Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN (LP)

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK


DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER (DHF)

Dosen Penagnggujawab Mata Ajar :


Bara Miradwiyana, SKp, MKM.

Disusun Oleh Kelompok 7:

Ahmad Rangga Hidayatullah P17120120006


Fikri Maulaanaa Hakiim P17120120015
Khansa Qonitah P17120120022
Najmi Afifah P17120120028
Riska Wulandare P17120120034

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN & PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN JAKARTA 1
JAKARTA
2022
A. KONSEP TEORI
1. Pengertian
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi di daerah tropis yang
disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. DBD
menjadi masalah kesehatan global pada dekade terakhir dengan meningkatnya jumlah
penderita DBD di dunia (Dewangga et al., 2022). Dengue Hemorrhagic fever (DHF)
adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue tipe 1-4, dengan
manifestasi klinis berupa demam yang terjadi secara mendadak 2-7 hari. Dapat disertai
gejala perdarahan dengan atau tanpa adanya syok, dengan hasil pemeriksaan
laboratorium yang menunjukkan adanya trombositopenia (trombosit kurang dari
100.000) dan peningkatan hematokrit 20% atau lebih dari nilai normal. Infeksi virus
dengue dapat disertai dengan terjadinya kebocoran plasma. Perubahan patofisiologi
pada infeksi virus dengue menentukan perbedaan perjalanan penyakit antara DHF
dengan dengue fever (DF). (Suciari, 2019)

2. Etiologi
a. Virus
DHF disebabkan oleh virus dengue.Virus dengue termasuk dalam genus
Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Virus ini mengandung single-strand RNA sebagai
genom. Genom virus dengue mengandung sekitar 11000 basis nukleotida, yang
merupakan kode untuk satu polyprotein tunggal yang dipecah secara pos menjadi 3
molekul protein struktural (C, prM, dan E) yang membentuk partikel virus dan 7
protein nonstruktural ( NS1, NS2a, NS2b, NS3, NS4a, NS4b, dan NS5) yang hanya
ditemukan pada sel inang yang terinfeksi dan diperlukan untuk replikasi virus.
(Suciari, 2019)
b. Vektor
Virus dengue ditularkan oleh gigitan vektor nyamuk Aedes aegypty dan Aedes
albopictus yang terinfeksi ke tubuh manusia dengan masa inkubasi 4-10 hari.Infeksi
bisa didapat melalui satu gigitan saja. Nyamuk Aedes aegypty biasanya mengigit
pada siang hari. Nyamuk ini merupakan spesies tropis dan subtropis yang
terdistribusi secara luas di seluruh dunia yang hidup diantara antara garis lintang
35° LU dan 35 ° LS di bawah ketinggian 1000 m (3.300 kaki). Tahapan nyamuk
yang belum matang sering ditemukan di habitat air, terutama pada penampungan
dengan air yang tenang dan menggenang seperti ember, bak mandi, ban bekas, dan
yang lainnya. (Suciari, 2019)
c. Host
Setelah masa inkubasi yang terjadi sekitar 4-10 hari, infeksi oleh salah satu dari
empat serotipe virus dapat menghasilkan spektrum yang luas dari penyakit ini,
walaupun sebagian besar infeksi tidak menunjukkan gejala atau subklinis. Infeksi
primer diduga menginduksi munculnya kekebalan protektif seumur hidup dengan
serotipe yang terinfeksi. Individu yang menderita infeksi dilindungi dari penyakit
klinis dengan serotipe yang berbeda dalam 2-3 bulan dari infeksi primer, tetapi
tanpa kekebalan lintas pelindung jangka panjang. Anak-anak muda khususnya
mungkin kurang mampu jika dibandingkan dengan orang dewasa untuk
mengimbangi kebocoran kapiler dan akibatnya memiliki risiko yang lebih tinggi
untuk mengalami dengue shock. (Suciari, 2019)

3. Manifestasi Klinis (Dewangga et al., 2022)


a. Demam tinggi
b. Pendarahan
c. Pembengkakan hati
d. Pada beberapa kasus parah terjadi kegagalan sirkulasi darah
e. Lesu/lelah
f. Gelisah
g. Nyeri punggung, nyeri tulang, nyeri sendi, nyeri pada ulu hati disertai bintik-
bintik (plechiae), lebam (ecchymosis), atau ruam (purpura)
h. Kadang terjadi mimisan, muntah darah, kesadaran menurun atau syok.
4. Patofisiologi (Pathway)
(Putri et al., 2019)

