Anda di halaman 1dari 45

KEPERAWATAN ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK/BAYI DENGAN


PENYAKIT JANTUNG BAWAAN ( VSD/ASD/TETRALOGI OF FALLOT)

DOSEN:
Dr. Aprina.,M.Kep.Sp.Mat.

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3

1. SHINTIA LEGA UTAMI (1914301053)


2. RELY ALFINA (1914301070)
3. SRI WAHYUNI LUBIS (1914301074)
4. ILHAM ALDIASYAH (1914301087)
5. SILA RESTU RIA (1914301088)
6. FEBRIANI CESARIA (1914301100)
7. ADE PUTRI A (1914301084)
8. WIWIN KIKY W. (1914301099)

KELAS:
STr TINGKAT 3 REGULER 2

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt. Tuhan seluruh alam semesta, atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami sebagai penyusun makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Anak/Bayi Dengan Penyakit Jantung Bawaan ( Vsd/Asd/Tetralogi Of Fallot)” dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Di dalam pembuatan makalah ini selain berkat bantuan dan tuntunan Allah Swt, tetapi
juga bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu
dalam pembuatan makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat dengan mudah
dimengerti, dapat menjadi sarana memperoleh ilmu serta mampu memberikan manfaat
bagi para pembacanya. Kami juga memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila
dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan serta perkataan yang tidak berkenan di
hati.

Bandar Lampung, 23 Agustus 2021

KELOMPOK 3

ii
DAFTAR ISI

Kata pengantar.............................................................................................ii

Daftar isi.......................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah...................................................................................2
1.3 Tujuan.....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Vertikel septal defek (VSD)


2.1.1 Konsep Materi...........................................................................3
2.1.2 Konsep Asuhan Keperawatan...................................................9
2.2 Defek septum atrial atau Atrial Septal Defect (ASD)
2.2.1 Konsep Materi.........................................................................15
2.2.2 Konsep Asuhan Keperawatan.................................................18
2.3 Tetralogy Of Fallot (Tof)
2.3.1 Konsep Materi.........................................................................27
2.3.2 Konsep Asuhan Keperawatan.................................................31

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan..........................................................................................40

DAFTAR PUSTAKA

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tubuh manusia terdiri dari berbagai system, diantaranya adalah system
kardiovaskuler. System ini menjalankan fungsinya melalui organ
jantung danpembuluh darah. Dimana organ yang memiliki peranan penting dalam
hal ini adalah jantung yang juga merupakan organ besar dalam tubuh. Fungsi
utama jantung adalah untuk memompakan darah ke seluruh tubuh dengan cara
mengembang dan menguncup yang disebabkan oleh karena adanya rangsangan
yang berasal dari susunan saraf otonom. Seperti pada organ-organ yang lain,
jantung juga dapat mengalami kelainan ataupun disfungsi. Sehingga muncullah
penyakit jantung yang dapat dibedakan dalam dua kelompok, yaitu penyakit
jantung didapat dan penyakit jantung bawaan. Penyakit jantung bawaan adalah
kelainan struktural jantung yang kemungkinan terjadi sejak dalam kandungan dan
beberapa waktu setelah bayi dilahirkan. Salah satu jenis penyakit jantung yang
tergolong penyakit jantung bawaan adalah Ventricular Septal Defect (VSD).
ASD menunjukkan terdapatnya (lubang) abnormal antara atrium kanan dan atrium
kiri yang tidak ditutup oleh katup. Berdasarkan letak defek dikenal defek sinus
venosus, defek ostium sekundum, dan defek ostium primum. Atrium septal defect
merupakan adanya hubungan ( lubang ) abnormal pada sekat yang memerlukan
pembedahan jantung terbuka adalah defek sekat atrium. Defek sekat atrium adalah
hubungan langsung antara serambi jantung kanan dan kiri melalui sekatnya karena
kegagalan pembekuan sekat. Tetralogy of Fallot (TOF) merupakan kelainan jantung
bawaan sianotik. Kelainan yang terjadi adalah kelainan pertumbuhan dimana terjadi
defek atau lubang dari bagian infundibulum septum intraventrikular (sekat antara
rongga ventrikel) dengan syarat defek tersebut paling sedikit sama besar dengan
lubang aorta (Sylvia, 2013).

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Jelaskan konsep penyakit Ventrikel Septal Defek?
2. Jelaskan Bagaimana konsep Askep pada Vertikel septal defek (VSD)?
3. Jelaskan konsep penyakit Defek septum atrial ?
4. Jelaskan Bagaimana konsep Askep Defek septum atrial ?
5. Jelaskan konsep penyakit Tetralogy Of Fallot (Tof) ?
6. Jelaskan konsep Askep dariTetralogy Of Fallot (Tof) ?

1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami konsep penyakit Ventrikel Septal Defek.
2. Mahasiswa mampu memahami konsep Askep pada Vertikel septal defek
(VSD).
3. Mahasiswa mampu memahami konsep penyakit Defek septum atrial.
4. Mahasiswa mampu memahami konsep Askep Defek septum atrial.
5. Mahasiswa mampu memahami konsep penyakit Tetralogy Of Fallot (Tof).
6. Mahasiswa mampu memahami konsep Askep dariTetralogy Of Fallot (Tof).

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. VERTIKEL SEPTAL DEFEK (VSD)


A. Pengertian

Vertikel septal defek adalah kelainan jantung bawaan berupa lubang pada septum
interventrikuler, lubang tersebut hanya satu atau lebih yang terjadi akibat
kegagalan fungsi septum interventrikuler sesama janin dalam kandungan.
Sehingga darah bisa menggalir dari ventrikel kiri ke kanan ataupun sebaliknya
(Nanda NIC-NOC, 2015).
VSD adalah kelainan jantung bawaan berupa tidak sempurnanya penutupan
dinding pemisah antar ventrikel. Kelainan ini paling sering ditemukan pada anak-
anak dan bayi dan dapat terjadi secara congenital dan traumatic (I wadyan
Sudarta, 2013: 32).
Defek Septum Ventrikel (DSV) adalah lesi kongenital pada jantung berupa lubang
pada septum yang memisahkan ventrikel sehingga terdapat hubungan antara antar
rongga ventrikel (Ramaswamy,et al. 2009).

B. Klasifikasi VSD
Klasifikasi DSV dibagi berdasarkan letak defek yang terjadi, yaitu :
1. Perimembranase , merupakan lesi yang terletak tepat dibawah katup aorta.
Defek Septum Ventrikel tipe ini terjadi sekitar 80% dari seluruh kasus DSV
(Rao,2005).
2. Muskular , merupakan jenis DSV dengan lesi yang terletak di otot-otot
septum dan terjadi sekitar 5-20% dari seluruh angka kejadian DSV
(Ramaswamy,eal.2009).
3. Suprakistal ,jenis lesi DSV ini terletak dibawah katub pulmonalis
dan  berhubungan dengan jalur jalan keluar ventrikel kanan. Presentasi
kejadian jenis DSV ini sekitar 5-7% di negara-negara barat dan 25% di
kawasan timur (Rao,2005).
4. Arterioventrikuler, kekurangan komponen endikardial dari septum
interventrikuler
3
Klasifikasi DSV berdasarkan ukurannya :
1.   VSD kecil
a. Biasanya asimtomatik
b. Defek kecil 1-5 mm
c. Tidak ada gangguan tumbuh kembang
d. Bunyi jantung normal,terkadang ditemukan suara bising di
peristaltik yang menjalar ke bseluruh tubuh perikardium dan
berakhir pada waktu distolik karna terjadi penutupan VSD.
e. Tidak diperlukan kateterisasi
f. Menutup secara spontan pada umur 3 tahun.
2.   VSD sedang
a. Sering terjadi symtom pada bayi
b. Sesak nafas
c. Defek 5-10 mm BB sukar naik sehingga tumbuh kembang
terganggu
d. Mudah menderita infeksi
e. Takipneu
f. Retraksi bentuk dada normal
3. VSD besar
a. Sering timbul pada masa neunatus
b. Dipsneu meningkat setelah terjadi peningkatan pirau kiri ke kanan
dalam minggu pertama setelah lahir
c. Pada minggu ke 2 dan 3 simtom mulai timbul
d. Sesak nafas saat tidur, kadang tampak sianosis karena kekurangan
oksigen
e. Gangguan tumbuh kembang
C. Etiologi VSD
Sebelum bayi lahir, ventrikel kanan dan kiri belum terpisah, seiring
perkembangan fetus, sebuah dinding/sekat pemisah antara kedua ventrikel
tersebut normalnya terbentuk. Akan tetapi, jika sekat itu tidak terbentuk sempurna
maka timbullah suatu keadaan penyakit jantung bawaan yang disebut defek
septum ventrikel. Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat
4
diketahui secara pasti (idopatik), tetapi ada beberapa faktor yang
diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung
bawaan (PJB) yaitu :
1. Faktor prenatal (faktor eksogen):
a. Ibu menderita penyakit infeksi : Rubela
b.  Ibu alkoholisme
c. Umur ibu lebih dari 40 tahun
d. Ibu menderita penyakit DM yang memerlukan insulin
e. Ibu meminum obat-obatan penenang
2. Faktor genetik (faktor endogen)
a. Anak yang lahir sebelumnya menderita PJB
b. Ayah/ibu menderita PJB
c. Kelainan kromosom misalnya sindrom down
d. Lahir dengan kelainan bawaan yang lain
e. Kembar identik

