FISIOTERAPI KARDIOVASKULAR
Disusun oleh :
2020
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN
DAFTAR ISI
RINGKASAN
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi dan Fisiologi Jantung
B. Patofisiologi
C. Tanda dan gejala
DAFTAR PUSTAKA
RINGKASAN
Atrial Septal Defect (ASD) merupakan penyakit jantung bawaan (PJB) dengan
gejala minimal bahkan asimtomatik sehingga sering tidak terdiagnosis saat anak -
anak dan menjadi PJB tersering yang dijumpai pada usia dewasa. Dalam keadaan
normal, pada peredaran darah janin terdapat suatu lubang diantara atrium kiri dan
kanan sehingga darah tidak perlu melewati paru-paru. Pada saat bayi lahir, lubang ini
biasanya menutup. Jika lubang ini tetap terbuka, darah terus mengalir dari atrium kiri
ke atrium kanan (shunt). Penyebab dari tidak menutupnya lubang pada septum
atrium ini tidak diketahui. Penyebab belum diketahui pasti. Namun, ada beberapa
faktor tentang ASD, yaitu : 1. Faktor Prenatal a. Ibu menderita infeksi Rubella b. Ibu
alkoholisme c. Umur ibu lebih dari 40 tahun d. Ibu menderita IDDM e. Ibu
meminum obat-obatan penenang atau jamu 2. Faktor genetik a. Anak yang lahir
sebelumnya menderita PJB b. Ayah atau ibu menderita PJB c. Kelainan kromosom
misalnya Sindroma Down d. Lahir dengan kelainan bawaan lain. Dalam anamnesis
biasanya didapatkan mudah lelah, nyeri dada, sesak saat beraktivitas berat. Adapun
intervensi yang dapat dilakukan seperti deep breathing, breathing control, mobilisasi
exercise dan latihan aerobic untuk tujuan jangka panjang.
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN
Disusun Oleh :
ROSA SAFITRI
NIM: 2001910461011015
Diajukan pada tanggal 2020
Clinical Instructor
NIDN. 0714049101
Mengetahui,
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Atrial Septal Defect (ASD) merupakan penyakit jantung bawaan (PJB) dengan gejala
minimal bahkan asimtomatik sehingga sering tidak terdiagnosis saat anak - anak dan menjadi
PJB tersering yang dijumpai pada usia dewasa. Di antara berbagai kelainan bawaan (congenital
anomaly) yang ada, penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan kelainan yang sering ditemukan.
Di amerika serikat, insiden penyakit jantung bawaan sekitar 8 – 10 dari 1000 kelahiran hidup,
dengan sepertiga di antaranya bermanifestasi sebagai kondisi kritis pada tahun pertama
kehidupan dan 50% dari kegawatan pada bulan pertama kehidupan berakhir dengan kematian
penderita. Di indonesia, dengan populasi lebih dari 200 juta penduduk dan angka kelahiran
Deteksi dini saat anak - anak saat ini di Indonesia masih berjalan kurang baik
sehingga banyak pasien ASD datang saat usia dewasa dengan komplikasi yang cukup serius,
bahkan telah mengalami Sindrom Eisenmenger. ASD diketahui tidak hanya terjadi secara
sporadik namun dapat juga diwariskan secara dominan autosom sehingga deteksi dini sangat
penting dilakukan terutama pada anggota keluarga pasien ASD. Dengan demikian, dapat
hidup pasien DSA. Saat ini di Indonesia belum diketahui prevalensi ASD pada anggota
keluarga pasien ASD. Atrial Septal Defect (ASD) adalah penyakit jantung kongenital
asianotik yang paling sering ditemukan pada pasien dewasa dengan insidensi 10% dari defek
jantung kongenital asianotik pada dewasa (terjadi pada 0,8% bayi lahir). Terdapat 4 tipe yang
berbeda dari ASD, yaitu ostium sekundum (85%), ostium primum (10%), sinus venosus (5%),
dan defek sinus coronarius (jarang). Pada hampir semua pasien dengan ASD lahir < 3 mm
akan menutup spontan dalam 18 bulan setelah lahir, namun pada pasien dengan defek 3-8
mm, hanya 80% yang menutup spontan. Defek yang kecil (< 5 mm) dihubungkan dengan
shunt yang kecil dan tanpa konsekuensi hemodinamik. Defek 20 mm dihubungkan dengan
shunt luas dan menyebabkan efek hemodinamik yang nyata. ASD menyebabkan pintasan kiri
ke kanan intrakardiak dengan overload volume ventrikular kanan, peningkatan aliran darah
terkadang gagal jantung kongestif (congestive heart failure/CHF). Pada pasien dewasa, gejala
yang muncul dapat berupa sesak nafas, aritmia atrial atau gagal jantung.
