Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN DHF

A. KONSEP DASAR TEORI


1. Definisi
DHF (Dengue Haemoragic Fever) adalah demam khusus yang
dibawa oleh aedes aegepty dan beberapa nyamuk lain yang
menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar
secara efidemik. (Sir,Patrick manson,2001).
Dengue Hemorrhagic Fever adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue ( arbovirus ) yang masuk kedalam tubuh
melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti (Suriadi, 2001, hal : 157).
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty
dan beberapa nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam.
Biasanya dengan cepat menyebar secara efidemik. (Sir,Patrick
manson,2001).
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan
bahwa dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus
dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes
aegypty yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala
utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau
tanpa ruam.
DHF (Dengue Haemoragic Fever) berdasarkan derajat
beratnya penyakit, secara klinis dibagi menjadi 4 derajat (Menurut
WHO, 1986):
Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan, uji

tourniquet, trombositopenia dan hemokonsentrasi.


Derajat II
Derajat I dan disertai pula perdarahan spontan pada kulit atau

tempat lain.
Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah,
tekanan daerah rendah (hipotensi), gelisah, cyanosis sekitar
mulut, hidung dan jari (tanda-tanda dini renjatan).

Dejara IV
Renjatan berat (DSS) dengan nadi tak teraba dan tekanan darah
tak dapat diukur.

2. Etiologi
Penyebab utama : virus dengue tergolong albovirus Vektor utama :
Aedes aegypti.
Aedes albopictus.
Adanya vektor tesebut berhubungan dengan :

kebiasaan masyarakat menampung air bersih untuk keperlauan

sehari hari.
Sanitasi lingkungan yang kurang baik.
Penyediaan air bersih yang langka.

Daerah yang terjangkit DHF adalah wilayah padat penduduk karena.

Antar rumah jaraknya berdekatan yang memungkinkan penularan

karena jarak terbang aedes aegypti 40-100 m.


Aedes aegypti betina mempunyai kebiasaan menggigit berulang
(multiple biters) yaitu menggigit beberapa orang secara
bergantian dalam waktu singkat, (Noer, 1999).

3. Manifestasi Klinis
a) Derajat I : Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan
spontan,

uji

turniket

positif,

Trombositopeni

dan

hemokonsentrasi
b) Derajat II Derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan
atau perdarahan lain
c) Derajat III Kegagalan Sirkulasi : nadi cepat dan lemah,
hipotensi, kulit dingin, lembab, gelisah
d) Derajat IV Renjatan berat, denyut nadi dan tekanan darah tidak
dapat diukur. ( Suriadi, 2001, hal : 59 )
4. Patofisiologi

Fenomena patofisiologi yang utama pada penderita DHF


adalah

meningkatnya

permeabilitas

dinding

kapiler

yang

mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstra seluler.


Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk ke dalam tubuh
penderita adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami
demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal di seluruh tubuh,
ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hiperemia
tenggorokan dan hal lain yan mungkin terjadi seperti pembesaran
kelenjar getah bening, pembesaran hati l(hepatomegali) dan
pembesaran limpa (spenomegali).
Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan
berkurangnya volume plasma, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi
dan hipoproteinemia serta efusi rejatan (syok).
Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit

>

20

%)

menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan)


plasma(plasma leakage) sehingga nilai hematokrit menjadi penting
untuk petokan pemberian cairan intra vena.
Setelah pemberian cairan intra vena, peningkatan jumlah
trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi sehingga
pemberian cairan intra vena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya
untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung. Sebaliknya
jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami
kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk
bahkan bisa mengalami renjatan.
Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama, akan timbul
anoreksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak
segera diatasi dengan baik.
Gangguan hemostasis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu:
perubahan vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi.
Pada otopsi penderita DHF, ditemukan tanda-tanda perdarahan
hampir di seluruh alat tubuh, seperti di kulit, paru-paru, saluran cerna
dan jaringan adrenal. Hati umumnya membesar dengan perlemakan
dan koagulasi nekrosis pada daerah sentral atau parasentral.

