Anda di halaman 1dari 19

“GANGGUAN PADA SISTEM HEMATOLOGI DHF”

KELOMPOK XIII

Harni ulvah wagola


Lira febianti batutressy
Sanistria supusepa
Intan sari arpain
Inri c.h taniwel
Asmawati rumodar
Irvan jamal
Reinhard beruatwarin

Mata kuliah:
KEPERAWATAN DEWASA SISTEM KARDIOVASKULER,
RESPIRATORIK DAN HEMATOLOGI

KAIRATU
A.Defenisi
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever
(DHF) yaitu salah satu penyakit yang disebabkan oleh gigitan
nyamuk spesies Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau disebut juga Dengue
Haemorrhagic Fever (DHF) yaitu virus dengue yang masuk ke dalam
tubuh manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti serta Aedes
albopictus memiliki keterkaitan dengan lingkungan manusia yang
sangat kotor, lembab dan banyak genangan air yang membuat
nyamukdapat berkembangbiak dengan sangat cepat sehingga
menyebabkan penularan DBD yang terjadi dengan cepat dan pesat
B. ETIOLOGI
Penyakit DHF yaitu penyakit yang menular disebabkan oleh nyamuk Aedes
Aegypty yang ditimbulkan melalui gigitan sehingga dinamakan virus
dengue. Penyebab penyakit DHF adalah virus dengue kelompok Arbovirus
B, yaitu arthropod-bornevirus atau virus yang disebabkan oleh artropoda.
Virus ini termasuk genus Flavivirus dan family Flaviviridae. Sampai saat ini
dikenal ada 4 serotipe virus yaitu :
1. Dengue 1 diisolasi oleh Sabin pada tahun 1944.
2. Dengue 2 diisolasi oleh Sabin pada tahun 1944.
3. Dengue 3 diisolasi oleh Sather.
4. Dengue 4 diisolasi oleh Sather.
C. WOC
D. MANISFESTASI KLINIS

1. demam dengue merupakan penyakit demam akut selama


2-7 hari ditandai dengan dua atau lebih manisfestasi klinis
sebagai berikut: nyeri kepala, nyeri retro-orbital, ruang kulit,
manisfestasi perdarahan seperti atau uji dinding positif,
leukopenia, pemeriksaan serologi dengue positif atau
ditemukan DD/DBD yang sudah dikonfirmasi pada lokasi
dan waktu yang sama