Walaupun demam dengue (DD) dan demam berdarah dengue (DBD) disebabkan
oleh virus yang sama, tapi mekanisme patofisiologisnya yang berbeda yang
menyebabkan perbedaan klinis. Perbedaan yang utama adalah hemokonsentrasi yang
khas pada DBD yang bisa mengarah pada kondisi renjatan. Renjatan itu disebabkan
karena kebocoran plasma yang diduga karena proses imunologi. Pada demam dengue
hal ini tidak terjadi. Manifestasi klinis demam dengue timbul akibat reaksi tubuh
terhadap masuknya virus. Virus akan berkembang di dalam peredaran darah dan akan
ditangkap oleh makrofag. Segera terjadi viremia selama 2 hari sebelum timbul gejala
dan berakhir setelah lima hari gejala panas mulai. Makrofag akan segera bereaksi
dengan menangkap virus dan memprosesnya sehingga makrofag menjadi APC
(Antigen Presenting Cell). Antigen yang menempel di makrofag ini akan mengaktifasi
sel T-Helper dan menarik makrofag lain untuk memfagosit lebih banyak virus. T-
helper akan mengaktifasi sel T-sitotoksik yang akan melisis makrofag yang sudah
memfagosit virus. Juga mengaktifkan sel B yang akan melepas antibodi. Ada 3 jenis
antibodi yang telah dikenali yaitu antibodi netralisasi, antibodi hemagglutinasi,
antibodi fiksasi komplemen. (Putri et al., 2019)

5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk menunjang
diagnosis DBD adalah pemeriksaan darah lengkap, urine, serologi dan isolasi
virus. Yang signifikan dilakukan adalah pemeriksaan darah lengkap, selain itu
untuk mendiagnosis DBD secara definitif dengan isolasi virus, identifikasi virus
dan serologis. (Putri et al., 2019)
1) Pemeriksaan darah lengkap: Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk
memeriksa kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah trombosit. Peningkatan
nilai hematokrit yang selalu dijumpai pada DBD merupakan indikator
terjadinya perembesan plasma, Selain hemokonsentrasi juga didapatkan
trombositopenia, dan leukopenia.
2) Isolasi virus: Ada beberapa cara isolasi dikembangkan, yaitu inokulasi
intraserebral pada bayi tikus albino umur 1-3 hari. Inokulasi pada biakan
jaringan mamalia (LLCKMK2) dan nyamuk A. albopictus. Inokulasi pada
nyamuk dewasa secara intratorasik / intraserebri pada larva.
3) Identifikasi virus: Adanya pertumbuhan virus dengue dapat diketahui dengan
melakukan fluorescence antibody technique test secara langsung atau tidak
langsung dengan menggunakan cunjugate. Untuk identifikasi virus dipakai
flourensecence antibody technique test secara indirek dengan menggunakan
antibodi monoklonal.
4) Uji serologi
b. Pemeriksaan radiologi
Kelainan yang bisa didapatkan antara lain:
1) Dilatasi pembuluh darah paru
2) Efusi pleura
3) Kardiomegali atau efusi perikard
4) Hepatomegali
5) Cairan dalam rongga peritoneum
6) Penebalan dinding vesika felea. (Putri et al., 2019)