B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan Anatomi Jantung
2. Menjelaskan Definisi Atrial Septal Defect (ASD)
3. Menjelaskan Patofisiologi Atrial Septal Defect (ASD)
4. Menjelaskan Klasifikasi Atrial Septal Defect (ASD)
5. Menjelaskan Gejala Klinis Atrial Septal Defect (ASD)
C. Tujuan Makalah
1. Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi program rehabilitasi pada kasus Atrial Septal Defect (ASD)
2. Tujuan Khusus
a) Untuk meningkatkan kemandirian pasien kasus Atrial Septal Defect (ASD)
D. Manfaat Makalah
1. Untuk pelayanan Fisioterapi
Yaitu sebagai masukan dan sebagai sumber informasi bagi fisioterapis dalam melakukan
tindakan terapi.
2. Untuk Keilmuan
Bermanfaat sebagai pengembangan pengetahuan fisioterapi khususnya tentang kasus
Atrial Septal Defect (ASD)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Anatomi Jantung
Sistem karidovaskular terdiri dari jantung, pembuluh darah dan darah. Secara
sederhana, fungsi utamanya adalah untuk distribusi oksigen dan nutrisi (misalnya glukosa,
asam amino) ke semua jaringan tubuh, pengangkutan karbondioksda dan produk limbah
metabolik (misalnya urea) dari jaringan ke paru-paru dan organ eksretoris, distribusi air,
elektrolit dan hormon di seluruh sel tubuh, dan juga berkontribusi terhadap infrastruktur sistem
Jantung adalah organ dengan empat berangka dan berotot yang terletak pada rongga
dada, dibawah perlindungan tulang rusuk, dan sedikit ke kiri sternum. Jantung berada didalam
kantung yang berisi cairan yang longgar, yang disebut dengan perikardium. Keempat ruangan
jantung yaitu atrium kiri dan kanan, ventrikel kiri dan kanan. Atria duduk berdampingan diatas
ventrikel. Atrium dan ventrikel dipisahkan satu sama lain dengan katup satu arah. Sisi kanan
dan kiri jantung dipisahkan oleh dinding jaringan yang disebut dengan septum (Lazenby et al,
2011).
Jantung relatif kecil, kira-kira berukuran sama seperti kepalan tangan yang tertutup.
Sekitar 12 cm (5 inci) untuk panjangnya, 9 cm (3,5 inci) untuk lebarnya dan 6 cm (2,5 inci)
untuk tebalnya, dengan massa rata-rata 250 g pada perempuan dewasa dan 300 g pada pria
dewasa. Hati bertumpu pada diagfragma, berada didekat garis garis tengah rongga toraks.
Jantung terletak pada mediastinum, sebuah wilayah yang anatomis dan memanjang dari
sternum ke kolom vertebra, dari yang pertama tulang rusuk ke diagfragma, dan diantara
paru-paru. Sekitar dua pertiga massa jantung terletak pada sebelah kiri garis tengah tubuh.
