OLEH
NOER DIANA HOLIDA
Hari : ………………
Tanggal : ………………
Mahasiswa,
Menyetujui,
……………………………. ………………………….
Kepala Ruangan
…………………………….
I. KONSEP DASAR PENYAKIT
A. DEFINISI
Demam berdarah dengue/ DBD (Dengue Haemorrhagic Fever/DHF) adalah
penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis
demam, nyeri otot, dan/ atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam,
limfadenopati, trombositopenia, dan ditesis hemoragik. Pada DBD terjadi
perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan
hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. (Sudoyo Aru dalam
Nurarif, 2015)
B. ETIOLOGI
Virus dengue termasuk genus Flavivirus, keluarga flaviridae secara serologi
terdapat 4 tipe DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Keempatnya ditemukan di
Indonesia dengan DEN-3 serotype terbanyak. Infeksi salah satu serotipe akan
menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan serotipe
yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat
memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut.
Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4
serotipe selama hidupnya. Keempat serotype virus dengue dapat ditemukan di
berbagai daerah di Indonesia (Sudoyo Aru dalam Nurarif, 2015).
Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk
Aedes. Di Indonesia dikenal dua jenis nyamuk Aedes yaitu:
1. Aedes Aegypti, yaitu :
a. Paling sering ditemukan
b. Adalah nyamuk yang hidup di daerah tropis, terutama hidup dan
berkembang biak di dalam rumah, yaitu di tempat penampungan air jernih
atau tempat penampungan air di sekitar rumah.
c. Nyamuk ini sepintas lalu tampak berlurik, berbintik bintik putih.Biasanya
menggigit pada siang hari, terutama pada pagi dan sore hari.
d. Jarak terbang 100 meter
2. Aedes Albopictus, yaitu :
a. Tempat habitatnya di tempat air bersih. Biasanya di sekitar rumah atau
pohon-pohon, seperti pohon pisang, pandan kaleng bekas
b. Menggigit pada waktu siang hari
c. Jarak terbang 50 meter.
C. PATOFISIOLOGI
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan
viremia (virus berada dalam sirkulasi darah). Hal tersebut menyebabkan
pengaktifan complement sehingga terjadi komplek imun Antibodi – virus
pengaktifan tersebut akan membetuk dan melepaskan zat C3a, C5a, bradikinin,
serotinin, trombin, Histamin), yang akan merangsang PGE2 di Hipotalamus
sehingga terjadi termo regulasi instabil yaitu hipertermia yang akan
meningkatkan reabsorbsi Na+ dan air sehingga terjadi hipovolemi. Hipovolemi
juga dapat disebabkan peningkatkan permeabilitas dinding pembuluh darah yang
menyebabkan kebocoran palsma. Adanya komplek imun antibodi – virus juga
menimbulkan agregasi trombosit sehingga terjadi gangguan fungsi trombosit,
trombositopeni, dan koagulopati. Ketiga hal tersebut menyebabkan perdarahan
berlebihan yang jika berlanjut terjadi syok dan jika syok tidak teratasi, maka akan
terjadi hipoxia jaringan dan akhirnya terjadi Asidosis metabolik. Asidosis
metabolik juga disebabkan karena kebocoran plasma yang akhirnya tejadi
perlemahan sirkulasi sistemik sehingga perfusi jaringan menurun dan jika tidak
teratasi dapat menimbulkan hipoxia jaringan.
Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus hanya dapat
hidup dalam sel yang hidup, sehingga harus bersaing dengan sel manusia
terutama dalam kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada
daya tahan tubuh manusia. Sebagai reaksi terhadap infeksi terjadi:
1. Virus Dengue akan masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegepty dan kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah
kompleks virus antibodi, dalam sirkulasi akan mengaktifasi sistem
komplemen. Akibat aktifasi C3 danC5 akan dilepas C3a dan C5a, 2 peptida
berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagai
faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan
menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu.
2. Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya
faktor koagulasi (protrobin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen) merupakan
faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat, terutama perdarahan saluran
gastrointestinal pada DHF.
3. Yang menentukan beratnya penyakit adalah permeabilitas dinding pembuluh
darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan
diatesis hemoragik, Renjatan terjadi secara akut.
4. Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui
endotel dinding pembuluh darah. dan dengan hilangnya plasma klien
mengalami hipovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoksia jaringan,
asidosis metabolik dan kematian. (Suriadi dan Rita Yuliani, 2006)
D. KLASIFIKASI
Menurut Suriadi (2010) derajat penyakit DHF diklasifikasikan menjadi 4
golongan, yaitu :
1. Derajat I : demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Uji
tourniquet positif, trombositopenia dan hemokonsentrasi.
2. Derajat II : sama dengan derajat I, ditambah gejala perdarahan spontan.
3. Derajat III : ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah
dan cepat (> 120 x/mnt) tekanan nadi sempit (< 120 mmHg), kulit dingin dan
lembab serta gelisah.
4. Derajat IV : syok berat disertai nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak
teratur.
Klasifikasi derajat DHF menurut WHO :
1. Derajat 1 : demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi
perarahan adalah uji tornoquet positif
2. Derajat 2 : derajat 1 disertai perdarahan spontan di kulit dan /atau perdarahan
lain.
3. Derajat 3 : ditemukannya tanda kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan
lembut, tekanan nadi menurun (<20mmHg) atau hipotensi disertai kulit
dingin, lembab dan pasien menjadi gelisah.
