Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG

PICU RSUD SIDOARJO

OLEH
NOER DIANA HOLIDA

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS NURUL JADID
PAITON PROBOLINGGO
2021
LEMBAR KONSULTASI MAHASISWA

No Tanggal Hasil Konsultasi TTD Pembimbing


Lembar Pengesahan

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG


PICU RSUD SIDOARJO

Disetujui dan Ditetapkan Pada:

Hari : ………………
Tanggal : ………………

Sidoarjo, ...... Mei 2021

Mahasiswa,

Noer Diana Holida


2032000037

Menyetujui,

Pembimbing Akademik, Pembimbing Klinik,

……………………………. ………………………….

Kepala Ruangan

…………………………….
I. KONSEP DASAR PENYAKIT
A. DEFINISI
Demam berdarah dengue/ DBD (Dengue Haemorrhagic Fever/DHF) adalah
penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis
demam, nyeri otot, dan/ atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam,
limfadenopati, trombositopenia, dan ditesis hemoragik. Pada DBD terjadi
perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan
hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. (Sudoyo Aru dalam
Nurarif, 2015)
B. ETIOLOGI
Virus dengue termasuk genus Flavivirus, keluarga flaviridae secara serologi
terdapat 4 tipe DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Keempatnya ditemukan di
Indonesia dengan DEN-3 serotype terbanyak. Infeksi salah satu serotipe akan
menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan serotipe
yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat
memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut.
Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4
serotipe selama hidupnya. Keempat serotype virus dengue dapat ditemukan di
berbagai daerah di Indonesia (Sudoyo Aru dalam Nurarif, 2015).
Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk
Aedes. Di Indonesia dikenal dua jenis nyamuk Aedes yaitu:
1. Aedes Aegypti, yaitu :
a. Paling sering ditemukan
b. Adalah nyamuk yang hidup di daerah tropis, terutama hidup dan
berkembang biak di dalam rumah, yaitu di tempat penampungan air jernih
atau tempat penampungan air di sekitar rumah.
c. Nyamuk ini sepintas lalu tampak berlurik, berbintik bintik putih.Biasanya
menggigit pada siang hari, terutama pada pagi dan sore hari.
d. Jarak terbang 100 meter
2. Aedes Albopictus, yaitu :
a. Tempat habitatnya di tempat air bersih. Biasanya di sekitar rumah atau
pohon-pohon, seperti pohon pisang, pandan kaleng bekas
b. Menggigit pada waktu siang hari
c. Jarak terbang 50 meter.
C. PATOFISIOLOGI
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan
viremia (virus berada dalam sirkulasi darah). Hal tersebut menyebabkan
pengaktifan complement sehingga terjadi komplek imun Antibodi – virus
pengaktifan tersebut akan membetuk dan melepaskan zat C3a, C5a, bradikinin,
serotinin, trombin, Histamin), yang akan merangsang PGE2 di Hipotalamus
sehingga terjadi termo regulasi instabil yaitu hipertermia yang akan
meningkatkan reabsorbsi Na+ dan air sehingga terjadi hipovolemi. Hipovolemi
juga dapat disebabkan peningkatkan permeabilitas dinding pembuluh darah yang
menyebabkan kebocoran palsma. Adanya komplek imun antibodi – virus juga
menimbulkan agregasi trombosit sehingga terjadi gangguan fungsi trombosit,
trombositopeni, dan koagulopati. Ketiga hal tersebut menyebabkan perdarahan
berlebihan yang jika berlanjut terjadi syok dan jika syok tidak teratasi, maka akan
terjadi hipoxia jaringan dan akhirnya terjadi Asidosis metabolik. Asidosis
metabolik juga disebabkan karena kebocoran plasma yang akhirnya tejadi
perlemahan sirkulasi sistemik sehingga perfusi jaringan menurun dan jika tidak
teratasi dapat menimbulkan hipoxia jaringan.
Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus hanya dapat
hidup dalam sel yang hidup, sehingga harus bersaing dengan sel manusia
terutama dalam kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada
daya tahan tubuh manusia. Sebagai reaksi terhadap infeksi terjadi:
1. Virus Dengue akan masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegepty dan kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah
kompleks virus antibodi, dalam sirkulasi akan mengaktifasi sistem
komplemen. Akibat aktifasi C3 danC5 akan dilepas C3a dan C5a, 2 peptida
berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagai
faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan
menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu.
2. Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya
faktor koagulasi (protrobin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen) merupakan
faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat, terutama perdarahan saluran
gastrointestinal pada DHF.
3. Yang menentukan beratnya penyakit adalah permeabilitas dinding pembuluh
darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan
diatesis hemoragik, Renjatan terjadi secara akut.
4. Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui
endotel dinding pembuluh darah. dan dengan hilangnya plasma klien
mengalami hipovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoksia jaringan,
asidosis metabolik dan kematian. (Suriadi dan Rita Yuliani, 2006)
D. KLASIFIKASI
Menurut Suriadi (2010) derajat penyakit DHF diklasifikasikan menjadi 4
golongan, yaitu :
1. Derajat I : demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Uji
tourniquet positif, trombositopenia dan hemokonsentrasi.
2. Derajat II : sama dengan derajat I, ditambah gejala perdarahan spontan.
3. Derajat III : ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah
dan cepat (> 120 x/mnt) tekanan nadi sempit (< 120 mmHg), kulit dingin dan
lembab serta gelisah.
4. Derajat IV : syok berat disertai nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak
teratur.
Klasifikasi derajat DHF menurut WHO :
1. Derajat 1 : demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi
perarahan adalah uji tornoquet positif
2. Derajat 2 : derajat 1 disertai perdarahan spontan di kulit dan /atau perdarahan
lain.
3. Derajat 3 : ditemukannya tanda kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan
lembut, tekanan nadi menurun (<20mmHg) atau hipotensi disertai kulit
dingin, lembab dan pasien menjadi gelisah.
4. Gejala 4: syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur

E. MANIFESTASI KLINIS
Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan apabila semua hal
dibawah ini dipenuhi:
1. Demam: Awalnya akut, cukup tinggi, dan kontinu, berlangsung lama 2 – 7
hari
2. Manifestasi perdarahan yang biasanya berupa:
a. Uji torniquet positif
b. Petekie, purpura, ekimosis,
c. Perdarahan mukosa (epistaksis, gusi berdarah), saluran cerna, tempat
bekas suntikan.
d. Hematemesis atau melena
3. Trombositopenia <100.00/ mm3
4. Kebocoran plasma yang ditandai dengan
a. Peningkatan nilai hematokrit  20% dari nilai baku sesuai umur dan jenis
kelamin
b. Penurunan nilai hematockit  20% setelah pemberian cairan yang adekuat
5. Tanda kebocoran plasma seperti: hipoproteinemi, asites, efusi pleura
Dalam perjalanan penyakit infeksi dengue, terdapat tiga fase perjalanan infeksi
dengue, yaitu:
1. Hari 1 – 3 Fase Demam Tinggi
Demam mendadak tinggi, dan disertai sakit kepala hebat, sakit di belakang
mata, badan ngilu dan nyeri, serta mual/muntah, kadang disertai bercak
merah di kulit.
2. Hari 4 – 5 Fase Kritis
Fase demam turun drastis dan sering mengecoh seolah terjadi kesembuhan.
Namun inilah fase kritis kemungkinan terjadinya “Dengue Shock Syndrome”
3. Hari 6 – 7 Fase Masa Penyembuhan
Fase demam kembali tinggi sebagai bagian dari reaksi tahap penyembuhan.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Pemeriksaan Darah Lengkap
a. Hb dan PCV meningkat (> 20%)
b. Trombositopenia (< 100.000 /mm3)
c. Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3
d. Protein darah rendah
e. Ureum dan PH bisa meningkat
f. NA dan CL rendah
g. Serologi: HI (hemaglutination inhibition test).
2) Rontgen thorax : Merupakan data penunjang untuk mengetahui kemungkinan
dijumpainya efusi pleura
3) Uji test tourniquet (+)
4) USG: untuk mengetahui adanya hepatomegali dan splenomegali.
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan untuk klien Demam Berdarah Dengue adalah penanganan pada
derajat I hingga derajat IV.
1. Derajat I dan II
a. Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 75 ml/kg
BB/hari untuk anak dengan berat badan kurang dari 10kg atau bersama
diberikan oralit, air buah atau susu secukupnya, atau pemberian cairan
dalam waktu 24 jam antara lain sebagai berikut:
1) 100 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 kg
2) 75 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 26-30 kg
3) 60 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 kg
4) 50 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 kg
b. Pemberian obat antibiotik apabila adanya infeksi sekunder
c. Pemberian antipieritika untuk menurunkan panas.
d. Apabila ada perdarahan hebat maka berikan darah 15 cc/kg BB/hari.
2. Derajat III
a. Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 20 ml/kg
BB/jam, apabila ada perbaikan lanjutkan peberian RL 10 m/kg BB/jam,
jika nadi dan tensi tidak stabil lanjutkan jumlah cairan berdasarkan
kebutuhan dalam waktu 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk.
b. Pemberian plasma atau plasma ekspander (dekstran L) sebanyak 10 ml/kg
BB/jam dan dapat diulang maksimal 30 ml/ kg BB dalam 24 jam, apabila
setelah 1 jam pemakaian RL 20 ml/kg BB/jam keadaan tekanan darah
kurang dari 80 mmHg dan nadi lemah, maka berikan cairan yang cukup
berupa infus RL dengan dosis 20 ml/kg BB/jam jika baik lanjutkan RL
sebagaimana perhitungan selanjutnya.
c. Apabila 1 jam pemberian 10 ml/kg BB/jam keadaan tensi masih menurun
dan dibawah 80 mmHg maka penderita harus mendapatkan plasma
ekspander sebanyak 10 ml/kgBB/jam diulang maksimal 30 mg /kg BB/24
jam bila baik lanjutkan RL sebagaimana perhitungan diatas
3. Derajat IV
a. Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 30
ml/kgBB/jam, apabila keadaan tekanan darah baik, lanjutkann RL
sebanyak 10 ml/kgBB/jam.
b. Apabila keadaan tekanan darah memburuk maka harus dipasang. 2
saluran infuse dengan tujuan satu untuk RL 10 ml/kgbb/1jam dan satunya
pemberian palasma ekspander atau dextran L sebanyak 20 ml/kgBB/jam
selam 1 jam,
c. Apabila keadaan masih juga buruk, maka berikan plasma ekspander 20
ml/kgBB/jam,
d. Apabila masih tetap memburuk maka berikan plasma ekspander 10
ml/kgBB/jam diulangi maksimun 30 ml/kgBB/24jam.
e. Jika setelah 2 jam pemberian plasma dan RL tidak menunjukan perbaikan
maka konsultasikan kebagian anastesi untuk perlu tidaknya dipasang
central vaskuler pressure atau CVP. (Hidayat A Aziz Alimul, 2008).
H. KOMPLIKASI
1. Syok
Pada DHF derajat IV akan terjadi syok yang disebabkan kehilangan banyak
cairan melalui pendarahan yang diakibatkan oleh ekstravasasi cairan
intravaskuler.
2. Ikterus pada kulit dan mata
Adanya pendarahan akan menyebabkan terjadinya hemolisis dimana
hemoglobin akan dipecah menjadi bilirubin. Ikterus disebabkan oleh adanya
deposit bilirubin.
3. Kematian
Kematian merupakan komplikasi lebih lanjut dari DHF apabila terjadi
Dengue Shock Syndrome (DSS) yang akan berakibat kepada kematian.

