KARDIOVASKULER:
TETRALOGI OF FALLOT
DI SUSUN OLEH:
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah pada mata kuliah Keperawatan Anak yang berjudul “Askep anak dengan
kelainan Sistem kardiovaskuler: Tetralogi of fallot” di Sekolah Tinggi Kesehatan
(STIKes) YARSI Pontianak.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan makalah ini tidak
dapat dilaksanankan apabila tidak didukung oleh berbagai pihak, untuk itu tidak
lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Ns. Uti Rusdian Hidayat, M. Kep Selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan (STIKes) YARSI Pontianak.
2. Ns. Lintang Sari, M.Kep sebagai dosen mata kuliah keperawatan anak
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.............................................................................1
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan umum......................................................................................2
2. Tujuan khusus.....................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi.....................................................................................................3
B. Etiologi.....................................................................................................5
C. Klasifikasi................................................................................................6
D. Patofisiologi.............................................................................................6
E. Manifestasi klinis.....................................................................................7
F. Skema pathway........................................................................................8
G. Pemeriksaan Diagnostik...........................................................................8
H. Penatalaksanaan.......................................................................................10
I. Hasil penelitian mutakhir.........................................................................13
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Uraian kasus ...........................................................................................15
B. Pengkajian ..............................................................................................16
C. Asuhan Keperawatan
1. Analisa data........................................................................................28
2. Diagnosa keperawatan........................................................................28
3. Rencana keperawatan.........................................................................30
4. Implementasi Evaluasi keperawatan..................................................36
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN........................................................................................45
B. SARAN....................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................46
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu jenis kelainan jantung yaitu Tetralogi Fallot (ToF) adalah salah satu
kelainan jantung bawaan sianotik yang paling umum dan ditandai oleh empat ciri
utama: cacat septum ventrikel (VSD); obstruksi saluran keluar ventrikel kanan (RV)
(RVOTO), yang seringkali bersifat dinamis; aorta yang menonjol; dan hipertrofi RV
(RVH) (Wilson, 2019).
Derajat RVOTO, tekanan relatif pada ventrikel kanan dan kiri, serta proporsi
aorta yang melebihi VSD menentukan gambaran dan tingkat keparahan kondisi
ini. Ahli anestesi dapat menemukan ToF dalam berbagai keadaan, mulai dari bayi
sianotik akut hingga orang dewasa yang pernah menjalani perbaikan ToF sebelumnya
dan menjalani operasi yang tidak berhubungan.
Dari data global ditemukan bahwa Tetralogy of Fallot merupakan penyakit
jantung bawaan sianotik tersering, dengan kejadian 7-10% dari seluruh malformasi
jantung bawaan. Angka kejadian tetralogy of Fallot diperkirakan sebesar 3 sampai 5
per 1000 kelahiran hidup.
Seiring dengan meningkatnya angka kelahiran di Indonesia, jumlah bayi yang
lahir dengan penyakit jantung juga meningkat. Menurut Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2018, Selain PJK, PJB merupakan kelainan bawaan yang paling
sering ditemukan. Angka kejadian PJB di seluruh dunia diperkirakan mencapai 1,2
juta kasus dari 135 juta kelahiran hidup setiap tahunnya. Dari jumlah tersebut, sekitar
300.000 kasus dikategorikan PJB berat yang membutuhkan operasi kompleks agar
dapat bertahan hidup. Sementara di Indonesia, angka kejadian PJB diperkirakan
mencapai 43.200 kasus dari 4,8 juta kelahiran hidup (9 : 1000 kelahiran hidup).
Dua per tiga kasus penyakit jantung bawaan di Indonesia memperlihatkan gejala
pada masa neonatus. Setiap tahunnya sebanyak 25-30% penderita penyakit jantung
bawaan yang memperlihatkan gejala pada masa neonatus meninggal pada bulan
pertama usianya jika tanpa penanganan yang baik. Sekitar 25% pasien TOF yang
tidak diterapi akan meninggal dalam 1 tahun pertama kehidupan, 40% meninggal
sampai usia 4 tahun, 70% meninggal sampai usia 10 tahun, dan 95% meninggal
sampai usia 40 tahun.
