Anda di halaman 1dari 53

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

ASKEP ANAK DENGAN KELAINAN SISTEM

KARDIOVASKULER:

TETRALOGI OF FALLOT

DI SUSUN OLEH:

ANTONIUS SULISTIYO (NIM : 821233011)

AGUNG PRASETIO (NIM : 821233005)

DENI SETIYAWAN (NIM : 821233019)

DHAMAYANTI TRI NOVITA DEWI (NIM : 821233020)

FENNY WULANDARY ( NIM : 821211040)

MELINDA PRISCINOVA (NIM : 821233062)

RAHMAWATI (NIM : 821233086)

SUSANA LEVEN (NIM : 821233100)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATANYAYASAN


RUMAH SAKIT ISLAM PONTIANAK

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah pada mata kuliah Keperawatan Anak yang berjudul “Askep anak dengan
kelainan Sistem kardiovaskuler: Tetralogi of fallot” di Sekolah Tinggi Kesehatan
(STIKes) YARSI Pontianak.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan makalah ini tidak
dapat dilaksanankan apabila tidak didukung oleh berbagai pihak, untuk itu tidak
lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Ns. Uti Rusdian Hidayat, M. Kep Selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan (STIKes) YARSI Pontianak.
2. Ns. Lintang Sari, M.Kep sebagai dosen mata kuliah keperawatan anak

3. Teman-teman Pendidikan STIKes YARSI Pontianak yang telah banyak


mengorbankan waktu dalam membantu menyelesaikan makalah ini.
Penulis telah berusaha seoptimal mungkin dalam menyusun makalah ini,
untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diperlukan guna
penyempurnaan penulisan ini. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat
untuk kita semua.

Pontianak, Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.............................................................................1
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan umum......................................................................................2
2. Tujuan khusus.....................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi.....................................................................................................3
B. Etiologi.....................................................................................................5
C. Klasifikasi................................................................................................6
D. Patofisiologi.............................................................................................6
E. Manifestasi klinis.....................................................................................7
F. Skema pathway........................................................................................8
G. Pemeriksaan Diagnostik...........................................................................8
H. Penatalaksanaan.......................................................................................10
I. Hasil penelitian mutakhir.........................................................................13
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Uraian kasus ...........................................................................................15
B. Pengkajian ..............................................................................................16
C. Asuhan Keperawatan
1. Analisa data........................................................................................28
2. Diagnosa keperawatan........................................................................28
3. Rencana keperawatan.........................................................................30
4. Implementasi Evaluasi keperawatan..................................................36
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN........................................................................................45
B. SARAN....................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................46

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Salah satu jenis kelainan jantung yaitu Tetralogi Fallot (ToF) adalah salah satu
kelainan jantung bawaan sianotik yang paling umum dan ditandai oleh empat ciri
utama: cacat septum ventrikel (VSD); obstruksi saluran keluar ventrikel kanan (RV)
(RVOTO), yang seringkali bersifat dinamis; aorta yang menonjol; dan hipertrofi RV
(RVH) (Wilson, 2019).
Derajat RVOTO, tekanan relatif pada ventrikel kanan dan kiri, serta proporsi
aorta yang melebihi VSD menentukan gambaran dan tingkat keparahan kondisi
ini. Ahli anestesi dapat menemukan ToF dalam berbagai keadaan, mulai dari bayi
sianotik akut hingga orang dewasa yang pernah menjalani perbaikan ToF sebelumnya
dan menjalani operasi yang tidak berhubungan.
Dari data global ditemukan bahwa Tetralogy of Fallot merupakan penyakit
jantung bawaan sianotik tersering, dengan kejadian 7-10% dari seluruh malformasi
jantung bawaan. Angka kejadian tetralogy of Fallot diperkirakan sebesar 3 sampai 5
per 1000 kelahiran hidup.
Seiring dengan meningkatnya angka kelahiran di Indonesia, jumlah bayi yang
lahir dengan penyakit jantung juga meningkat. Menurut Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2018, Selain PJK, PJB merupakan kelainan bawaan yang paling
sering ditemukan. Angka kejadian PJB di seluruh dunia diperkirakan mencapai 1,2
juta kasus dari 135 juta kelahiran hidup setiap tahunnya. Dari jumlah tersebut, sekitar
300.000 kasus dikategorikan PJB berat yang membutuhkan operasi kompleks agar
dapat bertahan hidup. Sementara di Indonesia, angka kejadian PJB diperkirakan
mencapai 43.200 kasus dari 4,8 juta kelahiran hidup (9 : 1000 kelahiran hidup).
Dua per tiga kasus penyakit jantung bawaan di Indonesia memperlihatkan gejala
pada masa neonatus. Setiap tahunnya sebanyak 25-30% penderita penyakit jantung
bawaan yang memperlihatkan gejala pada masa neonatus meninggal pada bulan
pertama usianya jika tanpa penanganan yang baik. Sekitar 25% pasien TOF yang
tidak diterapi akan meninggal dalam 1 tahun pertama kehidupan, 40% meninggal
sampai usia 4 tahun, 70% meninggal sampai usia 10 tahun, dan 95% meninggal
sampai usia 40 tahun.
Jika tidak ditangani dengan serius maka kelainan jantung bawaan pada anak ini
akan menimbulkan beberapa komplikasi antara lain adalah sebagai berikut, yaitu : 1)
1
trombosis serebri; 2) abses otak; 3) endokarditis bakterialis; 4) gagal jantung
kongestif;
5) hipoksia.

B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami
tentang asuhan keperawatan pada anak dengan kasus tetralogy of fallot

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa / I mengetahui Pengertian Tetralogy Of Fallot

b. Mahasiswa / i mengetahui etiologi Tetralogy Of Fallot

c. Mahasiswa / i mampu mengetahui klasifikasi Tetralogy Of Fallot

d. Mahasiswa / I mengetahui patofisiolagi Tetralogy Of Fallot

e. Mahasiswa / i mampu manifestasi klinis Tetralogy Of Fallot

f. Mahasiswa / i mampu skema pathway dari Tetralogy Of Fallot

g. Mahasiswa / I mengetahui pemeriksaan diagnostik Tetralogy Of Fallot

h. Mahasiswa / I mengetahui penatalaksanan pasien dengan Tetralogy Of Fallot

i. Mahasiswa / I mengetahui hasil penelitian mutakhir tentang Tetralogy Of


Fallot

j. Mahasiswa / I menjelaskan asuhan keperawatan anak berdasarkan contoh


kasus anak dengan Tetralogy Of Fallot

2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Tetralogy of fallot (TOF) adalah kelainan jantung dengan gangguan sianosis
yang ditandai dengan kombinasi empat hal yang abnormal meliputi defekseptup
ventrikel, stenosis pulmonal, overriding aorta, dan hipertropi ventrikel kanan.
Komponen yang paling penting dalam menentukan derajat beratnya penyakit adalah
stenosis pulmonal dari sangat ringan hingga berat. Stenosis pulmonal bersifat
progresif dan semakin lama semakin berat (Black & Hawks, 2014).
TOF adalah penyakit jantung bawaan sianotik (warna kulit) yang terdiri dari 4
kelainan khas, yaitu Defek Septum Ventrikel (VSD), Stenosis Infundibulum ventrikel
kanan atau biasa disebut stenosis pulmonal, hipertrofi ventrikel kanan, dan Overriding
aorta (Guyton, A. C, Hall, 2014). Sebagai konsekuensinya didapatkan adanya empat
kelainan anatomi sebagai berikut :
1. Penyempitan Katup Paru (Stenosis Katup Pulmonal)
Dimana penyempitan ini mengurangi aliran darah ke paru dan menurunkan
fungsi otot di bawah katup pulmonal. Terkadang, katup pulmonal tidak terbentuk
dengan baik (atresia pulmonal).

2. Lubang di antara Bilik Jantung Bawah (Defek Septum Ventrikel)


Dimana defek septum ventrikel adalah lubang di dinding (septum) yang
memisahkan dua bilik bawah jantung (ventrikel kiri dan kanan). Lubang
menyebabkan darah rendah oksigen di ventrikel kanan bercampur dengan darah
kaya oksigen di ventrikel kiri. Kondisi tersebut menyebabkan penurunan suplai
darah kaya oksigen ke seluruh tubuh.

3
4

.
3. Pergeseran Arteri Utama Tubuh (Aorta), jika
Pada kondisi normal biasanya aorta bercabang dari ventrikel kiri, tapi
pengidap Tetralogy of Fallot memiliki posisi yang salah. Posisi menjadi bergeser
ke kanan dan terletak tepat di atas lubang di dinding jantung (defek septum
ventrikel). Akibatnya, aorta menerima campuran darah yang kaya oksigen dan
rendah oksigen dari ventrikel kanan serta kiri.
5

4. Penebalan Bilik Jantung Kanan Bawah (Hipertrofi Ventrikel Kanan)


Dimana penebalan bilik terjadi ketika organ jantung bekerja terlalu keras
dalam memompa darah.

