Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KASUS PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT JANTUNG BAWAAN

“TETRALOGY OF FALLOT”

NAMA:

1. Ns. Anak Agung Ayu Mas Pramiati, S.Kep

2. Ns. I Gusti Ayu Wadmi Juniati, S.Kep

3. Ns. I Made Dwi Adiputra, S.Kep

IKATAN NERS KARDIOVASKULER INDONESIA (INKAVIN)

JAKARTA

2023
DAFTAR ISI

Daftar isi.............................................................................................................................. i
Bab 1 Pendahuluan............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................ 2
1.3.1 Tujuan Umum......................................................................................... 2
1.3.2 Tujuan Khusus........................................................................................ 2
1.4 Manfaat Penulisan.............................................................................................. 2
Bab 2 Tinjauan Teori........................................................................................................... 4
2.1 Konsep................................................................................................................. 4
2.1.1 Pengertian.................................................................................................... 4
2.1.2 Etiologi........................................................................................................ 4
2.1.3 Manifestasi Klinis........................................................................................ 5
2.1.4 Patofisiologi................................................................................................. 7
2.1.5 Pemeriksaan Diagnostik.............................................................................. 8
2.1.6 Penatalaksanaan Medis................................................................................ 9
2.2 Asuhan Keperawatan........................................................................................... 10
2.2.1 Pengkajian.................................................................................................... 10
2.2.2 Diagnosa Keperawatan................................................................................ 11
2.2.3 Perencanaan................................................................................................. 13
Daftar Pustaka..................................................................................................................... 20

i
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bayi Baru Lahir (BBL) mengalami adaptasi yakni perubahan sirkulasi dari dalam
kandungan menjadi luar kandungan. Sirkulasi darah janin selama dalam kandungan tidak
sama dengan sirkulasi darah setelah lahir atau pada orang dewasa, karena paru janin belum
berkembang sehingga oksigen diambil melalui perantaraan plasenta. Sistem peredaran darah
bayi setelah lahir, yakni darah BBL harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan
mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke jaringan. Kelainan
kongenital pada bayi baru lahir ini merupakan salah satu penyebab kematian nomor tiga pada
kematian bayi dibawah umur satu tahun, termasuk pula didalamnya penyakit jantung bawaan
(Ellyati, Kusharisupeni and Sabri, 2019). Adanya perubahan sirkulasi sistem kardiovaskular
pada bayi menyebabkan BBL mengalami Penyakit Jantung Bawaan (PJB) atau disebut
dengan Congenital Heart Disease (CHD). Salah satu penyakit yang termasuk ke dalam CHD
adalah Tetralogy Of Fallot (TOF).
Tetralogy of fallot merupakan PJB sianotik yang paling banyak banyak ditemukan
yakni sekitar 10% dari seluruh PJB. Tetralogy of fallot adalah kelainan kongenital yang
menyebabkan darah kekurangan oksigen mengalir keluar dari jantung dan ke seluruh tubuh
(sianotik) yang paling umum ditandai dengan 4 ciri utama yaitu Ventrikel Septum Defect
(VSD), overriding aorta, obstruksi saluran keluar ventrikel kanan dan hipertrofi ventrikel
kanan. Faktor risikonya meliputi penyakit rubella pada ibu selama kehamilan, ibu yang
mengonsumsi alkohol, dan riwayat keluarga dengan penyakit Tetralogy of fallot. Tetralogy of
fallot paling umum terjadi pada anak-anak, bersifat multifactorial (disebabkan karena
diabetes pada ibu yang tidak diobati, asupan asam retinoate ibu, fenilketonuria, anomali
kromosom (trisomi 21, 18,13), mikrodelesi kromosom, dan sindrom Alagille dengan mutasi).
(Diaz-Friaz (2021) ; Wilson, et al (2019).
Pengobatan dini Tetralogy of Fallot penting untuk diberikan secara dini. Pengobatan
bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi diantaranya thrombosis serebral, abses otak,
dan endokarditis bakterial. Maka dari itu penting untuk kita sebagai tenaga medis mengetahui
konsep penyakit, serta asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien untuk mencegah
terjadinya penurunan kondisi.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan yang telah diuraikan pada latar belakang, maka rumusan masalah pada
penulisan presentasi kasus ini adalah “Bagaimana konsep penyakit serta pelaksanaan
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan penyakit jantung bawaan “Tetralogy of
fallot ?”.