Jika tidak ditangani dengan serius maka kelainan jantung bawaan pada anak ini
akan menimbulkan beberapa komplikasi antara lain adalah sebagai berikut, yaitu : 1)
1
trombosis serebri; 2) abses otak; 3) endokarditis bakterialis; 4) gagal jantung
kongestif;
5) hipoksia.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami
tentang asuhan keperawatan pada anak dengan kasus tetralogy of fallot
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa / I mengetahui Pengertian Tetralogy Of Fallot
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Tetralogy of fallot (TOF) adalah kelainan jantung dengan gangguan sianosis
yang ditandai dengan kombinasi empat hal yang abnormal meliputi defekseptup
ventrikel, stenosis pulmonal, overriding aorta, dan hipertropi ventrikel kanan.
Komponen yang paling penting dalam menentukan derajat beratnya penyakit adalah
stenosis pulmonal dari sangat ringan hingga berat. Stenosis pulmonal bersifat
progresif dan semakin lama semakin berat (Black & Hawks, 2014).
TOF adalah penyakit jantung bawaan sianotik (warna kulit) yang terdiri dari 4
kelainan khas, yaitu Defek Septum Ventrikel (VSD), Stenosis Infundibulum ventrikel
kanan atau biasa disebut stenosis pulmonal, hipertrofi ventrikel kanan, dan Overriding
aorta (Guyton, A. C, Hall, 2014). Sebagai konsekuensinya didapatkan adanya empat
kelainan anatomi sebagai berikut :
1. Penyempitan Katup Paru (Stenosis Katup Pulmonal)
Dimana penyempitan ini mengurangi aliran darah ke paru dan menurunkan
fungsi otot di bawah katup pulmonal. Terkadang, katup pulmonal tidak terbentuk
dengan baik (atresia pulmonal).
3
4
.
3. Pergeseran Arteri Utama Tubuh (Aorta), jika
Pada kondisi normal biasanya aorta bercabang dari ventrikel kiri, tapi
pengidap Tetralogy of Fallot memiliki posisi yang salah. Posisi menjadi bergeser
ke kanan dan terletak tepat di atas lubang di dinding jantung (defek septum
ventrikel). Akibatnya, aorta menerima campuran darah yang kaya oksigen dan
rendah oksigen dari ventrikel kanan serta kiri.
5
B. ETIOLOGI
Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen jarang terpisah
menyebabkan penyakit jantung bawaan. Apapun sebabnya pajanan terhadap factor
penyebab harus ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan, oleh karena pada minggu
kedelapan kehamilan pembentukan jantung janin sudah selesai (Yuniadi, Dony, &
Bambang, 2017)
Tetralogi Fallot terjadi ketika jantung bayi tidak terbentuk dengan sempurna di
dalam rahim. Para ahli tidak yakin secara pasti apa yang menyebabkan cacat
tersebut. TOF mungkin disebabkan oleh perubahan gen atau kromosom. Risiko
kelainan jantung bawaan seperti TOF juga dapat meningkat karena (Vithana, 2019):
1. Faktor lingkungan, seperti merokok atau mengonsumsi obat tertentu selama
kehamilan
2. Riwayat keluarga
3. Memiliki kondisi medis tertentu selama kehamilan, seperti diabetes atau rubella
4. Anak – anak sindrom Down atau sindrom DiGeorge
Pada sebagian besar kasus, ditemukan bahwa penyebab penyakit jantung bawaan
tidak diketahui secara pasti. Diduga karena adanya factor endogen dan eksogen.
Menurut pendapat Para ahli menyimpulkan bahwa penyebab endogen dan eksogen
jarang terpisah yang menyebabkan penyakit jantung bawaan. Apapun sebabnya pajanan
terhadap factor penyebab akan ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan, dikarenakan
pada minggu kedelapan kehamilan pembentukan jantung janin sudah selesai (Yuniadi,
Dony, & Bambang, 2017).
6
1. Faktor endogen
a. Berbagai jenis penyakit genetic : kelainan kromosom
b. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
c. Adanya penyakit tertentu dalam keluarga, seperti diabetes mellitus, hipertensi,
penyakit jantung atau kelainan bawaan
2. Faktor eksogen
a. Riwayat kehamilan ibu
b. Sebelumnya ikut program kb oral atau suntik, minum obat-obatan tanpa resep
dokter
c. Ibu menderita penyakit infeksi rubella
C. KLASIFIKAS1
Menurut (Sastroasmoro & Mardiyono, 2014) TOF dibagi dalam 4 derajat:
1) Derajat I: Tidak sianosis, kemampuan kerja normal, sering disebut sebagai pink