D. Fatofisiologi VSD
Ventricular Septal Defect (VSD) terjadi akibat adanya kebocoran di septum
interventrikular. Kebocoran ini terjadi karena kelambatan dari pertumbuhannya.
Biasanya terjadi di pars muskularis atau di pars membranasea dari septum. Defek
tersebut dapat terletak dimanapun pada septum ventrikel, dapat tunggal atau
banyak dengan bentuk dan ukuran yang bervariasi. Kebocoran di pars muskularis
biasanya kecil. Kebocoran ditempat lainnya mempunyai ukuran bermacam-
macam. Pada defek yang berukuran tidak lebih dari 1 cm, terdapat perbedaan
tekanan antara ventrikel kanan dan kiri. Tekanan ventrikel kiri yang lebih besar
menyebabkan arus kebocoran berlangsung dari kiri ke kanan (L to R Shunt).
Volume darah dari ventrikel kiri ini setelah melalui defek lalu masuk ke dalam
arteri pulmonalis bersama-sama darah yang berasal dari ventrikel kanan.
Biasanya pada defek yang kecil ini tidak terjadi kebocoran, dengan demikian
ventrikel kanan tidak mengalami beban volume dan tidak menjadi dilatasi. Jumlah
darah yang mengalir melalui arteri pulmonalis akan bertambah, demikian pula
vena- vena pulmonalis isinya akan bertambah dan mengalirkan darah ke atrium
kiri. Kelebihan darah ini menyebabkan dilatasi dari atrium kiri. Ventrikel kiri,

5
disamping volume darahnya yang bertambah, juga harus bekerja keras sehingga
terjadi hipertrofi. Dengan kata lain arteri pulmonalis, atrium kiri, dan ventrikel kiri
yang mengalami kelainan pada saat ini, sehingga jantung kiri yang
membesar. Bila defek itu makin besar, maka volume darah yang mengalir ke
ventrikel kanan juga bertambah. Dengan bertambahnya volume darah ini,
maka ventrikel kanan manjadi dilatasi, dan arteri pulmonalis juga bertambah
lebar. Selama sirkulasi ini berjalan lancar, tidak ada peningkatan tekanan di
dalam arteri pulmonalis.
Selanjutnya seperti pada kelainan ASD, lambat laun pada penderita ini pun akan
terjadi perubahan-perubahan pada pembuluh darah paru-paru, yaitu
penyempitan dari lumen arteri-arteri di perifer. Hipertensi pulmonal lebih cepat
terjadi pada VSD. Dengan adanya hipertensi pulmonal ini, ventrikel kanan
menjadi besar karena darah yang mengalir ke dalam arteri paru-paru mengalami
kesulitan. Dengan adanya resistensi yang besar pada arteri-arteri pulmonalis,
maka atrium kiri yang semula dilatasi kini berkurang isinya dan kembali normal.
Pada saat ini yang berperan dalam kelainan ini adalah ventrikel kanan,
arteri pulmonalis dengan cabang-cabangnya yang melebar terutama bagian sentral.
Jadi sekarang yang membesar terutama adalah jantung kanan. Keadaan ini mirip
dengan kelainan ASD dengan Hipertensi pulmonal.
Defek pada septum yang besar menyebabkan keseimbangan antara tekanan pada
kedua ventrikel. Ada kalanya defek itu sangat besar sehingga kedua ventrikel itu
menjadi satu ruangan (Single Ventricle). Arah kebocoran pada keadaan ini
tergantung pada keadaan dari arteri pulmonalis dan aorta. Bila tekanan di dalam
arteri pulmonalis tinggi karena adanya kelainan pada pembuluh darah paru maka
darah dari ventrikel kanan akan mengalir ke dalam ventrikel kiri. Bila di dalam
aorta terdapat tekanan yang tinggi, kebocoran berlangsung dari ventrikel kiri ke
ventrikel kanan (L to R Shunt).
Darah arterial dari atrium kiri masuk ke atrium kanan. Aliran tidak deras
karena perbedaan tekanan atrium kiri dan kanan tidak besar (tekanan atrium kiri
lebih besar dari tekanan atrium kanan. Beban pada atrium kanan, atrium
pulmonalis kapiler paru, dan atrium kiri meningkat, sehingga tekanannya
meningkat. Tahanan katup pulmonal naik, timbul bising sistolik karena stenosis
relatif katup pulmonal. Juga terjadi stenosis relatif katup trikuspidal, sehingga

6
terdengar bising diastolik. Penambahan beban atrium pulmonal bertambah,
sehingga tahanan katup pulmonal meningkat dan terjadi kenaikan tekanan
ventrikel kanan yang permanen. Kejadian ini berjalan lambat

E. Manifestasi Klinis
a. Takipneu
b. Dispneu meningkat setelah terjadi peningkatan pirau kiri ke kanan dalam
minggu pertama setelah lahir
c. Adanya sianosis dan clubbing finger

d. Bayi tampak sesak nafas pada saat istirahat, kadang tampak sianosis
karena kekurangan oksigen akibat gangguan pernafasan
e. Bayi mudah lelah saat menyusu, sehingga ketika mulai menyusu bayi
tertidur karena kelelahan.
f. Muntah saat menyusu
g. BB sukar naik sehingga tumbuh kembang terganggu
h. Gangguan tumbuh kembang
i. EKG terdapat peningkatan aktivitas ventrikel kanan dan kiri
j. Radiology: pembesaran jantung nyata dengan conus pulmonalis yang tampak
menonjol pembuluh darah hilus membesar dan peningkatan vaskularisasi
paru perifer

F. Pemeriksaan Diagnostik VSD


a. Auskultasi jantung mur-mur pansistolik keras dan kasar, umumnya paling
jelas terdengar pada tepi kiri bawah sternum
b. Pantau tekanan darah
c. Foto rontgen toraks hipertrofi ventrikel kiri
d. Elektrochardiografi
e. Echocardiogram hipertrofi ventrikel kiri
f. MRI

G. Komplikasi VSD

7
Ada beberapa komplikasi bronchitis yang dapat dijumpai pada pasien, antara lain
a. Gagal jantung
b. Endokarditis
c. Insufisiensi aorta
d. Stenosis pulmonal

H. Penatalaksanaan
1. Non Farmakologis
a. Pembedahan :
Menutup defek dengan dijahit melalui cardio pulmonary bypass
Pembedahan pulmonal arteri nunding (pad) atau penutupan defek untuk
mengurangi aliran ke paru.
b. Non pembedahan : menutup defek dengan alat melalui kateterisasi jantung

2. Farmakologi
Pemberian vasopresor atau vasodilator :
a. Dopamin (intropin)
Memiliki efek inotropik positi pada miocard, menyebabkan peningkatan
curah jantung dan peningkatan tekanan sistolik serta tekanan nadi, sedikit
sekali atau tidak ada efeknya pada tekanan distolik, digunakan untuk
gangguan hemodinamika yang disebabkan bedah jantung terbuka (dosis
diatur untuk mempertahankan tekanan darah dan perfusi ginjal)
b. Isopreterenol (isuprel)
Memiliki efek inotropik positif pada miocard, meyebabkan peningkatan
curah jantung : menurunan tekanan distolik dan tekanan rata  –  rata sambil
meningkatkan tekanan sistolik.

