OLEH:
NAMA:
RONALD J ANONE
MARSEL SEKO
KELAS : B
SEMESTER : 5
KUPANG
2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Tuhan yang Maha Esa kami panjatkan puji dan syukur atas
hadiratnya, yang telah melimpahkan rahmat sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat menlancarkan pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis dapat menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Ahir kata penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan………………………………………. 13
4.2. Saran……………………………………………... 13
PENDAHULUAN
Defek ini adalah kelainan jantung bawaan yang paling sering ditemukan pada anak-anak dan
dewasa muda. ditemukan berkisar 50% pada anak-anak dengan kelainan jantung bawaan dan
20% lesi yang terisolasi (VSD murni tanpa disertai kelainan jantung bawaan yang lain). Angka
insidennya meningkat secara dramatis berkisar 1,56-53,2 per 1000 kelahiran hidup, semenjak
semakin berkembangnya teknik diagnostik imaging dan skrining pada bayi (Minnete & Shan,
2006).
Ukuran dari defek ini bervariasi, mulai dari sebesar pin sampai dengan tidak adanya septum
ventricularis sehingga ventriculus dextra dan sinistra menjadi satu. Defek ini paling banyak
ditemukan pada pars membranacea, bagian yang berdekatan dengan nodus atrioventricularis
pada anak dewasa muda di Amerika Serikat (Spicer et al., 2014)
Penanganan VSD selama 50 tahun ini berkembang sangat pesat baik dari segi diagnostik
maupun teknik operasinya. Pengetahuan yang baik tentang anatomi dari septum
interventrikularis dan embriologi bagaimana septum ini terbentuk sangat diperlukan. Maka
tulisan ini akan mengkaji VSD dari aspek anatomi dari septum interventriculare dan
embriologinya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Defek septum ventrikel atau ventricular septal defeks (VSD) adalah kelainan jantung
bawaan berupa tidak terbentuknya septum antara ventrikel jantung kiri dan kanan sehingga
antara keduanya terdapat lubang (tunggal atau multiple) yang saling menghubungkan. Kelainan
VSD disebabkan oleh malformasi embrionik septum interventrikularis. Aliran darah yang
melalui defek ini lebih sering bertipe left to right shunt dan bergantung ukuran defek, serta
resistensi vaskular pulmoner. Kelainan fungsi jantung penderita juga akan bergantung pada
ukuran defek tersebut dan juga resistensi pembuluh darah pulmoner. Semakin besar pirau makan
semakin berkurang darah yang melalui katup aorta dan semakin banyak volume darah jaringan
intratorakal. Berkurangnya darah pada sistem sirkulasi mengakibatkan pertumbuhan badan
terlambat dan juga dapat menyebabkan infeksi saluran nafas yang berulang. Pada VSD kecil
anak dapat tumbuh sempurna tanpa disertai keluhan, sedangkan pada VSD besar dapat
mengakibatkan terjadinya gagal jantung dini (Nugraha, Suwarman, & Zulfariansyah, 2014)
Sebelum bayi lahir, ventrikel kanan dan kiri belum terpisah, seiring perkembangan fetus,
sebuah dinding/sekat pemisah antara kedua ventrikel tersebut normalnya terbentuk. Akan tetapi,
jika sekat itu tidak terbentuk sempurna maka timbullah suatu keadaan penyakit jantung bawaan
yang disebut defek septum ventrikel. Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat
diketahui secara pasti (idopatik), tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh
pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan (PJB) yaitu :
1. Faktor prenatal (faktor eksogen):
Ø Ibu menderita penyakit infeksi : Rubela
Ø Ibu alkoholisme
Ø Umur ibu lebih dari 40 tahun
Ø Ibu menderita penyakit DM yang memerlukan insulin
Ø Ibu meminum obat-obatan penenang
2. Faktor genetik (faktor endogen)
Ø Anak yang lahir sebelumnya menderita PJB
Ø Ayah/ibu menderita PJB
Ø Kelainan kromosom misalnya sindrom down
Ø Lahir dengan kelainan bawaan yang lain
Ø Kembar identik
Kelainan ini merupakan kelainan terbanyak, yaitu sekitar 30% dari seluruh kelainan jantung
(Kapita Selekta Kedokteran, 2000). Dinding pemisah antara kedua ventrikel tidak tertutup
sempurna. Kelainan ini umumnya congenital, tetapi dapat pula terjadi karena trauma. Kelainan
VSD ini sering bersama-sama dengan kelainan lain misalnya trunkus arteriosus, Tetralogi Fallot.