Ujung apeks terbentuk oleh ujung ventrikel kiri (ruang bawah jantung) dan terletak diatas
digfragma yang mengarah kearah anterior, inferior, dan ke kiri. Dasar jantung berlawanan
dengan apeks dan posteriornya aspek yang terbentuk oleh atria (bilik atas) jantung,
Posisi jantung terletak diantara kedua paru-paru dan berada di tengah-tengah dada,
bertumpu pada diagfragma thoracis. Selaput yang membungkus jantung disebut dengan
perikardium yang terdiri dari lapisan fibrosa dan serosa. Epikardium adalah lapisan lapisan
terluar dari jantung. Sedangkan, lapisan berikutnya adalah lapisan mioardium, lapisan yang
paling tebal. Miokardium merupakan lapisan otot jantung yang berperan sangat penting
dalam memompa darah melalui pembuluh arteri. Sementara itu, lapisan paling akhir jantung
Dinding jantung terdiri dari tiga lapisan mulai dari luar ke dalam yaitu :
pembungkus jantung yang terletak pada mediastinum minus dan dibelakang korpus
stemi dan rawan iga II-IV yang terdiri dari 2 lapisan fibrosa dan serosa yaitu lapisan
parietal dan viseral. Diantara dua lapisan jantung ini terdapat lender yang digunakan
sebagai pelicin untuk menjaga agar gesekan perikardium tidak mengganggu jantung
(Syaifuddin, 2009).
memperlihatkan struktur subseluler lurik. Sel miosit berukuran relatif kecil (100 x 20
�m ) dan bercabang, dengan nukleus tunggal, sel miosit kaya akan mitokondria
3) Endokardium Dinding dalam atrium yang meliputi membran yang mengkilat yang
terdiri dari jaringan endotel atau selaput lender endokardium kecuali aurikula dan
dan dua ventrikel. Dimana kedua ventrikel jantung dipisahkan oleh septum
interventriculare (Wibowo,2015).
1) Atrium cordis dextrum Atrium cordis dextrum akan menerima darah dari v.cava
inferior dari tubuh bagian inferior dan dari v.cava superior dari tubuh bagian
superior (Wibowo,2015).
atrioventrikel. Dinding ventrikel kanan jauh lebih tebal dibandingkan atrium kanan
3) Atrium Cordis sinistrum Darah yang kaya oksigen dari paru masuk ke atrium cordis
4) Ventrikulus cordis sinister Dari atrium cordis sinistrum, darah akan mengalir
d. Katup jantung Katup jantung berfungsi untuk mempertahankkan aliran darah searah
melalui bilik jantung. Ada dua jenis katup jantung yaitu, katup atrioventrikuler dan
katup semilunar.
diastole ventrikel dan mencegah aliran balik ke atrium saat systole ventrikel. Katup
atrioventrikuler ada dua, yaitu katup trikuspidalis dan katup bikuspidalis. Katup
trikuspidalis memiliki tiga buah daun katup yang terletak antara atrium kanan dan
ventrikel kanan. Katup bikuspidalis atau katup mitral memiliki dua buah daun katu
Katup semilunar yang membatasi ventrikel kanan dan arteri pulmonalis disebut
katup semilunar pulmonal. Katup yang membatasi ventrikel kiri dan aorta disebut
masingmasing ventrikel ke arteri pulmonalis atau aorta selama sistole ventrikel dan
e. Sirkulasi jantung
Aspiani (2015). Lingkaran sirkulasi jantung dapat dibagi menjadi dua bagian besar,
yaitu sirkulasi sistemik dan sirkulasi pulmonal. Namun demikian, terdapat juga
sirkulasi koroner yang juga berperan sangat penting bagi sikulasi jantung.
