Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN

KARDIOVASKULER : TETRALOGY OF FALLOT (TOF)

MATA KULIAH KEPERAWATAN ANAK

Dosen Pembimbinng:

Bara Miradwiyana, SKp, MKM

Disusuh oleh kelompok 7:

Ahmad Rangga Hidayatullah P17120120006

Fikri Maulaanaa Hakiim P17120120015

Khansa Qonitah P17120120022

Najmi Afifah P17120120028

Riska Wulandare P17120120034

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA I

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS

TAHUN 2022

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami  panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya,
kelompok kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi dan melengkapi tugas mata
kuliah “Keperawatan Anak". Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi dalam penyelesaian kasus, mengingat
kemampuan akan penulis. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan
demi penyempurnaan makalah ini.

Tentunya kami juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Bara Miradwiyana, SKp,
MKM yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam pelaksanaan bimbingan,
pengarahan dan dorongan dalam rangka menyelesaikan makalah ini.

Dengan demikian, kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan
pembaca mengenai Asuhan Keperawatan pada anak dengan gangguan Kardiovaskuler.

Jakarta, 2 Agustus 2022

Kelompok 7

2
DAFTAR ISI

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit jantung kongenital merupakan kelainan struktural atau susunan jantung
dan pembuluh darah besar intratoraks, yang berpotensi atau secara nyata memberikan
pengaruh fungsional yang signifikan, mungkin sudah terdapat sejak lahir . Di Indonesia,
angka kejadian 8 tiap 1000 kelahiran hidup. Secara garis besar penyakit jantung
kongenital dibagi atas dua kelompok, yaitu sianotik dan asianotik. Pada penyakit jantung
kongenital sianotik terjadi sianosis sentral oleh karena aliran darah paru berkurang akibat
obstruksi aliran keluar ventrikel kanan sehingga terjadi pirau kanan ke kiri. (Anggarani et
al., 2021a)
Tetralogy of Fallot (TOF) merupakan penyakit jantung bawaan sianotik yang
paling banyak ditemukan, yaitu ±10% dari penyakit jantung bawaan yang ada. TOF
terdiri atas kombinasi beberapa kelainan jantung, yaitu ventricular septal defect (VSD),
overriding aorta, stenosis pulmonal, serta hipertrofi ventrikel kanan. (Dausawati & Fuadi,
2013) Komponen yang paling penting, yang menentukan derajat beratnya penyakit,
adalah stenosis pulmonal, yang bervariasi dari sangat ringan hingga berupa atresia
pulmonal.(Amelia, 2019a)
Penyakit ini merupakan penyakit jantung bawaan sianotik yang paling umum
terjadi. Secara umum, tetralogi Fallot dijumpai pada tiga dari sepuluh ribu bayi baru lahir
hidup dan merupakan lebih kurang 10% dari seluruh kejadian penyakit jantung bawaan.
3,7 Insidensi 3,26% tiap 10.000 kelahiran hidup, atau sekitar 1.300 kasus baru setiap
tahunnya di Amerika Serikat. Penyakit ini merupakan penyakit jantung bawaan terbanyak
pada pasien berusia diatas 1 tahun yang ditangani di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
(RSCM) Jakarta. Data dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Soetomo Surabaya
menunjukkan bahwa sebagian pasien tetralogi Fallot berusia diatas 5 tahun, serta
prevalensinya menurun setelah umur 10 tahun. (Amelia, 2019a)
Manifestasi klinis utama berupa sianosis dengan derajat bervariasi tergantung
pada sumber dan jumlah aliran darah paru yang dapat berasal dari duktus arteriosus
persisten, major aortopulmonary collateral arteries (MAPCAs), atau kombinasi keduanya.

