Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN DIAGNOSA DENGUE HEMORAGIC FEVER (DHF)

Pembimbing : Ari Widyawati, S.Kep.,Ns.

Disusun Oleh :

Danela Pristi Nurhayati

04204942

PRODI KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2022

i
LEMBAR PENGESAHAN

Dengan adanya tanda tangan pada lembar ini, maka mahasiswa dinyatakan telah selesai tugas
Laporan dipekan pertama.

Disahkan oleh :
Yogyakarta, 2022

Pembimbing akademik Pembimbing Rumah Sakit

( ) ( )

ii
Latar Belakang

Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit
yang disebabkan oleh nyamuk Aedes Eegypty. Penyakit ini yang ditandai dengan demam
tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari, disertai
manifestasi perdarahan (sekurangkurangnya uji tourniquet positif) dan / atau trombositopenia
(jumlah trombosit ≤ 100.000/μL). Penyakit ini nyaris di temukan diseluruh belahan dunia
terutama di negara tropik dan subtropik baik secara endemik maupun epidemik dengan
Outbreak yang berkaitan dengan datangnya musim penghujan.

iii
DENGUE HEMORAGIC FEVER (DHF)

A. Definisi penyakit

Menurut Lestari (2016), Demam berdarah dengue (DBD) atau Dengue haemorhagic
fever (DHF) adalah penyakit pada anak dan dewasa yang disebabkan oleh virus dengan
manifestasi demam akut, perdarahan, nyeri otot dan sendi. Infeksi Dengue merupakan infeksi
Arbovirus (Artropod Born Virus) akut yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegepty atau oleh
Aedes Albopictus. Demam berdarah dengue (DBD) atau dengue haemorhagic fever (DHF),
penyakit infeksi akibat virus dengue (arbovirus) yang menginvasi tubuh melalui gigitan
nyamuk Aedes Aegypty

B. Etiologi

Dengue Virus memiliki sifat yang hampir sama dengan genus Flavivirus lainnya.
Genom virus dengue terdiri dari (Ribo-Nucleat-Acid) RNA. dengan rantai tunggal, RNA
dikelilingi dengan nukleokapsid ikosahedral dan ditutup envelope dengan komposisi lemak.
Virus ini berbentuk batang, bersifat thermolabil, sensitif terhadap inaktivasi oleh dietileter
dan natrium dioksikolat, dan stabil pada suhu 70oC. Diameter virus berkisar 50nm. Genom
flavivirus berukuran panjang 11 (kilobase), tersusun oleh tiga protein struktural yang bertugas
melakukan enkripsi kode nukleokapsid atau protein inti (core C), protein membran
(membrane M), dan protein amplop (envelope E), dan tujuh tambahan gen protein non
struktural (NS).

iv
C. Tanda Gejala

Secara umum DF adalah penyakit demam sendiri, yang muncul 3 sampai 10 hari
setelah nyamuk yang terinfeksi menggigit seseorang. Tahap awal infeksi dengue yaitu:
penyakit ringan "seperti flu" dengan gejala yang mirip dengan malaria, influenza,
chikungunya dan Zika.
Penyakit ini ditandai dengan nyeri retro-orbital, demam, sakit kepala hebat, nyeri sendi
dan otot yang intens, dan mual. Selain itu, penyakit demam sendiri, demam berdarah dapat
menyebabkan penyakit yang lebih parah manifestasi seperti perdarahan dan selanjutnya
kebocoran pembuluh darah. Selama presentasi parah dari penyakit, pasien dapat datang
dengan efusi pleura, peningkatan kadar hematokrit, gelisah, nyeri perut, muntah, dan
penurunan suhu secara tiba-tiba.