8
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN VSD
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien :
Nama, Usia (Menjelang usia 2-3 bulan pembentukan jari-jari tabuh pada tangan
dan kaki akan tampak. Pada usia tahun pertama, sianosis akan terjadi dan nampak
paling menonjol. biasanya muncul pada umur 5 tahun ke atas), Jenis Kelamin.

2. Identitas Orangtua:
Nama Ayah/Ibu, Usia, Pendidikan (Pendidikan yang rendah pada orangtua
mengakibatkan kurangnya pengetahuan terhadap penyakit anak), Pekerjaan
(Biasanya ibu hamil yang bekerja di pabrik-pabrik kimia cernderung
mempengaruhi kesehatan anak dalam kandungan)

3. Keluhan Utama
Keluhan orang tua pada waktu membawa bayinya ke dokter tergantung dari
jenis defek yang terjadi baik pada ventrikel maupun atrium, tapi biasanya
terjadi sesak, pembengkakan pada tungkai dan berkeringat banyak.

4. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang Bayi mengalami sesak nafas berkeringat banyak
dan pembengkakan pada tungkai tapi biasanya tergantung pada derajat dari
defek yang terjadi.

5. Riwayat kesehatan lalu


a. Prenatal History
Diperkirakan adanya keabnormalan pada kehamilan ibu (infeksi virus
Rubella), mungkin ada riwayat pengguanaan alkohol dan obat-obatan serta
penyakit DM pada ibu.
b. Intra natal

9
Riwayat kehamilan biasanya normal dan diinduksi.
c. Riwayat Neonatus
- Gangguan respirasi biasanya sesak, takipnea
- Bayi rewel dan kesakitan
- Tumbuh kembang anak terhambat
- Terdapat edema pada tungkai dan hepatomegaly
- Sosial ekonomi keluarga yang rendah.

6. Riwayat Kesehatan Keluarga


a. Adanya keluarga apakah itu satu atau dua orang yang mengalami kelainan
defek jantung
b. Penyakit keturunan atau diwariskan
c. Penyakit congenital atau bawaan

7. Sistem yang dikaji :


1. Pola Aktivitas dan latihan
- Keletihan/kelelahan
- Ispnea
- Perubahan tanda vital
- Perubahan status mental
- Takipnea
- Kehilangan tonus otot
- Pola persepsi dan pemeriksaan kesehatan
- Riwayat hipertensi
- Endokarditis
- Penyakit katup jantung.
2. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
- Ansietas, khawatir, takut
- Stress
3. Pola nutrisi dan metabolik
- Anoreksia
- Pembengkakan ekstremitas bawah/edema
4. Pola persepsi dan konsep diri

10
- Kelemahan
- Pening
5. Pola peran dan hubungan dengan sesama
- penurunan peran dalam aktivitas sosial dan keluarga
8. Pengkajian Fisik  

- Keadaan umum : Anak terlihat biru, terutama pada bagian wajah dan
ektremitas atas/bawah, terlihat clubbing finger
- TTV :

a. Nadi : laju nadi pada TF biasanya bradikardia, iramanya disritmia pada


keadaan ini denyut nadi teraba lebih cepat pada waktu inspirasi dan lebih
lambat pada waktu ekspirasi
b. Tekanan darah : tekanan darah biasanya menurun karena akibat dari
sirkulasi udara yang mengalami hambatan oleh hipertrofi ventrikel kanan.
c. Pernapasan : pada penderita TF anak akan mengalami dispneu bila
melakukan aktivitas fisik, yang dapat disertai juga sianosis dan takipneu.
perlu diperhatikan apakah distres terjadi terutama pada inspirasi atau
ekspirasi.
d. Suhu : pada TF normal (36oC-37,5oC)
e. Berat badan : pada bayi TF usia 9 bulan berat badan tidak mengalami
pertumbuhan.

 Pada pemeriksaan biasanya didapatkan impuls prominent ventrikel kanan dan


pulsasi arteri pulmonal yang terpalpasi. Bunyi jantung 1 normal/split, dengan
aksentuasi penutupan katup trikuspid. Bertambahnya aliran ke katup
pulmonal dapat menyebabkan terdengarnya murumur midsistolik. Splitting
bunyi jantung 2 melebar dan tidak menghilang saat ekspirasi. Murmur
middiastolik rumbling, terdengar paling keras di SIC IV dan sepanjang linea
sternalis kiri, menunjukan peningkatan alisan yang melewati katup tricuspid.
Pada pasien dengan kelainan ostium primum, thrill pada apex dan murmur
holosistolic menunjukan regurgitasi mitral/tricuspid atau VSD.
o Hasil pemeriksaan fisik dapat berubah saat resistensi vaskular pulmonal
meningkat menghasilkan berkurangnya pirau kiri ke kanan. Baik itu aliran
balik pulmonal dan murmur tricuspid intensitasnya akan berkurang,
11
komponen bunyi jantung ke 2 dan ejeksi sistolik akan meningkat, murmur
diastolic akibat regurgitasi pulmonal dapat muncul. Sianosis dan clubbing
finger berhubungan dengan terjadinya pirau kanan ke kiri.

B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (2016) diagnosa keperawatan
ventrikel septal defek pada anak yaitu:
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan pembesaran atrium.
2. Ketidakefektifan Pola nafas berhubungan dengan peningkatan kerja jantung,
hipertensi
3. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan suplay O2 ke jar.
Perifer
4. Intoleransi aktifitas berhubungan gengan kelemahan otot dan kelelahan

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Menurut Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (2018) diagnosa keperawatan
ventrikel septal defek pada anak yaitu:

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan pembesaran atrium


Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan adanya tanda-
tanda membaiknya curah jantung dengan kriteria hasil :
- Tekanan darah membaik.
- CRT membaik
- Palpitasi membaik
Intervensi :
1. Identifikasi tanda/gejala primer Penurunan curah jantung (meliputi dispenea,
kelelahan, adema ortopnea paroxysmal nocturnal dyspenea, peningkatan CPV)
2. Identifikasi tanda /gejala sekunder penurunan curah jantung (meliputi peningkatan
berat badan, hepatomegali ditensi vena jugularis, palpitasi, ronkhi basah, oliguria,
batuk, kulit pucat)
3. Posisikan pasien semi-fowler atau fowler dengan kaki kebawah atau posisi
nyaman
12
4. Berikan diet jantung yang sesuai (mis. Batasi asupan kafein, natrium, kolestrol,
dan makanan tinggi lemak)
5. Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu

2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan peningkatan kerja jantung,


hipertensi pulmonal
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien menunjukkan
keefektifan pola nafas, dengan kriteria hasil :
- frekuensi, irama, kedalaman pernapasan dalam batas normal.
- Tidak menggunakan otot-otot pernapasan.
Intervensi :
1. Monitor pola dan irama pernafasan.
pola nafas : brdypnea, tachypnea, hiperventilasi, respirasi kussmaul, respirasi
cheynestokes dll. Dengan rentang normal ( RR : 18  –   24/menit ) dan ritme
pernafasan teratur. Irama : takikardi, bradikardi, disritmia atrial, disritmia
ventrikel,blok jantung
2. Memposisikan  pasien semi fowler.
3. Catat pergerakan dada, simetris atau tidak, menggunakan otot bantu pernafasan.
Dengan batasan normal (bentuk dada : simetris, tidak menggunakan otot- otot
pernapasan).