5. Pathway

Kompleks antigen antibod


+
komplemen

Infeksi dengue

Demam

Mual, muntah
Alkalosis
Hepato-megali
respiratorik (terutama
Trombo-sitopenia
dengan salisilat) Vaskulitis

Reaksi imunologik
Derajat beratnya penyakit

Peningkatan suhu tubuh


Perubahan
Dehidrasinutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Hemoragik
Permeabilitas
diastesis vaskular meningkat
Derajat I

Perdarahan

Kebocoran plasma

Syok hipovolemik

Hemokonsentrasi
Hipoproteinemia
Efusi serosa
Hiponatremia

Derajat II

Hipovolemia
Pening-katan
Penuru-nan
re-absorpsi
eks-kresi air
Na+
dan
urine
Na+
dan
oleh
pening-katan
ginjal
os-molari
Hipotensa

Syok

Hipoksia jaringan

Derajat III

Derajat IV

Demam dengue (DD)


Demam berdarah dengue (DBD)

Perdarahan masif
Kematian

6. Pemeriksaan Diagnostik
a) Pemeriksaan Trombositopenia (100.000 atau kurang).
b) Pemeriksaan Hematokrit konsentrasi.
Hematokrit yang meningkat 20% atau lebih dari hematokrit
sebelumnya.
c) Leukopenia (mungkin normal atau leukositosis)
d) Lg. D. dengue positif.
e) Hasil
pemeriksaan
kimia
darah
menunjukkan

hipoproteinemia, hipokloremia dan hiponatremia.


f) Urium dan pH darah mungkin meningkat.
g) Asidosis metabolic : pCO2 < 35 40 mmHg dan GCO3
rendah.
h) SGOT / SGPT mungkin meningkat. (Nursalam, M. Nurs,
Rekawati Susilaningrum. SST, Sri Utami, 2005, hal : 165)
7. Penatalaksanaan Medis

a) Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan


pasien dehidrasi dan haus. Pasien diberi banyak minum yaitu 1
- 2 liter dalam 24 jam. Keadaan hiperpireksia diatasi dengan
obat antipiretik dan kompres dingin. Jika terjadi kejang
diberikan antikonvulsan. Luminal diberikan dengan dosis :
anak umur < 12 bulan 50 mg im; anak > 1 tahun 75 mg. jika 15
menit kejang belum berhenti luminal diberikan lagi dengan
dosis 3 mg/ kg BB. Infus diberikan pada pasien DHF tanpa
renjatan apabila : pasien terus menerus muntah, tidak dapat
diberikan minum sehingga mengancam terjadinya dehidrasi
dan hematokrit yang cenderung meningkat.
b) Pasien mengalami syok segera dipasang infus sebagai
pengganti cairan hilang akibat kebocoran plasma. Cairan yang
diberikan biasanya RL. Jika pemberian cairan tersebut tidak
ada respon diberikan plasma atau plasma ekspander banyaknya
20 30 mL/kg BB. Pada pasien dengan renjatan berat
pemberian infus harus diguyur. Apabila syok telah teratasi, nadi
sudah jelas teraba, amplitude nadi sudah cukup besar, tekanan
sistolik 80 mmHg dan kecapatan tetesan dikurangi menjadi 10
mL/ kg BB/ jam. Pada pasien dengan syok berat atau syok
berulang perlu dipasang CVV untuk mengukur tekanan vena
sebtral melalui vena jugularis, dan biasanya pasien dirawat di
ICU. (Ngastiyah, 1997, hal : 344-345).
c) Cairan (rekomendasi WHO)
Kristaloid
Larutan Ringer Laktat (RL) atau Dextrose 5%
dalam larutan Ringer laktat (D5/RL).
Larutan Ringer Asetat (RA) atau Dextrose 5%
dalam larutan Ringer Asetat (D5/RA).
Larutan Nacl 0,9% (Garal Faali + GF) atau
Dextrose 5% dalam larutan faali (D5/GF).

