Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN SMALL GROUP DISCUSION 3

ASUHAN KEPERAWATAN DAN KELAINAN KONGENITAL PADA


ANAK DENGAN KELAINAN SISTEM KARDIOVASKULAR
MATA KULIAH KEPERAWATAN ANAK II (ASKKK3131)

Oleh :
KELOMPOK SGD 2
Fasilitator : Ns. Luh Mira Puspita, S. Kep., M. Kep
Anggota :
Ni Ketut Ari Cendani (1902521002)
Putu Aditya Ika Wulandari (1902521013)
Sang Ayu Putu Silpia Utami (1902521018)
Oktaviana Timorisa Aruan (1902521021)
Alya Juita Permatasari (1902521027)
Putu Sri Febriyanti (1902521029)
Elina Meitasari (1902521047)
Putu Ayu Winda Lestari (1902521057)
Ni Putu Manik Budantari (1902521058)
Luh Gede Suryaniti Artha (1902521061)
Agnes Cinthya Age (1902521063)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
LEARNING TAKS
Kasus
Seorang anak laki-laki usia 4 tahun dirawat di RS dengan keluhan sering sesak
saat melakukan aktivitas. Dari hasil anamnesa didapatkan anak sering mengalami
sesak dan kebiruan saat aktivitas, mengedan, ataupu menangis, sering merasa
lelah saat bermain, sering jongkok bila berjalan 20-50 meter. BB saat ini 8 kg,
TB: 83,5 cm anak tampak sangat kurus, diaphoresis (+), clubbing finger (+), JVD
(+), akral dingin, CRT 3 dtk, volume urin 200 cc/24 jam, urin tampak keruh. Hasil
ekokardiografi: VSD, hipertrofi ventrikel kanan, over riding aorta, stenosis
pulmonal
1. Jelaskan perubahan sirkulasi normal saat bayi lahir!
2. Jelaskan klasifikasi dari kelainan jantung kongenital
3. Jelaskan pengertian dari TF!
4. Buatlah pathway (etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, masalah
keperawatan)!
5. Jelaskan pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, komplikasi, dan
prognosis dari kasus klien di atas!
6. Buatlah asuhan keperawatan untuk kasus klien di atas (pengkajian, analisa
data, diagnosis, dan rencana keperawatan)!
7. Susunlah pendidikan kesehatan yang tepat untuk kasus pasien di atas!
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia prevalensi insidens penyakit jantung congenital berkisar 8
sampai 10 bayi per 1000 kelahiran hidup dan 30 % diantaranya memberikan
gejala pada minggu pertama kehidupan. Lima puluh persen kematiannya yang
akan terjadi pada bulan pertama kehidupan bila tidak terdeteksi secara dini
dan tidak ditangani dengan baik. Penyakit jantung congenital atau sering
disebut Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah penyakit dengan kelainan
pada stuktur atau fungsi sirkulasi jantung yang telah ada saat lahir. Kelainan
ini terjadi karena gangguan atau kegagalan perkembangan stuktur jantung
pada fase awal pertumbuhan janin.(Hartawan & Mars, 2018)
Penyakit jantung bawaan juga dapat diartikan sebagai suatu kelainan
struktural atau susunan jantung dan pembuluh darah besar intratoraks, yang
berpotensi atau secara nyata memberikan pengaruh fungsional yang
signifikan, mungkin sudah terdapat sejak lahir. Secara garis besar PJB dibagi
atas dua kelompok, yaitu sianotik dan asianotik. Pada PJB sianotik terjadi
sianosis sentral oleh karena aliran darah paru berkurang akibat obstruksi
aliran keluar ventrikel kanan sehingga terjadi pirau kanan ke kiri. Tetralogi of
Fallot merupakan penyakit jantung bawaan sianotik yang paling banyak
ditemukan, yakni lebih kurang 10% dari seluruh kejadian penyakit jantung
bawaan. Penyakit jantung bawaan tersebut memiliki 4 komponen, yaitu defek
septum ventrikel, over-riding aorta, stenosis pulmonal, serta hipertrofi
ventrikel kanan. Komponen yang paling penting, yang menentukan derajat
beratnya penyakit, adalah stenosis pulmonal, yang bervariasi dari sangat
ringan hingga berupa atresia pulmonal.
Penyakit ini merupakan penyakit jantung bawaan sianotik yang paling
umum terjadi. Secara umum, tetralogi Fallot dijumpai pada tiga dari sepuluh
ribu bayi baru lahir hidup dan merupakan lebih kurang 10% dari seluruh
kejadian penyakit jantung bawaan.
Tetralogi of fallot dapat disebabkan oleh gangguan perkembangan sistem
kardiovaskular pada masa embrio. Terdapat peranan faktor endogen, eksogen,
dan multifaktorial (gabungan dari kedua faktor tersebut). Para ahli cenderung
berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut jarang secara
terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan. Beberapa komplikasi yang
dapat terjadi pada pasien tetralogi fallot yaitu; cerebrovascular accident,
abses otak, anemia, trombosis paru, atau perdarahan. (Amelia, 2019).
Kompleksnya prognosis yang ditimbulkan oleh ToF ini, penting bagi
mahasiswa keperawatan untuk mengidentifikasi asuhan keperawatan yang
diberikan kepada anak dengan ToF.
1.2 Tujuan
1.2.1 Untuk memahami perubahan sirkulasi normal saat bayi lahir
1.2.2 Untuk memahami klasifikasi dari kelainan jantung kongenital
1.2.3 Untuk memahami pengertian dari TF
1.2.4 Untuk memahami pathway dari TF
1.2.5 Untuk memahami pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan,
komplikasi, dan prognosis dari TF
1.2.6 Untuk memahami asuhan keperawatan untuk pasien TF
1.2.7 Untuk memahami pendidikan kesehatan yang tepat untuk pasien TF
1.3 Manfaat
1.3.1 Memahami perubahan sirkulasi normal saat bayi lahir
1.3.2 Memahami klasifikasi dari kelainan jantung kongenital
1.3.3 Memahami pengertian dari TF
1.3.4 Memahami pathway dari TF
1.3.5 Memahami pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, komplikasi, dan
prognosis dari TF
1.3.6 Memahami asuhan keperawatan untuk pasien TF
1.3.7 Memahami pendidikan kesehatan yang tepat untuk pasien TF
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Jelaskan perubahan sirkulasi normal saat bayi lahir!
Menurut Putra dkk (2016) menyatakan bahwa pada saat bayi lahir terdapat
berbagai macam perubahan fisiologis atau adaptasi fisiologis yang bertujuan
untuk memfasilitasi penyesuaian pada kehidupan ekstrauterin (luar uterus).
Pada masa transisi dari intrauterin (dalam uterus) ke ekstrauterin (luar uterus)
tersebut perlu pernapasan spontan dan perubahan kardiovaskuler beserta
perubahan organ lain menjadi organ dengan fungsi tidak lagi tergantung pada
ibu.
Perubahan yang paling penting dalam sirkulasi setelah bayi lahir adalah
karena penghentian mendadak aliran darah dari plasenta dan dimulainya
pernapasan melalui paru, sehingga pengambilan oksigen terjadi di sistem
pembuluh darah paru. Perubahan yang terjadi adalah: penurunan tahanan
vaskuler pulmonal, peningkatan tahanan vaskuler sistemik, penutupan
foramen ovale, penutupan duktus arteriosus, duktus venosus, vena umbilikalis
dan arteri umbilikalis.
1. Penurunan tahanan vaskuler paru dan peningkatan tahanan sistemik.
Penurunan tahanan vaskuler paru terjadi akibat ekspansi mekanik paru,
peningkatan saturasi oksigen arteri pulmonalis dan PO2 alveolar ketika
bayi menangis untuk pertama kalinya. Penurunan tahanan arteri
pulmonalis, menyebabkan aliran darah pulmonal meningkat sehingga
paru dapat berkembang. Penurunan tahanan arteri pulmonalis
dipengaruhi oleh perubahan pada dinding arteriol paru. Lapisan medial
arteri pulmonalis perifer berangsur-angsur menipis, dan pada usia 10-14
hari tahanan arteri pulmonalis sudah seperti kondisi orang dewasa.
Sedangkan tekanan darah sistemik tidak segera meningkat dengan
pernapasan pertama, biasanya terjadi secara berangsur-angsur, bahkan
mungkin tekanan darah turun lebih dulu dalam 24 jam pertama.
