Anda di halaman 1dari 14

BAB I

KONSEP MEDIS

A. Definisi Patent Duktus Arteriosus (PDA)

Patent Duktus Arteriosus (PDA) adalah penyakit jantung bawaan yang


asianotik yang dimana tetap terbukanya duktus arterious setelah lahir, yang
menyebabkan dialirkannya darah secara langsung dari aorta (tekanan lebih tinggi )
ke dalam arteri pulmoner (tekanan lebih rendah) (Schumacher et al, 2011).
Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI
pada janin yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens. Pada
bayi normal duktus tersebut menutup secara fungsional 10–15 jam setelah lahir dan
secara anatomis menjadi ligamentum arteriosum pada usia 2 – 3 minggu. Bila tidak
menutup disebut Duktus Arteriosus Persisten (Persistent Ductus Arteriosus (PDA)).
(Buku ajar kardiologi FKUI, 2001 ; 227).
B. Etiologi
Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui
secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada
peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan:
1. Faktor prenatal
a. Ibu menderita penyakit infeksi: Rubella
b. Ibu alkoholisme
c. Umur ibu lebih dari 40 tahun
d. Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan
insulin
e. Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu.
2. Faktor genetik
a. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
b. Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan
c. Kelainan kromosom seperti Sindrom Down
d. Lahir dengan kelainan bawaan yang lain. (Buku Ajar Keperawatan
Kardiovaskuler, Pusat Kesehatan Jantung dan Pembuluh Darah Nasional
Harapan Kita, 2001 ; 109)
Duktus arteriosus adalah suatu pembuluh darah yang dilapisi oleh otot
dan memiliki fungsi khusus. Jika kadar oksigen di dalam darah meningkat
(biasanya terjadi segera setelah bayi lahir), otot ini akan mengkerut sehingga duktus
menutup. Pada saat duktus menutup, darah dari jantung bagian kanan hanya
mengalir ke paru-paru (seperti yang terjadi pada orang dewasa). Pada beberapa
anak, duktus tidak menutup atau hanya menutup sebagian. Hal ini terjadi karena
tidak adanya sensor oksigen yang normal pada otot duktus atau karena kelemahan
pada otot duktus. Adapun faktor resiko terjadinya PDA adalah prematuritas
dan sindroma gawat pernafasan.
C. Patofisiologi
Duktus arteriosus berasal dari lengkung aorta dorsal distal ke enam dan
secara utuh dibentuk pada usia ke delapan kehamilan. Perannya adalah untuk
mengalirkan darah dari paru-paru fetus yang tidak berfungsi melalui hubungannya
dengan arteri pulmonal utama dan aorta desendens proksimal. Pengaliran kanan ke
kiri tersebut menyebabkan darah dengan konsentrasi oksigen yang cukup rendah
untuk dibawa dari ventrikel kanan melalui aorta desendens dan menuju plasenta,
dimana terjadi pertukaran udara. Sebelum kelahiran, kira-kira 90% curahan
ventrikel mengalir melalui duktus arteriosus. Penutupan duktus arteriosus pada bayi
kurang bulan berhubungan dengan angka morbiditas yang signifikan, termasuk
gagal jantung kanan. Biasanya, duktus arteriosus menutup dalam 24-72 jam dan
akan menjadi ligamentum arteriosum setelah kelahiran cukup bulan (Dice et al,
2007).
Konstriksi dari duktus arteriosus setelah kelahiran melibatkan interaksi
kompleks dari peningkatan tekanan oksigen, penurunan sirkulasi prostaglandin E2,
penurunan respetor PGE2 duktus dan penurunan tekanan dalam duktus. Hipoksia
dinding pembuluh dari duktus menyebabkan penutupan melalui inhibisi dari
prostaglandin dan nitrik oksida di dalam dinding duktus(Dice et al, 2007).
Patensi dari duktus arteriosus biasanya diatur oleh tekanan oksigen fetus