fallot
1. Derajat II: Sianosis saat aktivitas, kemampuan aktivitas berkurang
2. Derajat III: Sianosis waktu istirahat, terlihat clubbing finger atau jari tabuh,
sianosis bertambah saat aktivitas, ada dispneu
3. Derajat IV: Sianosis dan dispneu saat istirahat.
D. PATOFISIOLOGI
Menurut Ilmu Kesehatan Anak (2015), patofisologi dari penderita TOF pada anak
adalah sebagai berikut, yaitu :
7
Komponen utama yang menentukan derajat beratnya penyakit TOF adalah stenosis
pulmonal, yang bervariasi dari sangat ringan sampai sangat berat, bahkan dapat berupa
atresia pulmonal. Stenosis pulmonal ini bersifat progresif, semakin lama semakin berat.
Tekanan yang meningkat akibat stenosis pulmonal menyebabkan darah yang
terdeoksigenasi (yang berasal dari vena) keluar dari ventrikel kanan menuju ventrikel kiri
melalui defek septum ventrikel dan ke sirkulasi sistemik melalui aorta, menyebabkan
hipoksemia sistemik dan sianosis. Bila stenosis pulmonal semakin berat, maka semakin
banyak darah dari ventrikel kanan menuju ke aorta. Pada stenosis pulmonal yang ringan,
darah dari ventrikel kanan menuju ke paru, dan hanya pada aktivitas fisik akan terjadi
pirau dari kanan ke kiri. Semakin bertambahnya usia, maka infundibulum akan semakin
hipertrofik, sehingga pasien akan semakin sianotik. Obstruksi pada jalan keluar ventrikel
kanan ini menyebabkan kurangnya aliran darah ke paru yang menyebabkan hipoksia,
maka kompensasi untuk hipoksia adalah terjadinya polisitemia sehingga terbentuknya
sirkulasi kolateral (jangka panjang) (Anggraini, dkk, 2021)
E. MANIFESTASI KLINIS
Gejala tetralogy of fallot tergantung pada tingkat keparahannya. Umumnya, gejala
yang dialami penderita tetralogy of fallot meliputi ( Vithana, 2019) :
1. Sianosis yaitu kondisi Kulit dan bibir membiru (sindrom bayi biru), yang bisa
memburuk saat bayi menangis.
2. Dipsneu / Sesak napas, terutama saat sedang beraktivitas atau menyusu.
3. Kuku tangan dan kaki berbentuk bulat dan cembung (clubbing fingers).
4. Mudah lelah
5. Rewel
6. Gangguan tumbuh kembang, termasuk berat badan yang tidak sesuai usia.
7. Murmur jantung yaitu kondisi ketika jantung mengeluarkan suara abnormal.
Kondisi ini dapat terjadi karena turbulensi aliran darah di dalam jantung atau
karena katup jantung tidak berfungsi dengan baik.
8
F. Skema Pathway
4. Ekokardiografi
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel
kanan,penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan aliran darah ke paru-paru
5. Kateterisasi
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek septum
ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis
pulmonal perifer. Mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen, peningkatan
tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan pulmonalis normal atau rendah.
H. Penatalaksanaan
Pada kasus TOF (tetralogi Fallot) hampir semua anak akan memerlukan tindakan
pembedahan. Kebanyakan anak menjalani operasi ketika mereka sudah mulai berusia
sekitar enam bulan. Dokter yang akan menentukan operasi mana yang paling tepat.
(Vithana, 2019)
Tatalaksana terhadap pasien terdiri dari perawatan medis serta tindakan bedah.
Kedua cara terapi ini seyogyanya tidak dipertentangkan, namun justru saling
menunjang; tatalaksana medis yang baik diperlukan untuk persiapan prabedah dan
perawatan pascabedah.
1. Tata laksana medis
Pada pasien yang mengalami serangan sianotik akut maka dapat diberikan (Qhinta,
2022):
a. Pasien diletakkan dalam knee – chest position.
meningkat.
i. Hiegene mulut dan gigi perlu diperhatikan, untuk meniadakan sumber infeksi
untuk terjadi endocarditis infektif atau abses otak.
