“TETRALOGY OF FALLOT”
NAMA:
JAKARTA
2023
DAFTAR ISI
Daftar isi.............................................................................................................................. i
Bab 1 Pendahuluan............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................ 2
1.3.1 Tujuan Umum......................................................................................... 2
1.3.2 Tujuan Khusus........................................................................................ 2
1.4 Manfaat Penulisan.............................................................................................. 2
Bab 2 Tinjauan Teori........................................................................................................... 4
2.1 Konsep................................................................................................................. 4
2.1.1 Pengertian.................................................................................................... 4
2.1.2 Etiologi........................................................................................................ 4
2.1.3 Manifestasi Klinis........................................................................................ 5
2.1.4 Patofisiologi................................................................................................. 7
2.1.5 Pemeriksaan Diagnostik.............................................................................. 8
2.1.6 Penatalaksanaan Medis................................................................................ 9
2.2 Asuhan Keperawatan........................................................................................... 10
2.2.1 Pengkajian.................................................................................................... 10
2.2.2 Diagnosa Keperawatan................................................................................ 11
2.2.3 Perencanaan................................................................................................. 13
Daftar Pustaka..................................................................................................................... 20
i
BAB 1
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan yang telah diuraikan pada latar belakang, maka rumusan masalah pada
penulisan presentasi kasus ini adalah “Bagaimana konsep penyakit serta pelaksanaan
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan penyakit jantung bawaan “Tetralogy of
fallot ?”.
2
Hasil penulisan presentasi kasus ini merupakan sumbangan bagi ilmu pengetahuan
khususnya dalam hal asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit jantung
bawaan “Tetralogy of fallot” (TOF).
c. Bagi penulis
Hasil penulisan presentasi kasus ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi peneliti
berikutnya, yang akan melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan
penyakit jantung bawaan “Tetralogy of fallot” (TOF).
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep
2.1.1 Pengertian Tetralogy of Fallot
Penyakit Tetralogy of Fallot (ToF) merupakan kombinasi dari empat komponen dan
pertama kali dideskripsikan oleh Fallot pada tahun 1881 (Keane J.2006 dalam Amelia,
A. 2020). Tetralogy of Fallot merupakan penyakit jantung kongenital sianotik yang
paling banyak ditemukan, yakni lebih kurang 10% dari seluruh kejadian penyakit
jantung congenital pada anak-anak.
Adapun komponen penyakit ToF yaitu:
1) VSD (Ventricular Septal Defect)
VSD atau defek septum ventrikel merupakan kondisi terbentuknya lubang di
antara ventrikel. Lubang ini mengakibatkan tercampurnya darah yang kurang
akan oksigen bercampur dengan darah yang kaya akan oksigen.
2) Hipertrofi Ventrikel Kanan
Tercampurnya darah akibat VSD tadi membuat beban dari ventrikel kanan
menjadi terlalu berat sehingga mengakibatkan ototnya menebal dan memicu
timbulnya lemah jantung bahkan nantinya akan menjadi gagal jantung jika tidak
ditangani dengan baik.
3) Overriding Aorta
Merupakan kondisi bergesernya aorta ke kanan mengikuti VSD yang terbentuk
sehingga membuat tingkat oksigen dalam darah menjadi rendah. Karena
pergeseran itu mengakibatkan darah yang kurang oksigen dialirkan ke seluruh
tubuh dan membuat sianosis terjadi.
4) Stenosis Pulmonal
Stenosis pulmonal yaitu obstruksi atau penyumbatan akibat penyempitan pada
katup pulmonal yang mengakibatkan semakin sedikit darah yang menuju paru.
2.1.2 Etiologi
Kebanyakan penyebab dari kelainan jantung bawaan tidak diketahui, biasanya
melibatkan berbagai faktor. Faktor prenatal yang berhubungan dengan resiko
terjadinya ToF adalah:
1. Selama hamil, ibu menderita rubella (campak Jerman) atau infeksi virus lainnya
4
2. Gizi yang buruk selama kehamilan
3. Ibu yang alkoholik
4. Usia ibu diatas 40 tahun
5. Ibu menderita diabetes
6. Anak dengan Sindrom Down
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan juga diduga karena
adanya faktor endogen dan eksogen, antara lain :
A. Faktor endogen :
1. Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom
2. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
3. Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi,
penyakit jantung atau kelainan bawaan
B. Faktor eksogen :
1. Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau suntik,minum
obat-obatan tanpa resep dokter, (thalidmide, dextroamphetamine.aminopterin,
amethopterin, jamu).