2. Demam berdaeah dengue berdasarkan kriteria WHO 2016


diagnosis DHF ditegakan bila semua hal dibawah ini
dipenuhi
a. demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari, biasanya
bersifat bipaste
b. manisfestasi perdarahan yang berupa
1) Uji tourniquets positif
2) Petekie, ekimosis, atau purkura
3) Perdarahan mukosa (epistasis, perdarahan gusi) , saluran
cerna, dan tempat bekas suntikan
4) Hematemesis atau melena
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang berupa laboratorium dalam kasus DBD sangat diperlukan untuk
menentukan derajat keparahan maupun membedakannya dengan demam dengue dan sindrom
syok dengue. Pemeriksaan penunjang yang biasa dilakukan sebagai berikut:
1. Hematologi
Pemeriksaan hematologi pada penderita dengue terfokus kepada tiga nilai, yakni leukosit
(jumlah sel darah putih), trombosit (keping darah/platelet), dan hematokrit (jumlah prosentase
perbandingan sel darah merah terhadap volume darah). Penilaian hematokrit secara berkala
penting untuk dilakukan karena kekhasan dalam DBD adalah adanya kobocoran plasma (plasma
leakage) yang bermanifestasi pada peningkatan nilai hematokrit yang biasanya didahului oleh
penurunan jumlah trombosit.
2. Serologis
Beberapa pemeriksaan serologis dilakukan didasarkan atas timbulnya antibodi pad
pasien DBD. Pemeriksaan tersebut antara lain
a. Uji serologi hemaglutinasi inhibisi
Uji serologi hemaglutinasi inhibisi bisa digunakan dalam menentukan infeksi
virus dengue. Pemeriksaan ini membutuhkan waktu yang lebih lama dalam
memberikan hasil dikarenakan memerlukan pengambilan dua sampel (serum)
darah yakni saat infeksi awal pada pasien (fase akut) dan saat proses
penyembuhan (fase konvalense.
b. ELISA (IgM/IgG)
Dengan menentukan rasio limit antibodi dengue IgM terhadap IgG, makan
dapat dibedakan infeksi dengue tersebut merupakan infeksi primer atau sekunder.
Pemeriksaan menggunakan satu serum (sampel darah), diambil secara akut
sehingga hasil juga bisa cepat didapatkan
c. Interpretasi hasil Dengue Rapid Test
Positif infeksi dengue sekunder (DBD) dinyatakan apabila didapatkan tiga
garis pada kontrol, IgM, dan IgG walaupun dalam beberapa kasus dengue
sekunder tidak didapatkan garis IgM, dan dinyatakan sebagai infeksi dengue
primer (demam dengue) apabila garis yang muncul hanya pada IgM dan
kontrol tanpa adanya garis pada IgG. Pemeriksaan dinilai negatif apabila garis
hanya muncul pada kontrol saja dan pemeriksaan akan dianggap tidak valid
ketika garis yang muncul hanya pada IgM dan/atau IgG tanpa ada garis pada
kontrol
3. Radiologi.
Pada pemeriksaan radiologis bisa mendeteksi adanya efusi pleura minimal
pada paru bagian kanan dengan teknik posisi “Right Lateral Decubitus”.
Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) bisa mendeteksi adanya penebalan dinding
kandung empedu, efusi pleura dan asites
F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksaan DHF sebagai berikut:
1. Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue Tanpa Syok
Penatalaksanaan disesuaikan dengan gambaran klinis maupun fase, dan untuk diagnosis DHF
pada derajat I dan II menunjukkan bahwa anak mengalami DHF tanpa syok sedangkan pada derajat
III dan derajat IV maka anak mengalami DHF disertai dengan syok. Tatalaksana untuk anak yang
dirawat di rumah sakit meliputi:
a. Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air sirup, susu untuk mengganti cairan
yang hilang akibat kebocoran plasma, demam, muntah, dan diare.
b. Berikan parasetamol bila demam, jangan berikan asetosal atau ibuprofen karena dapat merangsang
terjadinya perdarahan.
c. Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang :
d. Berikan hanya larutan isotonik seperti ringer laktat atau asetat.
e. Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium (hematokrit, trombosit,
leukosit dan hemoglobin) tiap 6 jam.
f. Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan jumlah cairan secara bertahap
sampai keadaan stabil. Cairan intravena biasanya hanya memerlukan waktu 24-48 jam sejak
kebocoran pembuluh kapiler spontan setelah pemberian cairan.
2. Penatalaksanaan Dengue Hemorrhagic Fever Dengan Syok Penatalaksanaan DHF menurut
WHO (2016), meliputi :
a. Perlakukan sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menit secara nasal.
b. Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti ringer laktat/asetan secepatnya.
c. Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20 ml/kgBB
secepatnya (maksimal 30 menit) atau pertimbangkan pemberian koloid 10-20 ml/kg BB/jam
maksimal 30 ml/kgBB/24 jam.
d. Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun pertimbangkan
terjadinya perdarahan tersembunyi: berikan transfusi darah atau komponen.
e. Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai membaik, tekanan
nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hingga ml/kgBB dalam 2-4 jam dan secara bertahap
diturunkan tiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis laboratorium.
f. Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36- 48 jam. Perlu diingat
banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu banyak dari pada pemberian
yang terlalu sedikit.
G. ANATOMI FISIOLOGI
H. PATOFISIOLOGI
Virus dengue masuk ke dalam tubuh manusia akan menyebabkan klien mengalami viremia.
Beberapa tanda dan gejala yang muncul seperti demam, sakit kepala, mual nyeri otot, pegal
seluruh tubuh, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin terjadi pada sistem vaskuler. Pada
penderita DBD, terdapat kerusakan yang umum pada system vaskuler yang mengakibatkan
terjadinya peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah. Plasma dapat menembus dinding
vaskuler selama proses perjalanan penyakit, dari mulai demam hingga klien mengalami renjatan
berat. Volume plasma dapat menurun hungga 30%. Hal inilah yang dapat mengakibatkan
seseorang mengalami kegagalan sirkulasi. Adanya kebocoran plasma ini jika tidak segera di
tangani dapat menyebabkan hipoksia jaringan, asidosis metabolik yang pada akhirnya dapat
berakibat fatal yaitu kematian.
I. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN SYSTEM HEMATOLOGI DHF
1 Pengkajian
A. biodata
Nama : Anak. N
Umur : 4 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status :-
Pendidikan :-
Alamat : Jl. Ki Topa Grogol Jakarta
DX Medis : DHF
No. Reg : 0406110271
Tanggal masuk : 11 juni 2004
Tanggal dikaji : 14 juni 2004