3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan suplay O2


ke jaringan perifer
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam didapatkan kriteria hasil :
- Denyut nadi perifer teraba dengan kuat
- Warna kulit tidak pucat/sianosis Kulit terasa hangat
Intervensi :
a. kaji pucat, sianosis, clubbing finger, dan catat kekuatan nadi perifer
b. kaji keadaan kulit (lembab/tidak,hangat/ dingin)

13
4. Intoleransi Aktivitas b.d gengan kelemahan otot dan kelelahan
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan kondisi pasien
stabil saat aktivitas dengan kriteria hasil :
- Saturasi O2 saat aktivitas dalam batas normal (95-100%)
- Nadi saa aktivitas dalam batas normal (60-100x/menit)
- RR saat aktivitas dalam batas normal (12-24/menit)
- Tekanan darah systole saat aktivitas dalam batas normal(60-80mmHg)
- Tidak nampak kelelahan
Intervensi :
a. Bantu pasien memilih aktivitas yang sesuai dengan kondisi.
b. Bantu pasien untuk melakukan aktivitas/latihan fisik secara teratur
c. Anjurkan pasien untuk membatasi aktivitas yang cukup berat seperti berjalan
jauh, berlari dan mengangkat beban berat.
d. Monitor intake nutrisi yang adekuat sebagai sumber energi

14
2.2. DEFEK SEPTUM ATRIAL ATAU ATRIAL SEPTAL DEFECT (ASD)
A. Pengertian
Septum atriorum merupakan sekat memisahkan ruang antara atrium dexter dan
atrium sinister. Fungsi sekat pada jantung yaitu untuk ntuk memisahkan
penampungan darah bersih yang menuju ke seluruh tubuh dengan darah kotor
yang menuju jantung untuk dikeluarkan melalui proses respirasi. Jika tidak
terdapat sekat, darah kotor dan bersih akan mengalami suspensi atau
percampuran . Padahal darah kotor mengandung sisa dan racun dari tubuh
sedangkan darah bersih mengandung sari makansan yang akan diedarkan ke
seluruh tubuh.
Defek septum atrial atau Atrial Septal Defect (ASD) adalah gangguan septum
atau sekat antara rongga atrium kanan dan kiri. Septum tersebut tidak menutup
secara sempurna dan membuat aliran darah atrium kiri dan kanan bercampur.

B. Klasifikasi
Berdasarkan letak lubang, ASD dibagi dalam tiga tipe :
1. Ostium secundum
merupakan tipe ASD yang tersering. Kerusakan yang terjadi terletak pada
bagian tengah septum atrial dan fossa ovalis. Sekitar 8 dari 10 bayi lahir
dengan ASD ostium secundum. Sekitar setengahnya ASD menutup dengan
sendirinya. Keadaan ini jarang terjadi pada kelainan yang besar. Tipe
kerusakan ini perlu dibedakan dengan patent foramen ovale. Foramen ovale
normalnya akan menutup segera setelah kelahiran, namun pada beberapa
orang hal ini tidak terjadi hal ini disebut paten foramen ovale. ASD
merupakan defisiensi septum atrial yang sejati.
2. Ostium primum
kerusakan terjadi pada bagian bawah septum atrial. Biasanya disertai dengan

15
berbagai kelainan seperti katup atrioventrikuler dan septum ventrikel bagian
atas. Kerusakan primum jarang terjadi dan tidak menutup dengan sendirinya.
3. Sinus venosus.
Kerusakan terjadi pada bagian atas septum atrial, didekat vena besar (vena
cava superior) membawa darah miskin oksigen ke atrium kanan. Sering
disertai dengan kelainan aliran balik vena pulmonal, dimana vena pulmonal
dapat berhubungan dengan vena cava superior maupun atrium kanan. Defek
sekat primum dikenal dengan ASD I, Defek sinus Venosus dan defek sekat
sekundum dikenal dengan ASD II

C. Etiologi
Penyebab utama secara pasti tidak diketahui, akan tetapi ada beberapa faktor
predisposisi terjadinya penyakit ini yaitu : Pada saat hamil ibu menderita rubella,
ibu hamil yang alkoholik, usia ibu saat hamil lebih dari 40 tahun dan penderita
IDDM.

D. Tanda Dan Gejala

ASD di awalnya tidak menimbulkan gejala. Saat tanda dan gejala muncul
biasanya murmur akan muncul. Seiring dengan berjalannya waktu ASD besar
yang tidak diperbaiki dapat merusak jantung dan paru dan menyebabkan gagal
jantung. Tanda dan gejala gagal jantung diantaranya:
 Kelelahan

 Mudah lelah dalam beraktivitas

 Napas pendek dan kesulitan bernapas

 Berkumpulnya darah dan cairan pada paru

 Berkumpulnya cairan pada bagian bawah tubuh

E. Manifestasi Klinis
1. Pertumbuhan dan perkembangan biasa seperti tidak ada kelainan
2. Pada stres : cepat lelah, mengeluh dispnea, sering mendapat infeksi
saluran pernafasan.
3. Pada palpasi : terdapat elainan ventrikel kanan hiperdinamik di parasternal
16
kiri.
4. Pada auskultasi, photo thorak, EKG : jelas terlihat ada kelainan.
5. Ekhokardiografi : pasti ada kelainan jantung.

F. Penatalaksanaan Medis
ASD kecil tidak perlu oprasi karena tidak menyebabkan gangguan hemodinamik
atau bahaya endokarditis infektif. ASD besar perlu tindakan bedah yang
dianjurkan dilakukan dibawah umur 6 tahun (pra sekolah). Walaupun setelah
operasi kemungkinan ventrikel kanan masih menunjukkan dilatasi. Hal ini karena
komplien otot jantung sudah berkurang. Pada penutupan spontan ASD sangat
kecil kemungkinannya sehingga operasi sangat berarti. Defek fosa ovalis atau
defek atrioventrikuler dengan komplikasi ditutup dengan bantuan mesin jantung
paru.

17
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ASD

A. PENGKAJIAN

1) Pengkajian Umum

a. Identitas Pasien :
Nama, Usia (Menjelang usia 2-3 bulan pembentukan jari-jari tabuh pada tangan
dan kaki akan tampak. Pada usia tahun pertama, sianosis akan terjadi dan
nampak paling menonjol. biasanya muncul pada umur 5 tahun ke atas), Jenis
Kelamin

b. Identitas Orangtua:
Nama Ayah/Ibu, Usia, Pendidikan (Pendidikan yang rendah pada orangtua
mengakibatkan kurangnya pengetahuan terhadap penyakit anak), Pekerjaan
(Biasanya ibu hamil yang bekerja di pabrik-pabrik kimia cernderung
mempengaruhi kesehatan anak dalam kandungan)

c. Keluhan Utama

Keluhan orang tua pada waktu membawa anaknya ke dokter tergantung dari
jenis defek yang terjadi baik pada ventrikel maupun atrium, tapi biasanya terjadi
sesak, pembengkakan pada tungkai dan berkeringat banyak.

d. Riwayat Kesehatan

a) Riwayat kesehatan sekarang

Anak mengalami sesak nafas berkeringat banyak dan pembengkakan pada

18
tungkai tapi biasanya tergantung pada derajat dari defek yang terjadi.
b) Riwayat kesehatan lalu
 Prenatal History
Diperkirakan adanya keabnormalan pada kehamilan ibu (infeksi virus
Rubella), mungkin ada riwayat pengguanaan alkohol dan obat-obatan
serta penyakit DM pada ibu.
 Intra natal
Riwayat kehamilan biasanya normal dan diinduksi.
 Riwayat Neonatus
- Gangguan respirasi biasanya sesak, takipnea
- Anak rewel dan kesakitan
- Tumbuh kembang anak terhambat
- Terdapat edema pada tungkai dan hepatomegali
- Sosial ekonomi keluarga yang rendah.
 Riwayat Kesehatan Keluarga
- Adanya keluarga apakah itu satu atau dua orang yang mengalami
kelainan defek jantung
- Penyakit keturunan atau diwariskan
- Penyakit congenital atau bawaan

c) Sistem yang dikaji :

 Pola Aktivitas dan latihan

 Keletihan/kelelahan

 Dispnea

 Perubahan tanda vital

 Perubahan status mental

 Takipnea

 Kehilangan tonus otot

 Pola persepsi dan pemeriksaan kesehatan

 Riwayat hipertensi

19
 Endokarditis

 Penyakit katup jantung.

 Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress

 Ansietas, khawatir, takut

 Stress yang b/d penyakit

 Pola nutrisi dan metabolic

 Anoreksia

 Pembengkakan ekstremitas bawah/edema

 Pola persepsi dan konsep diri

 Kelemahan

 Pening

 Pola peran dan hubungan dengan sesame

 Penurunan peran dalam aktivitas sosial dan keluarga

B. Pemeriksaan Fisik

a) Pada pemeriksaan biasanya didapatkan impuls prominent ventrikel kanan dan


pulsasi arteri pulmonal yang terpalpasi. Bunyi jantung 1 normal/split, dengan
aksentuasi penutupan katup trikuspid. Bertambahnya aliran ke katup pulmonal
dapat menyebabkan terdengarnya murumur midsistolik. Splitting bunyi jantung
2 melebar dan tidak menghilang saat ekspirasi. Murmur middiastolik rumbling,
terdengar paling keras di SIC IV dan sepanjang linea sternalis kiri, menunjukan
peningkatan alisan yang melewati katup tricuspid. Pada pasien dengan kelainan
ostium primum, thrill pada apex dan murmur holosistolic menunjukan
regurgitasi mitral/tricuspid atau VSD.
b) Hasil pemeriksaan fisik dapat berubah saat resistensi vaskular pulmonal
meningkat menghasilkan berkurangnya pirau kiri ke kanan. Baik itu aliran
balik pulmonal dan
murmur tricuspid intensitasnya akan berkurang, komponen bunyi jantung ke 2
dan ejeksi sistolik akan meningkat, murmur diastolic akibat regurgitasi
20
pulmonal dapat muncul. Sianosis dan clubbing finger berhubungan dengan
terjadinya pirau kanan ke kiri.
c) Pada orang dewasa dengan ASD dan fibrilasi atrial, hasil pemeriksaan dapat
dipusingkan dengan mitral stenosis dengan hipertensi pulmonal karena murmur
diastolik tricuspid dan bunyi jantung 2 yang melebar.

C. Pemeriksaan Penunjang

a) Foto Ronsen Dada Pada defek kecil gambaran foto dada masih dalam batas
normal. Bila defek bermakna mungkin tampak kardiomegali akibat pembesaran
jantung kanan. Pembesaran ventrikel ini lebih nyata terlihat pada foto lateral.
b) Elektrokardiografi Pada ASD I, gambaran EKG sangat karakterstik dan
patognomis, yaitu sumbu jantung frontal selalu kekiri. Sedangkan pada ASD II
jarang sekali dengan sumbu Frontal kekiri.
c) Katerisasi Jantung Katerisasi jantung dilakukan defek intra pad ekodiograf
tidak jelas terlihat atau bila terdapat hipertensi pulmonal pada katerisasi jantung
terdapat peningkatan saturasi O2 di atrium kanan dengan peningkatan ringan
tekanan ventrikel kanan dan kiri bil terjadi penyakit vaskuler paru tekanan arteri
pulmonalis, sangat meningkat sehingga perlu dilakukan tes dengan pemberian
O2 100% untuk menilai resensibilitas vasakuler paru pada Syndrome ersen
menger saturasi O2 di atrium kiri menurun.
d) Eko kardiogram Ekokardiogram memperlihatkan dilatasi ventrikel kanan dan
septum interventrikular yang bergerak paradoks. Ekokardiogrfi dua dimensi
dapat memperlihatkan lokasi dan besarnya defect interatrial pandangan
subsifoid yang paling terpercaya prolaps katup netral dan regurgitasi sering
tampak pada defect septum atrium yang besar.
e) Radiologi Tanda – tanda penting pad foto radiologi thoraks ialah:
 Corak pembuluh darah bertambah

 Ventrikel kanan dan atrium kanan membesar

 Batang arteri pulmonalis membesar sehingga pada hilus tampak


denyutan ( pada fluoroskopi) dan disebut sebagai hilam dance.

21
D. Diagnose Keperawatan

Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (2016) diagnosa keperawatan


atrial septal defek pada anak yaitu:

1. Penurunan curah jantung b.d perubahan dalam rate, irama, konduksi jantung,
menurunnya preload
2. Intoleransi aktivitas b.d hipoksia

3. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d tidak adekuatnya suplai


oksigen dan zat nutrisi ke jaringan.
4. Kerusakan pertukaran gas b.d edema peru

INTERVENSI (SIKI)

Diagnosa Tujuan/criteria Intervensi Rasional


Hasil
Penurunan T : klien - Auskultasi nadi apical, kaji - Biasanya terjadi
curah jantung memperlihatkan frekuensi, irama jantung. tachycardia untuk
b.d perubahan peningkatan - Catat bunyi jantung. mengkompensasi
rate, irama, curah jantung - Palpasi nadi perifer. Untuk penurunan
konduksi KH : denyut mengetahui fungsi pompa jantung kontraktilitas
jantung jantung kuat, yang sangat dipengaruhi oleh CO jantung.
teratur, dan dan pengisisan jantung. - S1 dan s2 lemah,
dalam batas - Pantau tekanan darah. karena menurunnya
normal - Pantau keluaran urine, catat kerja pompa S3

penurunan keluaran, dan kepekatan sebagai aliran ke

atau konsentrasi urine. dalam serambi

- Kaji perubahan pada sensori contoh: yaitu distensi. S4

letargi, bingung, disorientasi, cemas menunjukkan

dan depresi. inkopetensi atau

- Berikan istirahat semi recumbent stenosis katup.

(semi-fowler) pada tempat tidur. - Untuk mengetahui

- Kolaborasi dengan dokter untuk fungsi pompa

terapi, oksigen, obat jantung, obat jantung yang


22
diuretic dan cairan. sangat dipengaruhi
oleh CO dan
pengisisan jantung.
- Dengan
menurunnya CO
mempengaruhi
suplai darah ke
ginjal yang juga
mempengaruhi
pengeluaran
hormone
aldosteron yang
berfungsi pada
proses pengeluaran
urine.
- Menunjukkan tidak
adekuatnya perfusi
serebral sekunder
terhadap penurunan
curah jantung.
- Memperbaiki
insufisiensi
kontraksi jantung
dan menurunkan
kebutuhan oksigen
dan penurunan
venous return.
- Membantu dalam
proses kimia dalam
- tubuh.