B. ETIOLOGI
Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen jarang terpisah
menyebabkan penyakit jantung bawaan. Apapun sebabnya pajanan terhadap factor
penyebab harus ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan, oleh karena pada minggu
kedelapan kehamilan pembentukan jantung janin sudah selesai (Yuniadi, Dony, &
Bambang, 2017)
Tetralogi Fallot terjadi ketika jantung bayi tidak terbentuk dengan sempurna di
dalam rahim. Para ahli tidak yakin secara pasti apa yang menyebabkan cacat
tersebut. TOF mungkin disebabkan oleh perubahan gen atau kromosom. Risiko
kelainan jantung bawaan seperti TOF juga dapat meningkat karena (Vithana, 2019):
1. Faktor lingkungan, seperti merokok atau mengonsumsi obat tertentu selama
kehamilan
2. Riwayat keluarga
3. Memiliki kondisi medis tertentu selama kehamilan, seperti diabetes atau rubella
4. Anak – anak sindrom Down atau sindrom DiGeorge
Pada sebagian besar kasus, ditemukan bahwa penyebab penyakit jantung bawaan
tidak diketahui secara pasti. Diduga karena adanya factor endogen dan eksogen.
Menurut pendapat Para ahli menyimpulkan bahwa penyebab endogen dan eksogen
jarang terpisah yang menyebabkan penyakit jantung bawaan. Apapun sebabnya pajanan
terhadap factor penyebab akan ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan, dikarenakan
pada minggu kedelapan kehamilan pembentukan jantung janin sudah selesai (Yuniadi,
Dony, & Bambang, 2017).
6

1. Faktor endogen
a. Berbagai jenis penyakit genetic : kelainan kromosom
b. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
c. Adanya penyakit tertentu dalam keluarga, seperti diabetes mellitus, hipertensi,
penyakit jantung atau kelainan bawaan
2. Faktor eksogen
a. Riwayat kehamilan ibu
b. Sebelumnya ikut program kb oral atau suntik, minum obat-obatan tanpa resep
dokter
c. Ibu menderita penyakit infeksi rubella

d. Pajanan terhadap sinar x

C. KLASIFIKAS1
Menurut (Sastroasmoro & Mardiyono, 2014) TOF dibagi dalam 4 derajat:
1) Derajat I: Tidak sianosis, kemampuan kerja normal, sering disebut sebagai pink
fallot
1. Derajat II: Sianosis saat aktivitas, kemampuan aktivitas berkurang
2. Derajat III: Sianosis waktu istirahat, terlihat clubbing finger atau jari tabuh,
sianosis bertambah saat aktivitas, ada dispneu
3. Derajat IV: Sianosis dan dispneu saat istirahat.

D. PATOFISIOLOGI
Menurut Ilmu Kesehatan Anak (2015), patofisologi dari penderita TOF pada anak
adalah sebagai berikut, yaitu :
7

Komponen utama yang menentukan derajat beratnya penyakit TOF adalah stenosis
pulmonal, yang bervariasi dari sangat ringan sampai sangat berat, bahkan dapat berupa
atresia pulmonal. Stenosis pulmonal ini bersifat progresif, semakin lama semakin berat.
Tekanan yang meningkat akibat stenosis pulmonal menyebabkan darah yang
terdeoksigenasi (yang berasal dari vena) keluar dari ventrikel kanan menuju ventrikel kiri
melalui defek septum ventrikel dan ke sirkulasi sistemik melalui aorta, menyebabkan
hipoksemia sistemik dan sianosis. Bila stenosis pulmonal semakin berat, maka semakin
banyak darah dari ventrikel kanan menuju ke aorta. Pada stenosis pulmonal yang ringan,
darah dari ventrikel kanan menuju ke paru, dan hanya pada aktivitas fisik akan terjadi
pirau dari kanan ke kiri. Semakin bertambahnya usia, maka infundibulum akan semakin
hipertrofik, sehingga pasien akan semakin sianotik. Obstruksi pada jalan keluar ventrikel
kanan ini menyebabkan kurangnya aliran darah ke paru yang menyebabkan hipoksia,
maka kompensasi untuk hipoksia adalah terjadinya polisitemia sehingga terbentuknya
sirkulasi kolateral (jangka panjang) (Anggraini, dkk, 2021)

E. MANIFESTASI KLINIS
Gejala tetralogy of fallot tergantung pada tingkat keparahannya. Umumnya, gejala
yang dialami penderita tetralogy of fallot meliputi ( Vithana, 2019) :
1. Sianosis yaitu kondisi Kulit dan bibir membiru (sindrom bayi biru), yang bisa
memburuk saat bayi menangis.
2. Dipsneu / Sesak napas, terutama saat sedang beraktivitas atau menyusu.
3. Kuku tangan dan kaki berbentuk bulat dan cembung (clubbing fingers).
4. Mudah lelah
5. Rewel
6. Gangguan tumbuh kembang, termasuk berat badan yang tidak sesuai usia.
7. Murmur jantung yaitu kondisi ketika jantung mengeluarkan suara abnormal.
Kondisi ini dapat terjadi karena turbulensi aliran darah di dalam jantung atau
karena katup jantung tidak berfungsi dengan baik.
8

F. Skema Pathway

(sumber Anggarini, dkk, 2021)


G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Ada beberapa jenis pemeriksaan yang bisa dilakukan pada anak dengan Tetralogi of
Fallot (Beckerman, 2022)
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Darah
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi
oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16 gr/dl dan
9

hematokrit antara 50-65 %.

b. Blood Gas Analysis/ BGA


Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial karbondioksida (PCO2),
penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan PH.pasien dengan Hn dan
Ht normal atau rendah mungkin menderita defisiensi besi.
c. Hematokrit/ Pcv
Pcv meningkat lebih besar 65% dapat menimbulkan kelainan koagulasi ; waktu
perdarahan memanjang, fragilitas kapiler meningkat, umur trombosit yang
abnormal.
d. Desaturasi darah arterial
e. Anemia hipokrom mikrositer (karena defisiensi besi)
2. Foto roentgen
a. Jantung tidak membesar
b. Arkus aorta sebelah kanan (25%)
c. Aorta asendens melebar
d. Konus pulmonalis cekung
e. Apeks terangkat
f. Vaskularitas paru berkurang
g. Jantung berbentuk sepatu
3. Elektrokardium
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula hipertrofi
ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai P pulmonal
10

4. Ekokardiografi
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel
kanan,penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan aliran darah ke paru-paru
5. Kateterisasi
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek septum
ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis
pulmonal perifer. Mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen, peningkatan
tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan pulmonalis normal atau rendah.

H. Penatalaksanaan
Pada kasus TOF (tetralogi Fallot) hampir semua anak akan memerlukan tindakan
pembedahan. Kebanyakan anak menjalani operasi ketika mereka sudah mulai berusia
sekitar enam bulan. Dokter yang akan menentukan operasi mana yang paling tepat.
(Vithana, 2019)
Tatalaksana terhadap pasien terdiri dari perawatan medis serta tindakan bedah.
Kedua cara terapi ini seyogyanya tidak dipertentangkan, namun justru saling
menunjang; tatalaksana medis yang baik diperlukan untuk persiapan prabedah dan
perawatan pascabedah.
1. Tata laksana medis
Pada pasien yang mengalami serangan sianotik akut maka dapat diberikan (Qhinta,
2022):
a. Pasien diletakkan dalam knee – chest position.

b. Diberikan O2 masker 5 – 8 liter / menit.


c. Morfin sulfat 0,1 – 0,2 mg /kgBB/Subkutan atau IM
d. Diberikan sodium bikarbonat 1 meq/kgBB/IV untuk koreksi asidosis
e. Diberikan transfusi darah bila kadar hemoglobin
f. Diberikan propanolol 0,1 mg/kgBB/IV secara bolus.
g. Jangan memberikan Digoxin pada saat pasien menderita serangan sianotik
karena akan memperburuk keadaan.
h. Apabila tidak segera dilakukan operasi, dapat diberikan propranolol rumat
dengan dosis 1 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis. Bila pasien mengalami
serangan sianotik disertai dengan anemia relatif, maka diperlukan preparat
Fe. Dengan Fe ini akan terjadi retikulosistosis dan kadar hemoglobin
11

meningkat.
i. Hiegene mulut dan gigi perlu diperhatikan, untuk meniadakan sumber infeksi
untuk terjadi endocarditis infektif atau abses otak.
12

j. Terjadinya dehidrasi harus dicegah khususnya pada infeksi interkuren.


k. Orang tua perlu diedukasi atau diajarkan untuk mengenali serangan sianotik
dan penanganannya.
2. Tata laksana intervensi non bedah
a. Dilatasi alur keluar ventrikel kanan dan katup pulmonal dengan balon,
kadang dilakukan untuk megalami gejala berat.
b. Pemasangan stent pada duktus arteriosus persisten bisa juga dikerjakan bila
stenosis pulmonal berat atau atretik.
3. Tata laksana bedah
Tatalaksana bedah terdiri dari 2 jenis, yakni operasi paliatif/ sementara untuk
menambah aliran darah baru, dan bedah korektif/ lengkap ( Baffa, 2017)
a. Bedah paliatif / sementara
Jenis terapi bedah paliatif yang dikenal:
1) Anastomosis ujung ke sisi (end to side anastomosis) arteri subklavia
dengan arteri pulmonalis proksimal ipsilateral. Tindakan ini disebut
prosedur Blalock-Taussig atau BT shunt.