1) Sirkulasi sitemik
2) Sirkulasi pulmonal
2. Fisiologi Jantung
Siklus jantung adalah rangkaian kejadian dalam satu irama jantung. Dalam bentuk
yang paling sederhana, siklus jantung adalah kontraksi bersamaan kedua atrium, yang
mengikuti suatu fraksi pada detik berikutnya karena kontraksi bersamaan kedua ventrikel
(Aspiani, 2015). Otot jantung dapat menghantarkan implus listrik secara otomatis dan
konduksi.
jantung dapat berkontraksi, keadaan ini disebut eksitabilitas (kemampuan sel miokardium
untuk merespon stimulus). Sistem konduksi jantung terdiri atas nodus sinoatrial (SA
node), nodus atrioventrikular (AV node), berkas his, dan serat purkinje.
Terletak diantara vena kava superior dengan atrium kanan. Merupakan pacemaker
alami dari jantung. Nodus ini dianggap khusus karena memiliki kontraksi paling
Terletak antara bagian bawah atrium kanan dan ventrikel atau dekat septum atrium.
AV node menerima implus listrik dari SA node yang kemudian akan diteruskan ke
berkas his. Penjalaran implus dari SA node ke nodus AV node dan miokardium atrial
saat istirahat menyebabkan sistole atrial. Implus dari jantung kemudian menyeber
dari SA node menuju sistem penghantar khusus atrium dan otot atrium. Suatu jalur
antara atrium, yaitu berkas bachman, mempermudah penyebaran implus dari atrium
kanan ke atrium kiri, jalur internodal, jalur anterior, jalur tengah dan posterior
implus antara atrium dan ventrikel serta mempunyai dua fungsi yang penting : i)
Implus jantung ditahan disini selama 0,08 0,12 detik untuk memungkinkan pengisian
ventrikel selama kontraksi atrium, ii) AV node mengatur jumlah implus atrium yang
mencapai ventrikel, biasanya tidak lebih dari 180 implus/menit dibolehkan mencapai
ventrikel.
3) Berkas His Dari AV node implus menyebar menuju ke berkas his, suatu berkas serabut
tebal yang menjulur kebawah di sebelah kanan septum interventrikularis. Berkas his
juga merupakan pacemaker dengan implus 40-60 x/menit. Berkas his ini bercabang
menjadi cabang menjadi cabang berkas his kanan dan cabang bundel his kiri,
kemudian pada cabang berkas his kiri bercabang menjadi bagian anterior dan
posterior. Baik berkas his kanan dan kiri berakhir pada serat purkinje.
4) Serat Purkinje Merupakan serat otot jantung dengan jaringan yang menyebar pada
otot endokardium bagian ventrikel. Serabut ini menghantarkan implus listrik dengan
cepat, kecepatanya lima kali lipat dari kecepatan hantaran serabut otot jantung.
Adanya aliran implus yang cepat ini 18 memungkinkan kontraksi dari atrium dan
konduksi adalah SA Node, AV Node, berkas His, cabang-cabag berkas his, dan serat
Purkinje.
b. Bunyi Jantung Bunyi jantung menjadi gambaran kerja jantung. Bunyi jantung dibentuk
1) Faktor otot, yaitu kontraktilitas otot. Sejumlah bunyi akan dihasilkan ketika jantung
berkontraksi.
2) Faktor katup, yaitu menutupnya katup. Bunyi tidak akan dihasilkan ketika katup
membuka karena terjadi secara pasif. Pada fase sistole akan terjadi penutupan katup
atrioventrikuler dan pada fase diastole akan terjadi penutupan katup semilunar.
3) Faktor pembuluh darah, pada saat darah keluar dari rongga ventrikel dengan tekanan
yang cukup akan menggetarkan dinding pembuluh darah dan menghasilkan bunyi. Bunyi
jantung terdiri atas bunyi jantung murni dan bunyi jantung tambahan.