yang rendah dan sirkulasi dari prostanoid yang dihasilkan dari metabolisme asam
arakidonat oleh COX dengan PGE2 yang menghasilkan relaksasi duktus yang
paling hebat di antara prostanoid lain. Relaksasi otot polos dari duktus arteriosus
berasal dari aktivasi reseptor prostaglandin G berpasangan EP4 oleh PGE2. Setelah
aktivasi reseptor prostaglandin EP4, terjadi kaskade kejadian yang termasuk
akumulasi siklik adenosine monofosfat, peningkatan protein kinase A dan
penurunan myosin rantai ringan kinase, yang menyebabkan vasodilatasi dan patensi
duktus arteriosus (Dice et al, 2007).
Dalam 24-72 jam setelah kelahiran cukup bulan, duktus arteriosus
menutup sebagai hasil dari peningkatan tekanan oksigen dan penurunan sirkulasi
PGE2 dan prostasiklin. Seiring terjadinya peningkatan tekanan oksigen, kanal
potassium dependen voltase pada otot polos terinhibisi. Melalui inhibisi tersebut,
influx kalsium berkontribusi pada konstriksi duktus. Konstriksi yang disebabkan
oleh oksigen tersebut gagal terjadi pada bayi kurang bulan dikarenakan
ketidakmatangan reseptor perabaan oksigen. Kadar dari PGE2 dan PGI1 berkurang
disebabkan oleh peningkatan metabolisme pada paru-paru yang baru berfungsi dan
juga oleh hilangnya sumber plasenta. Penurunan dari kadar vasodilator tersebut
menyebabkan duktus arteriosus berkontriksi. Faktor-faktor tersebut berperan dalam
konstriksi otot polos yang menyebabkan hipoksia iskemik dari dinding otot bagian
dalam duktus arteriosus(Dice et al, 2007).
Selagi duktus arteriosus berkonstriksi, area lumen berkurang yang
menghasilkan penebalan dinding pembuluh dan hambatan aliran melalui vasa
vasorum yang merupakan jaringan kapiler yang memperdarahi sel-sel luar
pembuluh. Hal ini menyebabkan peningkatan jarak dari difusi untuk oksigen dan
nutrisi, termasuk glukosa, glikogen dan adenosine trifosfat yang menghasilkan
sedikit nutrisi dan peningkatan kebutuhan oksigen yang menghasilkan kematian sel.
Konstriksi ductal pada bayi kurang bulan tidak cukup kuat. Oleh karena itu, bayi
kurang bulan tidak bias mendapatkan hipoksia otot polos, yang merupakan hal
utama dalam merangsang kematian sel dan remodeling yang dibutuhkan untuk
penutupan permanen duktus arteriosus. Inhibisi dari prostaglandin dan nitrik oksida
yang berasal dari hipoksia jaringan tidak sebesar pada neonatus kurang bulan
dibandingkan dengan yang cukup bulan, sehingga menyebabkan lebih lanjut
terhadap resistensi penutupan duktus arteriosus pada bayi kurang bulan (Dice et al,
2007).
Pemberi nutrisi utama pada duktus arteriosus di bagian lumen, namun
vasa vasorum juga merupakan pemberi nutrisi penting pada dinding luar duktus.
Vasa vasorum berkembang ke dalam lumen dan memiliki panjang 400-500 μm dari
dinding luar duktus. Jarak antara lumen dan vasa vasorum disebut sebagai zona
avascular dan melambangkan jarak maksimum yang mengizinkan terjadinya difusi
nutrisi. Pada bayi cukup bulan, zona avascular tersebut berkembang melebihi jarak
difusi yang efektif sehingga menyebabkan kematian sel. Pada bayi kurang bulan,
zona avaskuler tersebut tidak mengembang secara utuh yang menyebabkan sel tetap
hidup dan menyebabkan terjadinya patensi duktus. Apabila kadar PGE2 dan
prostaglandin lain menurun melalui inhibisi COX, penutupan dapat terfasilitasi.
Sebagai hasil dari deficit nutrisi dan hipoksia iskemi, growth factor endotel
vaskular dan kombinasinya dengan mediator peradangan lain menyebabkan
remodeling dari duktus arteriosus menjadi ligament non kontraktil yang disebut