2. Ibu menderita penyakit infeksi : rubella
3. Pajanan terhadap sinar-X
Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut jarang terpisah
menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan lebih dari 90% kasus penyebab
adalah multifaktor. Apapun sebabnya, pajanan terhadap faktor penyebab harus ada
sebelum akhir bulan kedua kehamilan, oleh karena pada minggu ke delapan
kehamilan pembentukan jantung janin sudah selesai
5
Serangan tersebut berlangsung beberapa menit hingga jam dan dapat mengakibatkan hipoksia
yang berisiko merusak sel-sel otak. Pada auskultasi, suara detak jantung pertama normal
diikuti dengan detak kedua yang keras. Semakin buruk tingkat obstruksi maka murmur akan
semakin menonjol.
Pada penderita ToF juga dapat dijumpai clubbing finger terutama jika pasien
mengalami sianosis parah dalam waktu yang lama. Pada bayi, bentuk dada cenderung
normal, namun seiring bertambahnya usia, dada anak tampak menonjol akibat pelebaran pada
ventrikel kanan. Selain itu, anak dengan ToF dapat menjadi iritatif jika kadar oksigen
berkurang dan anak menjadi mudah lelah, mengantuk, tidak merespon ketika dipanggil, dan
menyusu dengan terputus-putus. Anak dengan ToF sering kali meringankan gejalanya dengan
posisi jongkok (squatting position) jika kelelahan setelah berjalan sebagai mekanisme
kompensasi. Keterlambatan pertumbuhan juga dapat dijumpai pada anak dengan ToF (Diaz-
Frias & Guillaume, 2021).
6
2.1.4 Patofisiologi
7
2.1.5 Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang untuk mendukung diagnosa TF pada anak menurut Putri
(2019) adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah Lengkap: ditemukan adanya peningkatan hemoglobin (Hb) dan
hematokrit (Hct) akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya
hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %.
b. BGA: nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial karbondioksida
(PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan PH.
c. Anemia hipokrom mikrositer (karena defisiensi besi)
2. Radiologi
Pada foto toraks ditemukan:
a. Jantung tidak membesar
b. Arkus aorta sebelah kanan (25%)
c. Aorta asendens melebar
d. Konus pulmonalis cekung
e. Apeks jantung terangkat sehingga seperti sepatu boot (boot shape)
f. Penurunan aliran darah pulmonal
3. EKG
Pada EKG ditemukan :
a. Sumbu QRS hamper selalu berdeviasi ke kanan (RAD)
b. Hipertrofi ventrikel kanan (RVH), kadang terdapat juga hipertrofi atrium
kanan
c. Pada anak yang sudah besar dijumpai P pulmonal
4. Ekokardiografi
Pada ekokardiografi ditemukan:
a. Dilatasi aorta, Overriding aorta dengan dilatasi ventrikel kanan
b. Defect septum ventrikel
c. Penurunan ukuran arteri pulmonalis
d. Penurunan aliran darah ke paru-paru
5. Kateterisasi
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek septum
ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis
8
pulmonal perifer. Selain itu untuk mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen,
peningkatan tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan pulmonalis normal atau
rendah.
2.1.6 Penatalaksanaan Medis
Menurut Haws dan Paulette (2007) dalam Putri (2016), penatalaksanaan pada pasien
dengan ToF yaitu :
a. Tatalaksana Medis
1) Pada serangan sianotik akut :
a. Meletakkan pasien dalam knee-chest position
b. Berikan oksigen masker 5-8 L/menit
c. Berikan morfin sulfat 0,1-0,2 mg/kg subkutan atau intramuscular
d. Berikan natrium bikarbonat 1 mEq/kgBB intravena untuk koreksi asidosis
e. Berikan transfusi darah jika kadar hemoglobin kurang dari 15 g/dl
f. Berikan propranolol 0,1 mg/kgBB bolus intravena. Saat pasien mengalami
serangan sianotik, jangan diberikan digoksin agar tidak memperburuk
keadaan.