6. Penatalaksanaan
Dasar pelaksanaan penderita DHF adalah pengganti cairan yang hilang sebagai
akibat dari kerusakan dinding kapiler yang menimbulkan peninggian permeabilitas
sehingga mengakibatkan kebocoran plasma. Selain itu, perlu juga diberikan obat
penurun panas. Penatalaksanaan DHF yaitu:
a. Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue Tanpa Syok
1) Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, susu untuk mengganti
cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam, muntah, dan diare.
2) Berikan parasetamol bila demam, jangan berikan asetosal atau ibuprofen
karena dapat merangsang terjadinya perdarahan.
3) Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang: a) Berikan hanya larutan
isotonik seperti ringer laktat atau asetat. b) Pantau tanda vital dan diuresis
setiap jam, serta periksa laboratorium (hematokrit, trombosit, leukosit dan
hemoglobin) tiap 6 jam. c) Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis
membaik, turunkan jumlah cairan secara bertahap sampai keadaan stabil.
Cairan intravena biasanya hanya memerlukan waktu 24-48 jam sejak
kebocoran pembuluh kapiler spontan setelah pemberian cairan.
4) Apabila terjadi perburukan klinis maka berikan tatalaksana sesuai dengan
tatalaksana syok terkompensasi. (Vinet & Zhedanov, 2020)
b. Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue Dengan Syok
1) Perlakukan sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menit secara nasal.
2) Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti ringer laktat/asetan secepatnya.
3) Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20
ml/kgBB secepatnya (maksimal 30 menit) atau pertimbangkan pemberian
koloid 10-20 ml/kg BB/jam maksimal 30 ml/kgBB/24 jam.
4) Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun
pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi: berikan transfusi darah atau
komponen.
5) Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai
membaik, tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 10 ml/kgBB
dalam 2-4 jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam sesuai kondisi
klinis laboratorium.
6) Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36- 48 jam.
Perlu diingat banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu
banyak dari pada pemberian yang terlalu sedikit. (Vinet & Zhedanov, 2020)

7. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada anak yang mengalami demam berdarah dengue
yaitu perdarahan massif dan dengue shock syndrome (DSS) atau sindrom syok dengue
(SSD). Syok sering terjadi pada anak berusia kurang dari 10 tahun. Syok ditandai
dengan nadi yang lemah dan cepat sampai tidak teraba, tekanan nadi menurun menjadi
20 mmHg atau sampai nol, tekanan darah menurun dibawah 80 mmHg atau sampai
nol, terjadi penurunan kesadaran, sianosis di sekitar mulut dan kulit ujung jari, hidung,
telinga, dan kaki teraba dingin dan lembab, pucat dan oliguria atau anuria. (Vinet &
Zhedanov, 2020)

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DHF


1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas
Pada pasien Dengue hemoragic fever, sebagian besar sering terjadi pada anak-
anak usia 1-4 tahun dan 5-10 tahun, tidak terdapat perbedaan jenis kelamin tetapi
kematian sering pada anak perempuan. Di daerah tropis yang di sebabkan oleh
nyamuk Aedes aegepty.
b. Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien Demam Dengue untuk datang ke
Rumah Sakit adalah panas tinggi dengan suhu hingga 40⁰ C dan anak tampak
lemah.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
1) Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil, dan saat
demam kesadaran komposmentis.
2) Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7 dan anak semakin lemah.
3) Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah,
anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri
ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi
perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau hematemesis.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
1) Riwayat kesehatan dalam keluarga perlu dikaji kemungkinan ada keluarga
yang sedang menderita DHF.
2) Kondisi lingkungan rumah dan komunitas Mengkaji kondisi lingkungan
disekitar rumah seperti adanya genangan air didalam bak dan selokan-selokan
yang dapat mengundang adanya nyamuk. Kemungkinan ada tetangga disekitar
rumah yang berjarak 100 m yang menderita DHF
3) Perilaku yang merugikan kesehatan Perilaku buruk yang sering berisiko
menimbulkan DHF adalah kebiasaan menggantung pakaian kotor dikamar, 3M
yang jarang / tidak pernah dilakukan gerakan.
4) Tumbuh kembang Mengkaji mengenai pertumbuhan dan perkembangan anak
sesuai dengan tingkat usia, baik perkembangan emosi dan sosial.
5) Imunisasi Yang perlu dikaji adalah jenis imunisasi dan umur pemberiannya.
Apakah imunisasi lengkap, jika belum apa alasannya. (Putri et al., 2019)
e. Pemeriksaan fisik
1) B1 (Breathing)
2) B2 (Blood)
3) B3 (Brain)
4) B4 (Bladder)
5) B5 (Bowel)
6) B6 (Bone)
7) B7 (Penginderaan). (Putri et al., 2019)

2. Diagnosis Keperawatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)


a. Hipertemia behubungan dengan proses penyakit (infeksi virus dengue)
b. Risiko perdarahan berhubungan dengan gangguan koagulasi (trombositopenia)
c. Resiko syok berhubungan dengan kebocoran plasma darah
d. Perfusi perifer tifak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi
hemoglobin
e. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
3. Perencanaan Keperawatan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)