B. keluhan utama
Pasien datang dengan keluhan demam tinggi mendadak selama 2 hari petechie pada seluruh kulit, nyeri, sakit
kepala, mual, dan nafsu makan menurun.
C. riwayat penyakit sekarang
Riwayat kesehatan menunjukan adanya sakit kepala, nyeri, pegal seluruh tubuh, lemah, panas, mual, dan nafsu
makan menurun.

D. riwayat penyakit dahulu


Tidak ada

E. pemeriksaan range of system (B1-B6)


1. B1 ( Breathing )
a. inspeksi : inspeksi pada derajat 1 dan 2 : pola napas regular, retraksi otot bantu nafas tidak ada, pola nafas
normal, RR dbn (-), pada derajat 3 dan 4 pola napas ireguler, terkadang terdapat retraksi otot bantu
nafas, pola nafas cepat dan dangkal, frekuensi nafas meningkat, terpasang alat bantu napas.
b. palpasi, fokal fremitus normal kanan kiri
c. auskultasi pada derajat 1 dan 2 tidak ada suara tambahan ronchi, wheesing, pada derajat 3 dan 4 adanya
cairan yang tertimbun pada paru, erales (+), ronchi (+).
d. perkusi, pada derajat 3 dan 4 terdapat suara sonor

2. B2 ( Blood )
a. inspeksi, pada derajat 1 dan 2 pucat pada derajat 3 dan 4 tekanan vena jugularis menurun
b. palpasi, pada derajat 1 dan 2 nadi teraba lemah, kecil, tidak teratur. Pada derajat 3 tekanan darah
menurun, nadi lemah, kecil, tidak teratur, pada derajat 4 tensi tidak terukur, ekstremitas dingin, nadi tidak teraba.
c. perkusi pada derajat 3 dan 4 normal redup ukuran dan bentuk jantung secara kasar pada kasus demam
haimoragic fever masi dalam batas normal
d. auskultasi pada derajat 1 dan 2 bunyi jantung s1, s2 tunggal pada derajat 3 dan 4 bunyi s1, s2 tunggal

3. B3 ( Brain )
a. inspeksi, pada derajat 1 dan 2 tidak terjadi penurunan tingkat kesadaran (apatis, somnolen, stupor, koma)
atau gelisah, pada derajat 3 dan 4 terjadi penurunan tigkat kesadaran (apatis, somnolen, stupor, koma) atau
gelisah, GCS menurun, pupil miosis atau midriasis, reflek fsiologis atau reflek patologis.
b. palpasi, pada derajat 3 dan 4 biasanya adanya parese, anestesi

4. B4 ( Blandder )
a. inspeksi, pada derajat 1 dan 2 produksi urin menurun (oloduria-anuria), pernah berubah pekat dan
berwarna coklat tua pada derajat 3 dan 4.
b. palpasi pada derajat 3 dan 4 ada nyeri tekan pada daerah simpisis

