Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN VSD( VENTRICULAR SEPTAL


DEFECT)

Disusun oleh :
1. Dea Ika Purwantiningrum (A02020022)
2. Diah Fitriani (A02020027)
3. Eka Putri Widiyaswari (A02020029)
4. Evi Marita Ningsih (A02020030)
5. Farikha Runiantya Agni A (A02020031)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM


DIPLOMA TIGA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG
2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Defek ini adalah kelainan jantung bawaan yang paling sering
ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda. ditemukan berkisar 50%
pada anak-anak dengan kelainan jantung bawaan dan 20% lesi yang
terisolasi (VSD murni tanpa disertai kelainan jantung bawaan yang lain).
Angka insidennya meningkat secara dramatis berkisar 1,56-53,2 per 1000
kelahiran hidup, semenjak semakin berkembangnya teknik diagnostik
imaging dan skrining pada bayi (Minnete & Shan, 2006). Ukuran dari
defek ini bervariasi, mulai dari sebesar pin sampai dengan tidak adanya
septum ventricularis sehingga ventriculus dextra dan sinistra menjadi
satu. Defek ini paling banyak ditemukan pada pars membranacea, bagian
yang berdekatan dengan nodus atrioventricularis pada anak dewasa muda
di Amerika Serikat (Spicer et al., 2014) Penanganan.VSD selama 50
tahun ini berkembang sangat pesat baik dari segi diagnostik maupun
teknik operasinya. Pengetahuan yang baik tentang anatomi dari septum
interventrikularis dan embriologi bagaimana septum ini terbentuk sangat
diperlukan. Maka tulisan ini akan mengkaji VSD dari aspek anatomi dari
septum interventriculare dan embriologinya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa devinisi dari VSD?
2. Jelaskan pembentukan Septum Cardium?
3. Jelaskan anatomi VSD?
4. Bagaimana klasifikasi VSD?
5. Jelaskan patofisiologi VSD?
6. Jelaskan gejala klinis VSD?
7. Bagaimana penanganan VSD?
8. Jelaskan asuhan keperawatan dari VSD?
C. Tujuan
1. Mengetahui devinisi dari VSD
2. Mengetahui pembentukan Septum Cardium
3. Mengetahui anatomi VSD
4. Mengetahui klasifikasi VSD
5. Mengetahui patofisiologi VSD
6. Mengetahui gejala klinis VSD
7. Mengetahui penanganan VSD
8. Mengetahui asuhan keperawatan dari VSD
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Ventricular Septal Defect (VSD) atau defek septum ventrikel adalah
defek yang terjadi pada septum ventricularis, dinding yang memisahkan
ventriculus dextra dengan sinistra. Defek ini muncul secara kongenital
akibat septum interventriculare tidak menutup dengan sempurna selama
perkembangan embrio. Defek ini menyebabkan aliran darah dari
ventriculus sinistra akan masuk ke dalam ventriculus dextra. Darah yang
kaya akan oksigen akan dipompa ke paruparu yang menyebabkan jantung
bekerja lebih berat (Sadler, 2012).

B. Pembentukan Septum Cardium


Septum utama dari jantung terbentuk mulai hari ke-27-37 dari
perkembangan embrio, dimana panjang embrio berkisar mulai dari 5 mm
sampai 16-17 mm. Salah satu teori mengenai pembentukan septum ini
adalah adanya dua massa jaringan yang aktif tumbuh mendekati satu
sama lainnya sehingga bergabung menjadi satu memisahkan lumen
menjadi dua canal. Septum cardium bisa juga terbentuk akibat aktifnya
salah satu massa jaringan yanng terus memanjang sampai mencapai sisi
berlawanan dari lumen (Sadler, 2012).
Pembentukan dari massa jaringan tersebut tergantung pada sintesis
dan deposisi dari matriks ekstraseluler dan proliferasi dari sel. Massa
jaringan itu disebut tubera endocardiaca, berkembang pada regio
atrioventricular dan conotruncal. Pada kedua regio ini, tubera
endocardiaca berperan dalam pembentukan septum atria dan septum
ventriculare (pars membranosa), canalis atrioentricularis dan valvula, dan
canalis aorticus dan pulmonalis (Sadler, 2012).
Karena peran penting pada regio ini, kelainan pada pembentukan
tubera endocardiaca dapat menyebabkan terjadinya malformasi dari
jantung meliputi defek pada atrial dan ventricular septal defect (VSD).
Defek ini bisa melibatkan pembuluh darah besar (transposisi pembuluh
darah besar, truncus arteriosus, dan tetralogy Fallot) (Sadler, 2012;
Schoenwolf et al., 2009).
Ada teori lain dari pembentukan septum cardium tanpa melalui
terbentuknya tubera endocardiaca. Yaitu jika tidak terbentuk tonjolan
jaringan di 4 dinding atria dan ventrikel tetapi dinding dari masing-
masing sisinya terus berkembang, maka akan terbentuklah tonjolan di
tengah-tengah sisi dinding yang mengembang tadi. Jika kedua bagian sisi
yang mengembang tadi terus berkembang diantara tonjolan tadi, kedua
dinding lumen akan mendekati satu sama lain dan akhirnya tonjolan tadi
membentuk septum. Namun septum yang terbentuk tadi tidak
memisahkan lumen secara lengkap sehingga menyebabkan terjadinya
hubungan antara kedua lumen. Septum ini akan menutup secara lengkap
melalui kontribusi proliferasi jaringan di sekitarnya (Schoenwolf et al.,
2009).