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
Pengkajian pada anak dengan penyakit infeksi Demam Berdarah Dengue
menurut Nursalam 2005 adalah:
1. Biodata / Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan
orang tua, dan pekerjaan orang tua.
2. Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien Demam Berdarah Dengue untuk
datang ke Rumah Sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.
3. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil, dan saat
demam kesadaran komposmentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan
ke 7 dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk
pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala,
nyeri otot dan persendian, nyeri uluh hati, dan pergerakan bola mata terasa
gpegal, serta adanya manisfestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade 3 dan 4),
melena, atau hematemesis.
4. Riwayat penyakit Dahulu
Ada kemungkinan anak yang telah terjangkau penyakit DHF bisa berulang
DHF lagi, Tetapi penyakit ini tidak ada hubungannya dengan penyakit yang
pernah diderita dahulu.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Daerah atau tempat yang sering dijadikan tempat nyamuk ini adalah
lingkungan yang kurang pencahayaan dan sinar matahari, banyak genangan
air, vas and ban bekas.
6. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan di jumpai:
a. Hb dan PCV meningkat (≥20%).
b. Trombositopenia (≤100.000/mm3).
c. Leukopenia (mungkin normal atau leukositosis).
d. Ig.D.dengue positif.
e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukan: hipoprotinemia,
hipokloremia, dan hiponatremia.
f. Urium dan PH darah mungkin meningkat.
g. Asidosis metabolik: pCO <35-40 mmHg HCO3 rendah.
h. SGOT/SGPT memungkinkan meningkat
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan
intravaskuler ke ekstravaskuler
3. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis penyakit.
4. Risiko syok (hipovolemik) berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan,
pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun
1. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan & Intervensi Rasional