Bunyi jantung murni terdiri atas bunyi jantung I (S1) akibat penutupan katup
atrioventrikular saat sistole ventrikel dan bunyi dan bunyi jantung II (S2) akibat
penutupan katup semilunar saat diastole ventrikel. Sedangkan bunyi jantung tambahan
seperti bunyi jantung III (S3), jantung IV (S4), murmur, dan irama gallop. S3 dan S4
terjadi akibat vibrasi pada dinding jantung saat darah mengalir dengan cepat dalam
ventrikel. Bunyi murmur terjadi akibat turbelensi aliran darah karena adanya penutupan
katup tidak sempurna atau penyumbatan. Pada orang dewasa S1 dan S2 terdengar dalam
keadaan istirahat. S3 biasanya saat seseorang berolahraga, bunyi ini dianggap patologis
c. Frekuensi Jantung
Jantung berdenyut dalam satu menit sekitar 60 – 100 x atau 75x/menit. Jika lebih dari
100x/menit disebut takikardia dan jika kurang dari 60x/menit disebut bradikardia.
Frekuensi denyut jantung dipengaruhi oleh keadaan aktivitas fisik, umur, jenis kelamin,
endokrin, suhu, tekanan darah, kecemasan, stress dan nyeri. Pada saat aktivitas kebutuhan
Frekuensi denyut jantung lebih cepat pada orang yang berusia lebih muda. Wanita
d. Curah Jantung Aspiani (2015). Curah jantung merupakan volume darah yang dipompakan
selam satu menit. Curah jantung ditentukan oleh denyut jantung per menit dan stroke
- Beban awal (pre-load) adalah keadaan ketika serat otot ventrikel kiri jantung
memanjang atau meregang sampai akhir diastole. Pre-load adalah jumlah darah yang
- Volume darah yang berada dalam ventrikel saat diastole ini tergantung pada
pengambilan darah dari pembuluh darah vena dan pengembalian darah dari
pembuluh darah vena ini juga tergantung pada jumlah darah yang beredar serta tonus
otot.
- Dalam keadaan normal sarkomer (unit kontraksi dari sel miokardium) akan teregang
2,0 μm dan bila isi ventrikel makin banyak maka peregangan ini makin panjang.
- Sesuai hukum Frank Starling bahwa semakin besar regangan otot jantung semakin
besar pula kekuatan kontraksinya dan semakin besar pula curah jantung.
- Peregangan sarkomer yang paling optimal adalah 2,2 μm, dalam keadaan tertentu
2) Daya kontraksi
-Kekuatan kontraksi otot jantung sangat berpengaruh terhadap curah jantung, makin
kuat kontraksi otot jantung makin banyak pula volume darah yang dikeluarkan.
kadar natrium dan penurunan kadar kalsium diekstrasel akan menyebabkan otot
jantung kurang peke terhadap rangsangan sehingga kontraksi jantung lema dan
berhenti dalam keadaan diastole. Penurunan kadar kalium dan peningkatan kadar
aorta. Afterload secara langsung secara langsung dipengaruhi oleh tekanan darah
arteri, ukuran ventrikel kiri dan karakteristik katup jantung. Jika tekanan darah
arteri tinggi, jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah ke
sirkulasi.
- Hal ini terutama ditentukan oleh tahanan pembuluh darah perifer dan ukuran
pembuluh darah.
sehingga curah jantung diperkirakan kurang lebih 5 liter. Jumlah ini tidak tetap
-Curah jantung meningkat pada waktu melakukan kerja otot, stress, peningkatan
suhu lingkungan, kehamilan, setelah makan, sedangkan saat tidur curah jantung
akan menurun.