C. Anatomi Septum Ventriculare


Septum ventriculare dibagi menjadi dua komponen yaitu: pars
membranacea dan pars muscularis. Pars membranacea berukuran kecil
dan terletak pada basis jantung diantara komponen outlet dan inlet dari
pars muscularis dan di bawah cuspis posterior dari valvula aorta. Cuspis
septalis dari valvula tricuspidalis membagi pars membranacea menjadi
dua komponen yaitu: pars atrioventricularis dan pars interventricularis.
Defek yang melibatkan pars membranacea sampai mengenai 1-3
komponen dari pars muscularis disebut perimembranosa,
paramembranosa, atau infracristalis (Moore et al., 2015; Soto et al.,
1980).
Pars muscularis dibagi menjadi komponen inlet, trabekular, dan
infundibular. Komponen inlet merupakan bagian inferioposterior dari
pars membranacea. Mulai setinggi valvula atrioventricularis sampai
dengan perlekatan chorda di bagian apikal. Jika ada VSD di komponen
inlet, maka defek tersebut 5 tidak memiliki muscular rim diantara defek
dan annulus dari valvula atrioventiculare. Defek yang terjadi pada
komponen inlet disebut inlet VSD (Minette and Shan, 2006; Soto et al.,
1980).
Komponen trabekular merupakan bagian terbesar dari septum
interventriculare. Terbentang mulai pars membranacea sampai apex dan
superior dari komponen infundibulum. Defek yang terjadi di komponen
trabekular disebut muscular VSD dan defek ini memiliki muscular rim.
Lokasi dari defek di komponen trabekular dibagi menjadi anterior,
midmuskular, apikal, dan posterior. Defek anterior jika lokasinya anterior
dari septal band, midmuscukular jika lokasinya di posterior dari septal
band, apikal lokasinya inferior dari moderator 6 band, dan defek
posterior lokasi di bawah cuspis septal dari valvula tricuspidalis (Spicer
et al., 2014; Soto et al., 1980)
Komponen infundibular mimisahkan outflow dari ventriculus dexter
dan sinister. Pada sisi kanan dibatasi oleh garis yang dibentuk dari pars
membranacea menuju ke musculus papillary inferiornya dan valvula
semilunaris superiornya. Sisi kanan dari komponen infundibular lebih
luas. Jika terjadi defek di komponen infundibular disebut infundibular,
outlet, supracristal, conal, conoventricular, subpulmonary (Spicer et al.,
2014).

D. Klasifikasi Defek Septum Ventriculare


Meskipun klasifikasi dari VSD ditemukan sangat banyak, yang
dipakai adalah klasifikasi dari Jacobs et al., 2000. Klasifikasi ini
berdasarkan lokasi VSD di septum interventricularis pada permukaan
ventriculus dextra
1. Tipe 1: disebut juga subarterial, supracristal, conal septal defect dan
infundibular. Tipe ini banyak ditemukan pada orang Asia berkisari 5-
7% berkaitan dengan valvula aorta
2. Tipe 2: disebut juga perimembranosus, paramembranosus,
conoventricularis, defek septal membranosus, dan sub aortic. Paling
sering ditemukan berkisar 70%
3. Tipe 3: disebut juga tipe inlet dan tipe AV canal. Ditemukan berkisar
5%, umumnya berkaitan dengan kejadian defek septum
atrioventricularis
4. Tipe 4: dikenal juga dengan nama tipe muskular. Lokasi defek
terletak di pars muscularis. Ditemukan berkisar 20% dan dibagi lagi
berdasarkan lokasinya menjadi anterior, apical, posterior dan mid 7
5. Tipe gerbode: dikenal dengan nama adanya shunting dari venticulus
dextra menuju ke atrium dextra karena tidak adanya septum
atrioventricularis