2) Jika tidak segera dilakukan operasi maka dapat diberikan propranolol rumat 1
mg/kgBB/hari dalam 4 dosis.
3) Berikan Fe untuk meningkatkan kadar hemoglobin pasien saat pasien
mengalami serangan sianotik disertai anemia relative
4) Perhatikan kebersihan mulut dan gigi untuk mencegah sumber infeksi penyebab
endokarditis infektif atau abses otak
b. Tatalaksana Bedah
Terapi pembedahan dibagi menjadi bedah paliatif dan korektif.
1. Bedah paliatif yang biasa dilakukan adalah operasi B-T (Blalock-Taussig)
Shunt yang bertujuan meningkatkan sirkulasi pulmonal dengan
menghubungkan arteri subklavia dengan pulmonalis yang ipsilateral.
Umumnya bedah paliatif dilakukan pada bayi kecil atau dengan hipoplasia
arteri pulmonalis dan pasien yang sering mengalami serangan sianotik.
2. Pada bedah korektif dilakukan koreksi total yang dapat didahului atau tanpa
bedah paliatif. Bila arteri pulmonalis tidak terlalu kecil, umumnya koreksi total
dilakukan pada pasien tetralogi fallot di bawah usia 2 tahun. Di negara maju
yang telah berpengalaman operasi sudah dilakukan sebelum umur 1 tahun.
9
2.2 Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian pasien dengan Tetralogy of Fallot meliputi, data demografi, keluhan
utama saat ini, riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu, termasuk
riwayat kehamilan, riwayat tumbuh. Riwayat penyakit keluarga, riwayat alergi,
riwayat psikososial termasuk pekerjaan orang tua, geografi, lingkungan tempat
tinggal, nutrisi dan aktivitas fisik. Kaji juga kemampuan koping pasien terhadap
masalah kesehatannya, pola istirahat dan tidur, pola latihan dan aktivitas.
Pemeriksaan fisik dilakukan mulai dari kepala ke kaki, dimulai dengan keadaan
umum pasien, kesadaran dan tanda-tanda vital pasien. Pemeriksaan fisik pada kepala
melihat (inspeksi) apakah terdapat kelainan yang muncul di kepala (ekspresi, mata
mulut dan bibir). Pemeriksaan fisik pada leher, kaji apakah terdapat peningkatan
tekanan vena jugularis, kelainan tiroid atau kelainan trakea. Pada pasien dengan
kelainan Tetralogy of Fallot juga dapat ditemukan keadaan sianosis. Sianosis dapat
muncul pada neonatus maupun baru muncul setelah anak berusia beberapa bulan.
Sianonis muncul umumnya ketika pasien menangis, saat makan, atau saat agitasi.
Selain itu ditemukan juga clubbing finger pada jari-jarinya. Serangan sianotic/
cyanotic spells mendadak ditandai dengan dispnea, nafas cepat dan dalam, lemas,
kejang, sinkop bahkan sampai koma dan kematian. Setelah beberapa lama berjalan,
beberapa waktu sebelum anak akan berjongkok dalam ia berjalan kembali.
Pada inspeksi dada, pada pasien yang masih bayi, bentuk dada masih normal,
sedangkan pada anak yang lebih besar tampak menonjol akibat pelebaran ventrikel
kanan.
Selanjutnya palpasi dilakukan untuk menemukan adanya kelainan di dinding dada
serta apakah ada kelainan denyutan, seperti denyut nadi brachialis atau nadi karotid.
Setelah itu dilanjutkan dengan perkusi dilakukan untuk mengetahui ukuran dan
bentuk jantung secara kasar serta terakhir adalah auskulasi untuk menentukan bunyi
jantung 1 atau bunyi jantung 2 atau mungkin apakah ditemukan bunyi jantung
tambahan seperti bunyi jantung 3 dan bunyi jantung 4. Pada pasien Tetralogy of
Fallot, saat auskultasi terdengar bising sistolik yang keras di daerah pulmonal dan
10
semakin melemah dengan bertambahnya derajat obstruksi. Bunyi jantung 1 normal,
sedangkan bunyi jantung 2 tunggal dan keras.