4. Gejala 4: syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur
E. MANIFESTASI KLINIS
Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan apabila semua hal
dibawah ini dipenuhi:
1. Demam: Awalnya akut, cukup tinggi, dan kontinu, berlangsung lama 2 – 7
hari
2. Manifestasi perdarahan yang biasanya berupa:
a. Uji torniquet positif
b. Petekie, purpura, ekimosis,
c. Perdarahan mukosa (epistaksis, gusi berdarah), saluran cerna, tempat
bekas suntikan.
d. Hematemesis atau melena
3. Trombositopenia <100.00/ mm3
4. Kebocoran plasma yang ditandai dengan
a. Peningkatan nilai hematokrit 20% dari nilai baku sesuai umur dan jenis
kelamin
b. Penurunan nilai hematockit 20% setelah pemberian cairan yang adekuat
5. Tanda kebocoran plasma seperti: hipoproteinemi, asites, efusi pleura
Dalam perjalanan penyakit infeksi dengue, terdapat tiga fase perjalanan infeksi
dengue, yaitu:
1. Hari 1 – 3 Fase Demam Tinggi
Demam mendadak tinggi, dan disertai sakit kepala hebat, sakit di belakang
mata, badan ngilu dan nyeri, serta mual/muntah, kadang disertai bercak
merah di kulit.
2. Hari 4 – 5 Fase Kritis
Fase demam turun drastis dan sering mengecoh seolah terjadi kesembuhan.
Namun inilah fase kritis kemungkinan terjadinya “Dengue Shock Syndrome”
3. Hari 6 – 7 Fase Masa Penyembuhan
Fase demam kembali tinggi sebagai bagian dari reaksi tahap penyembuhan.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Pemeriksaan Darah Lengkap
a. Hb dan PCV meningkat (> 20%)
b. Trombositopenia (< 100.000 /mm3)
c. Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3
d. Protein darah rendah
e. Ureum dan PH bisa meningkat
f. NA dan CL rendah
g. Serologi: HI (hemaglutination inhibition test).
2) Rontgen thorax : Merupakan data penunjang untuk mengetahui kemungkinan
dijumpainya efusi pleura
3) Uji test tourniquet (+)
4) USG: untuk mengetahui adanya hepatomegali dan splenomegali.
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan untuk klien Demam Berdarah Dengue adalah penanganan pada
derajat I hingga derajat IV.
1. Derajat I dan II
a. Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 75 ml/kg
BB/hari untuk anak dengan berat badan kurang dari 10kg atau bersama
diberikan oralit, air buah atau susu secukupnya, atau pemberian cairan
dalam waktu 24 jam antara lain sebagai berikut:
1) 100 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 kg
2) 75 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 26-30 kg
3) 60 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 kg
4) 50 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 kg
b. Pemberian obat antibiotik apabila adanya infeksi sekunder
c. Pemberian antipieritika untuk menurunkan panas.
d. Apabila ada perdarahan hebat maka berikan darah 15 cc/kg BB/hari.
2. Derajat III
a. Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 20 ml/kg
BB/jam, apabila ada perbaikan lanjutkan peberian RL 10 m/kg BB/jam,
jika nadi dan tensi tidak stabil lanjutkan jumlah cairan berdasarkan
kebutuhan dalam waktu 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk.
b. Pemberian plasma atau plasma ekspander (dekstran L) sebanyak 10 ml/kg
BB/jam dan dapat diulang maksimal 30 ml/ kg BB dalam 24 jam, apabila
setelah 1 jam pemakaian RL 20 ml/kg BB/jam keadaan tekanan darah
kurang dari 80 mmHg dan nadi lemah, maka berikan cairan yang cukup
berupa infus RL dengan dosis 20 ml/kg BB/jam jika baik lanjutkan RL
sebagaimana perhitungan selanjutnya.
c. Apabila 1 jam pemberian 10 ml/kg BB/jam keadaan tensi masih menurun
dan dibawah 80 mmHg maka penderita harus mendapatkan plasma
ekspander sebanyak 10 ml/kgBB/jam diulang maksimal 30 mg /kg BB/24
jam bila baik lanjutkan RL sebagaimana perhitungan diatas
3. Derajat IV
a. Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 30
ml/kgBB/jam, apabila keadaan tekanan darah baik, lanjutkann RL
sebanyak 10 ml/kgBB/jam.
b. Apabila keadaan tekanan darah memburuk maka harus dipasang. 2
saluran infuse dengan tujuan satu untuk RL 10 ml/kgbb/1jam dan satunya
pemberian palasma ekspander atau dextran L sebanyak 20 ml/kgBB/jam
selam 1 jam,
c. Apabila keadaan masih juga buruk, maka berikan plasma ekspander 20
ml/kgBB/jam,
d. Apabila masih tetap memburuk maka berikan plasma ekspander 10
ml/kgBB/jam diulangi maksimun 30 ml/kgBB/24jam.
e. Jika setelah 2 jam pemberian plasma dan RL tidak menunjukan perbaikan
maka konsultasikan kebagian anastesi untuk perlu tidaknya dipasang
central vaskuler pressure atau CVP. (Hidayat A Aziz Alimul, 2008).
H. KOMPLIKASI
1. Syok
Pada DHF derajat IV akan terjadi syok yang disebabkan kehilangan banyak
cairan melalui pendarahan yang diakibatkan oleh ekstravasasi cairan
intravaskuler.
2. Ikterus pada kulit dan mata
Adanya pendarahan akan menyebabkan terjadinya hemolisis dimana
hemoglobin akan dipecah menjadi bilirubin. Ikterus disebabkan oleh adanya
deposit bilirubin.
3. Kematian
Kematian merupakan komplikasi lebih lanjut dari DHF apabila terjadi
Dengue Shock Syndrome (DSS) yang akan berakibat kepada kematian.