Kelainan ini lebih banyak dijumpai pada usia anak-anak, namun pada orang dewasa yang jarang
terjadi merupakan komplikasi serius dari berbagai serangan jantung (Prema R, 2013; AHA,
2014).
2.3. Pembentukan Septum Cardium
Septum utama dari jantung terbentuk mulai hari ke-27-37 dari perkembangan embrio,
dimana panjang embrio berkisar mulai dari 5 mm sampai 16-17 mm. Salah satu teori mengenai
pembentukan septum ini adalah adanya dua massa jaringan yang aktif tumbuh mendekati satu
sama lainnya sehingga bergabung menjadi satu memisahkan lumen menjadi dua canal. Septum
cardium bisa juga terbentuk akibat aktifnya salah satu massa jaringan yanng terus memanjang
sampai mencapai sisi berlawanan dari lumen (Sadler, 2012).
Pembentukan dari massa jaringan tersebut tergantung pada sintesis dan deposisi dari matriks
ekstraseluler dan proliferasi dari sel. Massa jaringan itu disebut tubera endocardiaca,
berkembang pada regio atrioventricular dan conotruncal. Pada kedua regio ini, tubera
endocardiaca berperan dalam pembentukan septum atria dan septum ventriculare (pars
membranosa), canalis atrioentricularis dan valvula, dan canalis aorticus dan pulmonalis (Sadler,
2012). Karena peran penting pada regio ini, kelainan pada pembentukan tubera endocardiaca
dapat menyebabkan terjadinya malformasi dari jantung meliputi defek pada atrial dan ventricular
septal defect (VSD). Defek ini bisa melibatkan pembuluh darah besar (transposisi pembuluh
darah besar, truncus arteriosus, dan tetralogy Fallot) (Sadler, 2012; Schoenwolf et al., 2009). Ada
teori lain dari pembentukan septum cardium tanpa melalui terbentuknya tubera endocardiaca.
Yaitu jika tidak terbentuk tonjolan jaringan di dinding atria dan ventrikel tetapi dinding dari
masing-masing sisinya terus berkembang, maka akan terbentuklah tonjolan di tengah-tengah sisi
dinding yang mengembang tadi. Jika kedua bagian sisi yang mengembang tadi terus berkembang
diantara tonjolan tadi, kedua dinding lumen akan mendekati satu sama lain dan akhirnya tonjolan
tadi membentuk septum. Namun septum yang terbentuk tadi tidak memisahkan lumen secara
lengkap sehingga menyebabkan terjadinya hubungan antara kedua lumen. Septum ini akan
menutup secara lengkap melalui kontribusi proliferasi jaringan di sekitarnya (Schoenwolf et
al.,2009).
2.4. Anatomi Fisiologi Septum Ventriculare
Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga dan dengan basisnya di atas
dan puncaknya di bawah. Apeks nya (puncak) miring ke sebelah kiri. Jantung berada di dalam
thorak, antara kedua paru-paru dan dibelakang sternum, dan lebih menghadap ke kiri daripada ke
kanan. Ukuran jantung kira-kira sebesar kepalan tangan. Jantung dewasa beratnya antara 220-
260 gram. Jantung terbagi oleh sebuah septum atau sekat menjadi dua belah, yaitu kiri dan
kanan.
Jantung merupakan suatu organ otot berongga yang terletak di pusat dada. Bagian kanan dan
kiri jantung masing masing memiliki ruang sebelah atas (atrium) yang mengumpulkan darah dan
ruang sebelah bawah (ventrikel) yang mengeluarkan darah. Agar darah hanya mengalir dalam
satu arah, maka ventrikel memiliki satu katup pada jalan masuk dan satu katup pada jalan keluar.
Fungsi utama jantung adalah menyediakan oksigen ke seluruh tubuh dan membersihkan
tubuh dari hasil metabolism (karbondioksida). Jantung melaksanakan fungsi tersebut dengan
mengumpulkan darah yang kekurangan oksigen dari seluruh tubuh dan memompanya ke dalam
paru- paru, dimana darah akan mengambil oksigen dan membuang karbondioksida. Jantung
kemudian mengumpulkan darah yang kaya oksigen dari paru-paru dan memompanya ke jaringan
di seluruh tubuh.