23
2 Intoleransi T : klien - Taksiran tingkat, kelelahan, - Untuk memberikan
aktivitas menunjukkan kemampuan untuk melakukan ADL informasi tentang
b.d hipoksia perbaikan curah - Berikan periode dan istirahat energi cadangan
jantung yang dan tidur yang cukup dan
terlihat dari - Hindari suhu lingkungan yang respon untuk
aktivitas klien ekstrim beraktivitas
- Untuk
meningkatkan
istirahat dan
menghemat energy
- Karena
hipertemia/hipote
r ma dapat
meningkatkan
kebutuhan
oksigen
3 Gangguan T : Memberikan - Kaji tingkat tumbuh kembang anak -
pertumbuhan support untuk - Berikan asupan makanan bernutrisi
dan tumbuh kembang - Berikan stimulasi tumbuh
perkembangan kembang, kativitas bermain dan
b.d tidak KH : Anak akan aktivitas lain sesuai dengan usia
adekuatny tumbuh sesuai anak.
a suplai dengan - Libatkan keluarga agar tetap
oksigen kurva memberikan stimulasi
dan zat pertumbuhan selama dirawat
nutrisi ke berat dan tinggi - Memantau masa tumbuh kebang
jaringan. badan anak
- Agar anak bisa tumbuh dan
berkembang sebagaimana
mestinya
- Anggota keluarga sangat besar
pengaruhnya terhadap proses
pertumbuhan dan juga

24
perkembangan anak-anak
4 Kerusakan T: dalam waktu 3 - Berikan bronkodilator sesuai - Bronkodilator
pertukaran gas x 24 jam setelah yang diharuskan mendilatasi jalan
b.d diberikan  Dpt diberikan peroral, IV, napas dan
edema paru intervensi terjadi inhalasi membantu
perbaikan  Observasi efek melawan edema
dalam pertukaran samping:takikardi,disritmia, mukosa bronkial
gas eksit asi sistem saraf dan spasme
KH: pusat,mual,muntah muscular
- Melaporkan - Evaluasi tindakan nebuliser,inhaler - Mengkombinasika
penurunan dosis terukur n medikasi dengan
dispnea  kaji penurunan sesak aerosolized
- Menunjukan napas,penurunan bronkodilator
perbaikan mengi,kelonggaran nebulisasi biasanya
dalam laju sekresi,penurunan ansietas digunakan untuk
aliran  pastikan bahwa tindakan mengendalikan
ekspirasi dilakukan sebelum makan bronkokonstriksi
- Menggunakan untuk menghindari mual dan - Teknik ini
peralatan muntah memperbaiki
oksigen - Intruksikan dan berikan dorongan ventilasi dengan
dengan tepat pada pasien untuk pernapasan membuka jalan
ketika diafragmatik dan batuk yang napas dan
dibutuhkan efektif membersihkan
Menunjukan gas- - Berikan oksigen dg metoda yang jalan napas dari
gas darah arteri diharuskan sputum
yang normal  jelaskan pentingnya - Oksigen akan
tindakan ini pada pasien memperbaiki
 evaluasi efektifitas;amati hipoksemia.
tanda-tanda hipoksia Diperlukan
 analisa gas darah arteri observasi yang
bandingkan dengan nilai- cermat terhadap
nilai dasar. aliran atau
 lakukan oksimetri nadi presentase yang
untuk memantau diberikan dan
25
saturasi oksigen efeknya pada
- jelaskan bahwa tidak merokok pasien. jika pasien
dianjurkan pada pasien atau mengalami retensi
pengunjung CO2 kronis, maka
- ada perangsangan
bernapas.

26
2.3. TETRALOGY OF FALLOT (TOF)
A. Definisi
Tetralogy of Fallot (TOF) merupakan kelainan jantung bawaan sianotik. Kelainan
yang terjadi adalah kelainan pertumbuhan dimana terjadi defek atau lubang dari
bagian infundibulum septum intraventrikular (sekat antara rongga ventrikel)
dengan syarat defek tersebut paling sedikit sama besar dengan lubang aorta
(Sylvia, 2013).

B. Etiologi
Kebanyakan penyebab dari kelainan jantung bawaan tidak diketahui, biasanya
melibatkan berbagai faktor. Faktor prenatal yang berhubungan dengan resiko
terjadinya tetralogi Fallot adalah:
1. Selama hamil, ibu menderita rubella (campak Jerman) atau infeksi virus
lainnya

2. Gizi yang buruk selama

3. Ibu yang alkoholik

4. Usia ibu diatas 40 tahun

5. Ibu menderita diabetes

6. Tetralogi Fallot lebih sering ditemukan pada anak-anak yang menderita


sindroma Down Tetralogi Fallot dimasukkan ke dalam kelainan jantung
sianotik karena terjadi pemompaan darah yang sedikit mengandung oksigen ke
seluruh tubuh, sehingga terjadi sianosis (kulit berwarna ungu kebiruan) dan
sesak nafas. Mungkin gejala sianotik baru timbul di kemudian hari, dimana
bayi mengalami serangan sianotik karena menyusu atau menangis (Namira,
2017).

C. Manifestasi Klinis
1. Murmur mungkin merupakan tanda pertama yang biasa ditemukan oleh
dokter. Ia merupakan suara tambahan atau tidak biasa yang dapat didengar
pada denyut jantung si bayi. Kebanyakan bayi yang menderita tetaralogy of
fallot mempunyai suara murmur jantung.
2. Cyanosis juga merupakan pertanda umum pada tetralogy of fallot. Cyanosis
27
adalah suatu keadaan di mana pada sirkulasi bayi kekurangan darah yang telah
mengalami oksigenasi sehingga dapat timbul dengan kulit, kuku, serta bibir
yang pucat.
3. Warna kulit pucat

4. Frekuensi pernafasan yang meninggi

5. Kulit terasa dingin

6. BB yang rendah

7. Susah untuk diberi makan karena klien cepat lelah ketika diberi makan

8. Clubbing finger’s

D. Patofisiologi
Pada tetralogi fallot terdapat empat macam kelainan jantung yang bersamaan, yaitu :
 Darah dari aorta berasal dari ventrikel kanan bukan dari kiri, atau dari sebuah
lubang pada septum, seperti terlihat dalam gambar, sehingga menerima darah
dari kedua ventrikel.
 Arteri pulmonal mengalami stenosis, sehingga darah yang mengalir dari
ventrikel kanan ke paru-paru jauh lebih sedikit dari normal; malah darah
masuk ke aorta.
 Darah dari ventrikel kiri mengalir ke ventrikel kanan melalui lubang septum
ventrikel dan kemudian ke aorta atau langsung ke aorta, mengaabaikan lubang
ini.
 Karena jantung bagian kanan harus memompa sejumlah besar darah ke dalam
aorta yang bertekanan tinggi, otot-ototnya akan sangat berkembang, sehingga
terjadi pembesaran ventrikel kanan (Sylvia, 2013).
Kesulitan fisiologis utama akibat Tetralogi Fallot adalah karena darah tidak
melewati paru sehinggatidak mengalami oksigenasi. Sebanyak 75% darah vena yang
kembali ke jantung dapat melintas langsung dari ventrikel kanan ke aorta tanpa
mengalami oksigenasi (Wati, 2017). Untuk klasifikasi/ Derajat TOF dibagi dalam 4
derajat :
1. Derajat I : tak sianosis, kemampuan kerja normal

2. Derajat II : sianosis waktu kerja, kemampuan kerja kurang

28
3. Derajat III : sianosis waktu istirahat. kuku gelas arloji, waktu kerja sianosis
bertambah, ada dispneu.
4. Derjat IV : sianosis dan dispneu istirahat, ada jari tabuh.

E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan laboratorium
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi
oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl
dan hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan
partial karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan
penurunan PH.pasien dengan Hn dan Ht normal atau rendah mungkin menderita
defisiensi besi.
2. Radiologis
Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal, tidak ada
pembesaran jantung . gambaran khas jantung tampak apeks jantung terangkat
sehingga seperti sepatu.

3. Elektrokardiogram

Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula
hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai P pulmonal

4. Ekokardiografi

Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel


kanan,penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan aliran darah ke paru-
paru

5. Kateterisasi

Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek septum


ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis
pulmonal perifer. Mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen,
peningkatan tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan pulmonalis normal atau
rendah.