2) Prosedur Waterston, yaitu anastomosis antara aorta asendens dengan


arteri pulmonalis kanan.
3) Prosedur Glenn, yaitu anastomosis antara vena kava superior dengan
arteri pulmonalis kanan.
13

Tujuan dari bedah paliatif meningkatkan aliran darah pulmoner yang


dilakukan pada:
1) Neonatus tetraogi Fallot berat / atresia pulmonar dengan hipoksia berat.
2) Bayi tetraogi Fallot denga annulus pulmonary atau arteri pulmonalis
hipoplastik.
3) Bayi tetralogi Fallot dengan usia < 3-4 bulan dengan spell berulang yang
gagal diterapi.
4) Bayi tetralogi Fallot dengan berat < 2,5 kg.
5) Anak tetralogi Fallot dengan hipoplastik cabang – cabang arteri
pulmonalis (diameter dibawah ukuran tengah yang dibuat oleh Kirklin).
6) Anomali arteri koroner yang melintang di depan alur keluar ventrikel
kanan.

b. Bedah korektif / perbaikan menyeluruh


Bedah korektif dilakukan pada kasus yang ideal, pada usia yang cukup
aman sesuai kemampuan tiap – tiap institusi. tindakan operasi yang bisa
dilakukan pada TOF (Vithana, 2019) adalah:
1) Memasang tambalan pada defek septum ventrikel
2) Mengangkat jaringan yang menebal dari ventrikel kanan
3) Pelebaran katup pulmonal
14

I. HASIL PENELITIAN MUTAKHIR

No Pengarang / judul tahun Hasil intervensi

1 Annisa, Ari Wahyuni/ Manajemen 2022 Tetralogy of fallot yang tidak


Anestesi pada pasien Abses serebri dilakukan tindakan operatif dapat
dengan Tetralogy of Fallot: Sebuah menyebabkan komplikasi serebro-
vaskular, salah satunya abses otak.
Laporan Kasus
Pasien dengan TOF memerlukan
manajemen anesyesi yang tepat
sehingga keberhasilan operasi
dapat lebih tepat

2 I Gusti Ngurah Rai Artika, Bhirowo 2016 Pengelolaan anestesi pada anak
Yudo Pratomo, Yosy Budi Setiawan/ dengan Tetralogy of Fallot untuk
Penatalaksanaan anestesi colostomy operasi non jantung memiliki
kekhasan untuk kelainan yang
pada pasien Atresia ani dengan
dialami. Pengelolaan anestesi yang
tetralogi of fallot (tof) kita lakukan hendaknya tidak
memperberat kelainan yang sudah
ada dan harus memberikan suatu
sumbangan untuk memperbaiki
oksigenasi selama anestesi
dilakukan. Profil fisiologi jantung
paling baru adalah sangat penting
untuk menentukan arah pintasan
dan juga pengelolaan anestesi.
Pasien, ahli bedah, dan ahli anak
sebaiknya juga mengetahui
antisipasi komplikasi dari anestesi
atau pembedahan. Sangat penting
untuk diingat bahwa nyeri
postoperasi dengan peningkatan
katekolamin dapat mempengaruhi
tahanan vaskuler dan juga arah
pintasan
3 Ruddi Hartono, Sri Rahardjo, 2019 Low dose spinal anesthesia dapat
Yusmein Uyun/ Low Dose Spinal digunakan sebagai alternatif
Anesthesia Bupivakain 0,5% 5 mg pembiusan pada pasien kehamilan
dengan Adjuvan Fentanyl 50 mcg dengan uncorrected tetralogy of
untuk Pasien dengan Uncorrected fallot tetapi harus disesuaikan
Tetralogy of Fallot yang Menjalani dengan kondisi pasien sebelum
Seksio Sesarea dilakukan pembiusan. Low dose
spinal
15

anesthesia yang dilakukan pada


pasien ini tidak menyebabkan
hipotensi karena intesitas blok

simpatis yang lebih rendah


sehingga vasodilatasi, penurunan
SVR, dan perubahan shunt dari
kanan ke kiri tidak terjadi

4 Mahrus A. Rahman, I Ketut Alit 2023 Angka kejadian PJB sangat tinggi
Utamayasa, Taufiq Hidayat, Teddy di negara berkembang, termasuk
Ontoseno/ Deteksi Dini Penyakit Indonesia. Minimnya pengetahuan
Jantung Bawaan Melalui Pelatihan di antara tenaga kesehatan
Webinar dan Screening Echo- mengenai etiologi, faktor risiko
cardiography di Kediri dan tingginya heterogenitas pada
PJB menjadi hambatan utama
dalam melakukan pencegahan dan
deteksi

dini. Pelaksanaan webinar dapat


menjadi metode alternatif untuk
meningkatkan pengetahuan

tentang PJB pada tenaga

kesehatan. Ventricle septal defect


(VSD) merupakan lesi terbanyak
pada PJB asianotik dan

Tetralogy of Fallot (TOF)

adalah lesi terbanyak pada PJB


sianotik di Kediri
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS ANAK DENGAN


TETRALOGI OF FALLOT

A. Uraian kasus
An. I laki-laki usia lima tahun dibawa ke IGD rumah sakit oleh kedua
orang tuanya karena dua jam sebelumnya pingsan sekitar 10 menit setelah
bermain petak umpet dengan saudaranya. Orang tua mengatakan anaknya
didiagnosis mengalami kelainan jantung bawaan saat berusia dua tahun. Hasil
pengkajian didapatkan kesadaran somnolen, tampak sianosis, frekuensi nadi
110 x/menit, irreguler dan lemah, frekuensi napas 20 x/menit, suhu 36,5 oC,
tekanan darah 90/60 mmHg. Ibu terlihat menangis sambil memandangi
anaknya, dan ayah terlihat memeluk istrinya dan mengajak istrinya untuk
banyak berdoa.

16
17

B. Pengkajian
1. IDENTITAS KLIEN
Nama : An. I Nama Panggilan :O
Tgl Lahir/Umur : 5 Thn
Jenis kelamin : Laki-Laki Agama : Islam
Bahasa yang dipakai : Indonesia
Pendidikan :-
Alamat :Singkawang Telp : ……………………
Ruang : Anak
No. Register : 055xx
Nama Ayah : Tn. G Nama Ibu : Ny. H
Pekerjaan : PNS Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

2. RIWAYAT KEPERAWATAN
Tanggal masuk : 03-10-2023
Tanggal dan jam pengambilan data : 05-10-2023
Diagnosis medik saat masuk : ToF
Cara masuk : [ ] Berjalan [ ] Kursi roda [ ] Brancar [√ ] digendong
Ditemani oleh : [√ ] orang tua [ ] saudara [ ] lain-lain
Dikirim dari : [ √ ] Emergency [ ] Poli [ ] Kamar operasi [ ] lain-lain
Keadaan waktu masuk :
Kesadaran : [ ] Composmentis [ ] Apatis [ √ ] Somnolen [ ] Soporcoma
[ ] Coma
Pernafasan : 20 x/mnt, Suhu 36,5 C, Nadi 110 x/mnt
Tekanan darah : 90/60 mmHg, BB : 22 kg, TB : 114 cm
Keluhan yang dirasakan sekarang :…………………………………
Alergi : [ ] ya [ ] obat [ ] makanan [ ]
lain-lain ……………………………… [ √ ] tidak
Alat bantu yang dipakai :
[ ] kaca mata [ ] lensa kotak [ ] prothese [ ] alat bantu pendengaran
[ ] kawat gigi [ ] lain-lain …………
Apakah pernah sakit sebelum ini ? [ ] ya [ √ ] tidak
Bila pernah sakit apa ? ……………
18