4
Pada waktu lahir, bayi biasanya belum sianotik, tetapi kemudian gejala tersebut muncul
setelah tumbuh. (Supit & Kaunang, 2013)
Bayi atau anak dengan tetralogi Fallot memiliki peluang untuk mengalami
komplikasi neurologis. Komplikasi neurologis yang paling utama adalah bencana
serebrovaskular (cerebrovascular accident / stroke) dan abses serebri, yang sangat
berpengaruh terhadap mortalitas maupun morbiditas pasien. Insidensi kedua komplikasi
tersebut, berdasarkan dokumentasi beberapa literatur di negara – negara Barat, adalah
8,6% pada bencana serebrovaskular dan 13,7% pada abses serebri. (Amelia, 2019b)
Tetralogi Fallot harus dipertimbangkan dalam diagnosis banding dan meninjau
evaluasi dan manajemen yang tepat dari kondisi ini. Kegiatan ini menyoroti peran tim
interprofessional dalam merawat pasien dan keluarga yang terkena kondisi ini.
Berdasarkan penjelasan diatas kelompok tertarik untuk membahas nya dalam makalah
kami yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada anak dengan Gangguan Kardiovaskuler”
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menjelaskan mengenai konsep asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan
Sistem Kardiovaskuler ; Tetralogy of fallot
2. Tujuan Khusus
a. Konsep dasar teori gangguan Sistem Kardiovaskuler pada anak: Tetralogy
of fallot.
b. Konsep dasar asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit Tetralogy
of fallot
C. Manfaat
Bagi pembaca menambah pengetahuan mengenai definisi, jenis-jenis,
patofisiologi penyakit, etiologi, manifestasi klinis, penatalaksanaan, terapi diet,
pengkajian keperawatan, diagnosis keperawatan, perencanaan dan implementasi
keperawatan, dan evaluasi keperawatan pada klien anak dengan gangguan
kardiovaskular: Tetralogy of fallot.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Tetralogi Fallot adalah malformasi jantung kongenital sianotik dengan komponen
stenosis pulmonal, defek septum ventrikel, dekstroposisi aorta yang menyebabkan
pangkal aorta melewati septum ventrikel/ over-riding aorta, serta hipertrofi ventrikel
kanan. Penyakit kompleks tersebut pertama kali dideskripsikan oleh Fallot pada tahun
1881, walaupun kasus - kasus terebut sebelumnya telah dipaparkan melalui berbagai
laporan kasus. (Soebroto et al., 2020)
ToF adalah malformasi jantung kongenital sianotik dengan komponen stenosis
pulmonal, defek septum ventrikel, dekstroposisi aorta yang menyebabkan pangkal aorta
melewati septum ventrikel/ over-riding aorta, serta hipertrofi ventrikel kanan. (Anggarani
et al., 2021a)
B. Anatomi Fisiologi
Menurut (Syaifuddin, 2009), sistem kardiovaskuler merupakan organ sirkulasi
darah yang terdiri dari jantung, komponen darah dan pembuluh darah yang berfungsi
memberikan daan mengalirkan suplai oksigen dan nutrisi keseluruh jaringan tubuh yang
diperlukan dalam proses metabolisme. Sistem kardiovaskuler memerlukan banyak
mekanisme yang bervariasi agar fungsi regulasinya dapat merespons aktivitas jaringan
dapat terpenuhi. Pada keadaan berat, aliran darah tersebut, lebih banyak di arahkan pada
organorgan vital seperti jantung daan otak yang berfungsi memelihara dan
mempertahankan sistem sirkulasi itu sendiri.
Jantung berbentuk seperti pir / kerucut seperti piramida terbalik dengan apeks
(superior-posterior : C-II) berada di bawah dan basis (anterior-inferior ICS-V) berada
diatas. Pada basis jantung terdapat aorta, batang nadi paru, pembuluh balik atas dan
bawah dan pembuluh balik. Jantung sebagai pusat sistem kardiovaskuler terletak di
sebelah rongga dada (cavum thoraks) sebelah kiri yang terlindung oleh costae tepatnya
pada mediatinum. Untuk mengetahui denyutan jantung, kita dapat memeriksa dibawah