Koloid
Dextran 40

Plasma (Arif Mansjoer, 2001, hal : 422)


B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
Asuhan keperawawatan adalah

tindakan

mandiri

perawat

professional melalui kerjasama dengan klien dan tenaga kesehatan lain


dalam memberikan Asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan
tanggung jawabnya. (kusnanto, 2004).
Tahaptahap proses keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan. Kelima langkah
tersebut dapat dijadikan pedoman dalam mencapai tujuan keperawatan
yaitu : meningkatkan, mempertahankan kesehatan, atau membuat pasien
mencapai

kematian

dengan

tenang

pada

pasien

terminal,

serta

memungkinkan pasien pasien atau keluarga dapat dapat mengatur


kesehatan sendiri menjadi lebih baik. (Tarwoto wartonah, 2006).
1) Pengkajian Keperawatan
Tahap pengkajian dari proses keperawatan merupakan proses dinamis
yang terorganisasi yang meliputi tiga aktivitas dasar yaitu : Pertama,
mengumpulkan data secara sistematis; kedua, memilah dan mengatur
data yang dikumpulkan, ketiga mendokumentasikan dalam format
yang dapat dibuka kembali. (Tarwoto wartonah, 2006). Pengkajian
pada anak dengan Penyakit infeksi Demam Berdarah Dengue
Menurut Nursalam 2005 adalah :
Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang
tua, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.
Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien Demam Berdarah
Dengue untuk datang ke Rumah Sakit adalah panas tinggi dan
anak lemah.
Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai
menggigil,

dan

saat

demam

kesadaran

komposmentis.

Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7 dan anak


semakin lemah. Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk
pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau

konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri uluh


hati, dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya
manisfestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade 3 dan 4),
melena, atau hematemesis.
Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada Demam Berdarah
Dengue, anak bisa mengalami serangan ulangan Demam
Berdarah Dengue dengan tipe virus yang lain.
Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka
kemungkinan akan timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.
Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita Demam Berdarah Dengue
dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi baik maupun
buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor predisposisinya.
Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual,
muntah, dan napsu makan menurun. Apabila kondisi ini
berlanjut, dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang
mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat
badan sehingga status gizinya menjadi kurang.
Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan
lingkungan yang kurang bersih (seperti air yang menggenang
dan gantungan baju di kamar)
Pola kebiasaan
Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, pantangan,

napsu makan berkurang, napsu makan menurun.


Eliminasi atau buang air besar.Kadang-kadang anak
mengalami diare atau konstipasi. Sementara Demam

Berdarah Dengue pada grade III-IV bisa terjadi melena.


Eliminasi urine atau buang air kecil perlu dikaji apakah
sering kencing sedikit atau banyak sakit atau tidak.
Pada Demam Berdarah Dengue grade IV sering terjadi
hematuria.

Tidur dan istirihat. Anak sering mengalami kurang tidur


karena mengalami sakit/nyeri otot dan persendian
sehingga

kuantitas

dan

kualitas

tidur

maupun

istirahatnya kurang.
Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan

diri dan lingkungan cenderung kurang terutama untuk


membersikan tempat sarang nyamuk Aedes Aegypti.
Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit

serta upaya untuk menjaga kesehatan.


Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan
perkusi dari ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan
tingkatan atau (grade) Demam Berdarah Dengue, keadaan fisik
anak adalah sebgai berikut:
Grade I : kesadaran

komposmentis,

keadaan

umum lemah, tanda-tanda vital dan nadi lemah.


Grade II : kesadaran kompos mentis, keadaan umum
lemah, dan perdarahan spontan petekie, perdarahan gusi

dan telinga, serta nadi lemah, kecil dan tidak teratur.


Grade III : kesadaran apatis, somnolent, keadaan umum
lemah, nadi lemah, kecil dan tidak teratur, serta tensi

menurun.
Grade IV : kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi
tidak teraba, tensi tidak terukur, pernapasan tidak
teratur, ekstremitas dingin, berkeringat, dan kulit

tampak biru.
Sistem integument
Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan

muncul keringat dingin, dan lembab.


Kuku sianosis/tidak
Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena
demam (flusy), mata anemis, hidung kadang mengalami
perdarahan (epistaksis) pada grade II, III, IV. Pada
mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi

perdarahan gusi dan nyeri telan. Sementara tenggorokan

mengalami hiperemia pharing ( pada Grade II, III, IV).