5. B5 (Bowel)
a. inspeksi, pada derajat 1 dan 2 BAB, konsistensi (cair, padat, lembek), frekuensi lebih dari 3x sehari,
mukosa mulut kering, perdarahan gusi, kotor, nyeri telan
b. auskultasi, pada derajat 1 dan 2 bising usus normal (dengan menggunakan diagfragma stetoskop), peristaltik
usus meningkat (gurgling) >5-20x/menit dengan durasi 1 menit pada derajat 3 dan 4.
b. auskultasi, pada derajat 1 dan 2 bising usus normal (dengan menggunakan diagfragma stetoskop),
peristaltik usus meningkat (gurgling) >5-20x/menit dengan durasi 1 menit pada derajat 3 dan 4.
c. perkusi, pada derajat 1 dan 2 mendengar adanya gas, cairan atau masa (-), hepar dan lien tidak membesar,
suara timphany, pada derajat 3 dan 4 terdapat hepar membesar.
d. palpasi pada derajat 1 dan 2 nyeri tekan (+), hepar dan lien tidak teraba, pada derajat 3 dan 4 pembesaran
limpah, spleen dan hepar nyeri tekan epigastri, hematemisis dan melena

6. B6 ( Bone )
a. inspeksi, pada derajat 1 dan 2 kulit sekitar wajah kemerahan, klien tampak lemah, aktifitas menurun,
pada derajat 3 dan 4 terdapat kekuatan otot, pada derajat 3 dan 4 adanya peteekie atau bintik-bintik merah
pada kulit, akral klien hangat, biasanya timbul mimisan, berkeringat, kulit tampak biru.
b. palpasi, pada derajat 1 dan 2 hipotomi, kulit kering, elastisitas mnurun, turgor kulit menurun, ekstremitas
dingin
F. pemeriksaan penunjang
a. darah
1.Trombosit darah menurun
2.HB meningkat lebih 20%
3.HT meningkat lebih 20%
4.Leokosit menurun pada hari ke dua ke tiga
5.Protein darah terendah
6.Uruem PH bisa meningkat
7.NA dan CL rendah

b. serology : HI (hemaklotination inhibition test)


1. rotgen thoraks: efusi pleura
2.uji test touerniquet (+)

Diagnosa keperawatan
Nama : Anak N
Umur : 4 tahun
Hypertensi berhubungan dengan proses penyakit
No

Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


keperawatan kriteria hasil (NIC)
(NOC)
1.

Hipertermy berhubungan Setelah dilakukan Fever treatment: - TTV merupakan acuan untuk

dengan proses penyakit ditandai tindakan keperawatan -observasi TTV tiap 3 mengetahui keadaan umum
pasien
dengan selama 1 kali 24 jam, jam
-kompres hangat dapat
DS : pasien akan: -beri kompres hangat
mengembalikan suhu normal
-pasien mengatakan badanya -menunjukan suhu tubuh pada bagian lipatan memperlancar sirkulasi
panas dalam rentang normal tubuh ( paha dan -untuk mengetahui adanya
-TTV normal axilla) ketidak seimbangan cairan
DO : -monitor intake dan tubuh
Suhu tubuh pasien output -dapat menurunkan demam
-peningkatan suhu tubuh akan
meningkatkan 37,8ºC -berikan obat anti
menyebabkan penguapan
piretik
tubuh meningkat sehingga
perlu diimbangi dengan
Temperature asupan cairan yang banyak
regulation -pakaian tipis menyerap
-beri banyak minum keringat dan membantu

(± 1-1,5 liter/hari mengurangi penguapan tubuh


akibat dari peningkatan suhu
sedikita tapi sering
dan dapat terjadi kondisi
-ganti pakian klien
dengan bahan tipis
menyerap keringat.
“Arigatōgozaimasu”
どうもありがとうございます。

Anda mungkin juga menyukai