E. Patofisiologi
Perubahan fisiologis yang terjadi akibat adanya defek di septum
ventriculare adalah tergantung ukuran defek dan tahanan vaskular paru.
Aliran darah ke paru-paru akan meningkat setelah kelahiran sebagai
respon menurunnya tahanan vskular paru akibat mengembangnya paru-
paru dan terpaparnya alveoli oleh oksigen. Jika defeknya berukuran
besar, aliran darah ke paru-paru akan meningkat dibandingkan aliran
darah sistemik diikuti regresi sel otot polos arteri intrapulmonalis.
Perubahan ini berhubungan dengan munculnya gejala setelah 8 kelahiran
bayi aterm berumur 4-6 minggu atau awal dua minggu pertama pada
kelahiran bayi prematur (Spicer et al., 2014).
Darah di ventriculus dextra didorong ke arteria pulmonalis, resistensi
relatif antara dua sirkulasi bersifat dinamis dan berubah dengan waktu
(Minette and Shan, 2006):
1. Periode neonatus:
a. Tahanan vaskular paru tinggi
b. Tahanan ventriculus sinistra sama dengan ventriculus dextra
c. Minimal atau tidak ada shunt
2. Bayi (3-4 minggu):
a. Tahanan vaskular paru menurun
b. Tahanan ventriculus sinistra lebih besar dibandingkan tahan
ventriculus dextra
c. Adanya shunt dari kiri ke kanan
Jika defek berukuran kecil, akan terjadi perubahan hemodinamik
yang terbatas, yang juga membatasi terjadinya shunting dari kiri ke
kanan. Defek yang besar akan menyebabkan terjadinya shunting dari kiri
ke kanan. Tekanan pada arteri pumonalis akan meningkat yang
menyebabkan terjadinya hipertensi pulmonal. Meningkatnya tekanan dan
volume darah pada arteri pulmonalis akan menyebabkan kerusakan pada
sel endotel dan perubahan permanen pada tahanan vaskular paru. Jika
tahanan vaskular paru melebihi tahan vaskular sistemik maka akan terjadi
perubahan aliran darah dari ventriculus sinistra menuju dextra melalui
defek tersebut (left to right shunt) (Spicer et al., 2014)

F. Gejala Klinis
Manifestasi gejala klinis VSD tergantung pada ukuran defek dan
hubungan antara tahanan vascular paru dan sistemik. Gejala klinis
biasanya muncul saat bayi berumur 4-8 minggu, seiring dengan
menurunnya tahanan vaskular paru akibat adanya remodelling arteriol
paru.
1. VSD kecil Biasanya pasien tidak ada keluhan. Bayi biasanya dibawa
ke cardiologist karena ditemukan adanya murmur selama
pemeriksaan rutin. Keluhan berupa gangguan makan dan
pertumbuhan tidak ditemukan.
2. VSD sedang Bayi terlihat berkeringat akibat rangsangan saraf
simpatis, terlihat saa diberi makanan. Terlihat lelah selama makan
oleh karena aktifitas makan memerlukan cardiac output yang tinggi.
Adanya tachypnea saat istirahat ataupun saat makan. Gangguan
pertumbuhan bisa juga dijumpai karena meningkatnya kebutuhan
kalori dan kurangnya kemampuan bayi untuk makan secara adekuat.
Sering mengalami infeksi saluran pernafasan juga bisa ditemukan
3. VSD besar Ditemukan gejalan yang sama dengan VSD sedang, tetapi
lebih berat. Pertumbuhan terhambat dan seringnya mengalami infeksi
saluran nafas
4. Sindrom Eisenmenger Saat beraktivitas pasien mengeluh sesak nafas,
sianosis, nyeri dada, sinkop, dan hemoptysis

G. Penanganan
Jika defek berukuran kecil dan shunting yang terjadi tidak
menimbulkan gangguan hemodinamik disertai gejala apa pun, maka tidak
perlu diberikan terapi khusus. Saat defek tersebut sudah menyebabkan
gangguan pada pertumbuhan bayi, kesulitan pada waktu makan,
berkeringat, tachipnea maka pemberian diuretik menjadi pilihan pertama
dengan
bisa diberikan diuretik hemat kalium (Spicer et al., 2014).
Pemberian ACE inhibitor berguna untuk menurunkan afterload
jantung yang berguna menurunkan left to right shunt (Momma, 2006).
Digoxin juga dapat diberikan pada defek yang besar karena memiliki
efek inotropik (Kimbal et al., 1991). Obat seperti milrinon secara
intravenus memiliki khasiat inotropik dan menurunkan afterload jantung.
Jika terapi medikamentosa tidak memberikan banyak perubahan dapat
dipertimbangkan terpi dengan teknik pembedahan (Spicer et al., 2014).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN VSD

A. IDNETITAS PASIEN
Nama : An J
TTL : Kebumen, 5 November 2021
Usia : 5 bulan
Alamat : Ayah, Kebumen
Agama : Islam
Pendidikan : Belum sekolah
Suku : Indonesia
Tanggal masuk :12 Maret 2022
Tanggal Pengkajian: 13 Maret 2022

B. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB


Nama : Tn B
TTL : Kebumen 1 Januari 1980
Usia : 40 tahun
Alamat : Ayah, Kebumen
Agama : Islam
Pendidikan : tamat perguruan tinggi
Suku : Indonesia
Hubungan dengan klien : Ayah