2. Penutupan foramen ovale Setelah plasenta terlepas dari sirkulasi, aliran
darah melalui vena cava inferior yang menuju ke kedua atrium menurun.
Ketika pernapasan dimulai, aliran darah ke atrium kiri yang melalui
jaringan pulmonal meningkat. Perubahan pola aliran yang menuju ke
jantung ini mengubah hubungan antara tekanan atrium kiri dan kanan.
Tekanan atrium kiri, yang pada janin dalam kandungan lebih rendah
daripada atrium kanan, kini menjadi lebih tinggi, sehingga menyebabkan
katup foramen ovale menutup. Walaupun penutupan fungsional foramen
ovale terjadi pada kebanyakan bayi, penutupan secara anatomis tidak
selalu sempurna, dan foramen tersebut dapat tetap ada untuk beberapa
tahun, kadang-kadang sampai dewasa.
3. Penutupan Duktus Arteriosus. Duktus arteriosus menutup secara
fungsional pada 10-15 jam setelah lahir. Penutupan permanen terjadi
pada usia 2-3 minggu. Duktus arteriosus janin mengandung otot polos
medialis yang dipertahankan dalam keadaan relaksasi oleh kerja
prostaglandin E2 sirkulasi. Setelah persalinan, plasenta yang merupakan
sumber PGE2 diangkat dan terjadi peningkatan aliran darah pulmonal
yang meningkatkan metabolisme seluruh PGE sirkulasi. Sebagai
akibatnya, konsentrasi PGE2 dalam serum menurun dan tidak ada yang
menghalangi konstriksi duktus arteriosus. Di samping itu, peningkatan
tekanan oksigen arteri (PaO2) dan peningkatan substansi vasoaktif
seperti bradikinin, katekolamin dan histamin juga menyebabkan
konstriksi dari otot polos dari dinding pembuluh darah duktus arteriosus.
Oksigen yang mencapai paru pada waktu pernapasan pertama
merangsang pelepasan bradikinin. Bradikinin mempunyai efek kontraktil
terhadap otot polos. Aksi ini tergantung dari kadar oksigen yang tinggi
dalam darah arteri setelah terjadinya pernafasan pertama. Ketika PO2
dalam darah diatas 50 mmHg, dinding duktus arteriosus akan mengalami
konstriksi. Pada keadaan hipoksia seperti sindrom gangguan pernafasan
dan prematuritas, duktus arteriosus dapat tetap terbuka atau disebut
Duktus Arteriosus Persisten.
4. Penutupan duktus venosus, vena dan arteri umbilikalis. Terputusnya
hubungan peredaran darah ibu dan janin akibat dipotong dan diikatnya
tali pusat, arteri umbilikalis dan duktus venosus akan mengalami
obliterasi, dengan demikian kebutuhan oksigen dan nutrisi tidak
tergantung lagi dari ibu. Melainkan oksigen akan dipenuhi oleh udara
yang dihisap paru, dan nutrisi akan diperoleh dari makanan yang dicerna
oleh sistem pencernaan bayi itu sendiri.
2.2 Jelaskan klasifikasi dari kelainan jantung kongenital!
Jenis penyakit jantung kongenital sangat beragam. Guna memudahkan
dalam memahami dan menangani pasien dengan penyakit jantung kongenital,
maka dilakukan penggolongan berdasarkan aliran darah, jenis obstruksi dan
status fisik pasien. Penyakit jantung kongenital sendiri berdasarkan aliran
darah dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu:
1. Penyakit jantung kongenital dengan peningkatan aliran darah pulmonal.
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah:
- Atrial Septal Defect (ASD)
- Ventricular Septal Defect (VSD)
- Patent Ductus Arteriosus (PDA)
2. Penyakit jantung kongenital dengan penurunan aliran darah pulmonal,
antara lain:
- Tetralogy of Fallot (TOF)
- Pulmonal atresia
- Tricuspid atresia
- Ebstein anomaly
3. Penyakit jantung kongenital tanpa adanya perubahan aliran darah, namun
terdapat obstruksi aliran darah baik di sirkulasi sistemik maupun
pulmonal, antara lain:
- Stenosis aorta
- Stenosis pulmonal
- Coarctatio aorta
4. Penyakit jantung kongenital dimana tidak terdapat pertukaran darah
pulmonal sistemik seperti pada Transpotition of Great Artery (TGA).
Pada dua kelompok pertama terdapat aliran darah melalui pintasan/shunt
yang disertai obstruksi (complex shunt) maupun tidak disertai obstruksi
(simple shunt), sedangkan pada kelompok ketiga tidak terdapat adanya shunt.
Penyakit jantung kongenital berdasarkan penampilan klinis dibagi menjadi
pasien dengan manifestasi sianosis dan gagal jantung. Sianosis terutama
didapatkan pada pasien dengan penurunan aliran darah pulmonal atau
percampuran darah sistemik-pulmonal yang tidak adekuat seperti pada
Tetralogi of Fallot, Pulmonal atresia. Gagal jantung didapatkan pada pasien
dengan peningkatan aliran darah pulmonal seperti Atrial Septal Defect
(ASD), Ventricular Septal defect (VSD), Patent Ductus Arteriosus besar,
Transpotition of Great Artery (TGA).
Penyakit jantung kongenital juga dapat digolongkan menjadi penyakit
jantung sianotik dan asianotik. Penyakit jantung sianotik merupakan istilah
untuk kelompok dengan defek struktur dan fungsi jantung atau pembuluh
darah besar yang menghalangi aliran darah normal dari bagian kanan ke
bagian kiri sistem sirkulasi. Kelainan yang termasuk dalam kelompok ini
yaitu Tetralogy of Fallot, Transposition of the great arteries (TGA), Ebstein
anomaly, Tricuspid atresia, total anomalous pulmonary venous return
(TAPVR), stenosis pulmonal dan truncus arteriosus.
Penyakit jantung asianotik merupakan istilah untuk defek jantung
kongenital di mana terdapat defek pada dinding yang memisahkan ruang
jantung, atau terjadi obstruksi katup atau arteri. Penyakit jantung tipe
asianotik meliputi: patent ductus arteriosus (PDA), coarctation of the aorta,
atrial septal defect (ASD), ventricular septal defect (VSD), atrioventricular
septal defect (AVSD), stenosis aorta dan stenosis pulmonal.
2.3 Jelaskan pengertian dari TF
Menurut CDC (2020) Tetralogy of Fallot (ToF) merupakan kelainan
bentuk jantung abnormal yang dapat mempengaruhi aliran darah normal
menuju jantung pada bayi baru lahir. Hal itu dapat terjadi karena selama
kehamilan jantung bayi tidak mengalami pertumbuhan dan perkembangan
secara normal. Tetralogy of Fallot (ToF) juga dapat didefinisikan sebagai
defek jantung sianotik kongenital. Ada empat kelainan jantung yang terjadi
pada Tetralogy of Fallot (ToF), yaitu :
1. Ventricular Septal Defect (VDS)
VDS adalah suatu kondisi dimana terjadi kelainan atau celah terbuka pada
dinding ventrikel yang terjadi antara ventrikel kanan dan ventrikel
kiri.VSD yang terjadi pada ToF tersebut terdapat lubang cukup besar
sehingga terjadi tekanan pada ventrikel kiri yang dapat membuat ventrikel
kanan memiliki ukuran sama besar. Adanya kelanian pada septum tersebut
memungkinkan terjadinya kondisi percampuran darah dari ventrikel kanan
yang masuk ke ventrikel kiri hingga masuk ke dalam aorta.
2. Stenosis Arteria Pulmonale
Adalah suatu kondisi kelainan dimana terjadi penyempitan katub pulmonal
dan arteri pulmonalis utama yang dapat menyebabkan penurunan aliran
darah dari jantung menuju paru-paru dan membuat jantung bekerja lebih
keras dalam memompa darah.
3. Overriding Aorta
Adalah suatu kondisi kelainan dimana terjadi katub aorta yang membuka
aorta membesar dan tampak terbuka secara bersamaan pada kedua
ventrikel baik ventrikel kanan dan ventrikel kiri. Kelainan ini terjadi
dimana letak katub aorta berada tepat di atas VDS.
4. Right Ventrikel Hypertropi
Adalah suatu kondisi kelainan dimana terjadi penebalan di dinding otot
jantung ventrikel kanan. (Damanik & Sitorus, 2019).
2.4 Buatlah pathway (etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, masalah
keperawatan)!
Pathway Tetrallogy of Fallot