Dada
Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada
foto thorax terdapat adanya cairan yang tertimbun pada
paru sebelah kanan ( efusi pleura), rales (+), Ronchi (+),

yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.


Abdomen
Mengalami nyeri tekan, Pembesaran hati (hepetomegali),

asites.
Ekstremitas.
Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.

2) Diagnosa dan Intervensi Keperawatan


N
O.
1.

DX

TUJUAN & KH

INTERVENSI

RASIONAL

Resiko

Setelah dilakukan

Kaji keadaan umum

Untuk mengetahui dengan

kekurangan

tindakan keperawatan

klien dan TTV.

cepat penyimpangan dari

volume

selama 3x24 jam, maka

cairan b.d

diharapkan volume

keadaan normalnya.
Observasi adanya

perdarahan

cairan tubuh adekuat

tanda syok.

Agar dapat segera dilakukan

dengan kriteria hasil :

tindakan untuk menangani

syok yang dialami klien.

Mempertahankan
output urin > 1300

Berikan cairan

Pemberian cairan intravena

ml/ hr
Mempertahankan

intravena sesuai

sangat penting bagi klien

program dokter.

yang mengalami defisit

TD, nadi, suhu

volume cairan.

dalam rentang

normal
Mempertahankan
elastisitas, turgor

Anjurkan

klien Asupan cairan sangat

untuk banyak minum diperlukan untuk menambah


volume cairan tubuh.

kulit, membran
mukosa tetap
lembab, serta
orientasi terhadap
orang, tempat,
2.

Hipertermi

waktu secara baik


Setelah dilakukan

Mengkaji saat

Untuk mengidentifikasi pola

b.d proses

tindakan keperawatan

timbulnya demam

demam pasien

penyakit

selama 3x24 jam, maka


diharapkan : Suhu

Mengobservasi

TTV merupakan acuan

tubuh kembali normal

TTV : suhu, nadi,

untuk mengetahui keadaan

dengan kriteria hasil :

TD, RR setiap 3 jam

umum pasien.

Suhu tubuh normal

atau lebih sering

(36-37C)
Pasien bebas dari

Memberikan

Penjelasan tentang kondisi

demam

penjelasan tentang

yang dialami pasien dapat

penyebab demam

membantu pasien/ keluarga

atau peningkatan

mengurangi kesemasan

suhu tubuh

yang timbul.

Memberikan

Keterlibatan keluarga sangat

penjelasan pada

berarti dalam proses

pasien/keluarga

penyembuhan pasien di

tentang hal-hal yang

rumah sakit

dapat dilakukan
untuk mengatasi
demam dan
menganjurkan
pasien/keluarga
untuk kooperatif.
Menjelaskan

Penjelasan yang diberikan

pentingnya tirah

pada pasien/keluarga akan

baring bagi pasien

memotivasi pasien untuk

dan akibatnya juka

kooperatif.

hal tersebut tidak


3.

Nyeri b.d

Setelah dilakukan

dilakukan.
Mengkaji tingkat

Untuk mengetahui berapa

proses

tindakan keperawatan

nyeri yang dialami

berat nyeri yang dialami

patologis

selama 3x24 jam, maka

klien.

klien.

penyakit

diharapkan tidak terjadi


nyeri dengan kriteria

Mengkaji faktor-

Reaksi klien terhadap nyeri

hasil :

faktor yang

dapat dipengaruhi oleh

Menggunakan

mempengaruhi

berbagai faktor.

rentang skala nyeri

reaksi klien terhadap

untuk

nyeri.

mengidentifikasi

tingkat nyeri dan

Memberikan posisi

Untuk mengurangi rasa

menentukan rasa

yang nyaman,

nyeri.

nyaman
Mengungkapkan

usahakan situasi

bagaimana

tenang.

ruangan yang

mengelola nyeri
Mengungkapkan

Memberikan suasana Dengan melakukan aktivitas

kemampuan untuk

gembira bagi klien,

lain klien dapat sedikit

beristirahat dan

alihkan perhatian

melupakan perhatiannya

tidur
Mengungkapkan

klien dari rasa nyeri.

terhadap nyeri yang

cara pengelolaan
nyeri tanpa efek
farmakologi
4.

dirasakan.
Memberikan obat

Untuk menekan dan

analgetik (kolaborasi

mengurangi nyeri klien.