Diagnosis Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan

Hipertemia b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipertermia


proses penyakit keperawatan selama 3 x 24 Observasi
(infeksi virus jam diharapkan termoregulasi 1. Identifkasi penyebab hipertermi (mis. dehidrasi
dengue). membaik. Dengan kriteria terpapar lingkungan panas penggunaan incubator)
hasil : 2. Monitor suhu tubuh
3. Monitor kadar elektrolit
1. Menggigil menurun
4. Monitor haluaran urine
2. Kulit merah menurun
Terapeutik
3. Bradikardi menurun
5. Sediakan lingkungan yang dingin
4. Dasar kuku sianotik
6. Longgarkan atau lepaskan pakaian
menurun
7. Berikan cairan oral
5. Pucat menurun
8. Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika
6. Suhu tubuh membaik
mengalami hiperhidrosis (keringat berlebih) 9. Lakukan
7. Suhu kulit membaik
pendinginan eksternal (mis. selimut hipotermia atau
kompres dingin)
10. Batasi oksigen, jika perlu
Edukasi
11. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
12. Kolaborasi cairan dan elektrolit intravena, jika
perlu
Risiko Setelah dilakukan Pencegahan Perdarahan
perdarahan b.d tindakan keperawatan Observasi
gangguan selama 3 x 24 jam 1. Monitor tanda dan gejala perdarahan
koagulasi diharapkan tingkat 2. Monitor nilai hematokrit/ haemoglobin sebelum
(trombositopenia) perdarahan menurun. dan setelah kehilangan darah
Dengan kriteria hasil : 3. Monitor tanda-tanda vital ortostatik
1. Membrane mukosa 4. Monitor koagulasi (mis. Prothrombin time,
lembab meningkat partial thromboplastin time, fibrinogen, platelet)
2. Kelembaban kulit Terapeutik
meningkat 5. Pertahankan bedrest selama
3. Hemoptisis menurun perdarahan
4. Hematemesis menurun 6. Batasi tindakan invasive, jika perlu
5. Hemoglobin membaik
7. Hindari pengukuran suhu rektal
6. Hematokrit membaik
Edukasi
8. Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
9. Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan
vitamin K
10. Anjurkan segera melapor bila terjadi
perdarahan
Kolaborasi
11. Kolaborasi pemberian obat pengontrol
perdarahan, jika perlu
12. Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu

Resiko syok b.d Setelah dilakukan Pencegahan Syok


kebocoran tindakan keperawatan Observasi
plasma darah selama 3 x 24 jam 1. Monitor status kardiopullmonal (kekuatan dan
diharapkan tingkat syok frekuensi nadi, frekuensi napas, TD, MAP)
menurun. Dengan kriteria
2. Monitor status oksigen (oksimetri nadi, AGD)
hasil :
3. Monitor status cairan (masukan dan haluaran,
1. Tingkat kesadaran
tugor kulit, CRT)
meningkat
2. Kekuatan nadi 4. Monitor tingkat kesadaran dan respon
meningkat pupil
3. Saturasi oksigen Terapeutik
meningkat 5. Berikan oksigen untuk mempertahankan
4. Akral dingin menurun saturasi oksigen lebih 94%
5. Pucat menurun 6. Persiapkan intubasi dan ventilasi
6. Tekanan darah sistolik mekanis
dan diastolik membaik
7. Pasang jalur IV
7. Pengisian kapiler
8. Pasang kateter urine
membaik
Edukasi
8. Frekuensi nadi
9. Anjurkan memperbanyak asupan cairan
membaik
oral

Kolaborasi
10. Kolaborasi pemberian IV
11. Kolaborasi tranfusi darah
Perfusi perifer Setelah dilakukan Perawatan Sirkulasi
tifak efektif b.d tindakan keperawatan Observasi
penurunan selama 3 x 24 jam 1. Periksa sirkulasi perifer (mis. Nadi perifer,
konsentrasi diharapkan perfusi CRT, warna, suhu)
hemoglobin perifer meningkat. 2. Identifikasi faktor risiko gangguan
Dengan kriteria hasil : sirkulasi
1. Kekuatan nadi perifer Terapeutik
meningkat 3. Hindari pemasangan infus atau pengambilan
2. Warna kulit pucat darah di area keterbatasan perfusi
menurun 4. Hindari pengukuran tekanan darah pada
3. Pengisian kapiler ekstremitas dengan keterbatasan perfusi
membaik
5. Lakukan perawatan kaki dan kuku
4. Akral membaik
6. Lakukan hidrasi
5. Turgor kulit membaik
Edukasi
6. Tekanan darah sistolik
7. Anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat
dan diastolic membaik
(mis. Melembabkan kulit kering pada kaki)