Tetrallogy of Fallot Kelainan kongenital

Ventricular septal defect Stenosis pulmonal

Pirau ventrikel Volume darah keObstruksi aliran


kiri ke kanan paru meningkat darah dari Aorta mendapat aliran darah
ventrikel kanan dari 2 ventrikel

Aliran darah ke paru Tekanan


meningkat Kerja ventrikel
ventrikel Tekanan aorta
kanan berlebih
dextra meningkat
meningkat
Perubahan endotel Right ventricular
& tunika hypertrophy Aorta tidak dapat
muskularis arteri mengimbangi aliran darah
kecil paru Volume sekuncup turun dari ventrikel kanan & kiri
woorkload

Sclerosis Overiding
COP turun
pembuluh Atrium dextra tidak aorta
darah paru dapat mengimbangi
workload
Keb. O2 & zat
nutrisi u/metab
Perubahan tidak seimbang Atrium kanan
permeabilitas membesar
dari membrane
BB sulit naik
aveoli ke kapiler
CHF : murmur, distensi
vena jugularis, eudema,
Gangguan hepatomegali
Penurunan pertumbuhan &
kemampuan perkembangan
difusi Penurunan curah jantung

Menuju
jaringan
hipoksemia hipoksia sianosis Ketidakefektifan perfusi
perifer
jaringan perifer