6
papilla mamae 2 jari setelahnya. Berat pada orang dewasa sekitar 250-350 gram
(Syaifuddin, 2006).
C. Etiologi
Penyakit jantung kongenital yang salah satunya ToF, disebabkan oleh gangguan
perkembangan sistem kardiovaskular pada masa embrio. Terdapat peranan faktor
endogen, eksogen, dan multifaktorial (gabungan dari kedua faktor tersebut). Para ahli
cenderung berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut jarang secara
terpisah menyebabkan penyakit jantung kongenital (Aftab et al., 2015)
D. Patofisiologi
Komponen yang paling penting, yang menentukan derajat beratnya penyakit,
adalah stenosis pulmonal, yang bervariasi dari sangat ringan sampai sangat berat, bahkan
dapat berupa atresia pulmonal. Stenosis pulmonal ini bersifat progresif, semakin lama
semakin berat. Tekanan yang meningkat akibat stenosis pulmonal menyebabkan darah
yang terdeoksigenasi (yang berasal dari vena) keluar dari ventrikel kanan menuju
ventrikel kiri melalui defek septum ventrikel dan ke sirkulasi sistemik melalui aorta,
menyebabkan hipoksemia sistemik dan sianosis. Bila stenosis pulmonal semakin berat,
maka semakin banyak darah dari ventrikel kanan menuju ke aorta. Pada stenosis
pulmonal yang ringan, darah dari ventrikel kanan menuju ke paru, dan hanya pada
aktivitas fisik akan terjadi pirau dari kanan ke kiri. Semakin bertambahnya usia, maka
infundibulum akan semakin hipertrofik, sehingga pasien akan semakin sianotik.
Obstruksi pada jalan keluar ventrikel kanan ini menyebabkan kurangnya aliran darah ke
paru yang menyebabkan hipoksia, maka kompensasi untuk hipoksia adalah terjadinya
polisitemia dan dibentuknya sirkulasi kolateral (jangka panjang) (Anggarani et al., 2021b)

Terdapatnya defek septum ventrikel yang


besar disertai stenosis pulmonal, maka
tekanan sistolik puncak (peak systolic
pressure) ventrikel kanan menjadi sama
dengan tekanan sistolik puncak ventrikel
kiri. Karena tekanan ventrikel kiri
berada dalam pengawasan baroreseptor,

7
maka tekanan sistolik ventrikel kanan tidak akan melampaui tekanan sistemik. Hal
inilah yang menerangkan mengapa pada tetralogi Fallot tidak atau jarang terjadi gagal
jantung, karena tidak ada beban volume sehingga ukuran jantung umumnya normal
(Bailliard & Anderson, 2009)
E. Manifestasi Klinis
Menurut (Verma & Brothers, 2016) manifestasi klinis TOF sebagai berikut:
1. Wajah bengkak dan edema pitting pada tangan
2. Maternal history of infections, drug intake, and disease
3. Warna kulit bayi terlihat kebiru-biruan terutama pada palatum, lidah dan mukosa
bibir bagian dalam
4. Murmur simptomatik atau asimptomatik
5. Keluhan kesulitan makan pada anak
6. Perubahan warna pada bibir dan kuku terutama saat anak menangis
7. Perkembangan fisik yang buruk
8. Denyut nadi yang tidak normal
9. Riwayat infeksi, asupan obat, dan penyakit pada saat hamil

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Laboratorium
 Darah Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat
saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18
gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %.
 BGA Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial karbondioksida
(PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan PH.pasien
dengan Hn dan Ht normal atau rendah mungkin menderita defisiensi besi.
 Analisa Gas Darah PCV meningkat lebih besar 65% dapat menimbulkan
kelainan koagulasi ; waktu perdarahan memanjang, fragilitas kapiler
meningkat, umur trombosit yang abnormal.