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan presentasi kasus ini untuk mengetahui dan membahas tentang
konsep penyakit dan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit jantung
bawaan “Tetralogy of fallot”.

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Untuk memahami pengertian dari penyakit jantung bawaan “Tetralogy of fallot”
b. Untuk memahami etiologi dari penyakit jantung bawaan “Tetralogy of fallot”
c. Untuk memahami patofisiologi dari penyakit jantung bawaan “Tetralogy of fallot”
d. Untuk memahami pemeriksaan diagnostik pada pasien dengan penyakit jantung
bawaan “Tetralogy of fallot”
e. Untuk memahami penatalaksanaan medis pada pasien dengan penyakit jantung
bawaan “Tetralogy of fallot”
f. Untuk memahami konsep dasar asuhan keperawatan (pengkajian, perumusan
diagnosa, perencanaan, dan evaluasi) pada pasien dengan penyakit jantung
bawaan “Tetralogy of fallot”

1.4 Manfaat Penulisan


a. Manfaat praktis
Hasil penulisan presentasi kasus ini diharapkan dapat menjadi masukan dan
tambahan ilmu bagi pelayanan di rumah sakit agar dapat melakukan asuhan
keperawatan pada pasien dengan penyakit jantung bawaan “Tetralogy of fallot”
(TOF).
b. Manfaat Akademis

2
Hasil penulisan presentasi kasus ini merupakan sumbangan bagi ilmu pengetahuan
khususnya dalam hal asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit jantung
bawaan “Tetralogy of fallot” (TOF).

c. Bagi penulis
Hasil penulisan presentasi kasus ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi peneliti
berikutnya, yang akan melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan
penyakit jantung bawaan “Tetralogy of fallot” (TOF).

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep
2.1.1 Pengertian Tetralogy of Fallot
Penyakit Tetralogy of Fallot (ToF) merupakan kombinasi dari empat komponen dan
pertama kali dideskripsikan oleh Fallot pada tahun 1881 (Keane J.2006 dalam Amelia,
A. 2020). Tetralogy of Fallot merupakan penyakit jantung kongenital sianotik yang
paling banyak ditemukan, yakni lebih kurang 10% dari seluruh kejadian penyakit
jantung congenital pada anak-anak.
Adapun komponen penyakit ToF yaitu:
1) VSD (Ventricular Septal Defect)
VSD atau defek septum ventrikel merupakan kondisi terbentuknya lubang di
antara ventrikel. Lubang ini mengakibatkan tercampurnya darah yang kurang
akan oksigen bercampur dengan darah yang kaya akan oksigen.
2) Hipertrofi Ventrikel Kanan
Tercampurnya darah akibat VSD tadi membuat beban dari ventrikel kanan
menjadi terlalu berat sehingga mengakibatkan ototnya menebal dan memicu
timbulnya lemah jantung bahkan nantinya akan menjadi gagal jantung jika tidak
ditangani dengan baik.
3) Overriding Aorta
Merupakan kondisi bergesernya aorta ke kanan mengikuti VSD yang terbentuk
sehingga membuat tingkat oksigen dalam darah menjadi rendah. Karena
pergeseran itu mengakibatkan darah yang kurang oksigen dialirkan ke seluruh
tubuh dan membuat sianosis terjadi.
4) Stenosis Pulmonal
Stenosis pulmonal yaitu obstruksi atau penyumbatan akibat penyempitan pada
katup pulmonal yang mengakibatkan semakin sedikit darah yang menuju paru.

2.1.2 Etiologi
Kebanyakan penyebab dari kelainan jantung bawaan tidak diketahui, biasanya
melibatkan berbagai faktor. Faktor prenatal yang berhubungan dengan resiko
terjadinya ToF adalah:
1. Selama hamil, ibu menderita rubella (campak Jerman) atau infeksi virus lainnya