Apakah sudah berobat ? [ ] sudah [ √ ] belum


Bila sudah berobat dimana ? ……………
Riwayat dalam kandungan – kelahiran :
Prenatal : [√ ] normal [ ] tidak normal ( spesifik )
Natal : [ √ ] spontan [ ] VE [ ] SC
BB lahir ………… Gr panjang badan lahir......................cm
Menangis saat lahir : [ ] ya [ ] tidak
Post natal : [ ] kejang [ ] gangguan nafas [ ] kejang demam
[ ] lain-lain ……………
Minum ASI [ V ] ya, sampai umur berapa ……… bulan/tahun [ ] tidak
Riwayat Imunisasi :
[√ ] DPT I [√ ] DPT II [ √ ] DPT III [ √ ] Polio I [ √ ] Polio II [ √ ] Polio III
[√ ] BCG [ √ ] Campak
[ ] MMR [ ] Hepatitis, Vaksin ulangan [ ] ya [ ] tidak

2. Riwayat Keluarga
Saudara :

JENIS KELAMIN
NO NAMA UMUR L/P SEHAT / SAKIT
1. An.. J 11 thn Laki-Laki Sehat

Genogram keluarga ( minimal 3 generasi )

Keterangan
19

: Laki-Laki : Perempuan : Pasien :Tingal Serumah

: Meninggal Dunia

3. RIWAYAT KEBUTUHAN SEHARI-HARI

a) PERNAFASAN
Spontan (√ ) ya ( ) reguler ( ) irreguler ( ) Tidak
Frekuensi nafas 20 x/mnt
Keadaan saat ini :
( ) Batuk (√ ) Dyspone ( ) Sianosis ( ) Retraksi :(
a. Derajat .......... b. Lokasi...................)
( ) Wheezing ( ) Sakit ( ) Lendir ( V ) Ronkhi
Alat bantu nafas :
( ) O2 nasal ( ) ETT ( ) T. Piece
Hasil analisa gas darah :
( ) Asidosis respiratorik ( ) Asidosis metabolik
( ) Alkolosis respiratorik ( ) Asidosis metabolik
Keterangan : …………………………………………………………………
b) SIRKULASI
Frekuensi nadi 100 x/mnt
[ ] Reguler [√ ] Irreguler
Tekanan darah : 90/60 mmHg
Keadaan saat ini :
[ ] Edema [ ] nyeri kaki [ ] nyeri dada
[√ ] kelelahan [ ] syncope
Extremitas : [ ] Hangat [ ] Dingin [ √ ] Sianosis
[ ] Anemia [ ] Trombositopenia
[ ] Lekositosis [ ] Hipoproteinemia
Keterangan :
20

c) MAKANAN, CAIRAN DAN ELEKTROLIT


Makan 3 x/hari
Diet : tidak ada diet
Minum : +/- 1600 cc/hari
Menggunakan [ ] Dot [√] Gelas [ ]
Lain-lain ……………………………………
Makanan dan minuman yang tidak disukai………
Nafsu makan [√ ] Baik [ ] Sedang [ ] Buruk BB sebelum sakit : 23 kg,
BB sekarang : 23 kg [ ] BB turun [√ ] BB tetap [ ] BB naik Keadaan
saat ini :
[ ] Sulit mengunyah [ ] Stomatitis
[ ] Sakit menelan [ ] kebersihan mulut kurang
[ ] Mual [ ] Muntah [ ] Nyeri ulu hati
Gigi : Normal
Lidah : [ ] Basah [√ ] Kering [ ] Berselaput [ ] Lain-lain
misalnya ……………………………………………………
Selaput lendir : [ ] Basah [ ] Kering [ ] Berselaput [ ] Lain-lain
misalnya …………………………………………
Abdomen : [√ ] Supel [ ] kembung [ ] Tegang
Turgor : [ ] Baik [√ ] Sedang [ ] Buruk

d) ELIMINASI
 BUANG AIR KECIL ( BAK )
Frekuensi BAK 6 x/hari
Ada kesukaran : [ ] Ya [√ ] Tidak
Bila ada kesukaran lakukan apa ?
Keadaan saat ini :
[ ] Rasa terbakar [ ] Dysuria [ ] Sering BAK
[ ] Hematuria [ ] Inkontinesia [ ] Retensi urin
[ ] Imobilisasi [ ] Menetes [ ] Infeksi
[ ] Distensi kandung kemih
keterangan : ………………………………………
21

 BUANG AIR BESAR ( BAB


) Frekuensi BAB 1 x/hari
Ada kesukaran : [ ] Ya [√ ] Tidak
Bila ada dilakukan apa ? …………………………
Kapan terakhir BAB : Pagi
Keadaan saat ini :
[ ] Diare [ ] Konstipasi [ ] Hemorroid
[ ] Kolostomi [ ] Ileustomi [ ] Perubahan diet
[ ] Penurunan pemasukan cairan
[ ] Sakit pada saat defekasi [ ] Imobilisasi
Konsistensi Feces : [ √ ] lembek [ ] Cair berampas
[ ] Cair tanpa ampas
Warna Feces : [ √ ] Kuning [ ] Hijau
[ ] Putih dempul [ ] Darah
Keterangan :......................................................................
e) NEUROSENSORI
Tingkat Kesadaran
[ ] Kompos mentis [ ] Apatis [√ ] Somnolent
[ ] Sopor coma [ ] Coma
Orientasi
[ ] Waktu [ ] Tempat [ ] Orang [ ] Bingung
Sifat Anak
[ ] Tenang [ ] Sedih [ √ ] Cemas [ ] Lain-lain ………………
Berbicara
[√ ] Sesuai/teratur [ ] Tak sesuai [ ] Menghina
[ ] Aphasia [ ] Kacau
Kontak mata : [√ ] Ya [ ] Tidak
Pupil mata : [√ ] Isokor [ ] An isokor [ ] Dilatasi
[ ] Bereaksi [ ] Tidak Bereaksi
Keterangan : …………………………………………………………………………………
22

f) KEAMANAN / MOBILISASI
 Persepsi/koordinasi
Penglihatan
[ √ ] Baik [ ] Kabar [ ] Ganda [ ] Buta warna
Pendengaran :
[√ ] Baik [ ] Tuli [ ] Nyeri
Sensori :
[ ] Baik [] Pusing [√ ] Pingsan [ √ ] Nyeri
[ √ ] Sakit Kepala [ ] Mati rasa
Keterangan :
 Mobilisasi
Aktifitas sehari-hari yang bisa dilakukan………………
[√ ] Dapat menolong diri sendiri
[ ] Ditolong dengan bantuan
Keadaan saat ini :
[ ] Sulit berjalan [√ ] Kelelahan [ √ ] Nyeri
[ ] Gerakan yang terbatas [ ] kejang
[ ] Parasitis [√ ] Otot lemah [√ ] Riwayat jatuh
[ ] Koordinasi yang rusak [ ] Cemas
[√ ] Pernafasan terganggu
[ ] Pengetahuan kurang
[ ] Penglihatan kurang
[ ] Gangguan Muskuloskeletal
[√ ] Penurunan daya tahan tubuh
Keterangan………………………………………………
23

g) KEBERSIHAN DIRI / KULIT


Warna [√ ] Normal [ ] Pucat [ ] Kemerahan [ ] Kuning

Temperatur [√ ] Normal [ ] Hangat


[ ] Dingin [ ] Berkeringat
Turgor [ ] Baik [ √ ] Sedang [ ] Buruk
Integritas kulit [ ] Baik/utuh [ √ ] Kering [ ] lesi
[ ] Pruritus [ ] Rash [ ] Kemerahan
Rambut : Ikal
Kuku : pendek bersih
Infus [√ ] Ya [ ] Tidak, Drain : [ ] Ya [ ] Tidak
mandi 2 x/hari
Menggosok gigi 2 x/hari
h) KENYAMANAN
Keadaan saat ini :
Nyeri [√ ] karakteristik : puasing
Diaporesis [ ] Gatal [ ] Panas [√ ] Mual []
Temperatur : ………………………………………………
Luka Operasi : [ ] Ya [√ ] Tidak
Keterangan: ……………………………………………………
i) TIDUR DAN ISTIRAHAT
Tidur mulai jam berapa : 22:00wib waktu bangun 05:00 wib
Tidur siang jam berapa :13:00 wib
Tidur dengan siapa : sendiri
Berdo’a sebelum tidur : iya,
Alat bantu untuk tidur : Tidak ada alat bantu tidur
j) BERMAIN DAN REKREASI
Jam bermain : 16:00 wib (sebelum sakit) sampai jam 17:00wib
Jenis permainan motorik bersama teman
Tempat bermain : diluar rumah & didalam rumah
k) PSIKO SOSIAL
Persepsi klien/keluarga tentang status kesehatan sekarang : pasien dan keluarga
memahami Kondisi penyakit pasien dan berupaya agar segera sembuh dengan
mengikuti proses perawatan yang berlaku
24