8
 Desaturasi darah arterial
 Anemia hipokrom mikrositer (karena defisiensi besi) (Putri, 2016)
2. X foto dada (radiologi)
 Jantung tidak membesar
 Arkus aorta sebelah kanan (25%)
 Aorta asendens melebar
 Konus pulmonalis cekung
 Apeks terangkat
 Vaskularitas paru berkurang
 Jantung berbentuk sepatu (Putri, 2016)
3. EKG
Defisiasi sumbu QRS ke kanan (RAD) hipertrofi ventrikel kanan (RVH): gelombang
P diantara II sering tinggi.
4. Ekokardiogram
 Overiding aorta
 Defect septum ventrikel
 Jalan keluar ventrikel kanan menyempit
 Kateterisasi (Putri, 2016)

Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek septum


ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis
pulmonal perifer. Mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen, peningkatan
tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan pulmonalis normal atau rendah. (Putri,
2016)

G. Penatalaksanaan
Tatalaksana terhadap pasien terdiri dari perawatan medis serta tindakan bedah.
Kedua cara terapi ini seyogyanya tidak dipertentangkan, namun justru saling
menunjang; tatalaksana medis yang baik diperlukan untuk persiapan prabedah dan
perawatan pascabedah. (Rilantono & Karo-Karo, 2012)

Tatalaksana medis:

9
1. Pada serangan sianotik akut:

1. Pasien diletakkan dalam knee – chest position.


2. Diberikan O2 masker 5 – 8 liter / menit.
3. Morfin sulfat 0,1 – 0,2 mg /kgBB/subkutan (sebagian ahli menyarankan
intramuscular)
4. Diberikan sodium bikarbonat 1 meq/kgBB/IV untuk koreksi asidosis
5. Diberikan transfusi darah bila kadar hemoglobin <15 g/dl, jumlah darah rata -
rata yang diberikan adalah 5 ml/kgBB
6. Diberikan propanolol 0,1 mg/kgBB/IV secara bolus.
7. Jangan memberikan Digoxin pada saat pasien menderita serangan sianotik
karena akan memperburuk keadaan.
2. Apabila tidak segera dilakukan operasi, dapat diberikan propranolol rumat dengan
dosis 1 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis. Bila pasien mengalami serangan
sianotik disertai dengan anemia relatif, maka diperlukan preparat Fe. Dengan Fe
ini akan terjadi retikulosistosis dan kadar hemoglobin meningkat.
3. Hiegene mulut dan gigi perlu diperhatikan, untuk meniadakan sumber infeksi
untuk terjadi endocarditis infektif atau abses otak.
4. Terjadinya dehidrasi harus dicegah khususnya pada infeksi interkuren.
5. Orang tua perlu diedukasi atau diajarkan untuk mengenali serangan sianotik dan
penanganannya. (Rilantono & Karo-Karo, 2012)

Tatalaksana intervensi non bedah:

1. Dilatasi alur keluar ventrikel kanan dan katup pulmonal dengan balon, kadang
dilakukan untuk megalami gejala berat.
2. Pemasangan stent pada duktus arteriosus persisten bisa juga dikerjakan bila
stenosis pulmonal berat atau atretik. (Rilantono & Karo-Karo, 2012)

Tatalaksana bedah terdiri dari 2 jenis, yakni operasi paliatif untuk menambah
aliran darah baru, dan bedah korektif. Bedah paliatif bertujuan meningkatkan
aliran darah pulmoner, dilakukan pada:

1. Neonatus tetraogi Fallot berat / atresia pulmonar dengan hipoksia berat.

10
2. Bayi tetraogi Fallot denga annulus pulmonary atau arteri pulmonalis hipoplastik.
3. Bayi tetralogi Fallot dengan usia < 3-4 bulan dengan spell berulang yang gagal
diterapi.
4. Bayi tetralogi Fallot dengan berat < 2,5 kg.
5. Anak tetralogi Fallot dengan hipoplastik cabang – cabang arteri pulmonalis
(diameter dibawah ukuran tengah yang dibuat oleh Kirklin).
6. Anomali arteri koroner yang melintang di depan alur keluar ventrikel kanan.
(Rilantono & Karo-Karo, 2012)