Perikardium
Jantung di bungkus oleh sebuah lapisan yang disebut lapisan perikardium, di mana lapisan
perikardium ini di bagi menjadi 3 lapisan yaitu :
- Lapisan fibrosa, yaitu lapisan paling luar pembungkus jantung yang melindungi
jantung ketika jantung mengalami overdistention. Lapisan fibrosa bersifat sangat keras
dan bersentuhan langsung dengan bagian dinding dalam sternum rongga thorax,
disamping itu lapisan fibrosa ini termasuk penghubung antara jaringan, khususnya
pembuluh darah besar yang menghubungkan dengan lapisan ini (exp: vena cava, aorta,
pulmonal arteri dan vena pulmonal).
- Lapisan Visceral, lapisan perikardium yang bersentuhan dengan lapisan luar dari
otot jantung atau epikardium.
Diantara lapisan pericardium parietal dan lapisan perikardium visceral terdapat ruang atau
space yang berisi pelumas atau cairan serosa atau yang disebut dengan cairan perikardium.
Cairan perikardium berfungsi untuk melindungi dari gesekan-gesekan yang berlebihan saat
jantung berdenyut atau berkontraksi. Banyaknya cairan perikardium ini antara 15 – 50 ml, dan
tidak boleh kurang atau lebih karena akan mempengaruhi fungsi kerja jantung.
Lapisan otot jantung terbagi menjadi 3 yaitu :
- Miokardium, yaitu jaringan utama otot jantung yang bertanggung jawab atas
kemampuan kontraksi jantung
- Endokardium, yaitu lapisan tipis bagian dalam otot jantung atau lapisan tipis endotel
sel yang berhubungan langsung dengan darah dan bersifat sangat licin untuk aliran darah,
seperti halnya pada sel-sel endotel pada pembuluh darah lainnya
Fungsi Jantung
Pada saat berdenyut, setiap ruang jantung mengendur dan terisi darah (diastol), selanjutnya
jantung berkontraksi dan memompa darah keluar dari ruang jantung (sistol). Kedua atrium
mengendur dan berkontraksi secara bersamaan, dan kedua ventrikel juga mengendur dan
berkontraksi secara bersamaan.
Darah yang kehabisan oksigen dan mengandung banyak karbon dioksida dari seluruh tubuh
mengalir melalui 2 vena berbesar (vena kava) menuju ke dalam atrium kanan. Setelah atrium
kanan terisi darah, dia akan mendorong darah ke dalam ventrikel kanan. Darah dari ventrikel
kanan akan dipompa melalui katup pulmoner ke dalam arteri pulmonalis, menuju ke paru-paru.
Darah akan mengalir melalui pembuluh yang sangat kecil (kapiler) yang mengelilingi kantong
udara di paru-paru, menyerap oksigen dan melepaskan karbondioksida yang selanjutnya
dihembuskan. Darah yang kaya akan oksigen mengalir di dalam vena pulmonalis menuju ke
atrium kiri.
Peredaran darah diantara bagian kanan jantung, paru-paru dan atrium kiri disebut sirkulasi
pulmoner. Darah dalam atrium kiri akan didorong ke dalam ventrikel kiri, yang selanjutnya akan
memompa darah yang kaya akan oksigen ini melewati katup aorta masuk ke dalam. Darah kaya
oksigen ini disediakan untuk seluruh tubuh
Pada saat berdenyut setiap ruang jantung mengendur dan terisi darah (disebut diastol).
Selanjutnya jantung berkontraksi dan memompa darah keluar dari ruang jantung (disebut sistol).
Kedua serambi mengendur dan berkontraksi secara bersamaan, dan kedua bilik juga mengendur
dan berkontraksi secara bersamaan.
Darah yang kehabisan oksigen dan mengandung banyak karbondioksida (darah kotor) dari
seluruh tubuh mengalir melalui dua vena berbesar (vena kava) menuju ke dalam atrium kanan.
Setelah atrium kanan terisi darah, ia akan mendorong darah ke dalam ventrikel kanan melalui
katup trikuspidalis.