Siapa yang merawat : [√ ] Ibu [√ ] Bapak [ ] Saudara


[ ] Lain-lain …………………………………………
Hubungan dalam keluarga :
[√ ] Harmonis [ ] Tidak harmonis
Hubungan dengan teman :
[√ ] Ramah [ ] Kerja sama [ ] Nakal [ ] Egois [ ]
Lain-lain ………………………………………………………………………
Sifat anak : [ ] Pemarah [ ] Pemalu [ ] Pendiam
[ ] Manja [ ] Sabar [√ ] Pemberani [ ]
Lain-lain …………………………………………………………
Prestasi belajar :
[ ] Baik [√ ] Sedang [ ] Kurang
Harapan klien/keluarga tentang pengobatan
Penyakitnya :Keluarga berharap agar anaknya dapat segera sembuh
l) SOSIAL EKONOMI
Keadaan lingkungan tempat tinggal :
[√ ] Bersih [ ] Kotor [ ] Padat
Tempat tinggal : [√ ] Rumah [ ] Flat [ ] Lain-lain
Misalnya : ……………………………………………
Masalah biaya keperawatan : [ ] Ya [√ ] Tidak
Keterangan : Keluarga menggunakan jaminan sosial BPJS.
m) AGAMA
Adakah hal-hal yang mempengaruhi agama dalam hal : pasien memeluk agama
islam

4. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Kurang Baik
Tingkat kesadaran : Somnolens
a) Antropometri :
Berat Badan : 23 kg Tinggi Badan : 114 cm
25

b) Tanda Vital :
Suhu : 36,50 Nadi : 110x/menit
Pernafasan : 20x/menitTekanan Darah : 90/60 mmHg
c) Pemeriksaan Umum
1) Kulit :
Warna Kuning Langsat ,kebersihan : Bersih, sianosis di ekstrimitas
Lesi : Tidak terdapat lesi
Keadaan ( lembab, kering ) : lembab
Temperatur: 36,5oC
Turgor : Turgor kulit kembali < 2 detik
oedema : tidak terdapat odema pada seluruh tubuh
2) Kuku :
Keadaan ( utuh, bersih, panjang, pendek ) Pendek
Warna ( sianosis, kronik, garis melintang berwarna ) Sianosis
Bentuk kuku ( cembung,cekung) cembung
3) Rambut :
Warna : Hitam Distribusi : lebat
Bentuk/Sifat rambut lurus, ikal mudah rontok : tidak
4) Kepala:
Bentuk : Normal kesemetrisan : .Simetris
5) Wajah:
Bentuk Oval, warna : Kuning Langsat
6) Mata :
Bentuk dan gerak mata ( simetris/tidak ) Simetris
Warna konjungtiva : Anemis, pucat
Sclera : Normal
Iris : Normal
Cornea : Normal
Pupil ( jernih, refleks, oedema ) : Normal
Lensa ( jernih, keruh ) : Jernih
Kelopak mata ( pitosis, oedema ) : Normal
Ketajaman penglihatan : Normal
26

7) Hidung
Mukosa hidung ( warna) : Normal
Bulu hidung : Normal
Adakah akumulasi Tidak ada akumulasi sekret atau darah
Septum : Tidak terdapat sputum
8) Mulut
Bibir (warna, kesemetrisan, kelembaban): pucat sianosis, simetris,
kelembapan normal
Mukosa (warna, lesi, kelembaban) : pucat, tidak terdapat lesi,
kelembapan normal
Lidah ( lapis putih, bercak keabuan, fisura ) : terdapat lapis putih
Uvula ( gerakan, posisi ) : Normal
Gigi ( caries dentis, tidak tumbuh gigi ) : Terdapat beberapa caries
gigi
Pharing ( kemerahan pada dinding belakang, sekret ) : Normal
Tonsil (kemerahan, bengkak) : Normal
Kebersihan mulut : Cukup Bersih
9) Telinga
Bentuk dan besarnya : Normal
Letak : simetris
Benjolan : Tidak terdapat Benjolan
Keadaan membran telinga : Normal
Adakah rasa nyeri, sekret, warna sekret, bau : Tidak ada, Normal
Pendengaran : Normal tidak terdapat gangguan
10) Leher
Gerakan leher : Normal
Pembesaran getah bening :Tidak ada
Bendungan vena jugularis : Tidak ada
Adakah tumor, oedema, lesi : Tidak ada
27

11) Dada :
Lingkar dada :
Gerakan dada : Normal
Bentuk dada : Simetris
12) Paru-paru :
Gerakan pernafasan : Normal
Pola pernafasan : Normal
Frekuensi : 20x/Menit
Suara pernafasan : Normal, tidak ada ronchi dan wheezing
13) Abdomen :
Menonjol dan gerakan Normal
perkusi sonor
Bising usus Normal tiap 3 detik sekali
Umbilikus ( hernia, pembuluh darah ) Normal
14) Hepar :
Adakah pembesaran : Normal
Teraba : ada
Sewaktu bernafas atau bergerak tidak sakit
15) Kelenjar limpa :
Pembesaran ( letak, ukuran, tonjolan ) Normal
Konsistensi ( padat, kenyal ) Normal
Arah pembesaran ( medial, lateral inferior ) Normal
Nyeri tekan : Tidak terdapat nyeri tekan
16) Ginjal :
Dapat diraba
Pembesaran bilateral
17) Punggung
Bentuk :(simetris )
Lessi, tumor : Tidak ada
28

18) Ekstremitas atas dan bawah


Kekuatan otot : Normal
Adakah atropi otot : tidak ada
Adakah fraktur : tidak ada
Adakah kelumpuhan : tidak ada, jenis : -
Oedema/lessi : Tidak terdapat Odema pada ekstrimitas
Nyeri otot : Tidak ada
Refleks lutut/siku : Normal
19) Genitalia
Adakah pembesaran penis : Normal, tidak ada pembesaran
Lessi mukosa labia, clitoris : Normal
Deformitas ( kelainan bentuk kelamin ) : Normal
20) Anus
Perdarahan : Tidak ada
Hemoroid : Tidak ada
Atresia ani : Tidak ada
Massa, tumor : Tidak ada

5. PEMERIKSAAN REFLEKS
a. Berkedip : Normal
b. Mor : Tidak di kaji
(Normal : dijumpai sampai umur 4
bulan)
c. Rooting/mencari : Tidak di kaji
(Normal : dijumpai sampai umur 4
bulan)
d. Sucking/menghisap : Tidak di kaji
(Refleks menetap selama masa bayi dan mungkin terjadi selama tidur
tanpa stimulasi)
e. Swallowing/menelan : Normal
f. Merangkak : Tidak di kaji
(Normal : bayi membuat gerakan merangkak dengan lengan dan kaki)
g. Palmar Grasp/menggenggam: Tidak di kaji
(Normal :dijumpai sampai umur 8 bulan)
h. Tanda Balbinski : Tidak di kaji
(Normal : dijumpai sampai umur < 1
tahun)
29

6. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN


a. Kemandirian dan bergaul : pasien mudah bergaul dengan teman
sekitarnya
b. Motorik halus : tidak terdapat masalah dalam motorik
halus pasien
c. Bernalar dan berbahasa : normal
d. Motorik kasar : sebelum sakit pasien dapat beraktivitas
normal, namun semenjak sakit aktivitas
pasien terbatas

C. Asuhan keperawatan
1. Analisis data
No. Data Masalah Etiologi
1. Ds : Orang tua pasien Penurunan Curah Perubahan Irama
mengatakan Jantung Jantung (PJB)
 Pingsan selama 10
menit 2 jam sebelum
di bawa ke RS
 Anaknya memiliki
riwayat kelainan
jantung bawaan sejak
usia 2 tahun
Do :
 K/U Somnolen
 Nadi 110x/ menit
 Irama nadi ireguler
dan lemah
 Td: 90/60 mmHg
 Riwayat Kelainan
Jantung bawaan
2. Ds : Orang tua pasien Intoleransi Ketidak
mengatakan Aktivitas Seimbangan
 Mudah lelah saat Suplay dan
bermain Kebutuhan
 Sering pingsan Oksigen
 Memiliki riwayat
kelainan jantung
bawaan sejak usia 2
tahun
Do :
 pasien lemah
 K/U Somnolen
 aktivitas lebih sering
berbaring di tempat
tidur
30