Jenis terapi bedah paliatif yang dikenal:

1. Anastomosis ujung ke sisi (end to side anastomosis) arteri subklavia dengan arteri
pulmonalis proksimal ipsilateral. Tindakan ini disebut prosedur Blalock-Taussig
atau BT shunt.
2. Prosedur Waterston, yaitu anastomosis antara aorta asendens dengan arteri
pulmonalis kanan.
3. Prosedur Glenn, yaitu anastomosis antara vena kava superior dengan arteri
pulmonalis kanan. (Rilantono & Karo-Karo, 2012)

H. Komplikasi
Menurut (Amelia, 2019b) Satu atau lebih komplikasi berikut dapat terjadi pada pasien
tetralogi Fallot yang tidak dikoreksi:

1. Bencana serebrovaskular (cerebrovascular accident) dapat terjadi pada pasien


berumur kurang dari 5 tahun, biasanya terjadi setelah serangan sianotik,
pascakateterisasi jantung, atau dehidrasi.
2. Abses otak dapat terjadi pada pasien yang berusia pada pasien yang berusia
lebih dari 5 tahun, dengan gejala sakit kepala, muntah – muntah, disertai
gejala neurologis. Di RS Soetomo (1970 – 1985), 20% dari pasien tetralogi
Fallot meninggal karena abses otak.
3. Endokarditis infektif dapat terjadi pascabedah rongga mulut dan tenggorok,
seperti manipulasi gigi, tonsilektomi, dan lain – lain. Infeksi lokal di kulit,

11
tonsil, dan nasofaring juga merupakan sumber infeksi yang dapat
mengakibatkan endokarditis.
4. Anemia relatif, yang ditandai dengan hematokrit yang tinggi dibandinkan
dengan kadar hemoglobin. Pada darah tepi didapatkan hipokromia,
mikrositosis, dan anisositosis.
5. Trombosis paru. Trombosis lokal pada pumbuluh darah paru kecil, ini akan
menambah sianosis.
6. Perdarahan. Pada polisitemia hebat, trombosit dan fibrinogen menurun hingga
dapat terjadi ptekie, perdarahan gusi. Hemoptisis terjadi pada pasien yang
lebih tua karena lesi trombotik di paru.

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

12
Penyakit jantung rematik kebanyakan menyerang pada anak-anak dan dewasa hal
ini lebih dikarenakan bakteri streptococcus sering berada di lingkungan yang tidak bersih.
Penyakit ini lebih sering terkena pada anak perempuan.
a. Identitas klien : Nama, umur, alamat, pendidikan
b. Riwayat kesehatan : Demam, nyeri, dan pembengkakkan sendi
c. Riwayat penyakit dahulu : Tidak pernah mengalami penyakit yang sama,
hanyademam biasa
d. Riwayat penyakit sekarang : Kardiomegali, bunyi jantung muffled dan perubahan
EKG
e. Riwayat kesehatan keluarga
f. Riwayat kesehatan lingkungan
 Keadaan sosial ekonomi yang buruk
 Iklim dan geografi
 Cuaca
g. Imunisasi
h. Riwayat nutrisi
Adanya penurunan nafsu makan selama sakit sehingga dapat mempengaruhi
status nutrisi berubah.
Pemeriksaan fisik Head to Toe:
a. Kepala : Ada gerakan yang tidak disadari pada wajah, sclera anemis, terdapat
napas cuping hidung, membran mukosa mulut pucat.
b. Kulit :Turgor kulit kembali setelah 3 detik, peningkatan suhu tubuh sampai 39ᴼ C.
c. Jantung
 Inspeksi : iktus kordis tampak
 Palpasi : dapat terjadi kardiomegali
 Perkusi : redup
 Auskultasi : terdapat murmur, gallop
d. Abdomen
 Inspeksi perut simetris
 Palpasi kadang-kadang dapat terjadi hepatomigali
 Perkusi tympani