4
2. Gizi yang buruk selama kehamilan
3. Ibu yang alkoholik
4. Usia ibu diatas 40 tahun
5. Ibu menderita diabetes
6. Anak dengan Sindrom Down
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan juga diduga karena
adanya faktor endogen dan eksogen, antara lain :
A. Faktor endogen :
1. Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom
2. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
3. Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi,
penyakit jantung atau kelainan bawaan
B. Faktor eksogen :
1. Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau suntik,minum
obat-obatan tanpa resep dokter, (thalidmide, dextroamphetamine.aminopterin,
amethopterin, jamu).
2. Ibu menderita penyakit infeksi : rubella
3. Pajanan terhadap sinar-X
Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut jarang terpisah
menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan lebih dari 90% kasus penyebab
adalah multifaktor. Apapun sebabnya, pajanan terhadap faktor penyebab harus ada
sebelum akhir bulan kedua kehamilan, oleh karena pada minggu ke delapan
kehamilan pembentukan jantung janin sudah selesai

2.1.3 Manifestasi Klinis


ToF dimasukkan ke dalam kelainan jantung sianotik karena terjadi pemompaan darah
yang sedikit mengandung oksigen ke seluruh tubuh, sehingga terjadi sianosis (kulit berwarna
ungu kebiruan) dan sesak nafas. Gejala sianotik mungkin baru timbul di kemudian hari,
dimana bayi mengalami serangan sianotik karena menyusu atau menangis.
Manifestasi klinis ToF berbeda-beda sesuai dengan tingkat keparahan obstruksi
saluran keluar ventrikel kanan. Manifestasi klinis yang muncul berupa sianosis yang
mencerminkan derajat hipoksia. Sianosis dapat muncul pada neonatus maupun baru muncul
setelah anak berusia beberapa bulan. Serangan sianotik yang terjadi ditandai dengan sesak
napas mendadak, napas cepat dan dalam, sianosis memburuk, dan dapat disertai kejang.

5
Serangan tersebut berlangsung beberapa menit hingga jam dan dapat mengakibatkan hipoksia
yang berisiko merusak sel-sel otak. Pada auskultasi, suara detak jantung pertama normal
diikuti dengan detak kedua yang keras. Semakin buruk tingkat obstruksi maka murmur akan
semakin menonjol.
Pada penderita ToF juga dapat dijumpai clubbing finger terutama jika pasien
mengalami sianosis parah dalam waktu yang lama. Pada bayi, bentuk dada cenderung
normal, namun seiring bertambahnya usia, dada anak tampak menonjol akibat pelebaran pada
ventrikel kanan. Selain itu, anak dengan ToF dapat menjadi iritatif jika kadar oksigen
berkurang dan anak menjadi mudah lelah, mengantuk, tidak merespon ketika dipanggil, dan
menyusu dengan terputus-putus. Anak dengan ToF sering kali meringankan gejalanya dengan
posisi jongkok (squatting position) jika kelelahan setelah berjalan sebagai mekanisme
kompensasi. Keterlambatan pertumbuhan juga dapat dijumpai pada anak dengan ToF (Diaz-
Frias & Guillaume, 2021).

6
2.1.4 Patofisiologi

7
2.1.5 Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang untuk mendukung diagnosa TF pada anak menurut Putri
(2019) adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah Lengkap: ditemukan adanya peningkatan hemoglobin (Hb) dan
hematokrit (Hct) akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya
hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %.
b. BGA: nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial karbondioksida
(PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan PH.
c. Anemia hipokrom mikrositer (karena defisiensi besi)
2. Radiologi
Pada foto toraks ditemukan:
a. Jantung tidak membesar
b. Arkus aorta sebelah kanan (25%)
c. Aorta asendens melebar
d. Konus pulmonalis cekung
e. Apeks jantung terangkat sehingga seperti sepatu boot (boot shape)
f. Penurunan aliran darah pulmonal
3. EKG
Pada EKG ditemukan :
a. Sumbu QRS hamper selalu berdeviasi ke kanan (RAD)
b. Hipertrofi ventrikel kanan (RVH), kadang terdapat juga hipertrofi atrium
kanan
c. Pada anak yang sudah besar dijumpai P pulmonal
4. Ekokardiografi
Pada ekokardiografi ditemukan:
a. Dilatasi aorta, Overriding aorta dengan dilatasi ventrikel kanan
b. Defect septum ventrikel
c. Penurunan ukuran arteri pulmonalis
d. Penurunan aliran darah ke paru-paru
5. Kateterisasi
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek septum
ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis

8
pulmonal perifer. Selain itu untuk mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen,
peningkatan tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan pulmonalis normal atau
rendah.
2.1.6 Penatalaksanaan Medis
Menurut Haws dan Paulette (2007) dalam Putri (2016), penatalaksanaan pada pasien
dengan ToF yaitu :
a. Tatalaksana Medis
1) Pada serangan sianotik akut :
a. Meletakkan pasien dalam knee-chest position
b. Berikan oksigen masker 5-8 L/menit
c. Berikan morfin sulfat 0,1-0,2 mg/kg subkutan atau intramuscular
d. Berikan natrium bikarbonat 1 mEq/kgBB intravena untuk koreksi asidosis
e. Berikan transfusi darah jika kadar hemoglobin kurang dari 15 g/dl
f. Berikan propranolol 0,1 mg/kgBB bolus intravena. Saat pasien mengalami
serangan sianotik, jangan diberikan digoksin agar tidak memperburuk
keadaan.
2) Jika tidak segera dilakukan operasi maka dapat diberikan propranolol rumat 1
mg/kgBB/hari dalam 4 dosis.
3) Berikan Fe untuk meningkatkan kadar hemoglobin pasien saat pasien
mengalami serangan sianotik disertai anemia relative
4) Perhatikan kebersihan mulut dan gigi untuk mencegah sumber infeksi penyebab
endokarditis infektif atau abses otak
b. Tatalaksana Bedah
Terapi pembedahan dibagi menjadi bedah paliatif dan korektif.
1. Bedah paliatif yang biasa dilakukan adalah operasi B-T (Blalock-Taussig)
Shunt yang bertujuan meningkatkan sirkulasi pulmonal dengan
menghubungkan arteri subklavia dengan pulmonalis yang ipsilateral.
Umumnya bedah paliatif dilakukan pada bayi kecil atau dengan hipoplasia
arteri pulmonalis dan pasien yang sering mengalami serangan sianotik.
2. Pada bedah korektif dilakukan koreksi total yang dapat didahului atau tanpa
bedah paliatif. Bila arteri pulmonalis tidak terlalu kecil, umumnya koreksi total
dilakukan pada pasien tetralogi fallot di bawah usia 2 tahun. Di negara maju
yang telah berpengalaman operasi sudah dilakukan sebelum umur 1 tahun.

9
2.2 Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian pasien dengan Tetralogy of Fallot meliputi, data demografi, keluhan
utama saat ini, riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu, termasuk
riwayat kehamilan, riwayat tumbuh. Riwayat penyakit keluarga, riwayat alergi,
riwayat psikososial termasuk pekerjaan orang tua, geografi, lingkungan tempat
tinggal, nutrisi dan aktivitas fisik. Kaji juga kemampuan koping pasien terhadap
masalah kesehatannya, pola istirahat dan tidur, pola latihan dan aktivitas.
Pemeriksaan fisik dilakukan mulai dari kepala ke kaki, dimulai dengan keadaan
umum pasien, kesadaran dan tanda-tanda vital pasien. Pemeriksaan fisik pada kepala
melihat (inspeksi) apakah terdapat kelainan yang muncul di kepala (ekspresi, mata
mulut dan bibir). Pemeriksaan fisik pada leher, kaji apakah terdapat peningkatan
tekanan vena jugularis, kelainan tiroid atau kelainan trakea. Pada pasien dengan
kelainan Tetralogy of Fallot juga dapat ditemukan keadaan sianosis. Sianosis dapat
muncul pada neonatus maupun baru muncul setelah anak berusia beberapa bulan.
Sianonis muncul umumnya ketika pasien menangis, saat makan, atau saat agitasi.
Selain itu ditemukan juga clubbing finger pada jari-jarinya. Serangan sianotic/
cyanotic spells mendadak ditandai dengan dispnea, nafas cepat dan dalam, lemas,
kejang, sinkop bahkan sampai koma dan kematian. Setelah beberapa lama berjalan,
beberapa waktu sebelum anak akan berjongkok dalam ia berjalan kembali.
Pada inspeksi dada, pada pasien yang masih bayi, bentuk dada masih normal,
sedangkan pada anak yang lebih besar tampak menonjol akibat pelebaran ventrikel
kanan.
Selanjutnya palpasi dilakukan untuk menemukan adanya kelainan di dinding dada
serta apakah ada kelainan denyutan, seperti denyut nadi brachialis atau nadi karotid.
Setelah itu dilanjutkan dengan perkusi dilakukan untuk mengetahui ukuran dan
bentuk jantung secara kasar serta terakhir adalah auskulasi untuk menentukan bunyi
jantung 1 atau bunyi jantung 2 atau mungkin apakah ditemukan bunyi jantung
tambahan seperti bunyi jantung 3 dan bunyi jantung 4. Pada pasien Tetralogy of
Fallot, saat auskultasi terdengar bising sistolik yang keras di daerah pulmonal dan

