PJK
dengan 2-6 kali lipat, tergantung umur perokok dan jumlah rokok yang diisap.
Pada usia muda pengaruh rokok adalah lebih besar bila dibandingkan dengan usia lanjut.
Merokok lebih dari 20 batang/hari menambah resiko 3-5 kali lipat, sedangkan merokok lebih
dari 40 batang/hari resikonya menjadi 6,5 kali lipat. Bagi mereka yang sudah terlanjut
merokok, supaya berusaha untuk menghentikannya. Memang sukar untuk memulainya,
narnun yang terpenting adalah kemauan untuk menghentikan kebiasaan yang sangat
merugikan ini. Saat yang paling berat hanyalah minggu-minggu pertama, setelah 3-4 minggu
keinginan untuk merokok akan hilang sama sekali. Dapat pula dicoba dengan
menghentikannya secara berangsur-angsur dengan cara : mematikan / membuang sisa-sisa
rokok sepanjang mungkin, menghindari isapan yang terlalu dalam, menghindari menaruh
rokok tepat dibibir sambil bekerja, atau membatasi rokok tidak lebih dari 5 batang sehari.
4. Kencing Manis (Diabetes Melitus = DM)
Dari kepustakaan diketahui bahwa kejadian PJK pada DM jauh lebih tinggi dari pada non
DM, dengan perbandingan 5 : I untuk Indonesia angka kejadian PJK pada DM berkisar antara
8,2 sampai dengan 24,1%, sedangkan untuk luar negeri sekitar 32,8-42%. Dikatakan bahwa
makin tua umur dan makin lama menderita DM, makin besar pula kemungkinannya untuk
mendapatkan PJK. Narnun demikian tidak jarang dijumpai tanda-tanda PJK pada penderita-
penderita DM dengan umur muda. Dengan mengendalikan DM atau dengan kata lain dengan
mengobati DM secara teratur, dan berolah raga dengan terprogram, diharapkan kejadian PJK
pada penderita DM dapat menurun.
5. Kegermukan
Pengaruh kegernukan terhadap kejadian PJK barulah jelas bila berat badan penderitya
melebihi 20 % dari berat dana ideal. Namun mekanisme yang pasti belum diketahui dengan
pasti. Menurut beberapa peneliti kegemukan bukanlah merupakan FRK yang penting bila
tidak disertai FRK lainnya. Walaupun demikian sebaiknyalah setiap orang gemuk berusaha
menurunkan berat badannya dengan jalan : diet membatasi kalori, olah raga yang teratur dan
kalau perlu berkonsultasi dengan ahli gizi. Diet tanpa olah raga atau sebaliknya olah raga
tanpa deit, tidak akan membawa hasil seperti yang diharapkan.
6. Stres dan kepribadian
Friedman & Roseman membagi kepribadian manusia atas 2 tipe tipe A dan tipe B. Menurut
penelitian, orang-orang dengan tipe A mempunyai kecenderungan untuk mendapatkan PJK 3
– 4 kali lipat dari tipe B.
Kepribadian tipe A ini dibentuk paling sedikit oleh 3 sindroma kelakuan yaitu: Pekerja-
pekerja keras yang sangat memaksakan dirinya, biasanya terlibat dalam beberapa aktivitas
dan rupa-rupanya menikmatinya, Mereka dengan tekanan pekerjsaan besar, pemimpin-
pemimpin politik, pejabat-pejabat tinggi, pengusaha-pengusaha besar dll, Mereka yang
agresif, penuh ambisi, hidup melebihi kapasitasnya.
Kepribadian tipe B adalah kebalikan dari tipe A, hidupnya lebih releks dan tenang.
Stres merupakan FRK yang sukar dicegah apalagi pada kepribadian tipe A, namun demikian
dapatlah dicoba usaha-usaha sebagai berikut ini untuk menghindarinya : Janganlah selalu
ngotot untuk “menang” dalam suatu pekerjaan; hubungan sosial maupun dalam suatu
permainan; hindarilah bekerja terlalu keras, apalagi dengan pekerjaan sekaligus, dan jauhilah
perasaan selalu dikejar-kejar waktu; jangan selalu menempatkan pekerjaan jauh lebih penting
dari pada keluarga, teman atau hobi; jangan menilai diri sendiri dengan standar yang terlalu
tinggi, tetapi berilah juga perhatian kepada mereka dengan status yang lebih rendah; dan
perbiasakanlah duduk sejenak dengan santai serta sambutlah hari-hari libur dengan
bertamasya gembira bersama keluarga.
7. Kurangnya Latihan Jasmani
Dari penelitian-penelitian didapatkan bahwa prevalensi PJK lebih tinggi pada orang-orang
yang kurang gerak badan. Penyelidikan-penyelidikan bahwa mereka yang tidak aktif bergerak
badan, mempunyai kolateral-kolateral (jalan pintas) pembuluh darah koroner yang lebih
sedikit dibandingkan dengan mereka yang lebih aktif, sehingga apabila mendapat serangan
jantung (IMA) umumnya jarang yang dapat bertahan hidup.
Beberapa kegiatan olah raga yang menggembirakan dan dapat meningkatkan kesehatan fisik
maupun mental adalah jalan cepat, jogging, bersepeda, tennis, badminton, berenang dan golf.
Latihan-latihan hendaknya dilakukan paling kurang 30 menit dan sebanyak 3-5 kali
seminggu. Program-program latihan jasmani yang digalakkan oleh Yayasan Jnatung
Indonesia melalui Klub Jantung Sehat-nya sungguh sangat bermanfaat untuk pencegahan
PJK.
Data Penyakit Kardiovaskuler