Sesak nafas hospitalisasi Clubbing


finger Gangguan citra tubuh

Gangguan
Ansietas
pertukaran
gas
2.5 Jelaskan Pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, komplikasi, dan
prognosis dari kasus klien di atas!
2.5.1 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk mendukung diagnosa TF pada anak
menurut Putri (2019) adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan
hematokrit (Ht) akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada
umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit
antara 50-65 %.
b. BGA Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial
karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen
(PO2) dan penurunan PH.pasien dengan Hn dan Ht normal atau
rendah mungkin menderita defisiensi besi.
c. Analisa Gas Darah PCV meningkat lebih besar 65% dapat
menimbulkan kelainan koagulasi ; waktu perdarahan memanjang,
fragilitas kapiler meningkat, umur trombosit yang abnormal.
d. Desaturasi darah arterial
e. Anemia hipokrom mikrositer (karena defisiensi besi)
2. X foto dada (radiologi)
a. Jantung tidak membesar
b. Arkus aorta sebelah kanan (25%)
c. Aorta asendens melebar
d. Konus pulmonalis cekung
e. Apeks terangkat
f. Vaskularitas paru berkurang
g. Jantung berbentuk sepatu
3. EKG Defisiasi sumbu QRS ke kanan (RAD) hipertrofi ventrikel kanan
(RVH): gelombang P diantara II sering tinggi.
4. Ekokardiogram
a. Overiding aorta
b. Defect septum ventrikel
c. Jalan keluar ventrikel kanan menyempit
d. Kateterisasi
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek septum
ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis
pulmonal perifer. Mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen, peningkatan
tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan pulmonalis normal atau rendah.
2.5.2 Penatalaksaan Tetralogy Fallot pada anak
Amelia tahun 2019 mengungkapkan bahwa penatlaksanaan tetralogy
fallot pada anak adalah sebgaia berikut:
a) letakkan pasien dalam knee-chest position;
b) berikan O2 masker 5-8 L/menit;
c) morfin sulfat 0, 1- 0,2 mg/kg subkutan atau intramuskular;
d) berikan natrium bikarbonat 1 mEq/kgBB intravena untuk koreksi
asidosis;
e) berikan transfusi darah bila kadar hemoglobin kurang dari 15 g/dl,
sekali pemberian 5 ml/kgBB;
f) berikan propranolol 0,1 mg/kgBB bolus intravena. Perlu diperhatikan
bahwa jangan memberikan digoksin saat pasien dalam serangan
sianotik karena akan memperburuk keadaan. Bila tidak segera
dilakukan operasi dapat diberikan propranolol rumat 1 mg/kgBB/hari
dalam 4 dosis. Bila pasien mengalami serangan sianotik disertai
anemia relatif, diperlukan preparat Fe untuk meningkatkan kadar Hb.
Perhatikan kebersihan mulut dan gigi untuk meniadakan sumber
infeksi terjadinya endokarditis infektif atau abses otak. Cegah
dehidrasi, khususnya pada infeksi interkuren.
g) Terapi pembedahan dibagi menjadi bedah paliatif dan korektif. Bedah
paliatif yang biasa dilakukan adalah operasi B – T (Blalock – Taussig)
Shunt yang bertujuan meningkatkan sirkulasi pulmonal dengan
menghubungkan arteri subklavia dengan pulmonalis yang ipsilateral.
Umumnya bedah paliatif dilakukan pada bayi kecil atau dengan
hipoplasia arteri pulmonalis dan pasien yang sering mengalami
serangan sianotik. Pada bedah korektif dilakukan koreksi total yang
dapat didahului atau tanpa bedah paliatif. Bila arteri pulmonalis tidak
terlalu kecil, umumnya koreksi total dilakukan pada pasien tetralogi
fallot di bawah usia 2 tahun. Di negara maju yang telah
berpengalaman operasi sudah dilakukan sebelum umur 1 tahun.
2.5.3 Komplikasi
Amelia tahun 2019 mengutip dari pernyataan Wong (2009)
menyebutkan bahwa komplikasi yang mungkin muncul pada anak dengan
TF adalah sebagai berikut :
a) Trombosis Serebri Biasanya terjadi dalam vene serebrum atau sinus
duralis, dan terkadang dalam arteri serebrum, lebih sering ditemukan
pada polisitemia hebat. juga dapat dibangkitkan oleh dehidrasi.
trombosis lebih sering ditemukan pada usia di bawah 2 tahun. pada
penderita ini paling sering mengalami anemia defisiensi besi dengan
kadar hemoglobin dan hematokrit dalam batas-batas normal.
b) Abses Otak Biasanya penderita penyakit ini telah mencapai usia di
atas 2 tahun. Awitan penyakit sering berlangsung tersembunyi disertai
demam berderajat rendah. mungkin ditemukan nyeri tekan setempat
pada kranium, dan laju endap darah merah serta hitung jenis leukosit
dapat meningkat. dapat terjadi serangan-serangan seperti epilepsi,
tandatanda neurologis yang terlokalisasi tergantung dari tempat dan
ukuran abses tersebut.
c) Endokarditis Bakterialis terjadi pada penderita yang tidak mengalami
pembedahan, tetapi lebih sering ditemukan pada anak dengan
prosedur pembuatan pintasan selama masa bayi.
d) Gagal Jantung Kongestif Dapat terjadi pada bayi dengan atresia paru
dan aliran darah kolateral yang besar. keadaan ini, hampir tanpa
pengecualian, akan mengalami penurunan selama bulan pertama
kehidupan dan penderita menjadi sianotis akibat sirkulasi paru yang
menurun.
e) Hipoksia Keadaan kekurangan oksigen dalam jaringan akibat dari
stenosis pulmonal sehingga menyebabkan aliran darah dalam paru
menurun.
2.5.4 Prognosis
Progresivitas penyakit ini harus dipantau dengan ketat. Pada pasien
tetralogi Fallot, apabila tidak dilakukan operasi, dapat terjadi salah satu
atau lebih kemungkinan berikut (Yasmin dan Gunawaijaya, 2018):
1. Pasien Meninggal Akibat Serangan Sianotik
2. Stenosis Infundibular Makin Hebat, Sehingga Pasien Makin Sianotik
3. Terjadi Abses Otak Atau Komplikasi Lain
Secara alamiah, 50% pasien tetralogi Fallot yang tidak dikoreksi akan
meninggal pada umur sekitar 5 tahun, 25% pada usia sekitar 10 tahun, dan
hanya 11% saja yang bisa bertahan hidup sampai umur 25 tahun, 6%
sampai umur 30 tahun, dan hanya 3% yang mencapai usia 40 tahun.
Prognosis pasien yang lahir pada era saat ini diharapkan akan jauh lebih
dengan adanya kemajuan teknologi dan penanganan medis dan operatif
pada dekade – dekade terakhir. Dari seluruh pasien dengan malformasi
kongenital pada jantung, penanganan pasien Universitas Sumatera Utara
20 tetralogi Fallot tidak berhenti pada saat setelah perbaikan penuh, tetapi
berlanjut seumur hidup dengan pemantauan atau kontrol berkala dengan
kardiolog yang ahli dengan penyakit jantung bawaan (Putri, 2019).
2.6 Buatlah asuhan keperawatan untuk kasus klien di atas (pengkajian,
analisis data, diagnosis, dan rencana keperawatan)!