F. Penatalaksanaan Medis

29
Pada penderita yang mengalami serangan sianosis maka terapi ditujukan untuk
memutus patofisiologi serangan tersebut, antara lain dengan cara :
1. Posisi lutut ke dada agar aliran darah ke paru bertambah
2. Morphine sulfat 0,1-0,2 mg/kg SC, IM atau Iv untuk menekan pusat
pernafasan dan mengatasi takipneu.
3. Bikarbonas natrikus 1 Meq/kg BB IV untuk mengatasi asidosis
4. Oksigen dapat diberikan, walaupun pemberian disini tidak begitu tepat karena
permasalahan bukan karena kekuranganoksigen, tetapi karena aliran darah ke
paru menurun. Dengan usaha diatas diharapkan anak tidak lagi takipnea,
sianosis berkurang dan anak menjadi tenang. Bila hal ini tidak terjadi dapat
dilanjutkan dengan pemberian :
a) Propanolo l 0,01-0,25 mg/kg IV perlahan-lahan untuk menurunkan
denyut jantung sehingga seranga dapat diatasi. Dosis total dilarutkan
dengan 10 ml cairan dalam spuit, dosis awal/bolus diberikan separohnya,
bila serangan belum teratasi sisanya diberikan perlahan dalam 5-10
menit berikutnya.
b) Ketamin 1-3 mg/kg (rata-rata 2,2 mg/kg) IV perlahan. Obat ini bekerja
meningkatkan resistensi vaskuler sistemik dan juga sedative
c) penambahan volume cairan tubuh dengan infus cairan dapat efektif
dalam penganan serangan sianotik. Penambahan volume darah juga
dapat meningkatkan curah jantung, sehingga aliran darah ke paru
bertambah dan aliran darah sistemik membawa oksigen ke seluruh tubuh
juga meningkat.

Tindakan Bedah
Merupakan suatu keharusan bagi semua penderita TF. Pada bayi dengan sianosis
yang jelas, sering pertama-tama dilakukan operasi pintasan atau langsung dilakukan
pelebaran stenosis trans-ventrikel. Koreksi total dengan menutup VSD (Ventrikel
Septum Defek) seluruhnya dan melebarkan PS pada waktu ini sudah mungkin
dilakukan. Umur optimal untuk koreksi total pada saat ini ialah 7-10 tahun. Walaupun
kemajuan telah banyak dicapai, namun sampai sekarang operasi semacam ini selalu
disertai resiko besar.
Pengobatan Konservatif
Anak dengan serangan anoksia ditolong dengan knee-chest position, dosis kecil
30
morfin (1/8-1/4 mg) disertai dengan pemberian oksigen. Dengan tindakan ini serangan
anoksia sering hilang dengan cepat. Pada waktu ini diberikan pula obat-obat pemblok
beta (propanolol) untuk mengurangi kontraktilitas miokard. Pencegahan terhadap
anoksia dilaksanakan pila dengan mencegah/mengobati anemia defisiensi besi
relative, karena hal ini sering menambah frekuensi serangan. Asidosis metabolic harus
diatasi secara adekuat.

ASUHAN KEPERAWATAN TOF

PENGKAJIAN

1. Identitas Pasien :

Nama, Usia (Menjelang usia 2-3 bulan pembentukan jari-jari tabuh pada tangan dan
kaki akan tampak. Pada usia tahun pertama, sianosis akan terjadi dan nampak paling
menonjol. biasanya muncul pada umur 5 tahun ke atas), Jenis Kelamin
2. Identitas Orangtua:

Nama Ayah/Ibu, Usia, Pendidikan (Pendidikan yang rendah pada orangtua


mengakibatkan kurangnya pengetahuan terhadap penyakit anak), Pekerjaan (Biasanya
ibu hamil yang bekerja di pabrik-pabrik kimia cernderung mempengaruhi kesehatan
anak dalam kandungan)
3. Keluhan

Menanyakan dan melihat keluhan apa saja yang diungkapkan pasien atau orangtua
pasien, baik secara verbal maupun nonverbal. Keluhan utama tidak selalu merupakan
keluhan yang pertama disampaikan. Tetapi keluhan atau gejala yang menyebabkan
pasien dibawa berobat.
4. Riwayat kehamilan ibu

Ditanyakan keadaan kesehatan ibu selama hamil, ada atau tidaknya penyakit, serta apa
upaya yang dilakukan untuk mengatasi penyakit tersebut. Melakukan pemeriksaan
kehamilan atau tidak, bila ya berapa kali seminggu dan kepada siapa (dukun, bidan atau
dokter), obat-obat yang diminum pada trisemester pertama. Infeksi beberapa jenis virus,
misalnya virus Toksoplasma, Rubela, Cytomegalovirus dan HerpeS simpleks, maupun
HIV (TORCH). (Abdul, 2000; 13).
5. Riwayat penyakit sekarang

31
Mengumpulkan data kronologi/ awal terjadinya penyakit. Pada penderita TF, biasanya
diawali dengan gejala sianosis, dispneu, pertumbuhan dan perkembangan abnormal,
bising sistolik, dan murmur.
6. Riwayat penyakit dahulu

Penyakit TF diderita oleh anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung
bawaan, adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti ; DM, hipertensi,kelainan
bawaan jantung, ibu menderita penyakit infeksi rubella, atau ibu pernah terkena
pajanan terhadap sinar X.
7. Riwayat tumbuh kembang

Biasanya anak cendrung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena fatiq selama


makan dan peningkatan kebutuhan kalori sebagai akibat dari kondisi penyakit. Tinggi
badan dan keadaan gizi biasanya berada di bawah rata-rataserta otot-otot dari jaringan
subkutan terlihat kendur dan lunak dan masa pubertas juga terlambat.
8. Data psikososial

Mekanisme koping anak/ keluarga, Pengalaman hospitalisasi sebelumnya.

9. Pemenuhan kebutuhan dasar (di rumah dan di Rumah Sakit)

1. Nutrisi, cairan dan elektrolit

Pada bayi perlu diketahui susu apa yang diberikan : air susu ibu (ASI) atau
pengganti air susu ibu (PASI), ataukah keduanya. Bila ASI apakah diberikan secara
eksklusif atau tidak.

2. Hygene perseorangan :Bagaimana cara perawatan diri pada anak khususnya pada
gigi geligi.
3. Eliminasi : Biasanya pada penderita tetralogi fallot terjadi penurunan haluaran urine.
4. Aktivitas dan istirahat tidur :
Anak akan sering Squatting (jongkok) setelah anak dapat berjalan, setelah berjalan
beberapa lama anak akan berjongkok dalam beberapa waktu sebelum ia berjalan
kembali.

10. Pemeriksaan fisik

- Keadaan umum : Anak terlihat biru, terutama pada bagian wajah dan ektremitas
atas/bawah, terlihat clubbing finger

32
- TTV :

1. Nadi : laju nadi pada TF biasanya bradikardia, iramanya disritmia pada


keadaan ini denyut nadi teraba lebih cepat pada waktu inspirasi dan lebih
lambat pada waktu ekspirasi
2. Tekanan darah : tekanan darah biasanya menurun karena akibat dari
sirkulasi udara yang mengalami hambatan oleh hipertrofi ventrikel kanan.

3. Pernapasan : pada penderita TF anak akan mengalami dispneu bila


melakukan aktivitas fisik, yang dapat disertai juga sianosis dan takipneu.
perlu diperhatikan apakah distres terjadi terutama pada inspirasi atau
ekspirasi.
4. Suhu : pada TF normal (36oC-37,5oC)
5. Berat badan : pada bayi TF usia 9 bulan berat badan tidak mengalami
pertumbuhan.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (2016) diagnosa keperawatan tetralogy


of fallot pada anak yaitu:
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
3. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
4. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan defisisensi stimulus
5. Risiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan penurunan sirkulasi darah ke
otak

33
INTERVENSI KEPERAWATAN
Menurut Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (2018) diagnosa keperawatan
tetralogy of fallot pada anak yaitu:

N Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional

o Keperawatan kriteria hasil


1. Gangguan Setelah 1. Kaji frekuensi, a. Mengetahui
pertukaran gas dilakukan kecepatan dan keadaan
berhubungan tindakan kedalaman pernafasan pasien
dengan keperawatan pernafasan. b. Mengetahui
ketidakseimbanga selama …..x24 adanya otot bantu
2. Catat
n perfusi ventilasi. jam diharapkan nafas yang
kesimetrisan
gangguan digunakan
pergerakan
pertukaran gas c. Mengatahui
dada,
pasien teratasi. tingkat status
penggunaan
mental pasien
otot tambahan,
d. Pucat
Dengan kriteria dan retraksi

hasil: otot intercostal. atau sianosis

- indikator 3. Observasi status menunjukkan

tidak ada mental atau menurunnya

gangguan tingkat perfusi perifer

frekuensi kesadaran sekunder terhadap

pernafasan pasien. tidak adekuatnya

- tidak ada 4. Observasi curah jantung,

gangguan adanya vasokontriksi dan

frekuensi sianosis anemia.