Tabel1. Estimasi Penderita Penyakit Jantung Koroner pada Umur ≥15 Tahun Menurut
Provinsi Tahun 2013

Berdasarkan diagnosis dokter, prevalensi penyakit jantung koroner di Indonesia tahun


2013 sebesar 0,5% atau diperkirakan sekitar 883.447 orang, sedangkan berdasarkan diagnosis
dokter/gejala sebesar 1,5% atau diperkirakan sekitar 2.650.340 orang. Berdasarkan diagnosis
dokter, estimasi jumlah penderita penyakit jantung koroner terbanyak terdapat di Provinsi
Jawa Barat sebanyak 160.812 orang (0,5%), sedangkan Provinsi Maluku Utara memiliki
jumlah penderita paling sedikit, yaitu sebanyak 1.436 orang (0,2%). Berdasarkan
diagnosis/gejala, estimasi jumlah penderita penyakit jantung koroner terbanyak terdapat di
Provinsi Jawa Timur sebanyak 375.127 orang (1,3%), sedangkan jumlah penderita paling
sedikit ditemukan di Provinsi Papua Barat, yaitu sebanyak 6.690 orang (1,2%).
Kesimpulan
Sebagai kesimpualan bahwa Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyebab
kematian nomor satu di Negara yang sudah maju. Di Indonesia, kejadian PJK pada tahun-
tahun terakhir ini juga cenderung meningkat . Hal ini erat hubungannya dengan peningkatan
taraf hidup masyarakat serta perubahan pola makanan. Upaya-upaya pencegahan PJK lebih
banyak ditujukan untuk menghindari dan mengendalikan FRK tersebut. Upaya-upaya tersebut
adalah upaya dengan : diet rendah garam dan lemak, menghindari atau menghentikan
merokok, melakukan olah raga secara teratur, menurunkan berat badan bagi yang gemuk,
menghindari faktor-faktor yang menyebabkan stres dan dengan obat-obatan dibawah
pengawasan dokter

Daftar Pustaka
P2PTM Kemenkes RI, 2018. Apa Itu Penyakit Jantung Koroner ? www.p2ptm.kemkes.go.id
28 September 2018
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, 2019. Epidemiologi PJK https://repository.trisakti.ac.id
Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI, 2014. Situasi Kesehatan Jantung
https://pusdatin.kemkes.go.id 29 September-Hari Jantung Sedunia
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penyakit Jantung Koroner (PJK)
https://repository.poltekkes-denpasar.ac.id
Dr. dr. Khalid Saleh, SpPD-KKV, FINASIM, MARS, 2019. Upaya-Upaya Pencegahan
Penyakit Jantung Koroner https://www.rsupwahidin.com promkes 2019
Tabel1. Sumber : Diolah berdasarkan data riset kesehatan 2013, badan litbangkes kementrian
kesehatan ri dan Data penduduk sasaran, Pusdatin Kementerian Kesehatan RI.
https://pusdatin.kemkes.go.id 29 September
Dr. Tjin Willy, 2018. Penyakit Jantung Koroner https:///www.alodokter.com 16 Oktober
2018

Anda mungkin juga menyukai