Darah dari ventrikel kanan akan dipompa melalui katup pulmoner ke dalam arteri pulmonalis
menuju ke paru-paru. Darah akan mengalir melalui pembuluh yang sangat kecil (pembuluh
kapiler) yang mengelilingi kantong udara di paru-paru, menyerap oksigen, melepaskan
karbondioksida dan selanjutnya dialirkan kembali ke jantung.
Darah yang kaya akan oksigen mengalir di dalam vena pulmonalis menuju ke atrium kiri.
Peredaran darah di antara bagian kanan jantung, paru-paru dan atrium kiri disebut sirkulasi
pulmoner karena darah dialirkan ke paru-paru.
Darah dalam atrium kiri akan didorong menuju ventrikel kiri melalui katup
bikuspidalis/mitral, yang selanjutnya akan memompa darah bersih ini melewati katup aorta
masuk ke dalam aorta (arteri terbesar dalam tubuh). Darah kaya oksigen ini disirkulasikan ke
seluruh tubuh, kecuali paru-paru. dan sebagainya
Cara kerja jantung
tekanan di dalam pembuluh darah saat jantung beristirahat (pada orang dewasa normal kira-kira
80 mm Hg)
Tekanan sistole
tekanan di dalam pembuluh darah yang timbul pada saat jantung memompakan darah keluar
(pada orang dewasa normal kira-kira 120 mm Hg)
Arteri:
Arteri membawa darah mengandung oksigen, jauh dari jantung, kecuali arteri pulmonalis
Ini adalah sebagian besar sangat terletak di tubuh
Ini adalah berdinding tebal, tinggi berotot kecuali arteri tengkorak dan tulang punggung
ini memiliki lumen sempit
Katup tidak hadir
Ini adalah kemerahan dalam warna
Ini menunjukkan gerakan spurty darah memberikan denyut nadi
Darah di arteri bergerak dengan tekanan
Arteri mengosongkan sampai pada saat kematian
Jika dinding arteri terluka, darah keluar seperti ‘air mancur’ di daerah besar di sekitar
arteri
Vena:
Adalah sirkulasi yang berguna menggerakan darah antara jantung dan paru-paru.Hal ini
berfungsiuntuk mengangkut darah yang tidak mengandung oksigen ke paru-paruuntuk menyerap
oksigen dan melepaskan karbondioksida.
peredaran darah besar => Adalah peredaran darah yang mengalirkan darah yang kaya
oksigen dari bilik (ventrikel) kiri jantung lalu diedarkan ke seluruh jaringan tubuh.
Fungsi limpa yaitu mengakumulasi limfosit dan makrofaga, degradasi eritrosit, tempat cadangan
darah, dan sebagai organ pertahanan terhadap infeksi partikel asing yang masuk ke dalam darah [
2.5. Klasifikasi Defek Septum Ventriculare
Meskipun klasifikasi dari VSD ditemukan sangat banyak, yang dipakai adalah klasifikasi
dari Jacobs et al., 2000. Klasifikasi ini berdasarkan lokasi VSD di septum interventricularis pada
permukaan ventriculus dextra
1. Tipe 1: disebut juga subarterial, supracristal, conal septal defect dan infundibular. Tipe
ini banyak ditemukan pada orang Asia berkisari 5-7% berkaitan dengan valvula aorta
3. Tipe 3: disebut juga tipe inlet dan tipe AV canal. Ditemukan berkisar 5%, umumnya
berkaitan dengan kejadian defek septum atrioventricularis
4. Tipe 4: dikenal juga dengan nama tipe muskular. Lokasi defek terletak di pars
muscularis. Ditemukan berkisar 20% dan dibagi lagi berdasarkan lokasinya menjadi
anterior, apical, posterior dan mid
5. Tipe gerbode: dikenal dengan nama adanya shunting dari venticulus dextra menuju ke
atrium dextra karena tidak adanya septum atrioventricularis
2.6. Patofisiologi
Defek septum ventricular ditandai dengan adanya hubungan septal yang memungkinkan
darah mengalir langsung antar ventrikel, biasanya dari kiri ke kanan. Diameter defek ini
bervariasi dari 0,5 – 3,0 cm. Perubahan fisiologi yang terjadi dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Tekanan lebih tinggi pada ventrikel kiri dan meningklatkan aliran darah kaya oksigen
melalui defek tersebut ke ventrikel kanan.