D. Patofisiologi

Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh etiologi virus yang sama,
namun memiliki patofisiologi berbeda sehingga memiliki gejala klinis yang berbeda pula.
Perbedaan mendasar pada DD dan DBD adalah adanya kebocoran plasma (plasma leakage)
pada DBD yang diduga disebabkan oleh karena proses imun. Manifestasi klinis DBD terjadi
karena efek reaksi tubuh yang dihinggapi virus di dalam peredaran darah dan digesti oleh
makrofag. Pada dua hari awal gejala akan terjadi penumpukan material virus dalam darah
(viremia) dan berakhir setelah lima hari timbul gejala demam. Setelah didigesti oleh
Makrofag, makrofag tersebut secara otomatis menjadi antigen presenting cell (APC) dan
mengaktifkan sel T-helper. Setelah sel T-helper aktif, sel makrofag lain akan dating dan
memfagosit lebih banyak virus dengue. Lebih lanjut, selT-helper akan mengaktifkan sel
Tsitotoksik dan akan menghancurkan (lisis) makrofag (yang memfagositosis virus) dan
akhirnya mengaktifasi sel B untuk melepas antibodi. Seluruh rangkaian proses ini
menyebabkan terlepasnya mediator-mediator inflamasi dan menyebabkan gejala sistemik
seperti nyeri sendi, demam, malaise, nyeri otot, dan lain-lain.11 Pada demam dengue ini
dapat terjadi perdarahan karena adanya agregasi trombosit yang menyebabkan
trombositopenia, tetapi masih bersifat ringan.

Beberapa hipotesis diajukan untuk menjelaskan penyebab terjadinyaDBD. Ini termasuk


perubahan virulensi virus, kerentanan genetik,badai sitokin, variasi profil lipid dan
peningkatan imunologi. Meskipun beberapa pasien DBD telah dilaporkan tanpa pajanan

v
DENV sebelumnya, sebagian besar kasus terlihat pada individu yang terinfeksi dengan
setidaknya dua serotipe yang berbeda. Perdarahan pada pasien dengue dapat disebabkan oleh
beberapa fenomena seperti trombositopenia (tingkat rendah abnormal dari plate let),
koagulopati (gangguan koagulasi), dan gangguan pada sel epitel serta koagulasi intravaskular
diseminata (DIC). Peningkatan tergantung antibodi Dengue umumnya menghasilkan penyakit
demam sendiri yang berlangsung antara 2 dan 7 hari. Sebagian besar pasien dapat pulih
sepenuhnya setelah periode demam, namun beberapa pasien tidak beruntung dan memasuki
tahap kritis demam berdarah. Tahap kritis demam berdarah dapat menyebabkan kematian
jika tidak ditangani dengan tepat pada waktunya. Sementara alasan yang tepat untuk tingkat
keparahan masih belum diketahui,penelitian telah menghubungkan tingkat keparahan untuk
peningkatan tergantung antibodi.

E. Phatway

vi
( Sumber dari Nurarif & Hardi 2016 )

F. Komplikasi

Dengue yang parah adalah yang berpotensi mematikan karena plasma bocor, akumulasi
cairan, gangguan pernapasan, pendarahan parah, atau gangguan organ. Tanda-tanda
peringatan terjadi 3-7 hari setelah gejala pertama dalam hubungannya dengan penurunan suhu
(di bawah 38°C/100°F) dengan tanda gejala : sakit parah perut, muntah terus menerus, napas
cepat, gusi berdarah, kelelahan, kegelisahan dan keluar darah saat muntah. berikutnya dari
tahap kritis dapat mematikan perawatan medis yang tepat diperlukan untuk menghindari
komplikasi dan risiko kematian.

G. Data penunjang

a. Pemeriksaan Darah lengkap

b. Hemoglobin, biasanya meningkat, apabila sudah terjadi perdarahan yang banyak dan
hebat Hb biasanya menurun Nilai normal: Hb: 10-16 gr/dL

c. Hematokrit meningkat 20% karena darah mengental dan terjadi kebocoran plasma
Nilai normal: 33- 38%.
d. Trombosit, Trombositnya biasa nya menurun akan mengakibat trombositopenia
kurang dari 100.000/ml Nilai normal: 200.000-400.000/ml.
e. Leukosit Leukosit mengalami penurunan dibawah normal Nilai normal: 9.000-
12.000/mm3
f. Pemeriksaan kimia darah akan menunjukkan : hipoproteinemia, hipokloremia, dan
hyponatremia.

vii
g. Pemeriksaan rontgen thorak Pada pemeriksaan rontgen thorak ditemukan adanya
cairan di rongga pleura yang meyebabkan terjadinya effusi pleura. (Wijayaningsih,
2013)

h. Pemeriksaan analisa gas darah

 pH darah biasanya meningkat Nilai normal: 7.35-7.45.

 Dalam keadaan lanjut biasanya terjadi asidosis metabolik mengakibatkan pCO2


menurun dari nilai normal (35 – 40 MmHg) dan HCO3 rendah.