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA ANAK DENGAN KELAINAN TETRALOGY OF FALLOT
SISTEM KARDIOVASKULER
TANGGAL 9 SEPTEMBER 2021
2.6.1 Pengkajian
1. Identitas
a. Pasien
Nama : An. X
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 4 tahun
Agama : Hindu
Pendidikan :-
Alamat : Jl. PB. Sudirman No. 17 Denpasar
Tanggal Kunjungan : 9 September 2021
Ruangan/Kamar : Poli anak
No. RM : 1005
Tanggal Pengkajian : 9 September 2021
Diagnosa Medis : ToF
b. Penanggung Jawab
Nama : Ny. N
Umur : 32 tahun
Pendidikan : D4
Pekerjaan : Pariwisata
Alamat : Jl. PB. Sudirman No. 17 Denpasar
Hubungan dengan Pasien : Ibu pasien
2. Keluhan Utama
Ibu An. X mengatakan bahwa An. X sering mengalami sesak saat
melakukan aktivitas.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu An. X mengatakan bahwa An. X sering mengalami sesak dan
kebiruan saat aktivitas, mengedan dan menangis. Selain itu anak juga
sering merasa Lelah saat bermain dan jongkok jika berjalan sejauh 20-
50 meter.
4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu:
-
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu pasien dikonfirmasi positif ToF
6. Riwayat Imunisasi
An. X belum melakukan imunisasi apaun.
7. Pola Fungsional Gordon
a. Pola persepsi kesehatan dan manajemen kesehatan
Orangtua langsung membawa anaknya ke pelayanan kesehatan jika
anaknya mengalami sesak dan kebiruan
b. Pola metabolik dan nutrisi
Pasien mengalami penurunan nafsu makan, dimana biasanya anak
makan 1 porsi habis namun sekarang hanya ¼ saja.
c. Pola eliminasi
An. X BAB sebanyak 2 kali sehari dengan warna feses kuning.
BAK dengan volume 200 cc/jam dan tampak keruh.
d. Pola aktivitas dan olahraga
Pasien mengalami penurunan aktivitas karena cepat lelah dan
sering sesak nafas saat bermain serta sering jongkok jika berjalan
20-50 meter.
e. Pola tidur dan istirahat
Pasien tidak mengalami gangguan istirahat
f. Pola persepsi dan kognitif
Anak dapat berkomunikasi dengan baik dan mengerti apa yang
didengar
g. Pola konsep diri
-
h. Pola hubungan dan peran
Pasien sangat dekat dengan ibunya
i. Pola reproduksi dan seksualitas
Tidak ada tanda-tanda gangguan reproduksi
j. Pola koping dan toleransi stress
Anak tampak kebingungan jika terjadi kebiruan pada tubuhnya
k. Pola nilai dan kepercayaan
Anak selalu beribadah dengan ibunya setiap hari
8. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: Anak tampak kurus, lelah dan sesak
Kesadaran: Composmentis
TTV TD: 100/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu: 36°C
RR: 29 x/menit
a. Kulit :
Kulit tampak kebiruan
a. Kepala:
Warna rambut hitam, kulit kepala bersih, tidak terdapat nyeri tekan
dan edema
b. Mata
Tidak ada kelainan
c. Hidung
Terdapat pernafasan cuping hidung
d. Gigi dan Mulut
Mukosa bibir tampak pucat.
e. Leher
Terdapat tonjolan pada leher JVD (+)
f. Dada
1. Paru-paru
- Inspeksi : Menunjukkan adanya sesak napas
- Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan atau teraba massa
- Auskultasi : Terdapat suara nafas tambahan
2. Jantung
- Inspeksi : Bentuk dada simetris
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
- Auskultasi : Denyut jantung lambat dan lemah
3. Abdomen
- Auskultasi : bising usus normal
g. Status nutrisi
Anak tampak kurus dimana penambahan berat badan buruk
h. Kulit
Anak tampak keringat dingin Diaphoresis (+), CRT 3 detik.
i. Ekstremitas
Dasar kuku abnormal/ bulat Clubbing Finger (+), ujung jari tangan
dan kaki terasa dingin Akral dingin.
9. Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan Ekokardiografi:
- VSD
- Hipertrof ventrikel kanan
- Over riding aorta
- Stenosis pulmonal
2.6.2 Analisis Data
No Data Etiologi Masalah
1. Ds ToF Hambatan
- Ibu Pasien ↓ pertukaran gas
mengatakan Stenosis pulmonal
pasien sering ↓
mengeluh sesak Obstruksi pada katup
nafas pulmonal
Do ↓
- Pasien tampak Aliran darah ke paru-
lemas, pucat dan paru menurun
kebiruan ↓
- Pasien Penurunan pertukaran
mengalami gas di paru-paru
diaphoresis ↓
Sesak nafas