2. Volume darah yang meningkat dipompa ke dalam paru, yang akhirnya dipenuhi darah, dan
dapat menyebabkan naiknya tahanan vascular pulmoner.
3. Jika tahanan pulmoner ini besar, tekanan ventrikel kanan meningkat, menyebabkan piarau
terbalik, mengalirkan darah miskin oksigen dari ventrikel kanan ke kiri, menyebabkan
sianosis.
Keseriusan gangguan ini tergantung pada ukuran dan derajat hipertensi pulmoner. Jika anak
asimptomatik, tidak diperlukan pengobatan; tetapi jika timbul gagal jantung kronik atau anak
beresiko mengalami perubahan vascular paru atau menunjukkan adanya pirau yang hebat
diindikasikan untuk penutupan defek tersebut. Resiko bedah kira-kira 3% dan usia ideal untuk
pembedahan adalah 3 sampai 5 tahun. (Kapita Selekta Kedokteran, 2000; Webb GD et al, 2011;
Prema R, 2013; AHA, 2014)
1. VSD kecil
Biasanya pasien tidak ada keluhan. Bayi biasanya dibawa ke cardiologist karena
ditemukan adanya murmur selama pemeriksaan rutin. Keluhan berupa gangguan makan
dan pertumbuhan tidak ditemukan.
2. VSD sedang
Bayi terlihat berkeringat akibat rangsangan saraf simpatis, terlihat saa diberi makanan.
Terlihat lelah selama makan oleh karena aktifitas makan memerlukan cardiac output yang
tinggi. Adanya tachypnea saat istirahat ataupun saat makan. Gangguan pertumbuhan bisa
juga dijumpai karena meningkatnya kebutuhan kalori dan kurangnya kemampuan bayi
untuk makan secara adekuat. Sering mengalami infeksi saluran pernafasan juga bisa
ditemukan
3. VSD besar
Ditemukan gejalan yang sama dengan VSD sedang, tetapi lebih berat. Pertumbuhan
terhambat dan seringnya mengalami infeksi saluran nafas
4. Sindrom Eisenmenger
Saat beraktivitas pasien mengeluh sesak nafas, sianosis, nyeri dada, sinkop, dan hemoptysis
Suara jantung dua terdengar keras akibat penutupan katup aorta dan pulmonal. Murmur
holosistolik yang keras terdengar pada VSD besar. Pada area mitral ditemukan suara bergemuruh
saat diastolik akibat stenosis mitral yang fungsional. Saat tahanan vaskular paru meiningkat
suara jantung kedua terdengar tunggal dan keras, dan tidak mungkin murmur terdengar. Saat
tekanan ventriculus sinistra lebih besar dibandingkan dextra, suara murmur tergantung dari
besarnya defek. Murmur biasanya terdengar keras dan bergemuruh (thrill) ((Minnete & Shan,
2006).
2.9. Penatalaksanaan
1. Pada VSD kecil : ditunggu saja, kadang-kadang dapat menutup secara spontan.
Diperlukan operasi untuk mencegah endokarditis infektif.
2. Pada VSD sedang : jika tidak ada gejala-gejala gagal jantung, dapat ditunggu sampai
umur 4-5 tahun karena kadang-kadang kelainan ini dapat mengecil. Bila terjadi gagal
jantung, dapat ditunggu sampai umur 4-5 tahun karena kadang-kadang kelainan ini dapat
mengecil. Bila terjadi gagal jantung diobati dengan digitalis. Bila pertumbuhan normal,
operasi dapat dilakukan pada umur 4-6 tahun atau sampai berat badannya 12 Kg.
3. Pada VSD besar dengan hipertensi pulmonar yang belum permanen : biasanya pada
keadaan menderita gagal jantung sehingga dalam pengobantannya menggunakan
digintalis. Bila ada anemia diberi transfusi eritrosit tepampat selanjutnya diteruskan terapi
besi. Operasi dapat ditunda sambil menunggu penutupan spontan atau bila ada gangguan
dapat dilakukan setelah berumur 6 bulan.
4. Pada VSD besar dengan hipertensi pulmonal permanen : operasi paliatif atau operasi
koreksi toltal sudah tidak mungkin karena arteri pulmonalis mengalami arteriosklerosis.