12
2 I Gusti Ngurah Rai Artika, Bhirowo 2016 Pengelolaan anestesi pada anak
Yudo Pratomo, Yosy Budi Setiawan/ dengan Tetralogy of Fallot untuk
Penatalaksanaan anestesi colostomy operasi non jantung memiliki
kekhasan untuk kelainan yang
pada pasien Atresia ani dengan
dialami. Pengelolaan anestesi yang
tetralogi of fallot (tof) kita lakukan hendaknya tidak
memperberat kelainan yang sudah
ada dan harus memberikan suatu
sumbangan untuk memperbaiki
oksigenasi selama anestesi
dilakukan. Profil fisiologi jantung
paling baru adalah sangat penting
untuk menentukan arah pintasan
dan juga pengelolaan anestesi.
Pasien, ahli bedah, dan ahli anak
sebaiknya juga mengetahui
antisipasi komplikasi dari anestesi
atau pembedahan. Sangat penting
untuk diingat bahwa nyeri
postoperasi dengan peningkatan
katekolamin dapat mempengaruhi
tahanan vaskuler dan juga arah
pintasan
3 Ruddi Hartono, Sri Rahardjo, 2019 Low dose spinal anesthesia dapat
Yusmein Uyun/ Low Dose Spinal digunakan sebagai alternatif
Anesthesia Bupivakain 0,5% 5 mg pembiusan pada pasien kehamilan
dengan Adjuvan Fentanyl 50 mcg dengan uncorrected tetralogy of
untuk Pasien dengan Uncorrected fallot tetapi harus disesuaikan
Tetralogy of Fallot yang Menjalani dengan kondisi pasien sebelum
Seksio Sesarea dilakukan pembiusan. Low dose
spinal
15
4 Mahrus A. Rahman, I Ketut Alit 2023 Angka kejadian PJB sangat tinggi
Utamayasa, Taufiq Hidayat, Teddy di negara berkembang, termasuk
Ontoseno/ Deteksi Dini Penyakit Indonesia. Minimnya pengetahuan
Jantung Bawaan Melalui Pelatihan di antara tenaga kesehatan
Webinar dan Screening Echo- mengenai etiologi, faktor risiko
cardiography di Kediri dan tingginya heterogenitas pada
PJB menjadi hambatan utama
dalam melakukan pencegahan dan
deteksi
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Uraian kasus
An. I laki-laki usia lima tahun dibawa ke IGD rumah sakit oleh kedua
orang tuanya karena dua jam sebelumnya pingsan sekitar 10 menit setelah
bermain petak umpet dengan saudaranya. Orang tua mengatakan anaknya
didiagnosis mengalami kelainan jantung bawaan saat berusia dua tahun. Hasil
pengkajian didapatkan kesadaran somnolen, tampak sianosis, frekuensi nadi
110 x/menit, irreguler dan lemah, frekuensi napas 20 x/menit, suhu 36,5 oC,
tekanan darah 90/60 mmHg. Ibu terlihat menangis sambil memandangi
anaknya, dan ayah terlihat memeluk istrinya dan mengajak istrinya untuk
banyak berdoa.
16
17
B. Pengkajian
1. IDENTITAS KLIEN
Nama : An. I Nama Panggilan :O
Tgl Lahir/Umur : 5 Thn
Jenis kelamin : Laki-Laki Agama : Islam
Bahasa yang dipakai : Indonesia
Pendidikan :-
Alamat :Singkawang Telp : ……………………
Ruang : Anak
No. Register : 055xx
Nama Ayah : Tn. G Nama Ibu : Ny. H
Pekerjaan : PNS Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
2. RIWAYAT KEPERAWATAN
Tanggal masuk : 03-10-2023
Tanggal dan jam pengambilan data : 05-10-2023
Diagnosis medik saat masuk : ToF
Cara masuk : [ ] Berjalan [ ] Kursi roda [ ] Brancar [√ ] digendong
Ditemani oleh : [√ ] orang tua [ ] saudara [ ] lain-lain
Dikirim dari : [ √ ] Emergency [ ] Poli [ ] Kamar operasi [ ] lain-lain
Keadaan waktu masuk :
Kesadaran : [ ] Composmentis [ ] Apatis [ √ ] Somnolen [ ] Soporcoma
[ ] Coma
Pernafasan : 20 x/mnt, Suhu 36,5 C, Nadi 110 x/mnt
Tekanan darah : 90/60 mmHg, BB : 22 kg, TB : 114 cm
Keluhan yang dirasakan sekarang :…………………………………
Alergi : [ ] ya [ ] obat [ ] makanan [ ]
lain-lain ……………………………… [ √ ] tidak
Alat bantu yang dipakai :
[ ] kaca mata [ ] lensa kotak [ ] prothese [ ] alat bantu pendengaran
[ ] kawat gigi [ ] lain-lain …………
Apakah pernah sakit sebelum ini ? [ ] ya [ √ ] tidak
Bila pernah sakit apa ? ……………
18
2. Riwayat Keluarga
Saudara :
JENIS KELAMIN
NO NAMA UMUR L/P SEHAT / SAKIT
1. An.. J 11 thn Laki-Laki Sehat
Keterangan
19
: Meninggal Dunia
a) PERNAFASAN
Spontan (√ ) ya ( ) reguler ( ) irreguler ( ) Tidak
Frekuensi nafas 20 x/mnt
Keadaan saat ini :
( ) Batuk (√ ) Dyspone ( ) Sianosis ( ) Retraksi :(
a. Derajat .......... b. Lokasi...................)