34
dyspnea 5. terutama di e. Meningk
saat mukosa mulut.
atkan sediaan
istirahat 6. Kolaborasi
oksigen untuk
- fungsi paru pemberian
kebutuhan miokard
dalam oksigen sesuai
untuk
batas indikasi.
melawan efek
2. Intoleransi Setelah a. Observasi a. Mengetahui batas
aktivitas dilakukan keterbatasan klien kemampuan beraktifitas
berhubungan tindakan dalam melakukan pasien
dengan kelemahan keperawatan….. aktivitas. b. mengetahui aktifitas
x 24 jam klien b. Kaji faktor yang yang mempercepat
dapat menyebabkan kelelahan
melakukan kelelahan. c. Penurunan/
aktifitas secara c. Monitor respon ketidakmampuan
mandiri kardiovaskuler miokardium untuk
Dengan riteria terhadap aktivitas meningkatkan volume
hasil: (takikardi, sesak sekuncup selama
- Berpartisip nafas, diaporesis, aktivitas dapat
asi pada pucat). menyebabkan
aktivitas d. Bantu klien peningkatan segera
yang di untuk frekuensi jantung dan
inginkan mengidetifikasi kebutuhan oksigen juga
- Memenuhi aktivitas yang peningkatan kelelahan
perawatan mampu dilakukan. dan kelemahan.
diri sendiri e.Memotivasi klien d.Meminimalisir tingkat
- mencapai untuk kelelahan dalam
peningkata meningkatkan beraktifitas
n toleransi aktivitas sesuai e.Membantu
aktivitas dengan meningkatkan aktifitas
yang dapat kemampuan. pasien dengan
diukur membatasi sesuai
- dibuktikan kemampuan pasien
oleh

35
menurunny
a
kelemahan

36
dan
kelelahan.

3. Pola napas tidak Setelah a.Monitor jalan a.Mengetahui apakah


efektif dilakukan …x24 napas (frekuensi, frekuensi kedalaman
berhubungan jam diharapkan kedalaman, usaha napas pasien dalam
dengan hambatan pola napas tidak napas) keadaan baik
upaya napas efektif teratasi b. Monitor bunyi b. Memonitori adakah
Dengan kriteria napas tambahan suara napas tambahan
hasil: c. Pertahankan c. Mengetahui apakah
- Menunjukka kepatenan jalan kepatenan jalan napas
n jalan napas napas pasien baik
yang paten d. Posisikan semi d. Memberikan posisi
- Frekuensi fowler atau semi pada pasien yang
napas fowler nyaman
membaik e. Berikan oksigen e. Pemberian oksigen
- Penggunaan jika perlu berguna jika frekuensi
otot bantu f. Ajarkan teknik kedalaman usaha napas
napas batuk efektif pasien memburuk
menurun g. Kolaborasi f. Teknik batuk efektif
pemberian diajarkan jika pasien
bronkodilator susah untuk
mengeluarkan sputum
g. kolaborasi pemberian
bronkodilator jika perlu
4. Gangguan tumbuh Setelah a. Identifikasi a.Mengidentifikasi
kembang dilakukan … pencapaian tugas pencapain tugas
berhubungan x24jam perkembangan perkembangan anak
dengan defisisensi diharapkan anak b.Memotivasi anak agar
stimulus gangguan b. Motivasi anak mau berinteraksi dengan
tumbuh berinteraksi dengan orang lain /teman
kembang anak lain sebaya

37
teratasi c. Anjurkan orang c.Menganjurkan orang
tua berinteraksi tua agar memiliki waktu
Dengan kriteria
dengan anaknya untuk berinteraksi
hasil :
e. Rujuk untuk dengan anak
- Meningkatk
konseling, jika e.Melakukan konseling
an
perlu jika perlu
kemampuan
melakukan
perawatan
diri
- Memperbaik
i pola tidur
- Meningkatk
an konta
mata
5. Risiko perfusi Setelah a. Monitor tanda a. Untuk mengetahui
dilakukan … gejala peningkatan apakah pasien
serebral tidak
x24jam TIK (tekanan darah mengalami peningkatan
efektif
diharapkan meningkat, TIK
berhubungan
risiko perfusi kesadaran b. Memberikan posisi
dengan penurunan
serebral tidak menurun, pola pasien dengan nyaman
sirkulasi darah ke
efektif teratasi napas ireguler) c. Mengatasi agar
otak
Dengan kriteria b. Berikan posisi ventilator PaCO2 tetap
hasil : semi fowler optimal
- Tingkat c. Atur Ventilator d. Pemberian diuretic
kesadaran agar PaCO2 osmosis jika keadaan
pasien optimal pasien menurun
meningkat d. Kolaborasi
- Nilai rata- Pemberian diuretik
rata tekanan osmosis jika perlu
darah
membaik

37
IMPLEMENTASI
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi keperawatan yang telah
direncanakan.

EVALUASI
Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan akhir dari proses keperawatan, dimana
perawat menilai hasil yang diharapkan terhadap perubahan diri ibu dan menilai
sejauh mana masalah ibu dapat di atasi. Disamping itu, perawat juga memberikan
umpan balik atau pengkajian ulang, seandainya tujuan yang ditetapkan belum
tercapai, maka dalam hal ini proses peawatan dapat di modifikasi.

BAB III

38
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tubuh manusia terdiri dari berbagai sistem, diantaranya dalah sistem kardiovaskuler.
Sistem ini menjalankan fungsinya melalui organ jantung dan pembuluh darah.
Dimana organ yang memiliki peranan penting dalam hal ini adalah jantung. Jantung
merupakan organ terbesar dalam tubuh. Jantung adalah organberupa otot berbentuk
kerucut. VSD adalah kelainan jantung berupa tidak sempurnanya penutupan dinding
pemisah anatara kedua ventrikel. Kelainan ini umumnya congenital, tetapi dapat pula
terjadi karena trauma. Kelainan ini merupakan kelainan yang banyak terjadi yaitu
sekitar 25%.
Defek septum atrial atau Atrial Septal Defect (ASD) adalah gangguan septum atau
sekat antara rongga atrium kanan dan kiri. Septum tersebut tidak menutup secara
sempurna dan membuat aliran darah atrium kiri dan kanan bercampur.
Tetralogy of Fallot (TOF) merupakan kelainan jantung bawaan sianotik. Kelainan
yang terjadi adalah kelainan pertumbuhan dimana terjadi defek atau lubang dari
bagian infundibulum septum intraventrikular (sekat antara rongga ventrikel) dengan
syarat defek tersebut paling sedikit sama besar dengan lubang aorta (Sylvia, 2013).

39
DAFTAR PUSTAKA

Gloria,et.al. 2008. Nursing Interventions Classification (NIC). Mosby Elseiver : USA


Hariyanto, Didik. 2012. Profil penyakit jantung bawaan di Instalasi rawat Inap Anak
RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2008-2012. Http://jurnal.fk.unand.ac.id.
Diakses tanggal 23 Agustus 2021,Pukul 10.52
Hidayat, Aziz Alimul. 2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Edisi
2.Jakarta: Salemba Medika.
Muttaqin Arief . 2009 . Pengantar Asuhan keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler. Jakarta : Salemba Medika.
Nur’ain, Hariyanto, D, Rusdan, S. 2015. Karakteristik penderita penyakit jantung
bawaan pada anak di RSUP.Dr.M.Djamil padang periode janiari 2010-mei
2012.jurnal kesehatan andalas 2015. Diakses tanggal 3 november
2019.http;//jurnal.fk.unand.ac.id.
Sylvia. 2013. TOF WOC. https://www.scribd.com/doc/169634643/TOF-WOC-18-9-
2013-1.

40

Anda mungkin juga menyukai