13
 Auskultasi bising usus normal
e. Genetalia : Tidak ada kelainan
f. Ekstermitas : Pada inspeksi sendi terlihat bengkak dan merah, ada gerakan yang
tidak disadari, pada palpasi teraba hangat dan terjadi kelemahan otot.
g. Data fokus yang didapat antara lain:
 Peningkatan suhu tubuh tidak terlalu tinggi kurang dari 39 derajat celcius
namun tidak terpola.
 Adanya riwayat infeksi saluran napas.
 Tekanan darah menurun, denyut nadi meningkat, dada berdebar - debar.
 Nyeri abdomen, mual, anoreksia, dan penurunan hemoglobin.
 Arthralgia, gangguan fungsi sendi.
 Kelemahan otot.
 Akral dingin.
 Mungkin adanya sesak.
h. Pengkajian data khusus:
 Karditis : takikardi terutama saat tidur, kardiomegali, suara sistolik,
perubahan suarah jantung, perubahan Elektrokardiogram (EKG), nyeri
prekornial, leokositosis, peningkatan Laju endap darah (LED),
peningkatan Anti Streptolisin (ASTO).
 Poliatritis : nyeri dan nyeri tekan disekitar sendi, menyebar pada sendi
lutut, siku, bahu, dan lengan (gangguan fungsi sendi).
 Nodul subkutan : timbul benjolan di bawah kulit, teraba lunak dan
bergerak bebas. Biasanya muncul sesaat dan umumnya langsung diserap.
Terdapat pada permukaan ekstensor persendian.
 Khorea : pergerakan ireguler pada ekstremitas, infolunter dan cepat, emosi
labil, kelemahan otot.
 Eritema marginatum : bercak kemerahan umum pada batang tubuh dan
telapak tangan, bercak merah dapat berpindah lokasi, tidak parmanen,
eritema bersifat non-pruritus.

B. Diagnosis Keperawatan

14
Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017) diagnosis keperawatan yang
mungkin muncul pada pasien anak dengan TOF yaitu:

1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongersti pulmonal


2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara pemakaian
oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel.
3. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan tidak
adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelelahan
pada saat makan dan meningkatkan kebutuhan kalori
5. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya status kesehatan
6. Perubahan peran orang tua berhubungan dengan hospitalisasi anak, kekhawatiran
terhadap penakit anak

C. Perencanaan dan Pelaksanaan Keperawatan


Menurut (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018) intervensi keperawatan berdasarkan
diagnosis keperawatan prioritas yaitu:

No. Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi TTD


Dx Prioritas Hasil Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan Pemantauan Respirasi
berhubungan dengan intervensi selama ...x24 Observasi
kongersti pulmonal jam maka pertukaran 1. Monitor frekuensi,
gas meningkat dengan irama, kedalaman
kriteria hasil : dan upaya napas.
a. Dispenea menurun 2. Monitor pola
(5) napas
b. Bunyi napas 3. Monitor
tambahan menurun kemampuan batuk
(5) efektif
c. Takikardia menurun 4. Monitor adanya
(5) sumbatan jalan

15
d. PCO2 membaik (5) napas
e. PO2 membaik (5) 5. Monitor saturasi
f. pH arteri membaik oksigen
(5) 6. Monitor nilai
AGD
7. Monitor hasil x-
ray toraks
Terapeutik
1. Atur intervensi
pemantauan
respirasi sesuai
kondisi pasien
2. Dokumentasikan
hasil pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan
prosedur
pemantauan
2. Informasikan
hasil pemantauan,
jika perlu
2. Intoleransi aktivitas Setelah  dilakukan Manajemen Energi
berhubungan dengan intervensi selama ..x24 Observasi
ketidakseimbangan antara jam maka toleransi
1. Identifkasi
pemakaian oksigen oleh aktivitas meningkat
gangguan fungsi
tubuh dan suplai oksigen dengan kriteria hasil : tubuh yang
mengakibatkan
ke sel. a. Keluhan lelah
kelelahan
menurun (5) 2. Monitor
kelelahan fisik
b. Dispnea saat
dan emosional
aktivitas menurun 3. Monitor pola dan
jam tidur
(5)
4. Monitor lokasi