C. PENGKAJIAN
1. Keluhan utama
Klien mengalami sesak nafas
2. Riwayat kesehatan sekarang
Klien merupakan rujukan RSI Aissyiyah, datang dengan
keluhan sesak nafas sejak 10 hari, sesak muncul hilang dan
timbul, memburuk saat menangis, sesak membuat klien
berhenti-henti saat menyusu ibu dan wajah terlihat terengah-
engah, tidakada riwayat kebiruan dan aktivitas yang
dilakukan tidak seperti biasanya, pasien merasa lemah.
Klien mengalami batuk sejak 13 hari sebelum masuk rumah
sakit. Batuk terdengar grok-grok. Dahak sulit dikeluarkan.
Frekuensi 2-3 kali tiap kali batuk. Batuk tidak
menggonggong. Tidak ada periode tarikan nafas panjang
setelah batuk. Tidak ada pilek yang menyertai. Klien
mengalami muntah 7 hari sebelum masuk rumah sakit
sebanyak 1 kali, berisi lendir berwarna putih dan susu,
volume + gelas, nafsu minum dan makan pasien berkurang
10 hari
sebelum masuk rumah sakit.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular
maupun penyakit menurun
4. Riwayat Kesehatan Dahulu:
a. Penyakit waktu kecil :pasien sejak bayi didiagnosa
kelainan jantung bawaan tersangka DSV, gizi kurang,
dan bronkopneumonia
b. Pernah dirawat di RS : Pasien sebelumnya dirawat di RS
Sembuh selama 4 hari dan di RS Kasih selama 7 hari
c. Obat-obatan yang digunakan: Selama dirawat di RSI
Aissyiyah, pasien mendapat terapi infus C 14 (glukosa
5% + NaCl 0,225%), meropenem, furosemid, mikasin,
indexon, sibital, paracet am ol, digoxin, captopril, meptin,
candistatin, nebul PZ+ventolin, diet ASI 12x75-90 cc, O2
nasal canule 2 Ipm yang kemudian diganti dengan
masker Non Rebreathing 6 lpm. Pasien juga mendapat
obat penurun panas (Paracetamol) berbentuk puyer yang
didapat dari bidan
d. Tindakan (operasi) .: An.J belum pernah dilakukan
tindakan operasi
e. Alergi : Tidak didapatkan riwayat alergi makanan dan
obat-obatan pada pasien.
f. Kecelakaan : AnJ tidak pernah mengalami jatuh/ cidera
g. Imunisasi : Keluarga mengatakan anak sudah mendapat
imunisasi Ibu tidak membawa KMS tapi masih bisa
mengingat imunisasi yang sudah didapat.
- BCG (+) (berdasarkan anamnesa dan ditandai dengan
adanya BCG scar di lengan kanan
- Hepatitis B Ix (berdasarkan anamnesa)
- DPT (-)
- Polio Ix (berdasarkan anamnesa)
- Campak
5. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
a. Prenatal care
Selama kehamilan ibu mengaku sering mengalami sakit
gigi yang kumat-kumatan sehingga sering
mengkonsumsi obat pereda nyeri yang dibeli sendiri
(asam mefenamat), pernah anyang-anyangan saat usia
kehamilan 9 bulan, tidak pernah mengkonsumsi jamu,
tidak pernah pijat kehamilan, tidak ada riwayat demam,
tidak ada keputihan, tidak ada tekanan darah tinggi,
penyakit kencing manis, dan penyakit jantung saat
kehamilan.
b. Intranatal care
Pasien lahir di RS Ben Mari, bayi lahir dengan cara
section caesaria atas indikasi panggul sempit relatif,
menurut ibu usia kehamilan cukup bulan berat badan
lahir 3100 gram, bayi lahir langsung menangis, riwayat
ketuban pecah lama tidak ada, ibu tidak tahu warna dan
bau ketuban.
c. Postnatal care:Tidak ada kela inan pada An. J setelah
kelahiran, anggota tubuh lengkap, anus ada, genitalia
ada.
6. Riwayat Sosial
a. Yang mengasuh :An.J diasuh oleh orang tuanya dan
keduanya sangat menyayangi An.J.
b. Hub. dengan anggota keluarga : Hubungan antar keluarga
baik, ada komunikasi antar keluarga, saat An.J dirawat di
RS mereka selalu menjaga,
c. Hub. dengan teman sebaya :Hubungan dengan teman
sebaya baik.
d. Pembawaan secara umum :An.J terlihat sangat aktif ceria
e. Lingkungan rumah :Keluarga mengatakan lingkungan
rumahnya bersih dan jauh dari keramaian.