Untuk menetapkan cara
mengatasinya.

Ketidaksei

Setelah dilakukan

dokter).
Mengkaji keluhan

mbangan

tindakan keperawatan

mual, sakit menelan

nutrisi;

selama 3x24 jam, maka

dan muntah yang

kurang dari

diharapkan Nutrisi

dialami oleh pasien.

kebutuhan

tubuh adekuat dengan

tubuh b.d

kriteria hasil :

Mengkaji cara

Cara menghidangkan

bagaimana makanan

makanan dapat

ketidakmam

Memiliki keinginan

puan

untuk meningkatkan dihidangkan.

mempengaruhi nafsu makan

pemasukan,

berat badan secara

pasien.

mencerna

progresif
Berat badan dalam

Memberikan

Membantu mengurangi

makanan yang

kelelahan pasien dan

atau

batas normal sesuai

mudah ditelan

meningkatkan asupan

mengabsorb

rentang tinggi badan seperti : bubur, tim


dan usia
dan hidangan saat
Mengidentifikasi
masih hangat.
kebutuhan nutrisi
Tidak memiliki
Memberikan
tanda-tanda
makanan dalam
malnutrisi
porsi kecil dan

makanan

si zat-zat
gizi.

makanan karena mudah


ditelan.

Untuk menghindari mual


dan mentah.

frekuensi sering.
Menjelaskan

Meningkatkan pengetahuan

manfaat

pasien tentang nutrisi

makanan/nutrisi bagi

sehingga motovasi untuk

pasien terutama pada

makan meningkat.

saat pasien sakit.


Memberikan umpan

Memotivasi dan

balik positif saat

meningkatkan semangat

pasien mau berusaha

pasien.

menghabiskan
makanannya.
Mencatat

Untuk mengetahui

jumlah/porsi

pemenuhan nutrisi pasien.

makanan yang
dihabiskan oleh
pasien setiap hari.
Memberikan nutrisi

Nutrisi parenteral sangat

parenteral

bermanfaat/dibutuhkan

(kolaborasi dengan

pasien terutam jika intake

dokter).

per oral sangat kurang. Jenis


dan jumlah pemberian
nutrisi parenteral merupakan

5.

Resiko

Setelah dilakukan

Lakukan teknik

wewenang dokter.
Teknik aseptik merupakan

infeksi b.d

tindakan keperawatan

aseptik saat

tindakan preventif terhadap

prosedur

selama 3x24 jam, maka

melakukan tindakan

kemungkinan terjadi infeksi.

invasif.

diharapkan Tidak

pemasangan infus.

terjadi infeksi dengan


kriteria hasil :

Mengobservasi

Untuk mengetahui tanda

daerah pemasangan

infeksi secara dini.

Menunjukkan

tanda-tanda bebas

infus setiap hari.

dari infeksi
Mengetahui tanda-

Observasi TTV

tanda infeksi
Mempertahankan

Infeksi dapat diketahui dari


penyimpangan nilai TTV

jumlah sel darah


putih dalam batas

normal
Mendemonstrasikan
secara tepat

6.

Intoleransi

perawatan infeksi
Setelah dilakukan

Kaji hal-hal yang

Untuk mengetahui tingkat

aktivitas b.d

tindakan keperawatan

mampu atau tidak

ketergantungan klien dalam

kelemahan

selama 3x24 jam, maka

mampu dilakukan

memenuhi kebutuhannya.

menyeluruh

diharapkan Aktivitas

oleh klien

klien kembali normal

sehubungan dengan

dengan kriteria hasil :

kelemahan fisiknya.

