2. Etiologi
a. Virus
DHF disebabkan oleh virus dengue.Virus dengue termasuk dalam genus
Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Virus ini mengandung single-strand RNA sebagai
genom. Genom virus dengue mengandung sekitar 11000 basis nukleotida, yang
merupakan kode untuk satu polyprotein tunggal yang dipecah secara pos menjadi 3
molekul protein struktural (C, prM, dan E) yang membentuk partikel virus dan 7
protein nonstruktural ( NS1, NS2a, NS2b, NS3, NS4a, NS4b, dan NS5) yang hanya
ditemukan pada sel inang yang terinfeksi dan diperlukan untuk replikasi virus.
(Suciari, 2019)
b. Vektor
Virus dengue ditularkan oleh gigitan vektor nyamuk Aedes aegypty dan Aedes
albopictus yang terinfeksi ke tubuh manusia dengan masa inkubasi 4-10 hari.Infeksi
bisa didapat melalui satu gigitan saja. Nyamuk Aedes aegypty biasanya mengigit
pada siang hari. Nyamuk ini merupakan spesies tropis dan subtropis yang
terdistribusi secara luas di seluruh dunia yang hidup diantara antara garis lintang
35° LU dan 35 ° LS di bawah ketinggian 1000 m (3.300 kaki). Tahapan nyamuk
yang belum matang sering ditemukan di habitat air, terutama pada penampungan
dengan air yang tenang dan menggenang seperti ember, bak mandi, ban bekas, dan
yang lainnya. (Suciari, 2019)
c. Host
Setelah masa inkubasi yang terjadi sekitar 4-10 hari, infeksi oleh salah satu dari
empat serotipe virus dapat menghasilkan spektrum yang luas dari penyakit ini,
walaupun sebagian besar infeksi tidak menunjukkan gejala atau subklinis. Infeksi
primer diduga menginduksi munculnya kekebalan protektif seumur hidup dengan
serotipe yang terinfeksi. Individu yang menderita infeksi dilindungi dari penyakit
klinis dengan serotipe yang berbeda dalam 2-3 bulan dari infeksi primer, tetapi
tanpa kekebalan lintas pelindung jangka panjang. Anak-anak muda khususnya
mungkin kurang mampu jika dibandingkan dengan orang dewasa untuk
mengimbangi kebocoran kapiler dan akibatnya memiliki risiko yang lebih tinggi
untuk mengalami dengue shock. (Suciari, 2019)
Walaupun demam dengue (DD) dan demam berdarah dengue (DBD) disebabkan
oleh virus yang sama, tapi mekanisme patofisiologisnya yang berbeda yang
menyebabkan perbedaan klinis. Perbedaan yang utama adalah hemokonsentrasi yang
khas pada DBD yang bisa mengarah pada kondisi renjatan. Renjatan itu disebabkan
karena kebocoran plasma yang diduga karena proses imunologi. Pada demam dengue
hal ini tidak terjadi. Manifestasi klinis demam dengue timbul akibat reaksi tubuh
terhadap masuknya virus. Virus akan berkembang di dalam peredaran darah dan akan
ditangkap oleh makrofag. Segera terjadi viremia selama 2 hari sebelum timbul gejala
dan berakhir setelah lima hari gejala panas mulai. Makrofag akan segera bereaksi
dengan menangkap virus dan memprosesnya sehingga makrofag menjadi APC
(Antigen Presenting Cell). Antigen yang menempel di makrofag ini akan mengaktifasi
sel T-Helper dan menarik makrofag lain untuk memfagosit lebih banyak virus. T-
helper akan mengaktifasi sel T-sitotoksik yang akan melisis makrofag yang sudah
memfagosit virus. Juga mengaktifkan sel B yang akan melepas antibodi. Ada 3 jenis
antibodi yang telah dikenali yaitu antibodi netralisasi, antibodi hemagglutinasi,
antibodi fiksasi komplemen. (Putri et al., 2019)
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk menunjang
diagnosis DBD adalah pemeriksaan darah lengkap, urine, serologi dan isolasi
virus. Yang signifikan dilakukan adalah pemeriksaan darah lengkap, selain itu
untuk mendiagnosis DBD secara definitif dengan isolasi virus, identifikasi virus
dan serologis. (Putri et al., 2019)
1) Pemeriksaan darah lengkap: Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk
memeriksa kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah trombosit. Peningkatan
nilai hematokrit yang selalu dijumpai pada DBD merupakan indikator
terjadinya perembesan plasma, Selain hemokonsentrasi juga didapatkan
trombositopenia, dan leukopenia.
2) Isolasi virus: Ada beberapa cara isolasi dikembangkan, yaitu inokulasi
intraserebral pada bayi tikus albino umur 1-3 hari. Inokulasi pada biakan
jaringan mamalia (LLCKMK2) dan nyamuk A. albopictus. Inokulasi pada
nyamuk dewasa secara intratorasik / intraserebri pada larva.
3) Identifikasi virus: Adanya pertumbuhan virus dengue dapat diketahui dengan
melakukan fluorescence antibody technique test secara langsung atau tidak
langsung dengan menggunakan cunjugate. Untuk identifikasi virus dipakai
flourensecence antibody technique test secara indirek dengan menggunakan
antibodi monoklonal.