Adanya kebocoran septum yang menghubungkan atrium kanan dengan atrium kiri
karena kegagalan pembentukan septum. Defek dapat berupa defek sinus venosus didekat muara
vena kava superior, foramen ovale terbuka; defek septum sekundum, yaitu kegagalan
pembentukan septum sekundum (ASD II); defek septum primum, yaitu kegagalan penutupan
septum primum. Defek septum atrium (DSA) adalah defisiensi pada septum interatrial yang
memungkinkan aliran darah antara atrium. Berbeda dari patent foramen ovale (PFO), yang
merupakan kecacatan yang disebabkan oleh kegagalan septum primum untuk menyatu ke
superior limb septum secundum pada tepi fossa ovalis dalam kehidupan setelah melahirkan,
a. Primum: Tipe DSA ini terjadi ketika ada kegagalan fusi normal dari bantalan endocardial
anterior dan posterior dengan septum primum, dengan akibat defisiensi pada bagian
inferior dari septum primum. Kecacatan ini sering muncul bersamaan dengan kelainan
b. Sekundum: Yang paling sering pada DSA; merupakan defisiensi yang terdapat di septum
primum atau septum sekundum, atau keduanya. Kecacatan ini paling sering terjadi pada
fossa ovalis.
c. Defek sinus venosus: Kecacatan ini terletak pada perhubungan atrium kanan dan vena cava
superior atau vena cava inferior. Pada defek sinus venosus, dinding yang memisahkan vena
Paling umum kecacatan ini melibatkan vena pulmonal kanan atas, yang masih terhubung
secara anatomis ke atrium kiri tetapi terjadi defisit dari arah anterior yang
d. Defek septum jantung koroner (unroofed coronary sinus): Defek ini terjadi
ketika dinding yang memisahkan sinus koroner dari atrium kiri terjadi
defisit, menyebabkan pirau kiri-ke- kanan. Cacat ini sering dikaitkan dengan
Penyebab ASD belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor
yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian ASD, faktor –
faktor tersebut diantaranya:
1. Faktor prenatal
a. Ibu menderita infeksi rubella
b. Ibu Alkoholisme
c. Umur ibu lebih dari 40 Tahun
d. Ibu menderita IDDM
e. Ibu meminum obat – obatan penenang atau jamu
2. Faktor genetik
a. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
b. Ayah atau ibunya menderita penyakit jantung bawaan
c. Kelainan kromosom misalnya sindrom down
d. Lahir dengan kelainan bawaan lain
ASD merupakan suatu kelainan jantung bawaan. Dalam keadaan normal,
pada peredaran darah janin terdapat suatu lubang diantara atrium kiri dan kanan
sehingga darah tidak perlu melewati paru-paru. Pada saat bayi lahir, lubang ini
biasanya menutup. Jika lubang ini tetap terbuka, darah terus mengalir dari atrium
kiri ke atrium kanan (shunt). Penyebab dari tidak menutupnya lubang pada septum
a. Keletihan setelah melakukan aktivias fisik dan keadaan ini disebabkan oleh
b. Bising (murmur) sistolik dini (early systolic) hingga bising midsistolik pada
ruang sela iga ke dua atau ke tiga kiri yang disebabkan tambahan darah yang
c. Bising diastolik bernada rendah pada tepi strenum kiri bawah dan terdengar
lebih jelas pada saat inspirasi. Keadaan ini disebabkan oleh peningkatan aliran
darah melalui katub trikuspid pada pasien dengan pintasan yang lebar.
volume darah.
e. Bunyi bising klik sistolik atau bising sistolik lambat pada apeks jantung yang
terjadi karena prolapsuskatup mitral pada anak yang lebih besar dengan ASD.
f. Clubbing dan sianosis jika terjadi pintasan atau shunt kanan ke kiri.
Pada kasus Atrial Septal Defect yang tidak ada komplikasi, darah yang
mengandung oksigen dari Atrium Kiri mengalir ke Atrium Kanan tetapi tidak
sebaliknya. Aliran yang melalui defek tersebut merupakan suatu proses akibat
ukuran dan complain dari atrium tersebut. Normalnya setelah bayi lahir
complain ventrikel kanan menjadi lebih besar daripada ventrikel kiri yang
berakibat volume serta ukuran atrium kanan dan ventrikel kanan meningkat. Jika
complain ventrikel kanan terus menurun akibat beban yang terus meningkat
shunt dari kiri kekanan bisa berkurang. Pada suatu saat sindroma Eisenmenger
bisa terjadi akibat penyakit vaskuler paru yang terus bertambah berat. Arah shunt
pun bisa berubah menjadi dari kanan kekiri sehingga sirkulasi darah sistemik
banyak mengandung darah yang rendah oksigen akibatnya terjadi hipoksemi dan
sianosis.