H. Penatalaksanaan Rawat Jalan Demam Dengue

Pasien demam dengue (DD) yang tidak memiliki komorbiditas dan indikasi sosial
dapat diperlakukan sebagai pasien rawat jalan. Pasien diberikan pengobatan
simptomatik berupa anitpiretik seperti parasetamol dengan dosis 10-15
mg/kg/BB/dosis, diulang 4-6 jam bila demam. Pasien juga dapat melakukan kompres
hangat untuk membantu menurunkan demam. Pasien dianjurkan untuk cukup minum,
boleh air putih atau teh, namun lebih baik jika pasien mengkonsumsi minuman yang
mengandung elektrolit seperti jus buah atau oralit. Tanda kecukupan cairan dapat
dilihat melalui dieresis diulang emapat hingga enam jam. Penderita DBD rawat jalan
diwajibkan untuk kontrol setiap hari, orang tua diberikan penjelasan mengenai
tatalaksana pasien dirumah sesuai dengan Tabel 1, selain itu orang tua juga harus
mampu untuk memonitoring kondisi anak utamanya tanda-tanda bahaya pada anak
dengan diagnosis DBD.

a) Informasi kepada orang tua pasien rawat jalan

 Pasien diwajibkan istirahat


 Berikan air putih, selain itu anak dapat pula diberikan subtitusi berupa susu,
jus, dan cairan elektrolit. Tanda anak tidak mengalami kekurangan cairan
adalah frekuensi buang air kecil setiap 4-6 jam.

viii
 Parasetamol (10 mg/kg/BB/kali) diberikan bila perlu (>38oC) dengan rentang
waktu 4-6 jam, hindari pemberian obat golongan NSAID/aspirin/ibuprofen.
Lanjutkan memberikan kompres air hangat.
 Pasien yang melakukan rawat jalan diwajibkan untuk kontrol setiap hari dan
diamati oleh tenaga kesehatan (spesialis anak, dokter umum) sampai terbukti
melewati kondisi kritis, o Pasien diwajibkan untuk diajak ke Pusat kesehatan
jika didapatkan satu atau lebih kondisi seperti : pada saat suhu tubuh turun
keadaan anak tidak membaik, nyeri perut tak tertahankan, muntah berulang,
akral dingin dan lembab, gelisah/ rewel, lemas, perdarahan (BAB berwarna
hitam dan atau muntah hitam), sesak, tidak buang air kecil (BAK) lebih dari
4-6 jam, atau kejang

b) Tatalaksana Rawat Inap Demam Berdarah Dengue


Tatalaksana demam berdarah dengue (DBD) bersifat sesuai gejala (simptomatis) dan
suportif. Penanganan suportif dapat diberikan cairan penggangti yang merupakan
tatalaksana umum pasien dengan DBD. Hal ini dikarenakan, apabila terjadi kondisi
kebocoran plasma yang cukup berat dapat terjadi syok hipovolemi. Penggantian
cairan ditujukan untuk mencegah timbulnya syok. Kebocoran plasma pada pasien
DBD hanya bersifat sementara, oleh karena itu pemberian cairan dalam jumlah
banyak dan dengan jangka waktu lama dapat menimbulkan kelebihan cairan yang
juga dapat membahayakan. Obat-obatan simtomatis diberikan sesuai dengan
kenyamanan pasien, seperti pemberian antipiretik saat demam dan istirahat. Berikut
ini merupakan langkah-langkah tatalaksana pasien DBD rawat inap :
 Jika pasien tidak dapat minum atau terus muntah dapat di rawat inap dan
dipasang infus jumlah dan jenis sesuai kebutuhan.
 Periksa Hb, Ht setiap 6 jam dan trombosit setiap 12 jam.
 Pantau gejala klinis dan laboratorium. Jika Ht naik atau Trombosit turun
ganti infus dengan RL/RA/NS dengan ketentuan BB<15 kg berikan 6-
7ml/kgBB/jam. BB 15-40 kg berikan 5ml/ kgBB/jam/ BB>40 kg berikan
3-4 ml/kgBB/ jam.
 Jika terdapat perbaikan yang dapat dilihat dari tidak gelisah, nadi kuat,
tekanan darah stabil, dieresis cukup (>1 ml/kgBB/jam), ht turun. Tetesan
dapat dikurangi dan pemberian infus dapat dihentikan setelah 24-48 jam
bila tanda vital/ht stabil dan dieresis cukup.