4) Uji serologi
b. Pemeriksaan radiologi
Kelainan yang bisa didapatkan antara lain:
1) Dilatasi pembuluh darah paru
2) Efusi pleura
3) Kardiomegali atau efusi perikard
4) Hepatomegali
5) Cairan dalam rongga peritoneum
6) Penebalan dinding vesika felea. (Putri et al., 2019)
6. Penatalaksanaan
Dasar pelaksanaan penderita DHF adalah pengganti cairan yang hilang sebagai
akibat dari kerusakan dinding kapiler yang menimbulkan peninggian permeabilitas
sehingga mengakibatkan kebocoran plasma. Selain itu, perlu juga diberikan obat
penurun panas. Penatalaksanaan DHF yaitu:
a. Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue Tanpa Syok
1) Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, susu untuk mengganti
cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam, muntah, dan diare.
2) Berikan parasetamol bila demam, jangan berikan asetosal atau ibuprofen
karena dapat merangsang terjadinya perdarahan.
3) Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang: a) Berikan hanya larutan
isotonik seperti ringer laktat atau asetat. b) Pantau tanda vital dan diuresis
setiap jam, serta periksa laboratorium (hematokrit, trombosit, leukosit dan
hemoglobin) tiap 6 jam. c) Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis
membaik, turunkan jumlah cairan secara bertahap sampai keadaan stabil.
Cairan intravena biasanya hanya memerlukan waktu 24-48 jam sejak
kebocoran pembuluh kapiler spontan setelah pemberian cairan.
4) Apabila terjadi perburukan klinis maka berikan tatalaksana sesuai dengan
tatalaksana syok terkompensasi. (Vinet & Zhedanov, 2020)
b. Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue Dengan Syok
1) Perlakukan sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menit secara nasal.
2) Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti ringer laktat/asetan secepatnya.
3) Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20
ml/kgBB secepatnya (maksimal 30 menit) atau pertimbangkan pemberian
koloid 10-20 ml/kg BB/jam maksimal 30 ml/kgBB/24 jam.
4) Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun
pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi: berikan transfusi darah atau
komponen.
5) Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai
membaik, tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 10 ml/kgBB
dalam 2-4 jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam sesuai kondisi
klinis laboratorium.
6) Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36- 48 jam.
Perlu diingat banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu
banyak dari pada pemberian yang terlalu sedikit. (Vinet & Zhedanov, 2020)
7. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada anak yang mengalami demam berdarah dengue
yaitu perdarahan massif dan dengue shock syndrome (DSS) atau sindrom syok dengue
(SSD). Syok sering terjadi pada anak berusia kurang dari 10 tahun. Syok ditandai
dengan nadi yang lemah dan cepat sampai tidak teraba, tekanan nadi menurun menjadi
20 mmHg atau sampai nol, tekanan darah menurun dibawah 80 mmHg atau sampai
nol, terjadi penurunan kesadaran, sianosis di sekitar mulut dan kulit ujung jari, hidung,
telinga, dan kaki teraba dingin dan lembab, pucat dan oliguria atau anuria. (Vinet &
Zhedanov, 2020)
Kolaborasi
10. Kolaborasi pemberian IV
11. Kolaborasi tranfusi darah
Perfusi perifer Setelah dilakukan Perawatan Sirkulasi
tifak efektif b.d tindakan keperawatan Observasi
penurunan selama 3 x 24 jam 1. Periksa sirkulasi perifer (mis. Nadi perifer,
konsentrasi diharapkan perfusi CRT, warna, suhu)
hemoglobin perifer meningkat. 2. Identifikasi faktor risiko gangguan
Dengan kriteria hasil : sirkulasi
1. Kekuatan nadi perifer Terapeutik
meningkat 3. Hindari pemasangan infus atau pengambilan
2. Warna kulit pucat darah di area keterbatasan perfusi
menurun 4. Hindari pengukuran tekanan darah pada
3. Pengisian kapiler ekstremitas dengan keterbatasan perfusi
membaik
5. Lakukan perawatan kaki dan kuku
4. Akral membaik
6. Lakukan hidrasi
5. Turgor kulit membaik
Edukasi
6. Tekanan darah sistolik
7. Anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat
dan diastolic membaik
(mis. Melembabkan kulit kering pada kaki)
3. Berat badan membaik 7. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
5. Evaluasi Keperawatan
Dewangga, V. S., Qurrohman, M. T., Tamba, N. P. D., Vera, T., Maharani, A. D., Pratiwi, G., &
Indah, K. (2022). Edukasi Manfaat Kayu Manis Sebagai Anti Nyamuk Di Kelurahan
Pucang Sawit. Jurnal Budimas, 04(01), 1–6.
Putri, D. F., Widiani, N., & Arivo, D. (2019). PENYEBARAN VIRUS DENGUE SECARA
TRANSOVARIAL PADA VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE NYAMUK Aedes
aegypti. Holistik Jurnal Kesehatan, 12(4), 216–223. https://doi.org/10.33024/hjk.v12i4.81
Setiadi. (2012). Konsep dan Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teori dan Praktik.
Graha Ilmu.
Suciari, N. M. E. (2019). DHF ( Dengue Hemorrhagic Fever ) Grade II. 1302006016, 51.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik (1 Cetakan). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan (1 Cetakan). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Vinet, L., & Zhedanov, A. (2020). Kti Asuhan Keperawatan Pada Klien Anak Dengan Dengue
Hemorrhagic Fever (Dhf) Yang Di Rawat Di Rumah Sakit. Journal of Physics A:
Mathematical and Theoretical, 44(8), 1–9.