7. Modalitas Fisioterapi
a. Deep Breathing
Deep breathing merupakan latihan pernapasan dengan teknik bernapas
(Smeltzer, et al., 2008). Tujuan deep breathing exercise yaitu untuk mencapai
ventilasi yang lebih terkontrol dan efisien serta mengurangi kerja pernapasan;
jaringan (Westerdahl, et al., 2005). Tujuan latihan deep breathing adalah untuk
jantung kiri. Akibatnya adalah terjadi penurunan tekanan darah dari aktivasi
2. Meletakkan satu tangan klien di atas abdomen (tepat di bawah iga) dan
tangan lainnya pada tengah dada untuk merasakan gerakan dada dan abdomen
saat bernapas;
3. Menarik napas dalam melalui hidung selama 4 detik sampai dada dan
b. Breathing Control
paru sisi bawah dan menghindari atau meminimalkan penggunaan otot bantu
c. Mobilisasi Excercise
movement trunk dengan deep breathing. Tujuan dari latihan ini adalah
memelihara atau memperbaiki mobilitas dinding chest, trunk dan shoulder akibat
gangguan respirasi. Seperti contoh jika kelemahan otot trunk di satu sisi
dan deep breathing dengan tujuan akan memperbaiki ventilasi samping chest
deep breathing dan control ekspirasi, seperti pasien dapat memperbaiki ekspirasi
dengan leaning forward pada hip atau fleksi spine saat ekspirasi. Posisi ini
ekspirasi.
Mobilize The Upper Chest and Stretch The Pectoralis Muscle”, yaitu :
1. Pasien sitting dikursi dengan tangan dibelakang kepala, kedua tangan posisi
1. Pasien sitting : kedua tangan fleksi 180 derajat ketika inspirasi, lalu badan
1. Pasien inspirasi dalam posisi Hook-Lying (Hip dan Knee sedikit fleksi).
(satu persatu untuk mencegah LBP), hal ini akan mendorong isi abdomen
“Wand Excercise”, yaitu pnekanan pada fleksi shoulder selama inspirasi atau
“Aktivasi Tambahan”, yaitu dilakukan untuk mobilisasi chest antara lain korksi
postur dan manual stretching pada dinding Chest, Trunk dan ekstremitas.
d. Aerobik Exercise
menimbulkan hutang oksigen yang tidak terbayar. Latihan ini disebut juga
aerobik, yaitu serangkaian gerak yang dipilih secara sengaja dengan cara
ingin mengulanginya kembali gerakan yang sudah dilakukan tadi (Garrison &
Susanto, 2010)
waktu yang cukup lama, sehingga sumber-sumber bahan bakar dapat diubah
belas menit sampai dua puluh menit hingga beberapa jam dalam sekali latihan
(Sherwood, 2001). Di dalam senam aerobik ada yang namanya intensitas, dan
yang ditentukan tercapainya denyut nadi sekitar 60-80% dari denyut nadi
80% dari denyut nadi maksimal, jadi denyut nadi berkisar antara 120 –
160 untuk orang yang berumur 20 tahun tadi, denyut nadinya harus mampu
tingkat keterlatihan orang bersangkutan. Jika orang itu masih pemula latihan
latihan boleh ditambah. Bila orang yang terlatih latihan sebanyak ± 30 menit.