( ) Wheezing ( ) Sakit ( ) Lendir ( V ) Ronkhi
Alat bantu nafas :
( ) O2 nasal ( ) ETT ( ) T. Piece
Hasil analisa gas darah :
( ) Asidosis respiratorik ( ) Asidosis metabolik
( ) Alkolosis respiratorik ( ) Asidosis metabolik
Keterangan : …………………………………………………………………
b) SIRKULASI
Frekuensi nadi 100 x/mnt
[ ] Reguler [√ ] Irreguler
Tekanan darah : 90/60 mmHg
Keadaan saat ini :
[ ] Edema [ ] nyeri kaki [ ] nyeri dada
[√ ] kelelahan [ ] syncope
Extremitas : [ ] Hangat [ ] Dingin [ √ ] Sianosis
[ ] Anemia [ ] Trombositopenia
[ ] Lekositosis [ ] Hipoproteinemia
Keterangan :
20
d) ELIMINASI
BUANG AIR KECIL ( BAK )
Frekuensi BAK 6 x/hari
Ada kesukaran : [ ] Ya [√ ] Tidak
Bila ada kesukaran lakukan apa ?
Keadaan saat ini :
[ ] Rasa terbakar [ ] Dysuria [ ] Sering BAK
[ ] Hematuria [ ] Inkontinesia [ ] Retensi urin
[ ] Imobilisasi [ ] Menetes [ ] Infeksi
[ ] Distensi kandung kemih
keterangan : ………………………………………
21
f) KEAMANAN / MOBILISASI
Persepsi/koordinasi
Penglihatan
[ √ ] Baik [ ] Kabar [ ] Ganda [ ] Buta warna
Pendengaran :
[√ ] Baik [ ] Tuli [ ] Nyeri
Sensori :
[ ] Baik [] Pusing [√ ] Pingsan [ √ ] Nyeri
[ √ ] Sakit Kepala [ ] Mati rasa
Keterangan :
Mobilisasi
Aktifitas sehari-hari yang bisa dilakukan………………
[√ ] Dapat menolong diri sendiri
[ ] Ditolong dengan bantuan
Keadaan saat ini :
[ ] Sulit berjalan [√ ] Kelelahan [ √ ] Nyeri
[ ] Gerakan yang terbatas [ ] kejang
[ ] Parasitis [√ ] Otot lemah [√ ] Riwayat jatuh
[ ] Koordinasi yang rusak [ ] Cemas
[√ ] Pernafasan terganggu
[ ] Pengetahuan kurang
[ ] Penglihatan kurang
[ ] Gangguan Muskuloskeletal
[√ ] Penurunan daya tahan tubuh
Keterangan………………………………………………
23
4. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Kurang Baik
Tingkat kesadaran : Somnolens
a) Antropometri :
Berat Badan : 23 kg Tinggi Badan : 114 cm
25
b) Tanda Vital :
Suhu : 36,50 Nadi : 110x/menit
Pernafasan : 20x/menitTekanan Darah : 90/60 mmHg
c) Pemeriksaan Umum
1) Kulit :
Warna Kuning Langsat ,kebersihan : Bersih, sianosis di ekstrimitas
Lesi : Tidak terdapat lesi
Keadaan ( lembab, kering ) : lembab
Temperatur: 36,5oC
Turgor : Turgor kulit kembali < 2 detik
oedema : tidak terdapat odema pada seluruh tubuh
2) Kuku :
Keadaan ( utuh, bersih, panjang, pendek ) Pendek
Warna ( sianosis, kronik, garis melintang berwarna ) Sianosis
Bentuk kuku ( cembung,cekung) cembung
3) Rambut :
Warna : Hitam Distribusi : lebat
Bentuk/Sifat rambut lurus, ikal mudah rontok : tidak
4) Kepala:
Bentuk : Normal kesemetrisan : .Simetris
5) Wajah:
Bentuk Oval, warna : Kuning Langsat
6) Mata :
Bentuk dan gerak mata ( simetris/tidak ) Simetris
Warna konjungtiva : Anemis, pucat
Sclera : Normal
Iris : Normal
Cornea : Normal
Pupil ( jernih, refleks, oedema ) : Normal
Lensa ( jernih, keruh ) : Jernih
Kelopak mata ( pitosis, oedema ) : Normal
Ketajaman penglihatan : Normal
26
7) Hidung
Mukosa hidung ( warna) : Normal
Bulu hidung : Normal
Adakah akumulasi Tidak ada akumulasi sekret atau darah
Septum : Tidak terdapat sputum
8) Mulut
Bibir (warna, kesemetrisan, kelembaban): pucat sianosis, simetris,
kelembapan normal
Mukosa (warna, lesi, kelembaban) : pucat, tidak terdapat lesi,
kelembapan normal
Lidah ( lapis putih, bercak keabuan, fisura ) : terdapat lapis putih
Uvula ( gerakan, posisi ) : Normal
Gigi ( caries dentis, tidak tumbuh gigi ) : Terdapat beberapa caries
gigi