D. Pola Fungsional Kesehatan

No Pola Fungsional Sebelum sakit Saat dikaji


. kesehatan
1. Bernafas Klien bernafas dengan Klien tampak
normal sesak mafas
2. Nutrisi Klien makan nasi yang Klien makan
dihaluskan, kuah nasi yang
sayuran, lauk dan dihaluskan, kuah
susu. Makan sesuai sayuran, lauk
porsi yang diberikan dan susu. Makan
ibunya 3x/hari selalu sesuai porsi yang
habis diberikan RS
3x/hari habis ½
porsi
3. Eliminasi BAB 1x dengan BAB lebih dari
konsistensi kuning 10x/hari dengan
kecoklatan lembek konsistenmsi
BAK 2-3 x sehari, cair
warna kuning jernoh, BAK 2x sehari,
berbau khas warna kuning,
berbau khas
4. Aktivitas Klien melakukan Klien banyak
aktivitasnya tanpa ada tiduran
masalah yaitu bermain didampingi oleh
dengan teman- ibunya, ketika
temannya jenuh An J minta
untuk digendong
untuk digendong
untuk jalan jalan
keluar bangsal
5. Istirahat & tidur Klien tidur 8-9 jam Kliem tidur 5-6
/hari dengan pola tidur jam/hari,
yang baik terbangun tiba
tiba, rewel selalu
mengangis dan
dalam satu hari
mencret lebih
dari 10 kali
6. Mempertahankan Klien memakai baju Klien memakai
suhu tubuh panjang dan selimut baju panjang dan
jika dingin , jika panas selimut jika
memakai baju pendek dingin , jika
panas memakai
baju pendek
7. Rasa Aman & Klien merasa aman Klien rewel saat
Nyaman dan nyaman saat di rumah sakit
dirumah
8. Komunikasi Klien belum bisa Klien belum bisa
berkomunikasi hanya berkomunikasi
bisa mengangis hanya bisa
mengangis
9. Pola bekerja Klien belum bisa Klien belum bisa
berkerja berkerja
10. Pola ibadah Klien belum bisa Klien belum bisa
beribadah beribadah
11. Personal Hygne Mandi 2x/hari, mandi Mandi 1x/hari,
dengan air hangat hanya dinasahi
dengan waslap
basah
12. Berpakaian Klien berpakaian di Klien berpakaian
bantu keluarganya di bantu
keluarganya
13. Rekreasi Klien melakukan Klien banyak
/bermain aktivitasnya tanpa ada tiduran
masalah yaitu bermain didampingi oleh
dengan teman- ibunya, ketika
temannya jenuh An J minta
untuk digendong
untuk digendong
untuk jalan jalan
keluar bangsal
14. Belajar Klien belum bisa Klien belum bisa
belajar belajar

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Darah Lengkap (12/08/11 pukul 20.00 WIB)
Leukosit: 15.800 /ul (N: 350-10.000) ()
Hemoglobin: 8,6 gr/di (N: 11,0-16,5) ()
Hematocrit:25 % (N: 35,0-50,0) ()
Trombosit: 410.000 /ul (N:150.00-390.000) ()
Hitung Leukosit: Lymfosit: 18,4% (N: 20-40%)
Monosit: 6,89% (N: 2-8%)
Granulosit: 24,8% (N:55-70%)
MCV:89 fL (N: 8096)
MCH:30,4 pg/cell (N: 27-31)
MCHC:34,2 g/dL (N: 32-36)
2) Rontgen/USG

F. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum:
1) TB/BB (cm/kg) : 60cm/8,6kg
2) Lingkar kepala : 40 cm
3) Lingkar dada : 50 cm
4) Lingkar perut : 30 cm
5) Lingkar lengan :14 cm
6) Tanda vital
TD: 110/70 mmHg, N:150-160x/mnt, RR: 70-80x/mnt,
S:38,5 derejat celsius
b. Sistem pernafasan
1) Hidung : Bentuk simetris, deviasi (-), pernafasan cuping
hidung (-), perdarahan (-), hiperemi (-) , terpasang NGT.
2) Dada dan Thoraks: Bentuk dada kesan normal dan simetris,
gerakan dinding dada kanan dan kiri simetris, retaksi (+)
suprasternal, intercostal, subcostal, iga Gambang (-).
c. Sistem kardiovaskular
1. Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
2. Palpasi : ictus cordis teraba di mid- clavicular line lV Sinistra
3. Auskultasi : suara jantung reguler, murmur sistolik di ICS IV
parasternal kiri grade 3/6, gallop (-).
d. Sistem pencernaan
1. sklera : tidak ada ikterus
2. Mulut : selaput mukosa kering, kebersihan gigi bersih.
3. Jumlah gigibersih
4. Kemampuan menelan : tidak ada masalah
5. Abdomen :
Inspeksi : Kulit abdomen: jaringan parut (-), dilatasi Vena (-),
rash (-), masa (-), Herniasi (-).
Auskultasi : Bising usus (+) menurun, bruit (-),
Perkusi : meteorismus (-), shifting dullness (-)
Palpasi : Soefl, turgor kembali dalam 1 detik Hepar teraba 3
cm dibawah arcus costae tepi tumpul, permukaan rata. Lien
tidak teraba
e. Sistem persyarafan
1. fungsi cesebral
Status mental : baik tidak ada gangguan
Kesadaran : compos mentism
2. Fungsi Carnial
Nervus I-XII : Tidak ada
3. Fungsi motorik
An.j tidak mengalami kelemahan otak, kekuatan otot
ekstremitas bawah.
4. Fungsi Tensus
An.j merasakan semua rangsangan yang diberikan
f. Sistem endokrin
Kelenjar Thyroid : tidak ada pembekakan
g. Sistem Genitorinaria : -
h. Sistem Muskuluskeletal
1. Kepala : ukuran normosefal, bentuk mesosefal, simetris,
ubun-ubun datar
2. Vertebrata : tidak ada kelainan
3. Pelvis : tidak ada kelainan
4. Lutut: tidak ada kelainan
5. Kaki : kedua kaki normal
6. Tangan : kedua kaki normal
i. Sistem Integumen dan Imunitas
1. Rambut : warna kemerahan,tipis, lurus, mudah tercubit
2. Kulit : Bersih
3. Kuku : pendek
j. Wicara dan THT :-
k. Sistem penglihatan
1. Mata : cekung, konjungtiva anemis, ada sedikit secret.
2. Hidung : tidak ada sekre, tidak memakai selang oksigen,tidak
ada epistakses
3. Telinga : kemampuan mendengar normal, simetris tubuh,
tidak ada nyeri, tidak ada sekret/ pembengkakan
4.