Sianosis

Hambatan
pertukaran gas

2. Ds ToF Intoleransi
- Ibu pasien ↓ aktivitas.
mengatakan, VSD
aktivitas pasien ↓
berkurang, karena Pencampuran darah
pasien sering dari ventrikel kiri dan
mengalami kelelahan ventrikel kanan
dan sering ↓
mengalami sesak Darah mengandung
dalam bernafas. O2 dan CO2
bercampur
Do ↓
Pasien tampak Iemah Hipoksia
dan kebiruan ↓
- suhu = 36oC O2 tidak cukup untuk
- nadi = 80 x / menit pembentukan ATP
- respirasi = 29 x / ↓
menit Energi menurun
- Tekanan darah = 100 ↓
x/80mmHg. Kelelahan

Intoleransi aktifitas

3 Ds Kurang minat pada Ketidakseimba


- Ibu pasien makanan ngan nutrisi:
mengatakan, pasien ↓ kurang dari
tidak nafsu makan, Berat badan menurun kebutuhan
awal 1 porsi, ↓ tubuh
sekarang menjadi ¼ Ketidakseimbangan
porsi. nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh
Do
- Pasien tampak kurus
- IMT 11, 4
- BB : 8 Kg
- TB : 83,5 cm
2.6.3 Diagnosis Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoksemia ditandai
dengan Ibu pasien mengatakan pasien mengalami kesulitan dalam
bernafas, pasien tampak Iemah, kebiruan (sianosis), pasien juga
mengalami diaphoresis, pasien terlihat sesak nafas.
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen ditandai dengan Ibu pasien mengatakan aktivitas
pasien berkurang karena pasien sering mengalami kelelahan dan sering
mengalami sesak dalam bernafas,
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurang minat pada makanan ditandai dengan Ibu pasien
mengatakan, pasien tidak nafsu makan, awal 1 porsi, sekarang menjadi ¼
porsi, IMT 11,4.
2.6.4 Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
. Kriteria Hasil
1. Gangguan Setelah NIC Monitor
pertukaran dilakukan Monitor Pernafasan
gas asuhan Pernafasan - Untuk
keperawatan - Monitor menilai
selama 2 x 24 kecepatan, kecepatan,
jam diharapkan irama, irama,
status kedalaman, kedalaman,
pernafasan dan juga dan
anak membaik kesulitan kesulitan
dengan kriteria bernafas. ketika anak
hasil: - Amati bernafas.
NOC pergerakan - Untuk
Pertukaran dada anak mengetahui
Gas ketika adanya otot
- Saturasi bernafas, bantu saat
oksigen adanya anak
anak dalam retraksi bernafas.
kisaran dinding dada, - Untuk
normal dan mengetahui
yaitu >95%. penggunaan suara nafas
- Anak otot – otot anak ketika
diharapkan bantu bernafas.
tidak pernafasan. - Untuk
mengalami - Monitor mengetahui
sianosis. suara nafas jenis pola
Status TTV anak, apakah nafas anak
- Tanda – ngorok/ ketika
tanda vital mendengkur, bernafas.
anak dalam mengi, dan - Agar SaO2
batas ronchi. anak selalu
normal. - Monitor pola dalam batas
nafas apakah normal.
bradipneu, Terapi
takipneu, Oksigen
kusmaul. - Untuk
- Monitor menjaga
SaO2 dalam kepatenan
batas normal jalan nafas
yaitu >95%. anak.
Terapi Oksigen - Untuk
- Periksa dan menjaga
pastikan aliran
rongga oksigen
mulut, yang masuk
hidung, dan keparu –
sekret di paru tidak
ringga trakea. terhambat.
- Pertahankan - Agar anak
kepatenan merasa
jalan nafas. lebih
- Anjurkan nyaman.
anak posisi - Untuk
semifoler memastikan
- Siapkan peralatan
peralatan oksigenasi
oksigenasi. lengkap.
- Monitor - Untuk
aliran mengurangi
oksigen sesak nafas
sesuai yang
kebutuhan, dialami
misalnya 4L. anak.
- Observasi - Untuk
adanya tanda- mengetahui
tanda adanya
hipoventilasi. tanda –
- Monitor tanda
adanya hipoventilas
kecemasan i.
pada anak - Untuk
terhadap mengurangi
oksigenasi. rasa cemas
Status TTV yang
- Monitor RR, dialami oleh
suhu, dan anak
nadi anak. terhadap
oksigen.
Status TTV
- Agar TTV
anak dalam
batas
normal.
2. Intoleransi Setelah NIC Terapi
aktivitas dilakukan Terapi Aktivitas
asuhan Aktivitas - Untuk
keperawatan - Kolaborasi memilih
selama 3 x 24 dengan rencana
jam diharapkan profesi terapi yang
suplai dan rehabilitasi tepat pada
oksigen medis lain anak.
terpenuhi dalam - Agar
dengan kriteria merencanaka aktivitas
hasil: n program sehari – hari
NOC terapi yang anak
Toleransi tepat. terpenuhi.
Terhadap - Bantu anak - Agar anak
Aktivitas untuk mampu
- Frekuensi mengidentifi melakukan
nadi anak kasi aktivitas aktivitasnya
normal yang mampu sesuai
sekitar 70 – dilakukan dengan
120 x/menit. sendiri kemampuan
- RR anak seperti makan fisiknya.
dalam batas dan minum. - Agar anak
normal yaitu - Bantu anak mampu
berkisar memilih bermain
antara 22 – aktivitas sesuai
34 x/menit. konsisten dengan
- Tidak sesuai dengan kemampuan
adanya kemampuan nya.
sianosis fisiknya - Agar anak
pada bagian seperti merasa
perifer anak. berjalan dan senang dan
- Anak dapat berlari kecil. termotivasi
melakukan - Bantu anak melakukan
aktivitas memilih tindakannya
ringan permainan .
sehari – sesuai dengan - Agar
hari. kemampuan keluarga
fisiknya anak
seperti senantiasa
bermain memantau
puzle dan perkembang
lainnya. an dan
- Berikan aktivitas
dukungan yang
positif setiap dilakukan
anak oleh
melakukan anaknya.
aktivitas.
- Edukasi
keluarga
anak untuk
selalu
memantau
aktivitas yang
dilakukan
anak.
3. Ketidaksei Setelah NIC Managemen
mbangan dilakukan Managemen Nutrisi
nutrisi asuhan Nutrisi - Untuk
kurang keperawatan - Tentukan menetukan
dari selama 3 x 24 status gizi makanan
kebutuhan jam diharapkan pada anak yang sesuai
tubuh. status nutisi sesuai dengan dengan
anak terpenuhi perkembanga perkembang
dengan kriteria n usia. an anak.
hasil: - Identifikasi - Untuk
NOC alergi/ mengetahui
Status Nutrisi intoleransi alergi
- Asupan makanan makanan
gizi anak yang dimiliki apa saja
terpenuhi. oleh pasien. yang
- Asupan - Tentukan dimiliki
makan dan makanan oleh anak.
minum yang - Untuk
anak dibutuhkan mengetahui
terpenuhi. oleh anak jenis
- BB usia 4 tahun makanan
meningkat dengan yang cocok
sesuai makanan diberikan
dengan yang tidak pada anak
usia. terlalu keras, usia 4
- IMT anak misalnya tahun.
dalam berikan - Untuk
batas bubur. meningkatk
normal. - Anjurkan an asupan
Asupan anak vitamin dan
Nutrisi mengkonsum mineral
- Asupan si buah dan anak serta
kalori anak sayur. asupan
terpenuhi. - Sajikan nutrisi anak
- Asupan makanan terpenuhi.
protein yang menarik - Untuk
anak untuk menambahk
terpenuhi. meningkatka an nafsu
- Asupan n nafsu makan dan
karbohidra makan anak, anak tidak
t misalnya bosan.
anakterpen dengan Monitor
uhi makanan Nutrisi
- Asupan kesukaannya. - Untuk
vitamin Monitor Nutrisi memantau
anak - Monitor pertumbuha
terpenuhi. pertumbuhan n dan
dan perkembang
perkembanga an anak usia
n anak sesuai 4 tahun dan
usia 4 tahun. mengurangi
- Timbang BB risiko
anak setiap gangguan
hari. pertumbuha
- Identifikasi n anak.
setiap - Untuk
perubahan mengetahui
BB anak. kenaikan
- Lakukan BB anak
pengukuran setiap
antropometri harinya.
seperti, - Untuk
lingkar memastikan
kepala, asupan
lingkar perut, nutrisi anak
dan lingkar terpenuhi.
lengan atas. - Untuk
mengetahui
pertumbuha
n anak tidak
mengalami
penyimpang
an.