Pharing ( kemerahan pada dinding belakang, sekret ) : Normal
Tonsil (kemerahan, bengkak) : Normal
Kebersihan mulut : Cukup Bersih
9) Telinga
Bentuk dan besarnya : Normal
Letak : simetris
Benjolan : Tidak terdapat Benjolan
Keadaan membran telinga : Normal
Adakah rasa nyeri, sekret, warna sekret, bau : Tidak ada, Normal
Pendengaran : Normal tidak terdapat gangguan
10) Leher
Gerakan leher : Normal
Pembesaran getah bening :Tidak ada
Bendungan vena jugularis : Tidak ada
Adakah tumor, oedema, lesi : Tidak ada
27
11) Dada :
Lingkar dada :
Gerakan dada : Normal
Bentuk dada : Simetris
12) Paru-paru :
Gerakan pernafasan : Normal
Pola pernafasan : Normal
Frekuensi : 20x/Menit
Suara pernafasan : Normal, tidak ada ronchi dan wheezing
13) Abdomen :
Menonjol dan gerakan Normal
perkusi sonor
Bising usus Normal tiap 3 detik sekali
Umbilikus ( hernia, pembuluh darah ) Normal
14) Hepar :
Adakah pembesaran : Normal
Teraba : ada
Sewaktu bernafas atau bergerak tidak sakit
15) Kelenjar limpa :
Pembesaran ( letak, ukuran, tonjolan ) Normal
Konsistensi ( padat, kenyal ) Normal
Arah pembesaran ( medial, lateral inferior ) Normal
Nyeri tekan : Tidak terdapat nyeri tekan
16) Ginjal :
Dapat diraba
Pembesaran bilateral
17) Punggung
Bentuk :(simetris )
Lessi, tumor : Tidak ada
28
5. PEMERIKSAAN REFLEKS
a. Berkedip : Normal
b. Mor : Tidak di kaji
(Normal : dijumpai sampai umur 4
bulan)
c. Rooting/mencari : Tidak di kaji
(Normal : dijumpai sampai umur 4
bulan)
d. Sucking/menghisap : Tidak di kaji
(Refleks menetap selama masa bayi dan mungkin terjadi selama tidur
tanpa stimulasi)
e. Swallowing/menelan : Normal
f. Merangkak : Tidak di kaji
(Normal : bayi membuat gerakan merangkak dengan lengan dan kaki)
g. Palmar Grasp/menggenggam: Tidak di kaji
(Normal :dijumpai sampai umur 8 bulan)
h. Tanda Balbinski : Tidak di kaji
(Normal : dijumpai sampai umur < 1
tahun)
29
C. Asuhan keperawatan
1. Analisis data
No. Data Masalah Etiologi
1. Ds : Orang tua pasien Penurunan Curah Perubahan Irama
mengatakan Jantung Jantung (PJB)
Pingsan selama 10
menit 2 jam sebelum
di bawa ke RS
Anaknya memiliki
riwayat kelainan
jantung bawaan sejak
usia 2 tahun
Do :
K/U Somnolen
Nadi 110x/ menit
Irama nadi ireguler
dan lemah
Td: 90/60 mmHg
Riwayat Kelainan
Jantung bawaan
2. Ds : Orang tua pasien Intoleransi Ketidak
mengatakan Aktivitas Seimbangan
Mudah lelah saat Suplay dan
bermain Kebutuhan
Sering pingsan Oksigen
Memiliki riwayat
kelainan jantung
bawaan sejak usia 2
tahun
Do :
pasien lemah
K/U Somnolen
aktivitas lebih sering
berbaring di tempat
tidur
30
Do:
Ibu terlihat menangis
sambil memandangi
anaknya
Ayah terlihat memeluk
istrinya dan
mengajaknya untuk
berdoa
3. Rencana Keperawatan
No SDKI SLKI SIKI
1 PENURUNAN CURAH JANTUNG Setelah dilakukan tindakan PERAWATAN JANTUNG (I.02075)
(D.0008) keperawatan diharapkan: Observasi
CURAH JANTUNG Identifikasi tanda/gejala primer Penurunan curah
DEFINISI MENINGKAT (L.02008) jantung (meliputi dispenea, kelelahan, adema
Ekspektasi : Meningkat ortopnea paroxysmal nocturnal dyspenea,
Ketidakadekuatan jantung memompa Definisi : peningkatan CPV)
darah untuk memnui kebutuhan Keadekuatan jantung memompa darah Identifikasi tanda /gejala sekunder penurunan
metabolism tubuh. untuk memenuhi kebutuhan curah jantung (meliputi peningkatan berat badan,