Program Terapi
Obat-obatan
- Meropenam 3 x 125 mg (20-40 mgykg/kali),
- Amikasin 2 x 30 mg (18-25 mg/kg/hari),
- Furosemice 2 x 3 mg (0,5-1 mg/kg/kali), av)
- Phenobarbital 60 mg (bila kejang, Loading dose 20-30
mg/kgBB,
- Maintenance 5-6 mg/kgBB/hari),
- (NGT) Paracetamol syrup 4 x 2,5 ml (60 mg) (bila Tax 37,5
°C) (15-20 mg/kgBB/kali),
- (NGT) Digoxin 2x 1 bungkus(15 mcg) (3-5 mcg/kg/kali),
(NGT) Captopril 2 x 1 bungkus(0,3 mg) (0,1-0,4 mg/kg/kali)
- Transfusi PRC () 15 cc selama 3 jam, Pre Furosemid (IV) 3
mg, Post Ca Glukonat 10% 0,1 cc.

1. Analisa Data
No Data Etiologi Problem
1. DS: Malformasi jantung Penurunan
Pasien mengeluh sesak curah
nafas sejak 10 hari SMRS jantung

DO:
- Wajah pasien
terlihat terengah-
engah
- Ttv
TD 110/70 mmHg
Nadi 150-160 x/m
Respirasi 70-80
x/m
Suhu 38,5 °C
- Laboratorium
Hemoglobin : 8,6
gr/dl
(N : 11,0-16,5)
Hematokrit : 25%
(N: 35,0-50,0)
2. DS : Kelelahan pada Perubahan
Nafsu minum dan makan saat makan dan nutrisi
pasien berkurang 10 hari meningkatnya kurang dari
sebelum masuk rumah kebutuhan kalori kebutuhan
sakit. tubuh

DO:
- TB/BB ( cm/kg) :
60 cm/4,9kg
- Pasien mengalami
muntah 7hari
sebelum masuk
rumah sakit
- Penurunan BB
yang sebelumnya
10kg menjadi 8,6
kg
- Nafsu makan
menurun
3. DS: Ketidakseimbangan Intoleransi
Pasien tidak dapat antara pemakaian aktivitas
melakukan aktivitas oksigen oleh tubuh
seperti biasanya dan suplai oksigen
DO: ke sel.
Pasien tampak lemah

2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung b.d man kelelahan malformasi jantung
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kelelahan
pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori
c. Intoleransi aktifitas b.d Ketidakseimbangan antara pemakaian
oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel.