2.7 Susunlah pendidikan kesehatan yang tepat untuk kasus pasien di atas!
(sertakan jurnal pendukung)
Susunlah pendidikan kesehatan yang tepat untuk kasus pasien di atas!
(sertakan jurnal pendukung)
Rencana pendidikan kesehatan
Materi : Tetralogy of Fallot
Pelaksana : Perawat NY
Sasaran : Orang tua dan An.X
Waktu pertemuan : 60 menit
Hari/Tanggal : 10 September 2021
Pukul : 09.00
Tempat : Poli anak No.1005
Materi pokok
Tetralogy of Fallot
a. Metode
Ceramah
b. Media dan alat
Leafet
c. Sasaran dan target
Orang tua dan anak Ny.N
d. Strategi pelaksanaan
Kegiatan dilakukan pada pukul 09.00 di ruang Poli anak No.1005
selama 60 menit dengan metode ceramah
e. Materi
Informasi yang diberikan yaitu:
A. Pengertian
Menurut CDC (2020) Tetralogy of Fallot (ToF) merupakan kelainan
bentuk jantung abnormal yang dapat mempengaruhi aliran darah normal
menuju jantung pada bayi baru lahir. Hal itu dapat terjadi karena selama
kehamilan jantung bayi tidak mengalami pertumbuhan dan perkembangan
secara normal. Ada empat kelainan jantung yang terjadi pada Tetralogy of
Fallot (ToF), yaitu:
1. Defek septum ventrikel (VSD)
VDS adalah suatu kondisi dimana terjadi kelainan atau celah terbuka
pada dinding bilik jantung. Adanya kelanian tersebut memungkinkan
terjadinya kondisi percampuran darah dari ventrikel kanan yang masuk
ke ventrikel kiri hingga masuk ke dalam aorta.
2. Stenosis Pulmonal
Adalah suatu kondisi kelainan dimana terjadi penyempitan katup
menuju paru serta aliran darah menuju paru. Hal tersebut dapat
menyebabkan penurunan aliran darah dari jantung menuju paru-paru
dan membuat jantung bekerja lebih keras dalam memompa darah.
3. Overriding Aorta
Adalah suatu kondisi kelainan dimana terjadi katup aorta yang
membuka aorta membesar dan tampak terbuka secara bersamaan pada
kedua bilik jantung baik bilik kanan jantung dan bilik kiri jantung.
Kelainan ini terjadi dimana letak katup aorta berada tepat di atas VSD.
4. Right Ventrikel Hypertropi
Adalah suatu kondisi kelainan dimana terjadi penebalan di dinding otot
jantung pada bilik kanan jantung. (Damanik & Sitorus, 2019)
B. Penyebab Tetralogy of Fallot
Etiologi Tetralogy of Fallot masih sulit untuk dipahami, namun ToF telah
dikaitkan dengan banyak kelainan genetik seperti sindrom penghapusan
22q11, sindrom Down, serta trisomi 13 dan 18 (Vajapey & Majdalany,
2019).
C. Gejala Tetralogy of Fallot
Salah satu gejala yang sering muncul pada kasus ToF yaitu jari kuku dan
bibir yang dapat berubah menjadi biru/sianosis jika anak mengalami
kelelahan akibat aktivitas fisik yang berat. Kemudian gejala lain yang
mungkin muncul yaitu kecemasan yang tinggi dan menangis cukup lama
(Irmawati & Sutarto, 2021).
D. Komplikasi Tetralogy of Fallot
Anak dengan Tetralogy of Fallot berpeluang untuk mengalami komplikasi
neurologis. Komplikasi neurologis yang paling utama adalah adanya
hambatan pada otak, yang sangat berpengaruh terhadap mortalitas maupun
morbiditas pasien (Amelia, 2020). Gangguan status gizi juga merupakan
komplikasi yang muncul selama masa menunggu operasi (Rahman dkk.,
2020).
E. Penanganan Tetralogy of Fallot
Anak dengan ToF harus segera mendapatkan penanganan untuk menutup
defek pada ventrikel atau bilik jantung (Irmawati & Sutarto, 2021).
F. Prognosis Tetralogy of Fallot
Informasikan kepada keluarga terkait prognosis ToF untuk memudahkan
keluarga dalam pengambilan keputusan. Diperkirakan >81% pasien
dengan ToF mencapai usia dewasa setelah pembedahan. Tanpa
pembedahan, 25% bayi yang terkena ToF meninggal pada tahun pertama
kehidupan dan kematian meningkat hingga 40% pada usia 3 tahun
kemudian meningkat lagi hingga 70% pada 10 tahun, dengan keluhan
hipoksia sebagai penyebab utama kematian (Vajapey & Majdalany, 2019).
G. Perhatikan aktivitas anak
Aktivitas yang dilakukan anak saling berpengaruh dengan sistem jantung
dan paru-parunya (cardiopulmonal), sehingga keluarga diberitahu agar
memantau setiap aktivias yang dilakukan anak (Butcher dkk., 2018).
H. Pemenuhan gizi anak
Edukasi keluarga untuk memperhatikan asupan makanan anak untuk
memenuhi kebutuhan gizinya. Informasikan pengaruh gizi buruk terhadap
kesehatan anak. Minta orang tua untuk memperhatikan pertumbuhan anak,
karena nutrisi yang kurang menjadi salah satu yang berperan dalam
pertumbuhan anak yang buruk (Rahman dkk., 2020).
Jurnal Pendukung 1:
Judul : Anthropometric Profile of Children with Cyanotic and
Noncyanotic Congenital Heart Disease
Penulis : Mahrus Abdur Rahman, I Ketut Alit Utamayasa, Taufiq Hidayat,
Roedi Irawan, Rina Elizabeth
Tahun : 2020
No./Vol. : 15/1
Penerbit : Media Gizi Indonesia
Jurnal Pendukung 2:
Judul : Tetralogy of Fallot: Basic Imaging Findings and Management
Penulis : Ramya Vajapey, MD dan David Majdalany, MD
Tahun : 2019
No./Vol. : 38/3
Penerbit : Journal of Radiology Nursing
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Tetralogi of Fallot merupakan kelainan kongenital penyakit jantung
bawaan sianotik. Tetralogi of Fallot juga disebut kelainan atau jantung
abnormal yang dapat mempengaruhi aliran darah menuju jantung pada bayi.
Penyebab dari Tetralogi of Fallot ada dua faktor yaitu endogen dan eksogen.
Umumnya anak dengan Tetralogi of Fallot akan mengalami sesak saat
melakukan sktivitas , sering merasakan kelelahan saat beraktivitas, berat
badan tidak bertambah clubbing finger. Pemeriksaan yang dapat dialkukan
pada pasien Tetralogi of Fallot yaitu pemeriksaan laboratorium, radiologi,
EKG, dan ekokardiografi.
3.2 Saran
Sebagai perawat perlu diperhatikan asuhan keperawatan yang sesuai bagi
anak TOF, sehingga dapat memberikan intervensi yang baik yang berdasar
pada Family centered care.
DAFTAR PUSTAKA