PENYEBAB metabolisme tubuh Meningkat hepatomegali ditensi vena jugularis, palpitasi,
ronkhi basah, oliguria, batuk, kulit pucat)
Ds : Orang tua pasien mengatakan Monitor tekanan darah (termasuk tekanan darah
Pingsan selama 10 menit 2 jam ortostatik, jika perlu)
sebelum di bawa ke RS Monitor intake dan output cairan
Anaknya memiliki riwayat kelainan Monitor berat badan setiap hari pada waktu yang
jantung bawaan sejak usia 2 tahun sama
Monitor saturasi oksigen
Do : Monitor keluhan nyeri dada (mis. Intensitas,
K/U Somnolen lokasi, radiasi, durasi, presivitasi yang
Nadi 110x/ menit mengurangi nyeri)
Irama nadi ireguler dan lemah Monitor EKG 12 sadapoan
Td: 90/60 mmHg Monitor aritmia (kelainan irama dan frekwensi)
Riwayat Kelainan Jantung bawaan Monitor nilai laboratorium jantung (mis.
Elektrolit, enzim jantung, BNP, Ntpro-BNP)
Monitor fungsi alat pacu jantung
Periksa tekanan darah dan frekwensi
nadisebelum dan sesudah aktifitas
Periksa tekanan darah dan frekwensi nadi
sebelum pemberian obat (mis. Betablocker,
ACEinhibitor, calcium channel blocker,
32
digoksin)
33
Terapeutik
Posisikan pasien semi-fowler atau fowler dengan
kaki kebawah atau posisi nyaman
Berikan diet jantung yang sesuai (mis. Batasi
asupan kafein, natrium, kolestrol, dan makanan
tinggi lemak)
Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi
hidup sehat
Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stres,
jika perlu
Berikan dukungan emosional dan spiritual
Berikan oksigen untuk memepertahankan saturasi
oksigen >94%
Edukasi
Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
Ajarkan pasien dan keluarga mengukur berat
badan harian
Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake
dan output cairan harian
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
Rujuk ke program rehabilitasi jantung
PERAWATAN JANTUNG AKUT : AKUT(
I.02076) Observasi
Identifikasi karakteristik nyeri dada (meliputi
faktor pemicu dan dan pereda, kualitas, lokasi,
radiasi, skala, durasi dan frekuensi)
Monitor EKG 12 sadapan untuk perubahan ST
dan T
Monitor Aritmia( kelainan irama dan frekuensi)
Monitor elektrolit yang dapat meningkatkan
34
Edukasi
Anjurkan beraktivitas fisik sesuai
toleransi
Anjurkan beraktivitas fisik secara
bertahap
Ajarkan pasien dan keluarga
mengukur intake dan output cairan
harian
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika
perlu
44
Edukasi A:
Anjurkan tirah baring Masalah Intoleransi Aktivitas Belum Teratasi
Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap P:
Anjurkan menghubungi perawat jika Lanjutkan Intervensi Manajemen Energi
tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
45
(D.0056) WIB Identifkasi gangguan fungsi tubuh Anaknya sering mengeluh lelah ketika
yang mengakibatkan kelelahan bermain
Monitor kelelahan fisik dan emosional Anaknya tampak sering memegang area
Monitor pola dan jam tidur dadanya
Monitor lokasi dan ketidaknyamanan Anaknya sudah mulai aktif bermain di
selama melakukan aktivitas dalam ruangan
Terapeutik
Lakukan rentang gerak pasif dan/atau O:
aktif Pasien lemah
K/U Somnolen
Edukasi Aktivitas sudah mulai lebih aktif
Anjurkan tirah baring Klien mengikuti latihan gerak/rom
Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap A:
Anjurkan menghubungi perawat jika Masalah Intoleransi Aktivitas Belum Teratasi
tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang P:
Ajarkan strategi koping untuk Lanjutkan Intervensi Manajemen Energi
mengurangi kelelahan
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan
3 Anxietas 06/10/23 TERAPI RELAKSASI S:
(D.0080) 13:00 Observasi Orang tua klien mengatakan :
WIB Identifikasi teknik relaksasi yang Mereka sudah lebih tenang
pernah efektif digunakan Mereka sudah bisa mengurangi cemas
Identifikasi kesediaan, kemampuan, dengan teknik nafas dalam
dan penggunaan teknik sebelumnya Sudah agak lebih tenang dari kemarin
Monitor respons terhadap terapi Mereka sudah mulai bisa mengambil
relaksasi keputusan secara bijak
Terapeutik
Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa O:
48
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemberian Asuhan keperawatan yang dilakukan pada anak Tetralogi Fallot ini
dilakukan selama 3 kali pertemuan dengan hasil 2 (dua) masalah keperawatan teratasi
sebagian yaitu Masalah Penurunan Curah Jantung dan Ansietas, sedangkan untuk
masalah Intoleransi Aktivitas hingga hari ke tiga pemberian asuhan keperawatan belum
mengalami perubahan (belum teratasi)
Dalam pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan kelainan jantung bawaan
sianotik (Tetralogi Fallot) akan menentukan untuk kelansungan hidup anak, mengingat
masalah yang komplit yang dapat terjadi pada anak TOF bahkan dapat menimbulkan
kematian yang diakibatkan karena hipoksia, syok maupun gagal.
Oleh karena itu perawat harus memiliki keterampilan, kompetensi, dan
pengetahuan yang luas tentang konsep dasar perjalanan penyakit TOF. Sehingga dapat
menentukan diagnosa yang tepat bagi anak yang mengalami tetralogi fallot, yang
akhirnya angka kesakitan dan kematian dapat ditekan.
B. Saran
Pemberian asuhan keperawatan harus dissesuaikan dengan respon dan kondisi
pasien, begitu pula dengan pasien TOF pada anak. Maka diharapkan bagi seorang
perawat untuk lebih memahami serta menambah pengetahuan lebih dalam lagi akan
perkembanagan penyakit TOF sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang
sesuai dengan tahap perkembangan anak serta kebutuhan anak yang belum terpenuhi.
Daftar Pustaka
50
Black, J., & Hawks, J. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk Hasil
yang Diharapkan. Jakarta: EGC.
Guyton, A. C, Hall, J. E. (2014). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (12th ed.). Jakarta: EGC.
Kusumaningtyas, A., Lidyawati. (2017). Asuhan Keperawatan Tetralogy of fallot. Jember
Putri D.A. (2016). Asuhan Keperawatan Pada Anak S Yang Mengalami Tetralogy Of Fallot
Di Ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
Samarinda
Qhinta, Bedri. “Tetralogy Of Fallot” www.alomedika.com. Diakses pada 06 oktober 2023.
https://www.alomedika.com/penyakit/kardiologi/tetralogy-of-fallot/penatalaksanaan
Sastroasmoro, S., & Mardiyono, B. (2014). Penyakit Jantung Bawaan. (Kardiologi Anak,
Ed.). Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Yuniadi, Y., Dony, Y., & Bambang, B. (2017). Buku Ajar Kardiovaskular. (Departemen
Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FK UI, Ed.) (Jilid 2).Jakarta: Sagu Seto.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Indikator Diagnostik. In 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standat Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standat Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.