3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan intervensi
keperawatan kriteria hasil
1. Penurunan curah Setelah 1.Observasi kualitas
jantung b.d dilakukan dan kekuatan denyut
malformasi jantung tindakan jantung, nadi perifer,
keperawatan warna dan
3x24 jam kehangatan kulit.
diharapkan curah 2.Tegakkan derajat
jantung sianosis (membrane
membaik dengan mukosa, clubbing)
kriteria hasil : 3.monitor tanda-
adanya tanda- tanda CHF (gelisah,
tanda takikardi, tachipnea,
membaiknya sesak, lelah saat
curah jantung minum susu,
periobirtal edema,
oliguria dan
hepatomegali.
4.kolaborasi untuk
pemeberianobat
(diuretik, untuk
menurunkan
afterload) susuai
indikasi
2. Perubahan nutrisi Setelah 1.kaji status gizi
kurang dari dilakukan pasien meliputi
kebutuhan tubuh b.d tindakan ABCD dan TTV
kelelahan pada saat keperawatan 2.Ukur intake
makan dan 3x24 jam makanan dan
meningkatnya diharapkan timbang berat badan
kebutuhan kalori nutrisi dapat secara komprehensif
terpenuhi dengan 3.berikan makanan
kriteria hasil: dikit demi sedikit
dapat tetapi sering
mempertahankan 4. kolaborasi dengan
berat badan ahli gizi untuk
menentukan diit
yang tepat
3. Intoleransi aktifitas Setelah 1.Anjurakan anak
b.d dilakukan untuk sering istirahat
ketidakseimbangan tindakan dan tindakan
antara pemakaian keperawaatn gangguan saat tidur
oksigen oleh tubuh 3x24 jam 2.anjurkan untuk
dan suplai oksigen diharapkan melakukan
ke sel. aktifitas klien permainan dan
terpenuhi dengan aktifitas ringan
kriteria hasil: 3.Bantu anak untuk
anak memilihaktifitas
berpartisipasi yang sesuai dengan
dalam aktifitas usia, kondisi dan
sesuai kemampuan anak
kemampuannya. 4.Berikan periode
istirahat setelah
melakukan aktifitas
5.Hindarkan hal-hal
yang menyebabkan
ketakutan/kecemasan
anak.
4. Implementasi Keperawatan
Hari/ No Implementasi Evaluasi Subjektif Paraf
Tanggal/Jam Dx.
Senin, 13 1 Mengobservasi kualitas S : keluarga klien
Maret 2022 dan kuantitas denyut mengatakan anaknya
08.00 jantung, nadi perifer, masih panas
warna dan kehangatan O : badan klien teraba
kulit hangat
10.00 2 Mengkaji status gizi pasien S : keluarga klien
meliouti ABCD dan TTV mengatakan anaknya
tidak nafsu makan
O : klien tidak mau
makan
Nadi 150-160 x/m
Respirasi 70-80 x/m
Suhu 38,5 °C
11.00 1 Mengkolaborasikan S : keluarga klien
pemberian obat diuretik mengatakan anaknya
untuk menurunkan rewel pada saat diberi
afterload sesuai indikasi obat
O : klien tampak
menolak saat pemberian
obat
12.00 3 Menganjurkan anak untuk S : Keluarga klien
sering istirahat dan mengatakan istirahat
hindarkan gangguan saat anak terganggu
tidur O : Klien tampak rewel
14.00 1 Menegakkan derajat S:-
sianosis (membran mukosa O : klien tampak pucat
dan clubbing)
20.00 2 Mengukur intake makanan S : keluarga klien
dan timba berat badan mengatakan anaknya
secara komprehensif tidak nafsu makan
14 Maret 1 Mengevaluasi apakah anakS : keluarga klien
2022 sudah lebih banyak
mengatakan anak sudah
08.00 istirahat mau lebih banyak
istirahat
O : klien tampak sedang
istirahat
09.00 1 Mengkolaborasikan S : keluarga klien
pemberian obat diuretik mengatakan anaknya
untuk menurunkan rewel pada saat diberi
afterload sesuai indikasi obat
O : klien tampak
menolak saat pemberian
obat
09.30 1 Memonitor tanda – tanda S : keluarga klien
CHF (gelisah, takikardi, mengatakan anaknya
tachipnea, sesak, lelah saat sering rewel
minum susu, periorbital O : klien tamak sering
edema, oliguria, dan rewel dan menangis
hepatomegali)
10.00 2 Mengkaji status gizi dan S : keluarga klien
TTV klien mengatakan anak masih
susah makan 1 porsi
habis 1 – 2 sendok saja
O : makanan klien
tapak tidak habis
Nadi 155 x/m
Respirasi 75 x/m
Suhu 37 °C
12.00 2 Memberikan makanan S : keluarga klien
sedikit tapi sering mengatakan anaknya
mau makan tetapi
hanya sedikit
O : klien tampak
memakan makanan
yang diberikan
14.00 2 Mengkolaborasikan S:-
dengan ahli gizi untuk O: berkolaborasi
menentukan diit yang tepat dengan ahli gizi
15 Maret 2 Mengkaji status gizi dan S : keluarga klien
2022 TTV klien mengatakan anak masih
08.00 susah makan hanya
habis 1/2 porsi saja
O : makanan klien
tapak tidak habis
Nadi 150 x/m
Respirasi 70 x/m
Suhu 36,5 °C
09.00 3 Menganjurkan untuk S : -
melakukan permainan dan O : anak tampak sedang
aktivitas yang ringan mengobrol bersama
keluarganya
10.00 3 Membantu anak untuk S : keluarga klien
memilih aktifitasnya yang mengatakan anaknya
sesuai dengan usia, masih sering rewel
kondisi, dan kemampuan
anak O : klien tampak rewel
13.00 3 Memberikan periode
S : keluarga klien
isteirahat setelah
mengatakan anaknya
melakukan aktivitas pada saat tidur sering
terbangun
O : klien tampak
gelisah dan rewel
15.00 3 Menghindarkan hal – hal S : -
yang menyebabkan O : memberikan
ketakutan/kecemasan anak lingkungan senyaman
mungkin