16
c. Dispnea setelah dan
ketidaknyamanan
aktivitas menurun
selama
(5) melakukan
aktivitas
d. Frekuensi nadi
membaik (5) Terapeutik

1. Sediakan
lingkungan
nyaman dan
rendah stimulus
(mis. cahaya,
suara, kunjungan)
2. Lakukan rentang
gerak pasif
dan/atau aktif
3. Berikan aktivitas
distraksi yang
menyenangkan
4. Fasilitas duduk di
sisi tempat tidur,
jika tidak dapat
berpindah atau
berjalan

Edukasi

1. Anjurkan tirah
baring
2. Anjurkan
melakukan
aktivitas secara
bertahap
3. Anjurkan
menghubungi
perawat jika
tanda dan gejala
kelelahan tidak
berkurang
4. Ajarkan strategi
koping untuk
mengurangi
kelelahan

17
Kolaborasi

1. Kolaborasi
dengan ahli gizi
tentang cara
meningkatkan
asupan makanan

3. Gangguan tumbuh Setelah dilakukan Promosi Perkembangan


kembang berhubungan intervensi selama …x24 Anak
dengan defisiensi stimulus jam maka status Observasi
perkembangan
1. Identifikasi
membaik dengan
kebutuhan khusu
kriteria hasil : anak dengan
teman sebaya
a. Keterampilan /
perilaku sesuai usia Terapeutik
meningkat (5)
1. Fasilitasi hub
b. Kemampuan
anak dengan
melakukan teman sebaya
2. Dukung anak
perawatan diri
berinteraksi
meningkat (5) dengan anak lain
3. Dukung anak
mengekspresikan
perasaannya
secara positif
4. Dukung anak
dalam bermimpi
atau berfantasi
5. Dukung
partisipasi anak di
sekolah,
ekstrakurikuler
dan aktivitas
komunitas
6. Berikan mainan
yang sesuai
dengan usia anak
7. Bacakan
dongeng/ cerita
untuk anak

18
8. Sediakan
kesempatan dan
alat alat untuk
menggambar,
melukis dan
mewarnai
9. Sediakan mainan
berupa puzzle dan
maze

Edukasi

1. Jelaskan anama
nama benda
obyek yang ada di
lingkungan
sekitar
2. Ajarakan
pengasuh milesto
nes perkembanga
n dan prilaku
yang dibentuk
3. Ajarkan sikap
kooperatif, bukan
kompetisi
diantara anak
4. Ajarkan anak cara
meminta bantuan
dari anak lain,
jika perlu
5. Ajarkan teknik
asertif pada anak
dan remaja
6. Demonstrasikan
kegiatan yang
meningkatkan
perkembangan
pada pengasuh

Kolaborasi

1. Rujuk untuk
konseling, jika
perlu

19
D. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan secara umum meliputi evaluasi proses dan evaluasi hasil
yang disesuaikan dengan kondisi pasien. Tahap penilaian atau evaluasi adalah
perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang
telah ditetapkan, dilakukan dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien,
keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat
kemampuan klien dalam mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada
tahap perencanaan.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