BAB III
PEMBAHASAN
Nn. Z 16th ke ft dg keluhan cepat lelah, nyeri dada, dan sesak saat beraktivitas
berat. Px sebelumnya pernah di dx ASD (atrial septum diffect) dan baru diketahui saat
usia 4th. Telah dianjurkan utk melakukan tindakan op penutupan septum namun tidak
diindahkan oleh keluarga px, keluarga hnya meangawasi aktv px utk tdk melakukan
kegiatan yg berat sampai usia saat ini. Wajah px pucat dan terlihat lemas. Seminggu yg
lalu, melakukan pemeriksaan lab dg hasil CK 24mg/ml, CKMB 15u/l Fungsi katup
EWT 0 1 2 3
O2 therapy:
Exposure Abdomen
Thorax
Urine Output
Fluid Balance
Other losses
Bowel Function
Lines
Other:
Data penunjang
GCS<8
RASS : -4
RASS -4/+4
Hb : 14 g/dl
Hb < 8 g/dl Pletelet:
200.000 /mm
Pletelet < 20-50 000/mm
Status DokumentasiResusitasi(Lingkari)
Intervensi Fisioterapi
Rencana Terapi
1. Deep Breathing
2. Breathing Control
3. Mobilisasi Excercise
4. Aerobic Excrcise
(Untuk Jangka
panjang)
Evaluasi:
Skala Borg : 4
NRS Pain : 3
Fisioterapis: Rosa Safitri Tanda Tangan:
DAFTAR PUSTAKA
Aryani, R. D., Widagdo, W., & Suharyanto, T. (2009). Prosedur klinik keperawatan
pada mata ajar kebutuhan dasar manusia. Jakarta: TIM.
Aspiani, R. Y. (2015). Buku ajar asuhan keperawatan klien gangguan kardiovaskular:
aplikasi NIC & NOC. EGC.
Dinata, M. (2003). Senam Aerobik dan Peningkatan Kesegaran Jasmani. Cerdas Jaya.
Garison dan Susanto. 2010. Dasar-Dasar Terapi dan Dan rehabilitasi
Fisik’AhliBahasa :dr.Anton Cahaya Widjaya .Jakarta.Hipokrates
Publisher Indonesia, P. D. P. (2003). Penyakit Paru Obstruksi Paru
(PPOK) Pedoman Diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia.
Khasanah, S., & Maryoto, M. (2014). Efektifitas Posisi Condong Ke Depan (CKD)
Dan Pursed Lips Breathing (PLB) Terhadap Peningkatan Saturasi Oksigen
Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). In Prosiding Seminar
Nasional & Internasional.
Lazenby, R. B. (2011). Handbook of pathophysiology. Wolters
Kluwer/Lippincott Williams & Wilkins Health.
Nichols, M., Townsend, N., Scarborough, P., & Rayner, M. (2014). Cardiovascular
disease in Europe 2014: epidemiological update. European heart journal,
35(42), 2950-2959.
Pomatahu, H. A. R. SENAM AEROBIK (Mosesahi) UNTUK KESEHATAN PARU.
Potter, P., & Perry, A. G. (2010). Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and
Practice. Edisi I, 3. Purnamadyawati, “Nebulizer Work Shop II” : TITAFI XV &
KONAS VIII, Hal 4-20, Semarang,
2000
Putte, C. V., Regan, J., & Russo, A. (2015). Seeley’s essentials of anatomy &
physiology. McGraw- Hill. 61
Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem.Alih bahasa Brahm U.
Pendit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2001). Buku ajar keperawatan medikal-bedah
Brunner & Suddarth (Brunner & suddarth’s textbook of medical-surgical
nursing).
Syaifuddin, H. (2009). Anatomi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan.
Jakarta. Edisi, 2. Tortora, G. J., & Derrickson, B. (2014). Principles of anatomy &
physiology. 944950.
Wibowo, F. S., & Ponco, S. H. (2015). Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian
Gagal Jantung Di Rumah Sakit Muhammadiyah Babat Kabupaten
Lamongan.
LOGBOOK
NIM : 2019106410110015
Stase : Kardiovaskular