5. Evaluasi Keperawatan
Hari/Tanggal No. Evaluasi Paraf
Dx.
13 Maret 1,2,3 S : keluarga klien mengatakan
2022 anaknya masih panas tapi sudah
berkurang dari hari sebelumnya
O : klien tampak rewel
A : masalah keperawatan belum
teratasi
P : lanjutkan intervensi
Mengevaluasi apakah anak sudah
lebih banyak istirahat, memonitor
tanda – tanda CHF (gelisah, takikardi,
tachipnea, sesak, lelah saat minum
susu, periorbital edema, oliguria, dan
hepatomegali), memberikan makanan
sedikit tapi sering
14 Maret 1,2,3 S : keluarga klien mengatakan anak
2022 sudah mau makan sedikit demi sedikit
O : porsi makan anak hanya habis ¼
porsi
A : masalah keperawatan belum
teratasi
P : lanjutkan intervensi
Mengkaji status gizi dan TTV klien,
menganjurkan untuk melakukan
permainan dan aktivitas yang ringan,
memberikan periode isteirahat setelah
melakukan aktivitas, menghindarkan
hal – hal yang menyebabkan
ketakutan/kecemasan anak
15 Maret 1,2,3 S : keluarga klien mengatakan anak
2022 sudah beristirahat dengan nyaman
O : anak sudah tampak tenang dan
nyaman saat beristirahat
A :masalah keperawatan teratasi
P : pertahankan intervensi
Kaji keadaan umu klien, pantau
aktivitas ringan, pola makan, dan pola
istirahat klien

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Defek septum vemtrikel ini merupakan penyakit jantung
nonsianotikyang sering terjadi mencapai angka 30%. Kelainan
jantung bawaan (kongential) ini karena terbukanya lubang pada
septum interventrikel yang menyebabkan adanya hubungan aliran
darah antara ventrikel kanan dan kiri. Penyebab pasti dari
munculnya kelainan ini masih idioatik. Faktor etiologi yang berperan
hingga kini adalah faktor endogen (genetik) dan eksogen (prenatal).
Demikian pula efek dengan pemeriksaan dasar fisik kan ditemukan
kondisiyangberbeda antara defek septum kecil dan besar.
Pemeriksaan penunjang dan diagnostik yang dapat dilakukan antara
lain kateterisasi jantung, EKG, dan foto toraks, maupun uji masa
protrombin (PT) dan masa trimbboplastin (PTT).
Komplikasi yang muncul berupa gagal jantung, endokarditis infektif,
terjadinya insufisiensi aorta atau stenosis pulmonar, penyakit
vaskular paru progresif, hingga kerusakan sistem konduksi ventrikel
akibat kelainan septum yang tidak terkendali. Proses penyembuhan
bisa terjadi secara spontan, namun tindakan operasi jarang
diperlukan untuk tindakan paliatif. Pada kasus kongensif dapat
digumakan obat-obatan digitalis dan diuretik.

B. Saran
Bagi pembaca disarankan untuk memahami hal –hal yang berkaitan
dengan jantung VSD. Sehingga dapat di lakukan upaya – upaya yang
bermanfaat untuk menanganinya secara efetif dan efisien.
1. Bagi mahasiswa kesehatan sebaiknya memahami dan
mengetahui konsep ventrikel deptum defek dan askepnya guna
untuk mengaplikasikan dalam membeikan pelayanan kepada
pasien
2. Bagi perawat supaya pengetahaun tentang VSD dapat
bertambah dan penyakit ini dapat diantisipasi oleh orang tua
dalam menjalani pengobatan sehingga penyakit ini lebih dapat
dihindari.
3. Pelayanan keperawatan dapat memberikan anjuran kepada
orang tua untuk melakukan terapi agar VSD dapat teratasi

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/235425/
KEPERAWATAN_ANAK_ASD_DAN_VSD_Defek_Septum_Antrium_da
n_Defek_Septum_Ventrikel
https://eprints.ums.ac.id
https://ajengrahman05.blogspot.com/p/blog-page_17.html?m=1
https://id.scribd.com/dokument/155326016/Asuhan-Keperawatan-
Ventrikcular-Septal-Defect
https://id.scibd.com/doc/310349188/Asuhan-Keperawatan-Pada-Anak-
vsd
https://www.google.com/amp/s/fdokument.com//amp/dokumen/asuhan-
keperawatan-ventrikular-septal-defectdox.html

Anda mungkin juga menyukai