Selain pengkajian diatas, pengkajian juga dilakukan untuk melihat pengetahuan
anak dan keluarga terkait penyakit yang dimiliki, hasil pemeriksaan diagnostik
diantaranya, pemeriksaan laboratorium, hemodinamik, radiologi, gambaran EKG dan
echocardiografi.
11
Perfusi Perifer Tidak Efektif (D.0009) berhubungan dengan Penurunan aliran arteri
oleh darah yang teroksigenasi
Definisi: Penurunan sirkuasi darah pada level kapiler yang dapat mengganggu metabolisme
tubuh.
Ditandai dengan:
a. Pengisian kapiler > 3 detik
b. Nadi perifer turun
c. Akral teraba dingin
d. Warna kulit pucat
Kondisi klinis terkait: Kelainan jantung kongenital
Intoleransi Aktivitas (D.0056) berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
Definisi: Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Ditandai dengan:
a. Mengeluh lelah
b. Dispnea saat/setelah aktivitas
c. Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
d. Sianosis
Kondisi klinis terkait: Penyakit katup jantung
Defisit Nutrisi (D.0019) berhubungan dengan Peningkatan kebutuhan metabolisme,
faktor psikologis (penurunan nafsu makan, kelelahan saat makan)
Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.
Ditandai dengan:
a. Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal
b. Nafsu makan menurun
Gangguan Tumbuh Kembang (D.0106) berhubungan dengan Efek ketidakmampuan
fisik
Definisi: Kondisi individu mengalami gangguan kemampuan bertumbuh dan berkembang
sesuai dengan kelompok usia.
Ditandai dengan:
a. Tidak mampu melakukan keterampilan atau perilaku khas sesuai usia (fisik, bahasa,
motorik, psikososial)
b. Pertumbuhan fisik terganggu
12
c. Lesu
Kondisi klinis terkait: Kelainan jantung bawaan
2.2.3 Perencanaan
Gangguan Pertukaran Gas (D.0003)
Luaran utama : Pertukaran Gas
Definisi: oksigenasi dan/atau eliminasi karbondioksida pada membrane alveolus-kapiler
dalam batas normal.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan oksigenasi dan
eliminasi karbondioksida meningkat, dengan kriteria hasil:
1. Dispnea menurun
2. Sianosis cukup membaik
3. Pola nafas membaik
4. Warna kulit membaik
Terapi Oksigen
Observasi:
1. Monitor kecepatan aliran oksigen
2. Monitor posisi alat terapi oksigen
3. Monitor efektifitas terapi oksigen misalnya dengan penggunaan oksimetri
4. Monitor kemampuan melepaskan oksigen saat makan
5. Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen
Terapeutik:
1. Siapkan dan atur peralatan pemberian oksigen
2. Tetap berikan oksigen saat pasien ditransportasi
3. Gunakan perangkat oksigen yang sesuai dengan tingkat mobilitas pasien
Edukasi:
1. Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen
Kolaborasi:
1. Kolaborasi penentuan dosis oksigen
2. Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan/atau tidur
13
Definisi: Keadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
tubuh
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan curah jantung pasien
meningkat, dengan kriteria hasil:
1. Kelelahan cukup menurun
2. Dispnea dengan aktivitas cukup menurun
3. Capillary refill time cukup membaik
4. Pulmonary vascular resistance cukup menurun
5. Sianosis cukup menurun
6. Murmur jantung cukup menurun
7. Distensi vena jugularis cukup menurun
Perawatan Jantung
Observasi:
1. Identifikasi tanda / gejala primer penurunan curah jantung (dispnea, kelelahan)
2. Identifikasi tanda / gejala sekunder penurunan curah jantung (distensi vena
jugularis, sianosis)
3. Monitor intake dan output cairan
4. Monitor berat badan setiap hari pada waktu yang sama
5. Monitor saturasi oksigen
6. Monitor EKG 12 sadapan
7. Monitor nilai laboratorium jantung (elektrolit, enzim jantung)
8. Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum dan sesudah aktivitas
9. Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum pemberian obat (beta blocker :
misalnya propranolol, phenylephrine, yang dapat meningkatkan aliran darah ke
tubuh).