Bila defek ditutup, ventrikel kanan akan diberi beban yang berat sekali dan akhirnya
akan mengalami dekompensasi. Bila defek tidak ditutup, kelebihan tekanan pada
ventrikel kanan dapat disalurkan ke ventrikel kiri melalui defek.
BAB III
Verbalisasi diprogramkan
Gangguan tumbuh
Setelah di lakukan Perawatan perkembangan
kembang
keperawatan selama 1
berhubungan dengan Observasi
kali 24 jam di harapkan
defisiensi stimulus
status perkembangan Identifikasi pencapaian
(SDKI D.0106)
membaik dengan tugas perkembangan
kriteria hasil : anak
Keterampilan Identifikasi isyarat
/perilaku sesuai perilaku dan fisiologi
usia cukup yang di tunjukan bayi
meningkat (4) ( mis. Lapar, tidak
nyaman}
Kemampuan
melakukan Terapeutik
perawatan diri
Dukung anak
meningkat (5}
mengekpresikan diri
melalui penghargaan
pasitif atau umpan
balik dan usahannya
Dukung partisipasi
anak di sekolah,
ekstrakurikuler dan
aktivitas komunitas
Edukasi
Edukasi
Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
Anjarkan diet yang
diprogamkan.
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Defek septum ventrikel atau ventricular septal defeks (VSD) adalah kelainan jantung
bawaan berupa tidak terbentuknya septum antara ventrikel jantung kiri dan kanan sehingga
antara keduanya terdapat lubang (tunggal atau multiple) yang saling menghubungkan. Kelainan
VSD disebabkan oleh malformasi embrionik septum interventrikularis. Masalah keperawatan
yang bisa muncul pada Defek septum ventrikel yaitu Penurunan curah jantung, Gangguan
pertukaran gas, Intoleransi aktivitas, Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Selain memantau kondisi fisik anak, perlu
diperhatikan pula kondisi emosional dari anak dan orang tua sehingga diagnosa dari segi
psikososial juga dapat muncul salah satunya yaiu kecemasan
4.2. Saran
Perawat harus berupaya dalam memenuhi asuhan keprawatan yang holistik pada anak dan
kelurga, sehingga perawat harus memiliki pengetahuan yang baik mengenai masalah
keperawatan pada anak, salah satunya yaitu masalah keperawatan yang muncul akibat penyakit
Defek septum ventrikel. Selain itu perawat juga memberikan pendidikan kesehatan kepada
keluarga terkait dengan kesehatan lingkungan. Karena Defek septum ventrikel ini bisa
disebabkan karena kurang bersihnya lingkungan tempat tinggal anak. Semoga makalah ini
dapat membantu perawat ataupun pembaca dalam mengenali masalah Defek septum
ventrikel.
DAFTAR PUSTAKA
Kaunang, E. D., Maramis, P. P., & Rompis, J. (2014). Hubungan Penyakit Jantung Bawaan
dengan Status Gizi pada Anak di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado Tahun 2009-
2013. E-Clinic (eCl), 2. Retrieved from
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/viewFile/5050/4567 [Diakses pada
05 Oktober 2017]
Hariyanto, D. (2012). Profil Penyakit Jantung Bawaan di Instalasi Rawat Inap Anak RSUP
Dr.M.Djamil Padang Januari 2008 – Februari 2011, 14(3), 152–157. Retrieved from
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/viewFile/5050/4567 [Diakses pada
05 Oktober 2017]
Kapita Selekta Kedokteran (2000). Defek septum ventrikel, Bab VI Ilmu Kesehatan Anak Ed. III
Jilid 2 Editor: Arif Mansjoer, et al. Jakarta: Media Aesculapius FK UI hal.445-447
Perhimpunan Dokter Penyakit Dalam Indonesia (2009). Ilmu Penyakit Dalam Ed. V Jilid 2
Editor: Aru W.S., et al. Jakarta: FKUI
Prema R (2013). Ventricular septal defect. http://emedicine.medscape.com/article/892980-
overview#aw2aab6b2b2 Diakses pada 31 Januari 2014.
Webb GD, Smallhorn JF, Therrien J, Redington AN (2011). Congenital heart disease. In: Bonow
RO, Mann DL, Zipes DP, Libby P, eds. Braunwald's Heart Disease: A Textbook of
Cardiovascular Medicine. 9th ed. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier:chap 65.