ix
 Perburukan dengan tanda gelisah, dister pernafasan, frekuensi nadi naik,
hipotensi/ tekanan nadi <20 mmHg, dieresis kurang/tidak ada, pengisian
kapiler >2 detik dan Ht tetap tinggi maka masuk ke protokol syok
 Berikan infus kristaloid dan atau koloid 20ml/ kgBB secepatnya beserta
oksigen 24 liter/ menit. Dievaluasi hematokrit dan trombosit tiap 4-6 jam.
 Jika syok teratasi, cairan dikurangi menjadi 10ml/kgBB/jam dan perlahan
lahan diturunkan menjadi 5ml/kgBB/jam hingga diturunkan ke
3ml/kgBB/jam. Pemberian cairan dapat dihentikan 24-48 jam setelah syok
teratasi dan tanda vital/ht stabil beserta dieresis cukup.
 Jika syok belum teratasi, cairan dapat dilanjutkan. Terus dilakukan
observasi tanda vital, dieresis, Hb, Ht, trombosit, leukosit, elektrolit
keseimbangan asam basa.
 Jika berikutnya masih belum teratasi dan kadar hematokrit menurun dapat
diberikan tranfusi PRC 10ml/kgBB
 Apabila syok belum teratasi dapat dipertimbangkan pemakaian inotropik
dan koloid

x
I. Konsep dasar asuhan keperawatan (ASKEP)

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian merupakan pengumpulan informasi subjektif dan objektif, dan Peninjauan


informasi riwayat pasien pada rekam medik. Informasi subjektif, Misalnya dengan wawancara
pasien/ keluarga. Sedangkan informasi objektif, Misalnya dengan pengukuran tanda-tanda
vital dan pemeriksaan fisik (Herdman,2015) . Data yang perlu dikaji yaitu :

a. Identitas Pasien

Yang perlu dikaji meliputi nama, no rekam medis, umur, jenis kelamin, Pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama, status, tanggal masuk rumah sakit, tanggal Pengkajian.

b. Keluhan Utama

Keluhan yang sering muncul pada pasien DHF dengan masalah keperawatan Hipertermia
adalah pasien mengeluh badannya demam atau panas.

c. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat Kesehatan Dahulu


Riwayat kesehatan dahulu meliputi pernah menderita DHF atau tidak, riwayatk
kurang gizi, riwayat aktivitas sehari-hari, pola hidup (life style).
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang yang dikaji meliputi suhu tubuh meningkat, Mukosa
mulut kering, terdapat ruam pada kulit (kemerahan).
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat adanya penyakit DHF dalam anggota keluarga.

d. Fisiologis
Hipertermia terdiri dari gejala dan tanda mayor, dan gejala dan tanda minor.Adapun
gejala dan tanda mayor, dan gejala dan tanda minor, yaitu :
1) Gejala dan Tanda Mayor
Suhu tubuh di atas nilai normal

2) Gejala dan Tanda Minor

- Kulit merah

- Kejang

- Takikardia

xi
- Takipnea

- Kulit terasa hangat (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016)

2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipovolemia berhubungan dengan kekurangan intake cairan dibuktikan dengan
membran mukosa kering.
b. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit dibuktikan dengan kulit
teraba hangat
c. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsinutrien
dibuktikan dengan diare.

3. Perencanaan Keperawatan
a. Diagnosa Keperawatan :

Hipovolemia berhubungan dengan kekurangan intake cairan dibuktikan dengan turgor


kuli menurun, frekuensi nadi meningkat, membrane mukosa kering, volume urine menurun,
suhu tubuh meningkat, berat badan turun tiba – tiba.

Tujuan : (Status Cairan)

Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan pasien kondisi volume cairan intravaskuler,
interstisial, dan/ atau intraseluler membaik

Kriteria Hasil :

 Kekuatan nadi meningkat


 Turgor kulit meningkat ( ≤ 1 detik turgor baik)
 Output urine meningkat ( kuning biasa atau jernih)
 Frekuensi nadi membaik
 Tekanan nadi membaik
 Membran mukosa membaik ( mukosa bibir lembab) (PPNI,2019)

Intervensi :

Manajemen volume cairan :


1) Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. Frekuensi nadi meningkat, nadi
teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit
menurun, membrane mukosa kering, volume urin menurun, hematokrit
meningkat, haus, lemah)
2) Monitor intake dan output cairan

xii
3) Hitung kebutuhan cairan
4) Berikan asupan cairan oral
5) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
6) Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. Glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
7) Kolaborasi pemberian obat diare (PPNI,2018)

b. Diagnosa keperawatan :
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi dibuktikan dengan kulit terasa
hangat, suhu tubuh diatas nilai normal, kerjang, takikardia, takipnea.