10
semakin melemah dengan bertambahnya derajat obstruksi. Bunyi jantung 1 normal,
sedangkan bunyi jantung 2 tunggal dan keras.
Selain pengkajian diatas, pengkajian juga dilakukan untuk melihat pengetahuan
anak dan keluarga terkait penyakit yang dimiliki, hasil pemeriksaan diagnostik
diantaranya, pemeriksaan laboratorium, hemodinamik, radiologi, gambaran EKG dan
echocardiografi.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan Tetralogy of Fallot,
diantaranya:
Gangguan Pertukaran Gas (D.0003) berhubungan dengan Ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi
Definisi: Kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan/atau eliminasi karbondioksida pada
membrane alveolus-kapiler.
Ditandai dengan:
a. Dispnea
b. Sianosis
c. Pola nafas abnormal (cepat dan dalam)
d. Warna kulit abnormal (kebiruan)
Penurunan Curah Jantung (D.0008) berhubungan dengan Perubahan kontraktilitas,
perubahan preload, perubahan afterload
Definisi: Ketidakadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh.
Ditandai dengan:
a. Pasien mudah lelah
b. Distensi vena jugularis
c. Dispnea dengan aktivitas
d. Capillary refill time > 3 detik
e. Warna kulit pucat dan/atau sianosis
f. Pulmonary vascular resistance meningkat
g. Terdengar murmur saat auskultasi
Kondisi klinis terkait : Penyakit jantung bawaan

11
Perfusi Perifer Tidak Efektif (D.0009) berhubungan dengan Penurunan aliran arteri
oleh darah yang teroksigenasi
Definisi: Penurunan sirkuasi darah pada level kapiler yang dapat mengganggu metabolisme
tubuh.
Ditandai dengan:
a. Pengisian kapiler > 3 detik
b. Nadi perifer turun
c. Akral teraba dingin
d. Warna kulit pucat
Kondisi klinis terkait: Kelainan jantung kongenital
Intoleransi Aktivitas (D.0056) berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
Definisi: Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Ditandai dengan:
a. Mengeluh lelah
b. Dispnea saat/setelah aktivitas
c. Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
d. Sianosis
Kondisi klinis terkait: Penyakit katup jantung
Defisit Nutrisi (D.0019) berhubungan dengan Peningkatan kebutuhan metabolisme,
faktor psikologis (penurunan nafsu makan, kelelahan saat makan)
Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.
Ditandai dengan:
a. Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal
b. Nafsu makan menurun
Gangguan Tumbuh Kembang (D.0106) berhubungan dengan Efek ketidakmampuan
fisik
Definisi: Kondisi individu mengalami gangguan kemampuan bertumbuh dan berkembang
sesuai dengan kelompok usia.
Ditandai dengan:
a. Tidak mampu melakukan keterampilan atau perilaku khas sesuai usia (fisik, bahasa,
motorik, psikososial)
b. Pertumbuhan fisik terganggu

12
c. Lesu
Kondisi klinis terkait: Kelainan jantung bawaan

2.2.3 Perencanaan
Gangguan Pertukaran Gas (D.0003)
Luaran utama : Pertukaran Gas
Definisi: oksigenasi dan/atau eliminasi karbondioksida pada membrane alveolus-kapiler
dalam batas normal.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan oksigenasi dan
eliminasi karbondioksida meningkat, dengan kriteria hasil:
1. Dispnea menurun
2. Sianosis cukup membaik
3. Pola nafas membaik
4. Warna kulit membaik
Terapi Oksigen
Observasi:
1. Monitor kecepatan aliran oksigen
2. Monitor posisi alat terapi oksigen
3. Monitor efektifitas terapi oksigen misalnya dengan penggunaan oksimetri
4. Monitor kemampuan melepaskan oksigen saat makan
5. Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen
Terapeutik:
1. Siapkan dan atur peralatan pemberian oksigen
2. Tetap berikan oksigen saat pasien ditransportasi
3. Gunakan perangkat oksigen yang sesuai dengan tingkat mobilitas pasien
Edukasi:
1. Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen
Kolaborasi:
1. Kolaborasi penentuan dosis oksigen
2. Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan/atau tidur