8. Ajarkan program diet utuk memperbaiki


sirkulasi (mis. Minyak ikan omega 3)
Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
b.d mual Tindakan keperawatan Observasi
Observasi
manajemen nutrisi 3 x 24
1. Identifikasi status nutrisi
jam diharapkan status
2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
nutrisi membaik. Dengan
3. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
kriteria hasil :
4. Monitor asupan makanan
1. Porsi makanan yang
5. Monitor berat badan
dihabiskan meningkat
6. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
2. Nyeri abdomen
menurun Terapeutik

3. Berat badan membaik 7. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang

4. Frekuensi makan sesuai


membaik 8. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
5. Nafsu makan membaik 9. Berikan suplemen, jika perlu
Edukasi
10. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
11. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
12. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan, jika perlu
13. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan,
jika perlu
4. Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan. Fokus dari intervensi antara lain
mempertahankan daya tubuh, mencegah komplikasi, menemukan perubahan
sistem tubuh, menatap hubungan klien dengan lingkungan, implementasi tindakan
kolaborasi. (Setiadi, 2012)

5. Evaluasi Keperawatan

Diagnosis Keperawatan Evaluasi Keperawatan

Hipertemia b.d proses penyakit 1. Menggigil menurun


(infeksi virus dengue). 2. Kulit merah menurun
3. Bradikardi menurun
4. Dasar kuku sianotik menurun
5. Pucat menurun
6. Suhu tubuh membaik
7. Suhu kulit membaik

Risiko perdarahan b.d gangguan 1. Membrane mukosa lembab meningkat


koagulasi (trombositopenia) 2. Kelembaban kulit meningkat
3. Hemoptisis menurun
4. Hematemesis menurun
5. Hemoglobin membaik
6. Hematokrit membaik

Resiko syok b.d kebocoran plasma 1. Tingkat kesadaran meningkat


darah
2. Kekuatan nadi meningkat
3. Saturasi oksigen meningkat
4. Akral dingin menurun
5. Pucat menurun
6. Tekanan darah sistolik dan diastolik
membaik 7. Pengisian kapiler membaik

8. Frekuensi nadi membaik

Perfusi perifer tifak efektif b.d 1. Kekuatan nadi perifer meningkat


penurunan konsentrasi hemoglobin 2. Warna kulit pucat menurun
3. Pengisian kapiler membaik
4. Akral membaik
5. Turgor kulit membaik
6. Tekanan darah sistolik dan diastolic membaik

Defisit nutrisi b.d mual 1. Porsi makanan yang dihabiskan


meningkat

2. Nyeri abdomen menurun

3. Berat badan membaik


4. Frekuensi makan membaik
5. Nafsu makan membaik
DAFTAR PUSTAKA

Dewangga, V. S., Qurrohman, M. T., Tamba, N. P. D., Vera, T., Maharani, A. D., Pratiwi, G., &
Indah, K. (2022). Edukasi Manfaat Kayu Manis Sebagai Anti Nyamuk Di Kelurahan
Pucang Sawit. Jurnal Budimas, 04(01), 1–6.

Putri, D. F., Widiani, N., & Arivo, D. (2019). PENYEBARAN VIRUS DENGUE SECARA
TRANSOVARIAL PADA VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE NYAMUK Aedes
aegypti. Holistik Jurnal Kesehatan, 12(4), 216–223. https://doi.org/10.33024/hjk.v12i4.81

Setiadi. (2012). Konsep dan Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teori dan Praktik.
Graha Ilmu.

Suciari, N. M. E. (2019). DHF ( Dengue Hemorrhagic Fever ) Grade II. 1302006016, 51.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik (1 Cetakan). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan (1 Cetakan). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

Vinet, L., & Zhedanov, A. (2020). Kti Asuhan Keperawatan Pada Klien Anak Dengan Dengue
Hemorrhagic Fever (Dhf) Yang Di Rawat Di Rumah Sakit. Journal of Physics A:
Mathematical and Theoretical, 44(8), 1–9.

Anda mungkin juga menyukai