Tujuan : (Termoregulasi)

Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan suhu tubuh tubuh pasien


tetap berada pada direntang normal

Kriteria Hasil :

1) Mengigil menurun (tidak megigil lagi)


2) Kulit merah menurun (tidak ada kemerahan pada kulit)
3) Pucat menurun (tidak pucat lagi)
4) Kejang menurun (tidak ada kejang
5) Suhu tubuh dan suhu kulit membaik (36,5°C – 37°C)
(PPNI,2019)
Intervensi :

Manajemen hipertemia :

1) Identifikasi penyebab hipertermi


2) Identifikasi kontraindikasi kompres hangat
3) Periksa suhu tubuh
4) Pilih lokasi kompres
5) Monitor suhu tubuh
6) Berikan cairan oral
7) Anjurkan tirah baring
8) Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu

c. Diagnosa keperawatan :
Defisit nutrisi berhubungan dengan nafsu makan menurun dibuktikan dengan
Membrane mukosa pucat, diare, berat badan menurun minimal 10% di bawah
Rentang ideal, bising usus hiperaktif.

Tujuan : (Status Nutrisi)

Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan pasien keadekuatan asupan


nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolisme dan meningkatnya nafsu
makan

xiii
Kriteria Hasil :

1) Tidak adanya mual muntah (tidak mual secara berlebihan


2) Membran mukosa membaik (lembab)
3) Diare menurun (tidak ada BAB secara berlebihan dan berkonstitensi
cair) (PPNI,2019)

Intervensi :

Manajemen nutrisi :

1) Identifikasi status nutrisi


2) Identifikasi kelainan eliminasi
3) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
4) Monitor mual dan muntah
5) Monitor berat badan sebelum dan sesudah dialysis
6) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
7) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrien yang diperlukan, jika perlu (PPNI,2018) .

4. Implementasi Keperawatan

Realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam
pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien
selama dan sesudah pelaksanaan tindakan.

5. Evaluasi Keperawatan

Untuk mempermudah perawat melakukan evaluasi atau memantu perkembangan kondisi


pasien dengan menggunakan komponen SOAP, Berikut pengertian SOAP :
S : Data subjektif (Keluhan pasien yang masih dirasakan setelah tindakan)
O : Data Objektif (Data dari hasil pengukuran observasi perawat secara langsung kepada
pasien)
A : Asessmen (Data yang terkumpul dari subjektif dan objektif yang merupakan suatu
masalah atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi atau juga dapat dituliskan masalah
atau diagnosis baru yang terjadi akibat berhubungan status kesehatan pasien yang telah
teridentifikasi datanya dalam subjektif dan objektif)
P : Planning (Perencanaan perawatan yang akan di lanjutkan, dihentikan, dimodivikasi, atau di
tambahkan dari rencana tindakan keperawatan yang sebelumnya).

xiv
Daftar Pustaka

Wen-Hung Wang dkk. 2020. Dengue Hemorrhagic Fever E A Systemic Literature Review Of
Current Perspectives On Pathogenesis, Prevention And Control.
Putri Pamungkas Tri Jawgissar 2022 Studi Literatur : Asuhan Keperawatan Pada Anak Dhf
Dengan Masalah Keperawatan Hipertermi. Universitas Muhammadiyah Ponorogo
Desak Putu Rendang Indriyani dkk 2020.Manifestasi Klinis Dan Penanganan Demam
Berdarah Dengue Grade 1: Sebuah Tinjauan Pustaka. Intisari Sains Medis, Volume
11, Number 3: 1015-1019 P-ISSN: 2503-3638, E-ISSN: 2089-9084
Mochammad Khoirul Ikhwani 2019. Asuhan Keperawatan Pada An. D Dengan Diagnosa
Medis Dhf (Dengue Hemoragic Fever) Grade 3 Di Ruang Asoka Rsud Bangil
Pasuruan Akademi Keperawatan Kerta Cendekia
Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.Dewan
Persatuan Perawat Nasional Indonesia: Jakarta

xv

Anda mungkin juga menyukai