Amelia, A. (2020). Profil Sel Darah Merah pada Pasien–Pasien Tetralogy of


Fallot (ToF) di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode
Desember 2018–Desember 2019 (Doctoral dissertation, Universitas
Hasanuddin).
Amelia, P. (2019). Tetralogy Fallot (TOF). medicine Unsrat, 1-6.
Butcher, H. K., Bulechek, G. M., Dochterman, J. M. M., & Wagner, C. M.
(2018). Nursing Interventions Classification (NIC). Elsevier, Inc.
CDC. (2020). Facts about Tetralogy of Fallot. Retrieved September 9, 2021, from
https://www.cdc.gov/ncbddd/heartdefects/tetralogyoffallot.html
Damanik, S. M., & Sitorus, E. (2019). Modul Bahan Ajar Keperawatan Anak.
Jakarta: BMP.UKI.
Hartawan, I. G. A. G. U., & Mars, S. (2018). Anestesia Pada Pediatri Dengan
Kelainan Jantung Kongenital Yang Akan Menjalani Operasi Non Jantung.
Irmawati, A. R., & Sutarto, A. P. (2021). Prevention of Infective Endocarditis in
Dental Procedures for Tetralogy of Fallot Patients. Jurnal Radiologi
Dentomaksilofasial Indonesia (JRDI), 5(2), 66-69.
Pratomo, B. Y., Kurniawaty, J., & Setiandari, K. (2016). Anestesi Pada Pasien
Anak Dengan Penyakit Jantung Kongenital Asianotik (PDA, ASD, VSD).
Putra, K. A. H, Parami, P., & Dwikayana, I. M. (2016). SISTEM
KARDIOVASKULER PADA BAYI BARU LAHIR.
Putri, D. A. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Anak S Yang Mengalami TOF.
Perpustakaan KEMENKES, 4-6.
Rahman, M., Utamayasa, I. K. A., Hidayat, T., Irawan, R., & Elizabeth, R. (2020).
Anthropometric Profile of Children with Cyanotic and Noncyanotic
Congenital Heart Disease. Media Gizi Indonesia, 15(1), 1-6.
Vajapey, R., & Majdalany, D. (2019). Tetralogy of Fallot: Basic Imaging
Findings and Management. Journal of Radiology Nursing, 38(3), 164-167.
Yasmin, A., & Gunawijaya, E. (2018). A Child With Tetralogy Of Fallot
Presenting With Complications Of Infective Endocarditis, Cerebral Abscess,
And Undernutrition. Medicina, 46(1). Retrieved
from https://ojs.unud.ac.id/index.php/medicina/article/view/15977

Anda mungkin juga menyukai