Berpartisipasi
dalam aktivitas fisik

yang telah

Bantu klien

Klien membutuhkan

ditentukan dengan

memenuhi

bantuan dalam aktivitas

peningkatan yang

kebutuhan

karena kelemahan.

tepat pada denyut

aktivitasnya sesuai

jantung, tekanan

dengan tingkat

darah dan

keterbatasan.

pernapasan
Memelihara warna

Bantu klien untuk

Dengan melatih

kulit normal dan

mandiri sesuai

kemandirian klien, maka

kulit tetap hangat

dengan

klien tidak mengalami

serta kering dengan

perkembangan

ketergantungan.

adanya aktivitas
Mengungkapkan

kemajuan fisiknya.


7.

pemahaman pada

Jelaskan tentang hal-

Dengan penjelasan yang

kebutuhan untuk

hal yang dapat

diberikan maka klien

peningkatan

membantu dan

termotivasi untuk

aktivitas secara

meningkatkan

meningkatkan kekuatan

bertahap
Meningkatkan

kekuatan fisik klien.

fisiknya.

Kurang

toleransi aktivitas
Setelah dilakukan

Mengkaji tingkat

Untuk memberikan

pengetahua

tindakan keperawatan

pengetahuan

informasi pada

selama 3x24 jam, maka

pasien/keluarga

pasien/keluarga, perawat

berhubunga

diharapkan

tentang penyakit

perlu mengetahui sejauh

n dengan

Pengetahuan klien

Dengue

mana informasi atau

kurangnya

meningkat dengan

Hemorrhagic Fever.

pengetahuan tentang

informasi.

kriteria hasil :

penyakit yang diketahui

Mengungkapkan

pasien serta kebenaran

tentang penyakit,

informasi yang telah

mengenal

didapatkan sebelumnya.

kebutuhan

pengobatan,

Mengkaji latar

Agar perawat dapat

memahami

belakang pendidikan

memberikan penjelasan

pengobatan
Mengungkapkan

pasien/keluarga

sesuai dengan tingkat


pendidikan mereka sehingga

kemampuan untuk

penjelasan dapat dipahami

bekerjasama dalam

dan tujuan direncanakan

mengontrol status

tercapai.

kesehatan
Mengungkapkan
sumber-sumber
yang dapat
digunakan sebagai
sumber informasi
atau aspek

Menjelaskan tentang

Agar informasi dapat

proses penyakit, diet, diterima dengan mudah dan


perawatan dan obat-

tepat sehingga tidak

obatan pada pasien

menimbulkan

dengan bahasa dan

kesalahpahaman.

kata-kata yang

pendukung

mudah dimengerti.
Menjelaskan semua

Dengan mengetahui

prosedur yang akan

prosedur atau tindakan yang

dilakukan dan

dialami pasien akan

manfaatnya bagi

kooperatif dan

pasien.

kecemasannya menurun.

Memberikan

mengurangi kecemasan dan

kesempatan pada

memotovasi pasien untuk

pasien/keluarga

kooperatif selama masa

untuk menanyakan

perawatan atau

hal-hal yang ingin

penyembuhan.

diketahui
sehubungan dengan
penyakit yang
dialami pasien.
Menggunakan leaflet Gambar-gambar atau media
atau gambar-gambar

cetak seperti leaflet dapat

dalam memberikan

membantu mengingat

penjelasan ( jika

penjelasan yang telah

ada/memungkinkan ) diberikan karena dapat


.

dilihat atau dibaca berulang


kali.

DAFTAR PUSTAKA
Nursalam. 2000. Proses dan Dokumentasi Keperawatan
Praktik.Yayasan IAPK Pajajaran. Bandung

Konsep

dan

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC Jakarta.


Potter, Patricia A. 1997. Fundamental of Nursing, Consept, Process and Practice,
4th, Mosby-Year Book, inc, St. Louise-Missouri
Suryadi. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. PT Fajar Inter Pratama: Jakarta

LAPORAN PENDAHULUAN
DHF (Dengue Hemoragic Fever)

Disusun Oleh:
FAOZAN FIKRI

1511040072

PROGRAM PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2015/2016
KUMPULAN TUGAS
STASE KEPERAWATAN GERONTIK
LAPORAN PENDAHULUAN & ASKEP

Disusun Oleh:
FAOZAN FIKRI

1511040072

PROGRAM PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2015/2016

Anda mungkin juga menyukai