Penurunan Curah Jantung (D.0008)


Luaran utama : Curah Jantung

13
Definisi: Keadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
tubuh
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan curah jantung pasien
meningkat, dengan kriteria hasil:
1. Kelelahan cukup menurun
2. Dispnea dengan aktivitas cukup menurun
3. Capillary refill time cukup membaik
4. Pulmonary vascular resistance cukup menurun
5. Sianosis cukup menurun
6. Murmur jantung cukup menurun
7. Distensi vena jugularis cukup menurun
Perawatan Jantung
Observasi:
1. Identifikasi tanda / gejala primer penurunan curah jantung (dispnea, kelelahan)
2. Identifikasi tanda / gejala sekunder penurunan curah jantung (distensi vena
jugularis, sianosis)
3. Monitor intake dan output cairan
4. Monitor berat badan setiap hari pada waktu yang sama
5. Monitor saturasi oksigen
6. Monitor EKG 12 sadapan
7. Monitor nilai laboratorium jantung (elektrolit, enzim jantung)
8. Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum dan sesudah aktivitas
9. Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum pemberian obat (beta blocker :
misalnya propranolol, phenylephrine, yang dapat meningkatkan aliran darah ke
tubuh).
Terapeutik:
1. Posisikan pasien semifowler atau fowler dengan kaki kebawah untuk posisi nyaman
2. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%
3. Berikan dukungan emosional dan spiritual
Edukasi:
1. Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
2. Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
3. Anjurkan teknik menekuk lutut dan mendekatkannya ke dada pada pasien newborn

14
atau bayi untuk meningkatkan aliran darah ke paru2 paru. Pada anak yang lebih
besar anjurkan untuk berjongkok untuk meningkatkan aliran darah ke paru-paru.
Kolaborasi:
1. Rujuk ke program rehabilitasi jantung

Perfusi Perifer Tidak Efektif (D.0009)


Luaran utama : Perfusi Perifer
Definisi: Keadekuatan aliran darah pembuluh darah distal untuk menunjang fungsi jaringan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan perfusi perifer pasien
meningkat, dengan kriteria hasil:
1. Denyut nadi perifer cukup meningkat
2. Pengisian kapiler cukup baik
3. Akral cukup baik
Perawatan Sirkulasi
Observasi:
1. Periksa sirkulasi perifer (nadi perifer, pengisian kapiler, warna, suhu)
Terapeutik:
1. Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah di area keterbatasan perfusi
2. lakukan hidrasi
Edukasi:
1. Anjurkan program rehabilitasi vaskular
2. Ajarkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi (diet dengan minyak ikan omega
3)
3. Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan (rasa sakit yang tidak
hilang saat istirahat)

Intoleransi Aktivitas (D.0056)


Luaran utama : Toleransi Aktivitas
Definisi: Respon fisiologis terhadap aktivitas yang membutuhkan tenaga.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan respon fisiologis
aktivitas pasien meningkat, dengan kriteria hasil:
1. Keluhan lelah cukup menurun
2. Dispnea saat atau setelah aktivitas cukup menurun

15
3. Jarak berjalan meningkat
4. Sianosis cukup menurun
Manajemen Energi
Observasi:
1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
3. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
Terapeutik:
1. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
2. Fasilitasi duduk disisi tempat tidur jika tidak dapat berpindah atau berjalan
Edukasi:
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas secra bertahap
3. Anjurkan untuk menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
4. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi:
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan

Defisit Nutrisi (D.0019)


Luaran utama : Status Nutrisi
Definisi: Keadekuatan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan keadekuatan asupan
nutrisi pasien meningkat, dengan kriteria hasil:
1. Porsi makanan yang dihabiskan cukup meningkat
2. Frekuensi makan cukup membaik
3. Nafsu makan membaik
Manajemen Nutrisi
Observasi:
1. Identifikasi status nutrisi
2. Identifikasi makanan disukai
3. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
4. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik

16
5. Monitor asupan makanan
6. Monitor berat badan
Terapeutik:
1. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
2. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
3. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein berikan supplemen makanan
4. Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastrik jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi:
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (pereda nyeri, antiemetik) agar
spell tidak muncul saat makan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan

Gangguan Tumbuh Kembang (D.0106)


Luaran utama : Status Pertumbuhan
Definisi: Kemampuan untuk bertumbuh sesuai dengan kelompok usia.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan kemampuan
pertumbuhan pasien membaik, dengan kriteria hasil:
1. Berat badan sesuai usia cukup meningkat
2. Panjang/tinggi badan sesuai usia cukup meningkat
3. Lingkar kepala cukup meningkat

Luaran tambahan : Status Pemkembangan


Definisi: Kemampuan untuk berkembang sesuai dengan kelompok usia.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan kemampuan
perkembangan pasien membaik, dengan kriteria hasil:
1. Keterampilan/perilaku sesuai usia
Edukasi Nutrisi Bayi
Observasi:
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan ibu atau pengasuh menerima informasi

17
2. Identifikasi kemampuan ibu atau pengasuh menyediakan nutrisi
Terapeutik:
1. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
2. Berikan kesempatan kepada ibu atau pengasuh untuk bertanya
Edukasi:
1. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
2. Jelaskan tanda-tanda awal rasa lapar (misalnya bayi gelisah, membuka mulut dan
menggeleng-geleng kepala, menjulur-julurkan lidah,menghisap jari atau tangan)
3. Ajarkan cara memilih makanan sesuai dengan usia bayi
4. Ajarkan cara mengatur frekuensi makan sesuai usia bayi
5. Anjurkan tetap memberikan ASI saat bayi sakit

Edukasi Nutrisi Anak


Observasi:
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan ibu atau pengasuh menerima informasi
Terapeutik:
1. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
2. Berikan kesempatan kepada ibu atau pengasuh untuk bertanya
Edukasi:
1. Jelaskan kebutuhan gizi seimbang anak
2. Anjurkan menghindari makanan jajanan yang tidak sehat (misalnya mengandung
pemanis buatan, pewarna buatan, pengawet, penyedap).

Perawatan Perkembangan
Observasi:
1. Identifikasi pencapaian tugas perkembangan anak
Terapeutik:
1. Pertahankan lingkungan yang mendukung perkembangan optimal
2. Sediakan aktivitas yang memotivasi anak berinteraksi dengan anak lainnya
3. Dukung anak mengekspresikan diri melalui perhargaan positif atau umpan balik
atas usahanya
4. Pertahankan kenyamanan anak
Edukasi:
1. Jelaskan orang tua dan/atau pengasuh tentang milestone perkembangan anak dan

18
perilaku anak
2. Anjurkan orang tua berinteraksi dengan anaknya
Kolaborasi:
1. Rujuk untuk konseling jika perlu

19
DAFTAR PUSTAKA

Amelia, P. (2019) Tetralogy Fallot (TOF). Universitas Sumatera Utara.

Diaz, F. J., Guillaume, M. (2021). Tetralogy of Fallot. Treasure Island : Stat Pearls Publishing.

Ellyati, S., Kusharisupeni, K. and Sabri, L., 2019. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kelainan Kongenital Pada Anak di RSPAD Gatot Soebroto. JOURNAL EDUCATIONAL
OF NURSING(JEN), 2(2), pp.37-45.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2017. Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia (SDKI). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2019. Standar Luaran Keperawatan
Indonesia (SLKI). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2018. Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (SIKI). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Putri, D. A. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Anak S Yang Mengalami TOF. Perpustakaan
KEMENKES, 4-6.
Goncalves, S., Matias, G., Goncalves, A., da Silva, B., Santos, F. 2021. Nursing care for
children with congenital heart disease: a focus on Tetralogy of Fallot. Global
Academic Nursing Journal. 2021;2(3)167. https://doi.org/10.5935/2675-
5602.20200167.
INKAVIN. 2018. Modul Pelatihan Keperawatan Kardiovaskuler Tingkat Dasar. Jakarta
Barat: Bidang Keperawatan RS. Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita.
Yasmin, A., & Gunawijaya, E. (2018). A Child With Tetralogy Of Fallot Presenting With
Complications Of Infective Endocarditis, Cerebral Abscess,

Wilson, R., Ross, O., & Griksaitis, M. J. (2019). Tetralogy of fallot. BJA education, 19(11), 362.

20

Anda mungkin juga menyukai