3. Ds: Ansietas Kurang


 orang tua pasien Informasi
mengatakan mereka tentang penyakit
khawatir akan kondisi
anaknya
 Orang tua pasien
mengatakan mereka
panik ketika anaknya
pingsan

Do:
 Ibu terlihat menangis
sambil memandangi
anaknya
 Ayah terlihat memeluk
istrinya dan
mengajaknya untuk
berdoa

2. Rumusan diagnosa keperawatan


 Penurunan Curah Jantung (D.0008)
 Intoleransi Aktivitas (D.0056)
 Ansietas (D.0080)
31

3. Rencana Keperawatan
No SDKI SLKI SIKI
1 PENURUNAN CURAH JANTUNG Setelah dilakukan tindakan PERAWATAN JANTUNG (I.02075)
(D.0008) keperawatan diharapkan: Observasi
CURAH JANTUNG  Identifikasi tanda/gejala primer Penurunan curah
DEFINISI MENINGKAT (L.02008) jantung (meliputi dispenea, kelelahan, adema
Ekspektasi : Meningkat ortopnea paroxysmal nocturnal dyspenea,
Ketidakadekuatan jantung memompa Definisi : peningkatan CPV)
darah untuk memnui kebutuhan Keadekuatan jantung memompa darah  Identifikasi tanda /gejala sekunder penurunan
metabolism tubuh. untuk memenuhi kebutuhan curah jantung (meliputi peningkatan berat badan,
PENYEBAB metabolisme tubuh Meningkat hepatomegali ditensi vena jugularis, palpitasi,
ronkhi basah, oliguria, batuk, kulit pucat)
Ds : Orang tua pasien mengatakan  Monitor tekanan darah (termasuk tekanan darah
 Pingsan selama 10 menit 2 jam ortostatik, jika perlu)
sebelum di bawa ke RS  Monitor intake dan output cairan
 Anaknya memiliki riwayat kelainan  Monitor berat badan setiap hari pada waktu yang
jantung bawaan sejak usia 2 tahun sama
 Monitor saturasi oksigen
Do :  Monitor keluhan nyeri dada (mis. Intensitas,
 K/U Somnolen lokasi, radiasi, durasi, presivitasi yang
 Nadi 110x/ menit mengurangi nyeri)
 Irama nadi ireguler dan lemah  Monitor EKG 12 sadapoan
 Td: 90/60 mmHg  Monitor aritmia (kelainan irama dan frekwensi)
 Riwayat Kelainan Jantung bawaan  Monitor nilai laboratorium jantung (mis.
Elektrolit, enzim jantung, BNP, Ntpro-BNP)
 Monitor fungsi alat pacu jantung
 Periksa tekanan darah dan frekwensi
nadisebelum dan sesudah aktifitas
 Periksa tekanan darah dan frekwensi nadi
sebelum pemberian obat (mis. Betablocker,
ACEinhibitor, calcium channel blocker,
32

digoksin)
33

Terapeutik
 Posisikan pasien semi-fowler atau fowler dengan
kaki kebawah atau posisi nyaman
 Berikan diet jantung yang sesuai (mis. Batasi
asupan kafein, natrium, kolestrol, dan makanan
tinggi lemak)
 Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi
hidup sehat
 Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stres,
jika perlu
 Berikan dukungan emosional dan spiritual
 Berikan oksigen untuk memepertahankan saturasi
oksigen >94%
Edukasi
 Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
 Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
 Ajarkan pasien dan keluarga mengukur berat
badan harian
 Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake
dan output cairan harian
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
 Rujuk ke program rehabilitasi jantung
PERAWATAN JANTUNG AKUT : AKUT(
I.02076) Observasi
 Identifikasi karakteristik nyeri dada (meliputi
faktor pemicu dan dan pereda, kualitas, lokasi,
radiasi, skala, durasi dan frekuensi)
 Monitor EKG 12 sadapan untuk perubahan ST
dan T
Monitor Aritmia( kelainan irama dan frekuensi)
 Monitor elektrolit yang dapat meningkatkan
34

resiko aritmia( mis. kalium, magnesium serum)


 Monitor enzim jantung (mis. CK, CK-MB,
Troponin T, Troponin I)
 Monitor saturasi oksigen
 Identifikasi stratifikasi pada sindrom koroner
akut(mis. Skor TIMI, Killip, Crusade)
Terapiutik
 Pertahankan tirah baring minimal 12 jam
 Pasang akses intravena
 Puasakan hingga bebas nyeri
 Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi
ansietas dan stres
 Sediakan lingkungan yang kondusif untuk
beristirahat dan pemulihan
 Siapkan menjalani intervensi koroner perkutan,
jika perlu
 Berikan dukungan spiritual dan
emosional Edukasi
 Anjurkan segera melaporkan nyeri dada
 Anjurkan menghindari manuver Valsava (mis.
Mengedan sat BAB atau batuk)
 Jelaskan tindakan yang dijalani pasien
 Ajarkan teknik menurunkan kecemasan dan
ketakutan
 Kolbaorasi
 Kolaborasi pemberian antiplatelat, jika perlu
 Kolaborasi pemberian antiangina(mis.
Nitrogliserin, beta blocker, calcium channel
bloker)
 Kolaborasi pemberian morfin, jika perlu
 Kolaborasi pemberian inotropik, jika perlu
 Kolaborasi pemberian obat untuk mencegah
35

manuver Valsava (mis., pelunak, tinja, antiemetik)


 Kolaborasi pemberian trombus dengan
antikoagulan, jika perlu
 Kolaborasi pemeriksaan x-ray dada , jika perlu
2 INTOLERANSI AKTIVITAS Setelah dilakukan tindakan MANAJEMEN ENERGI (I. 05178)
(D.0056) keperawatan diharapkan: Observasi
 Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang
DEFINISI mengakibatkan kelelahan
TOLERANSI AKTIVITAS
 Monitor kelelahan fisik dan emosional
Ketidakcukupan energi untuk melakukan MENINGKAT (L.05047)
 Monitor pola dan jam tidur
aktivitas sehari-hari
Ekspektasi Meningkat  Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
PENYEBAB melakukan aktivitas
Definisi : Respon fisiologis terhadap Terapeutik
Ds : Orang tua pasien mengatakan aktivitas yang membutuhkan tenaga  Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
 Mudah lelah saat bermain menjadi meningkat stimulus (mis. cahaya, suara, kunjungan)
 Sering pingsan  Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif
 Memiliki riwayat kelainan jantung Edukasi
bawaan sejak usia 2 tahun  Anjurkan tirah baring
 Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Do :
 Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan
 pasien lemah gejala kelelahan tidak berkurang
 K/U Somnolen  Ajarkan strategi koping untuk mengurangi
 aktivitas lebih sering berbaring di kelelahan
tempat tidur Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
3 ANXIETAS (D.0080) Setelah dilakukan tindakan REDUKSI ANXIETAS (I.09314)
keperawatan diharapkan: Observasi
DEFINISI  Identifikasi saat tingkat anxietas berubah (mis.
Kondisi emosi dan pengalaman subyektif Tingkat Ansietas (L.09093) Kondisi, waktu, stressor)
individu terhadap objek yang tidak jelas
Ekspektasi : Menurun  Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang  Monitor tanda anxietas (verbal dan non verbal)
36

memungkinkan individu melakukan Definisi : Terapeutik


tindakan untuk menghadapi ancaman.  Ciptakan suasana terapeutik untuk
Kondisi emosi dan pengalaman
menumbuhkan kepercayaan
PENYEBAB subyektif terhadap objek yang tidak  Dengarkan dengan penuh perhatian
Ds:  Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu
jelas dan spesifik akibat antisipasi
 orang tua pasien mengatakan mereka kecemasan
khawatir akan kondisi anaknya bahaya yang memungkinkan individu  Diskusikan perencanaan realistis tentang
 Orang tua pasien mengatakan mereka melakukan tindakan untuk menghadapi peristiwa yang akan datang
panik ketika anaknya pingsan Edukasi
ancaman menjadi menurun  Informasikan secara factual mengenai diagnosis,
Do: pengobatan, dan prognosis
 Ibu terlihat menangis sambil  Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien,
memandangi anaknya jika perlu
 Ayah terlihat memeluk istrinya dan  Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
mengajaknya untuk berdoa  Latih teknik
relaksasi Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat anti anxietas, jika
perlu
B. TERAPI RELAKSASI
Observasi
 Identifikasi penurunan tingkat energy,
ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala lain
yang menganggu kemampuan kognitif
 Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif
digunakan
 Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan
penggunaan teknik sebelumnya
 Monitor respons terhadap terapi relaksasi
Terapeutik
 Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan
dengan pencahayaan dan suhu ruang nyaman,
jika memungkinkan
37

 Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan


prosedur teknik relaksasi
 Gunakan pakaian longgar
 Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat
dan berirama
 Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang
dengan analgetik atau tindakan medis lain, jika
sesuai
Edukasi
 Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis,
relaksasi yang tersedia (mis. music, meditasi,
napas dalam, relaksasi otot progresif)
 Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang
dipilih
 Anjurkan mengambil psosisi nyaman
 Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
 Anjurkan sering mengulang atau melatih teknik
yang dipilih’
 Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi (mis.
napas dalam, pereganganm atau imajinasi
terbimbing )
38

4. Implementasi dan Evaluasi


No Tanggal/
Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
DX Jam
1 Penurunan 05/10/23 PERAWATAN JANTUNG (I.02075) S:
Curah Jantung 09:00 Observasi Orang tua klien mengatakan”
(D.0008) WIB  Identifikasi tanda/gejala primer  Ananya memiliki Riwayat Kelainan
Penurunan curah jantung (meliputi Jantung bawaan
dispenea, kelelahan, adema ortopnea  Orang tua klien mengatakan anaknya
paroxysmal nocturnal dyspenea, sempat pingsan 10 sebelum di bawa ke
peningkatan CPV) RS
 Identifikasi tanda /gejala sekunder  Anaknya biasa bermain normal bersama
penurunan curah jantung (meliputi temanya
peningkatan berat badan, hepatomegali
ditensi vena jugularis, palpitasi, ronkhi O:
basah, oliguria, batuk, kulit pucat)  Terpasang O2 via kanul masker 3L/M
 Monitor tekanan darah (termasuk  Pasien tampak lelah
tekanan darah ortostatik, jika perlu)  Wajah tampak pucat
 Monitor intake dan output cairan  Intake dan output cairan terpantau
 Monitor berat badan setiap hari pada  Ekg terpasang
waktu yang sama  Saturasi O2 96%
 Monitor saturasi oksigen  K/U Somnolen
 Monitor keluhan nyeri dada (mis.  Nadi 110x/ menit
Intensitas, lokasi, radiasi, durasi,  Irama nadi ireguler dan lemah
presivitasi yang mengurangi nyeri)  Td: 90/60 mmHg
 Monitor EKG 12 sadapoan
 Monitor aritmia (kelainan irama dan A:
frekwensi) Masalah penurunan Curah Jantung Belum
Terapeutik Teratasi
 Posisikan pasien semi-fowler atau
fowler dengan kaki kebawah atau P:
posisi nyaman Lanjutkan Intervensi Perawatan Jantung
 Berikan terapi relaksasi untuk
39

mengurangi stres, jika perlu


 Berikan dukungan emosional dan
spiritual
 Berikan oksigen untuk
memepertahankan saturasi oksigen
>94%
Edukasi
 Anjurkan beraktivitas fisik sesuai
toleransi
 Anjurkan beraktivitas fisik secara
bertahap
 Ajarkan pasien dan keluarga
mengukur berat badan harian
 Ajarkan pasien dan keluarga
mengukur intake dan output cairan
harian
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika
perlu
40

2 INTOLERANSI 05/10/23 MANAJEMEN ENERGI (I. 05178) S:


AKTIVITAS 11:00 Observasi Orang tua klien mengatakan :
(D.0056) WIB  Identifkasi gangguan fungsi tubuh  Mudah lelah saat bermain
yang mengakibatkan kelelahan  Sering pingsan
 Monitor kelelahan fisik dan emosional  Memiliki riwayat kelainan jantung
 Monitor pola dan jam tidur bawaan sejak usia 2 tahun
 Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
selama melakukan aktivitas O:
Terapeutik  Pasien lemah
 Sediakan lingkungan nyaman dan  K/U Somnolen
rendah stimulus (mis. cahaya, suara,  Aktivitas lebih sering berbaring di
kunjungan) tempat tidur
 Lakukan rentang gerak pasif dan/atau
aktif A:
41

Masalah Intoleransi Aktivitas Belum Teratasi


Edukasi
 Anjurkan tirah baring P:
 Anjurkan melakukan aktivitas secara Lanjutkan Intervensi Manajemen Energi
bertahap
 Anjurkan menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
 Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan
3 ANXIETAS 05/10/23 REDUKSI ANXIETAS (I.09314) S:
(D.0080) 13:00 Observasi Orang tua klien mengatakan :
WIB  Identifikasi saat tingkat anxietas  Mereka khawatir akan kondisi anaknya
berubah (mis. Kondisi, waktu, stressor)  Orang tua pasien mengatakan mereka
 Identifikasi kemampuan mengambil panik ketika anaknya pingsan
keputusan
 Monitor tanda anxietas (verbal dan non O:
verbal)  Pasien lemah
Terapeutik  K/U Somnolen
 Ciptakan suasana terapeutik untuk  Ibu terlihat menangis sambil
menumbuhkan kepercayaan memandangi anaknya
 Dengarkan dengan penuh perhatian  Ayah terlihat memeluk istrinya dan
 Motivasi mengidentifikasi situasi yang mengajaknya untuk berdoa
memicu kecemasan
 Diskusikan perencanaan realistis A:
tentang peristiwa yang akan datang Masalah Ansietas Belum Teratasi
Edukasi
 Informasikan secara factual mengenai P:
diagnosis, pengobatan, dan prognosis Lanjutkan Reduksi Ansietas
42

 Anjurkan keluarga untuk tetap bersama


pasien, jika perlu
 Anjurkan mengungkapkan perasaan
dan persepsi
 Latih teknik
relaksasi Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat anti
anxietas, jika perlu

1 Penurunan 06/10/23 PERAWATAN JANTUNG (I.02075) S:


Curah Jantung 08:00 Observasi Orang tua klien mengatakan”
(D.0008) WIB  Identifikasi tanda/gejala primer  Keluhan neyeri berkurang-hilang
Penurunan curah jantung  Anaknya lebih banyak berbaring
 Identifikasi tanda /gejala sekunder  Anaknya mudah lelah
penurunan curah jantung (meliputi
peningkatan berat badan, hepatomegali O:
ditensi vena jugularis, palpitasi, ronkhi  Terpasang O2 via kanul masker 3L/M
basah, oliguria, batuk, kulit pucat)  Pasien tampak lelah
 Monitor tekanan darah (termasuk  Wajah tampak pucat
tekanan darah ortostatik, jika perlu)  Intake dan output cairan terpantau
 Monitor saturasi oksigen  Saturasi O2 98%
 Monitor keluhan nyeri dada (mis.  K/U Somnolen
Intensitas, lokasi, radiasi, durasi,  Nadi 100x/ menit
presivitasi yang mengurangi nyeri)  Irama nadi ireguler dan lemah
 Monitor aritmia (kelainan irama dan  Td: 100/60 mmHg
frekwensi)
Terapeutik A:
 Posisikan pasien semi-fowler atau Masalah Penurunan Curah Jantung Belum
fowler dengan kaki kebawah atau Teratasi
posisi nyaman
 Berikan terapi relaksasi untuk P:
mengurangi stres, jika perlu Lanjutkan Intervensi Perawatan Jantung
43

Edukasi
 Anjurkan beraktivitas fisik sesuai
toleransi
 Anjurkan beraktivitas fisik secara
bertahap
 Ajarkan pasien dan keluarga
mengukur intake dan output cairan
harian
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika
perlu
44

2 Intoleransi 06/10/23 MANAJEMEN ENERGI (I. 05178) S:


Aktivitas 12:00 Observasi Orang tua klien mengatakan :
(D.0056) WIB  Identifkasi gangguan fungsi tubuh  Mudah lelah saat bermain
yang mengakibatkan kelelahan  Anaknya masih belum mau main
 Monitor kelelahan fisik dan emosional  Anaknya lebih banyak berbaring dan
 Monitor pola dan jam tidur tidur
 Monitor lokasi dan ketidaknyamanan  Anaknya belum mau makan dengan
selama melakukan aktivitas porsi normal
Terapeutik
 Sediakan lingkungan nyaman dan O:
rendah stimulus (mis. cahaya, suara,  Pasien lemah
kunjungan)  K/U Somnolen
 Lakukan rentang gerak pasif dan/atau  Aktivitas lebih sering berbaring di
aktif tempat tidur

Edukasi A:
 Anjurkan tirah baring Masalah Intoleransi Aktivitas Belum Teratasi
 Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap P:
 Anjurkan menghubungi perawat jika Lanjutkan Intervensi Manajemen Energi
tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
45