Kriteria Hasil
SIKI
SLKI

Hiperter Setelah dilakukan Fever Treatment: Fever Treatment


mia tindakan
a. Monitor tanda – tanda vital a. Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk
berhubun keperawatan
b. Anjurkan klien untuk banayk mengetahui keadaan umum pasien.
gan selama 3 x 24
minum air 1500 – 2000ml/ hari b. Peningkatan suhu tubuh akan menyebabkan
dengan jam, pasien akan :
(sedikit tapi sering) penguapan tubuh meningkat sehingga perlu
proses
a. Menunjukkan c. Anjurkan klien untuk diimbangi dengan asupan cairan yang
infeksi
suhu tubuh melonggarkan pakaian banyak.
virus
dalam rentang menggunakan baju yang menyerap c. Pakaian yang tipis menyerap keringat dan
dengue
normal. keringat membantu mengurangi penguapan tubuh
b. TTV normal. d. Beri kompres hangat pada bagian akibat dari peningkatan suhu dan dapat
(Paha dan aksila dan di terjadi konduksi.
abdomen ). d. Kompres hangat dapat mengembalikan suhu
e. Kolaborasi dalam pemberian normal memperlancar sirkulasi.
terapi obat dan cairan e. Dapat menurunkan demam
.

Kekurang Setelah dilakukan Fluid Management


an tindakan
a. Monitor tanda-tanda vital. a. Mengetahui deng an cepat penyimpangan dari
volume keperawatan
b. Kaji input dan output cairan. keadaan normalnya.
cairan selama ... x 24
c. Observasi adanya tanda-tanda b. Mengetahui balance cairan dan elektrolit dalam
berhubun jam, pasien akan :
syok tubuh/homeostatis.
gan
a. Menunjukkan d. Anjurkan klien untuk banyak c. Agar dapat segera dilakukan tindakan jika
dengan
keseimbangan minum. terjadi syok
pindahny
elektrolit dan e. Kolaborasi dengan dokter dalam d. Asupan cairan sangat diperlukan untuk
a cairan
asam basa pemberian cairan IV menambah volume cairan tubuh
intravask
b. Menunjukkan e. Pemberian cairan IV sangat penting bagi klien
uler ke
keseimbangan yang mengalami defisit volume cairan untuk
ekstra
cairan memenuhi kebutuhan cairan klien.
vaskuler
c. Turgor kulit
baik
d. Tanda-tanda
vital dalam
batas normal
Nyeri Setelah dilakukan Pain Management Pain Management
akut tindakan
a. Lakukan pengkajian nyeri secara a. Mengetahui nyeri yang dialami pasien
berhubun keperawatan
kompherensif. sehingga perawat dapat menentukan cara
gan selama ... x 24
b. Kaji faktor-faktor yang mengatasinya.
dengan jam, pasien akan :
mempengaruhi reaksi pasien b. Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut
proses
a. Dapat terhadap nyeri. maka perawat dapat melakukan intervensi yang
patologis
mengontrol c. Berikan posisi yang nyaman dan sesuai dengan masalah klien.
penyakit.
nyeri ciptakan suasana ruangan yang c. Posisi yang nyaman dan situasi yang tenang
b.Mengetahui tenang. dapat membuat perasaan yang nyaman pada
tingkat nyeri d. Berikan suasana  pasien.
c. Ekspresi wajah gembira bagi pasien. d. Dengan suasana gembira pasien dapat
rileks. sedikit me-ngalihkan perhatiannya terhadap
Analgetic Administration
nyeri.
e. Berikan 
Analgesic Administration
analgesik sesuai tipe dan beratnya