20
Tetralogi Fallot adalah malformasi jantung kongenital sianotik dengan komponen
stenosis pulmonal, defek septum ventrikel, dekstroposisi aorta yang menyebabkan
pangkal aorta melewati septum ventrikel/ over-riding aorta, serta hipertrofi ventrikel
kanan. Penyakit kompleks tersebut pertama kali dideskripsikan oleh Fallot pada tahun
1881, walaupun kasus - kasus terebut sebelumnya telah dipaparkan melalui berbagai
laporan kasus. Penyakit jantung kongenital yang salah satunya ToF, disebabkan oleh
gangguan perkembangan sistem kardiovaskular pada masa embrio. Terdapat peranan
faktor endogen, eksogen, dan multifaktorial (gabungan dari kedua faktor tersebut). Para
ahli cenderung berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut jarang secara
terpisah menyebabkan penyakit jantung kongenital. Manifestasi klinis utama berupa
sianosis dengan derajat bervariasi tergantung pada sumber dan jumlah aliran darah paru
yang dapat berasal dari duktus arteriosus persisten, major aortopulmonary collateral
arteries (MAPCAs), atau kombinasi keduanya. Pada waktu lahir, bayi biasanya belum
sianotik, tetapi kemudian gejala tersebut muncul setelah tumbuh.
B. Saran
Kelompok mengetahui bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna sehingga
kelompok mengaharapkan saran atau kritik yang membangun dari pembaca sehingga
makalah ini bisa mendekati sempurna. Opini dari para pembaca sangat berarti bagi
kelompok guna mengevaluasi untuk menyempurnakan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Aftab, S., Usman, A., & Sultan, T. (2015). Frequency of cerebrovascular accidents and brain
abscess in children with tetralogy of fallot. Pjns, 10(2), 23–26.
http://ecommons.aku.edu/pjns%0Ahttp://ecommons.aku.edu/pjns/vol10/iss2/7

21
Amelia, P. (2019a). Tetralogy Fallot (Tof). Repositori.Usu.Ac.Id, 1–22.
http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/11570/Fulltext.pdf?
sequence=1&isAllowed=y

Amelia, P. (2019b). Tetralogy Fallot (Tof). Repositori.Usu.Ac.Id, 1–22.

Anggarani, W., Christiono, S., & Agusmawanti, P. (2021a). Oral and Dental Management in
Children With Tetralogy of Fallot : a Literature Review. ODONTO : Dental Journal, 8(1),
108. https://doi.org/10.30659/odj.8.1.108-113

Anggarani, W., Christiono, S., & Agusmawanti, P. (2021b). ORAL AND DENTAL
MANAGEMENT IN CHILDREN WITH TETRALOGY OF FALLOT : A LITERATURE
REVIEW. 8, 108–113.

Bailliard, F., & Anderson, R. H. (2009). Tetralogy of Fallot. 10. https://doi.org/10.1186/1750-


1172-4-2

Dausawati, A. F., & Fuadi, I. (2013). Penatalaksanaan Anestesi Pasien Tetralogy of Fallot pada
Operasi Mouth Preparation. Jurnal Anestesi Perioperatif, 1(2), 119–122.
https://doi.org/10.15851/jap.v1n2.123

Putri, D. A. (2016). ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK S YANG MENGALAMI


TETRALOGY OF FALLOT DI RUANG MELATI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA.

Rilantono, L. l., & Karo-Karo, S. (2012). Penyakit kardiovaskular (PKV) : 5 rahasia. Jakarta :
Badan Penerbit FKUI.

Soebroto, H., Akbar, E., & Hakim, A. R. (2020). Primary repair of tetralogy of fallot and major
aorto-pulmonary collateral arteries with suspected Noonan syndrome: A rare case. Jurnal
Kedokteran Dan Kesehatan Indonesia, 11(3), 302–308.
https://doi.org/10.20885/jkki.vol11.iss3.art13

Supit, A. I., & Kaunang, E. D. (2013). Tetralogi Fallot Dan Atresia Pulmonal. Jurnal Biomedik
(Jbm), 4(3), 152–158. https://doi.org/10.35790/jbm.4.3.2012.1205

22
Syaifuddin. (2006). Anatomi fisiologi Untuk mahasiswa keperawatan. Jakarta : EGC.

Syaifuddin. (2009). Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi 2. Jakarta
Salemba Medika , 2009.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik (1 Cetakan). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan (1 Cetakan). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

Verma, G. P., & Brothers, J. (2016). Pediatric Dentistry for Special Child. Jaypee Brothers
Medical Publisher (P) Ltd., 2016.

23

Anda mungkin juga menyukai