 Ajarkan strategi koping untuk


mengurangi kelelahan
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan
3 ANXIETAS 06/10/23 REDUKSI ANXIETAS (I.09314) S:
(D.0080) 13:00 Observasi Orang tua klien mengatakan :
WIB  Identifikasi saat tingkat anxietas  Mereka khawatir akan kondisi anaknya
berubah  Sudah agak lebih tenang dari kemarin
 Identifikasi kemampuan mengambil  Mereka sudah mulai bisa mengambil
keputusan keputusan secara bijak
 Monitor tanda anxietas (verbal dan non
verbal) O:
Terapeutik  Keluarga klien sudah agak tenang
 Ciptakan suasana terapeutik untuk  Keluarga mengikuti seluruh anjuran
menumbuhkan kepercayaan petugas
 Dengarkan dengan penuh perhatian
 Motivasi mengidentifikasi situasi yang A:
memicu kecemasan Masalah Ansietas Teratasi Sebagian
 Diskusikan perencanaan realistis
tentang peristiwa yang akan datang P:
Edukasi Lanjutkan Latihan Terapi Relaksasi
 Informasikan secara factual mengenai
diagnosis, pengobatan, dan prognosis
 Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
pasien, jika perlu
 Anjurkan mengungkapkan perasaan
dan persepsi
 Latih teknik
relaksasi Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat anti
anxietas, jika perlu
46

1 Penurunan 07/10/23 PERAWATAN JANTUNG (I.02075) S:


Curah Jantung 08:00 Observasi Orang tua klien mengatakan”
(D.0008) WIB  Identifikasi tanda/gejala primer  Anaknya sudah lebih bertenaga
Penurunan curah jantung  Anaknya sudah mulai main dalam
 Identifikasi tanda /gejala sekunder ruangan
penurunan curah jantung (meliputi  Keluhan “lelah” sudah berkurang
peningkatan berat badan, hepatomegali
ditensi vena jugularis, palpitasi, ronkhi O:
basah, oliguria, batuk, kulit pucat)  Wajah kadang tampak pucat
 Monitor tekanan darah  Intake dan output cairan terpantau
 Monitor saturasi oksigen  Saturasi O2 98%
 Monitor keluhan nyeri dada  K/U Somnolen
 Monitor aritmia (kelainan irama dan  Nadi 115x/ menit
frekwensi)  Irama nadi ireguler dan lemah
 Td: 90/70 mmHg
Terapeutik
 Posisikan pasien semi-fowler atau A:
fowler dengan kaki kebawah atau Masalah Penurunan Curah Jantung Teratasi
posisi nyaman sebagian
 Berikan terapi relaksasi untuk
mengurangi stres, jika perlu P:
Edukasi Lanjutkan Intervensi Perawatan Jantung
 Anjurkan beraktivitas fisik sesuai
toleransi
 Anjurkan beraktivitas fisik secara
bertahap
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika
perlu
2 INTOLERANSI 07/10/23 MANAJEMEN ENERGI (I. 05178) S:
AKTIVITAS 12:00 Observasi Orang tua klien mengatakan :
47

(D.0056) WIB  Identifkasi gangguan fungsi tubuh  Anaknya sering mengeluh lelah ketika
yang mengakibatkan kelelahan bermain
 Monitor kelelahan fisik dan emosional  Anaknya tampak sering memegang area
 Monitor pola dan jam tidur dadanya
 Monitor lokasi dan ketidaknyamanan  Anaknya sudah mulai aktif bermain di
selama melakukan aktivitas dalam ruangan
Terapeutik
 Lakukan rentang gerak pasif dan/atau O:
aktif  Pasien lemah
 K/U Somnolen
Edukasi  Aktivitas sudah mulai lebih aktif
 Anjurkan tirah baring  Klien mengikuti latihan gerak/rom
 Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap A:
 Anjurkan menghubungi perawat jika Masalah Intoleransi Aktivitas Belum Teratasi
tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang P:
 Ajarkan strategi koping untuk Lanjutkan Intervensi Manajemen Energi
mengurangi kelelahan
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan
3 Anxietas 06/10/23 TERAPI RELAKSASI S:
(D.0080) 13:00 Observasi Orang tua klien mengatakan :
WIB  Identifikasi teknik relaksasi yang  Mereka sudah lebih tenang
pernah efektif digunakan  Mereka sudah bisa mengurangi cemas
 Identifikasi kesediaan, kemampuan, dengan teknik nafas dalam
dan penggunaan teknik sebelumnya  Sudah agak lebih tenang dari kemarin
 Monitor respons terhadap terapi  Mereka sudah mulai bisa mengambil
relaksasi keputusan secara bijak
Terapeutik
 Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa O:
48

gangguan dengan pencahayaan dan  Keluarga klien sudah agak tenang


suhu ruang nyaman, jika  Keluarga mengikuti seluruh anjuran
memungkinkan petugas
 Berikan informasi tertulis tentang  Keluarga dapat mempraktekan kembali
persiapan dan prosedur teknik teknik relaksasi
relaksasi
 Gunakan pakaian longgar A:
 Gunakan nada suara lembut dengan Masalah Ansietas Teratasi Sebagian
irama lambat dan berirama
 Gunakan relaksasi sebagai strategi P:
penunjang dengan analgetik atau Lanjutkan Latihan Terapi Relaksasi
tindakan medis lain, jika sesuai
Edukasi
 Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan
jenis, relaksasi yang tersedia (mis.
music, meditasi, napas dalam,
relaksasi otot progresif)
 Jelaskan secara rinci intervensi
relaksasi yang dipilih
 Anjurkan mengambil psosisi nyaman
 Anjurkan rileks dan merasakan sensasi
relaksasi
 Anjurkan sering mengulang atau
melatih teknik yang dipilih’
 Demonstrasikan dan latih teknik
relaksasi (mis. napas dalam,
pereganganm atau imajinasi
terbimbing )
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemberian Asuhan keperawatan yang dilakukan pada anak Tetralogi Fallot ini
dilakukan selama 3 kali pertemuan dengan hasil 2 (dua) masalah keperawatan teratasi
sebagian yaitu Masalah Penurunan Curah Jantung dan Ansietas, sedangkan untuk
masalah Intoleransi Aktivitas hingga hari ke tiga pemberian asuhan keperawatan belum
mengalami perubahan (belum teratasi)
Dalam pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan kelainan jantung bawaan
sianotik (Tetralogi Fallot) akan menentukan untuk kelansungan hidup anak, mengingat
masalah yang komplit yang dapat terjadi pada anak TOF bahkan dapat menimbulkan
kematian yang diakibatkan karena hipoksia, syok maupun gagal.
Oleh karena itu perawat harus memiliki keterampilan, kompetensi, dan
pengetahuan yang luas tentang konsep dasar perjalanan penyakit TOF. Sehingga dapat
menentukan diagnosa yang tepat bagi anak yang mengalami tetralogi fallot, yang
akhirnya angka kesakitan dan kematian dapat ditekan.

B. Saran
Pemberian asuhan keperawatan harus dissesuaikan dengan respon dan kondisi
pasien, begitu pula dengan pasien TOF pada anak. Maka diharapkan bagi seorang
perawat untuk lebih memahami serta menambah pengetahuan lebih dalam lagi akan
perkembanagan penyakit TOF sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang
sesuai dengan tahap perkembangan anak serta kebutuhan anak yang belum terpenuhi.

Daftar Pustaka
50

Black, J., & Hawks, J. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk Hasil
yang Diharapkan. Jakarta: EGC.
Guyton, A. C, Hall, J. E. (2014). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (12th ed.). Jakarta: EGC.
Kusumaningtyas, A., Lidyawati. (2017). Asuhan Keperawatan Tetralogy of fallot. Jember
Putri D.A. (2016). Asuhan Keperawatan Pada Anak S Yang Mengalami Tetralogy Of Fallot
Di Ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
Samarinda
Qhinta, Bedri. “Tetralogy Of Fallot” www.alomedika.com. Diakses pada 06 oktober 2023.
https://www.alomedika.com/penyakit/kardiologi/tetralogy-of-fallot/penatalaksanaan
Sastroasmoro, S., & Mardiyono, B. (2014). Penyakit Jantung Bawaan. (Kardiologi Anak,
Ed.). Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Yuniadi, Y., Dony, Y., & Bambang, B. (2017). Buku Ajar Kardiovaskular. (Departemen
Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FK UI, Ed.) (Jilid 2).Jakarta: Sagu Seto.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Indikator Diagnostik. In 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standat Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standat Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Anda mungkin juga menyukai