nyeri . e. Obat analgesik dapat menekankan rasa nyeri.
Risiko Setelah dilakukan Shock Prevention Shock Preventiom
syok tindakan
a. Monitor keadaan umum klien. a. Memantau kondisi klien selama masa
(hipo- keperawatan
b. Observasi tanda-tanda vital perawatan terutama saat terjadi perdarahan
volemik) selama ... x 24
c. Monitor input dan output pasien sehingga tanda pra syok, syok dapat ditangani.
berhubun jam, pasien akan :
d. Anjurkan pada pasien atau b. Tanda vital dalam batas normal menandakan
gan
a. TTV dalam keluarga untuk segera melapor keadaan umum klien baik
dengan
batas normal jika ada tanda-tanda perdarahan. c. Mengetahui balance cairan dan elektrolit dalam
perdaraha
b.Natrium serum, d. Keterlibatan keluarga untuk segera melaporkan
n yang Shock Management
kalium serum, jika terjadi perdarahan terhadap pasien sangat
berlebiha
kalsium serum, e. Cek hemoglobin, hematokrit, membantu tim perawatan untuk segera
n,
magnesium trombosit melakukan tindakan yang tepat
pindahny
serum dalam f. Monitor gas darah dan oksigenasi
a cairan Shock Management
batas normal.
intravask
c. Hematokrit e. untuk acuan melakukan tindak lanjut terhadap
uler ke
dalam batas perdarahan.
ekstra-
vaskuler normal f. Untuk mengetahui adanya asidosis metabolik.

Ketidak- Setelah dilakukan Nutrition Management Nutrition Management


seimbang tindakan
a. Monitor keadaan umum klien a. Memudahkan Suntuk intervensi selanjutnya
an nutrisi keperawatan
b. Beri makanan sesuai kebutuhan b. Merangsang nafsu makan klien sehingga klien
kurang selama ... x 24
tubuh klien. mau makan.
dari jam, pasien akan:
c. Anjurkan orang tua klien untuk c. Makanan dalam porsi kecil tapi sering
kebutuha
a. Menunjukkan memberi makanan sedikit tapi memudahkan organ pencernaan dalam
n tubuh
kebutuhan sering. metabolisme.
berhubun
nutrisi d. Anjurkan orang tua klien d. Makanan dengan komposisi TKTP berfungsi
gan
terpenuhi. memberi makanan TKTP dalam membantu mempercepat proses penyembuhan.
dengan
b. Mem- bentuk lunak
intake Nutrition Monitoring
perlihatkan
nutrisi Nutrition Monitoring
adanya selera e. Berat badan merupakan salah satu indicator
yang
makan e. Timbang berat badan klien tiap pemenuhan nutrisi berhasil.
tidak
hari. f. Untuk mengetahui status nutrisi pasien.
adekuat
f. Monitor mual dan muntah pasien
akibat
mual dan
nafsu
makan
yang
menurun
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia). Jakarta: Jagarsa
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016.SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia).
Jakarta: Jagakarsa
Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2016.SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia).
Jakarta: Jagakarsa
Nursalam M. Nurs, Rekawati Susilaningrum, Sri Utami, 2005. Asuhan Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika
Suriadi dan Rita Yuliani.2010. Asuhan Keperawatan Edisi 2. Jakarta: CV. Sagung
Seto

Anda mungkin juga menyukai