Terapeutik:
1. Posisikan pasien semifowler atau fowler dengan kaki kebawah untuk posisi nyaman
2. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%
3. Berikan dukungan emosional dan spiritual
Edukasi:
1. Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
2. Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
3. Anjurkan teknik menekuk lutut dan mendekatkannya ke dada pada pasien newborn
14
atau bayi untuk meningkatkan aliran darah ke paru2 paru. Pada anak yang lebih
besar anjurkan untuk berjongkok untuk meningkatkan aliran darah ke paru-paru.
Kolaborasi:
1. Rujuk ke program rehabilitasi jantung
15
3. Jarak berjalan meningkat
4. Sianosis cukup menurun
Manajemen Energi
Observasi:
1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
3. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
Terapeutik:
1. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
2. Fasilitasi duduk disisi tempat tidur jika tidak dapat berpindah atau berjalan
Edukasi:
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas secra bertahap
3. Anjurkan untuk menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
4. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi:
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
16
5. Monitor asupan makanan
6. Monitor berat badan
Terapeutik:
1. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
2. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
3. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein berikan supplemen makanan
4. Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastrik jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi:
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (pereda nyeri, antiemetik) agar
spell tidak muncul saat makan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan
17
2. Identifikasi kemampuan ibu atau pengasuh menyediakan nutrisi
Terapeutik:
1. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
2. Berikan kesempatan kepada ibu atau pengasuh untuk bertanya
Edukasi:
1. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
2. Jelaskan tanda-tanda awal rasa lapar (misalnya bayi gelisah, membuka mulut dan
menggeleng-geleng kepala, menjulur-julurkan lidah,menghisap jari atau tangan)
3. Ajarkan cara memilih makanan sesuai dengan usia bayi
4. Ajarkan cara mengatur frekuensi makan sesuai usia bayi
5. Anjurkan tetap memberikan ASI saat bayi sakit
Perawatan Perkembangan
Observasi:
1. Identifikasi pencapaian tugas perkembangan anak
Terapeutik:
1. Pertahankan lingkungan yang mendukung perkembangan optimal
2. Sediakan aktivitas yang memotivasi anak berinteraksi dengan anak lainnya
3. Dukung anak mengekspresikan diri melalui perhargaan positif atau umpan balik
atas usahanya
4. Pertahankan kenyamanan anak
Edukasi:
1. Jelaskan orang tua dan/atau pengasuh tentang milestone perkembangan anak dan
18
perilaku anak
2. Anjurkan orang tua berinteraksi dengan anaknya
Kolaborasi:
1. Rujuk untuk konseling jika perlu
19
DAFTAR PUSTAKA
Diaz, F. J., Guillaume, M. (2021). Tetralogy of Fallot. Treasure Island : Stat Pearls Publishing.
Ellyati, S., Kusharisupeni, K. and Sabri, L., 2019. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kelainan Kongenital Pada Anak di RSPAD Gatot Soebroto. JOURNAL EDUCATIONAL
OF NURSING(JEN), 2(2), pp.37-45.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2017. Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia (SDKI). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2019. Standar Luaran Keperawatan
Indonesia (SLKI). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2018. Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (SIKI). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Putri, D. A. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Anak S Yang Mengalami TOF. Perpustakaan
KEMENKES, 4-6.
Goncalves, S., Matias, G., Goncalves, A., da Silva, B., Santos, F. 2021. Nursing care for
children with congenital heart disease: a focus on Tetralogy of Fallot. Global
Academic Nursing Journal. 2021;2(3)167. https://doi.org/10.5935/2675-
5602.20200167.
INKAVIN. 2018. Modul Pelatihan Keperawatan Kardiovaskuler Tingkat Dasar. Jakarta
Barat: Bidang Keperawatan RS. Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita.
Yasmin, A., & Gunawijaya, E. (2018). A Child With Tetralogy Of Fallot Presenting With
Complications Of Infective Endocarditis, Cerebral Abscess,
Wilson, R., Ross, O., & Griksaitis, M. J. (2019). Tetralogy of fallot. BJA education, 19(11), 362.
20