ligamentum arteriosum (Dice et al, 2007).
D. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis Patent Duktus Arteriosus di kelompokkan menjadi:
1. Patent Duktus Arteriosus kecil
Patent duktus arteriosus kecil dengan diameter 1,5-2,5 mm biasanya tidak
memberi gejala. Tekanan darah dan tekanan nadi dalam batas normal. Jantung
tidak membesar. Kadang teraba getaran bising di sela iga II kiri sternum. Pada
auskultasi terdengar bising kontinu, machinery murmur yang khas untuk Patent
Duktus Arteriosus, di daerah subklavikula kiri. Bila telah terjadi hipertensi
pulmonal, bunyi jantung kedua mengeras dan bising diastolik melemah atau
menghilang (Cassidy, 2009).
2. Patent Duktus Arteriosus sedang
Patent Duktus Arteriosus sedang dengan diameter 2,5-3,5 mm biasanya
timbul sampai usia dua sampai lima bulan tetapi biasanya keluhan tidak berat.
Pasien mengalami kesulitan makan, seringkali menderita infeksi saluran nafas,
namun biasanya berat badannya masih dalam batas normal. Anak lebih mudah
lelah tetapi masih dapat mengikuti permainan (Kumar, 2008).
3. Patent Duktus Arteriosus besar
Patent Duktus Arteriosus besar dengan diameter >3,5-4,0 mm
menunjukkan gejala yang berat sejak minggu-minggu pertama kehidupannya.
Ia sulit makan dan minum, sehingga berat badannya tidak bertambah. Pasien
akan tampak sesak nafas (dispnea) atau pernafasan cepat (takipnea) dan banyak
berkeringat bila minum (Kumar, 2008).
E. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering muncul yaitu :
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi
3. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Foto Thorak, atrium dan ventrikel kiri membesar secara signifikan
(kardiomegali), gambaran vaskuler paru meningkat.
2. Ekhokardiografi, Rasio atrium kiri tehadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1
pada bayi cukup bulan atau lebih dari 1,0 pada bayi praterm (disebabkan oleh
peningkatan volume atrium kiri sebagai akibat dari pirau kiri ke kanan)
3. Pemeriksaan dengan Doppler berwarna, digunakan untuk mengevaluasi aliran
darah dan arahnya.
4.  Elektrokardiografi (EKG), bervariasi sesuai tingkat keparahan, pada PDA
kecil tidak ada abnormalitas, hipertrofi ventrikel kiri pada PDA yang lebih
besar
5. Kateterisasi jantung, hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil
ECHO atau Doppler yang meragukan atau bila ada kecurigaan defek
tambahan lainnya.(Betz & Sowden, 2002 ;377)
G. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan patent duktus arteriosus yang tidak terkomplikasi
adalah untuk menghentikan shunt dari kiri ke kanan. Pada penderita dengan duktus
yang kecil,penutupan ini di tujukan untuk mencegah endokarditis, sedangkan pada
duktus s edang dan besar untuk menangani gagal jantung kongestif dan mencegah
terjadinya penyakit vaskular pulmonal. Penatalaksanaan ini di bagi atas terapi
medikamentosa dan tindakan bedah
1. Medikamentosa
Terapi medikamentosa diberikan terutama pada duktus ukuran kecil,
dengan tujuan terjadinya kontriksi otot duktus sehingga duktus menutup.
Jenis obat yang sering di berikan adalah:
a. Indometasin merupakan inhibitor sintesis prostaglandin yang terbukti
efektif mempercepat penutupan duktus arteriosus. Tingkat
efektifitasnya terbatas pada bayi kurang bulan dan menurun seiiring
menigkatnya usia paska kelahiran. Efeknya terbatas pada 3–4 minggu
kehidupan.
b. Ibuprofen Merupakan inhibitor non selektif dari siklooksigenase yang
berefek pada penutupan duktus arteriosus. Studi klinik membuktikan
bahwa ibuprofen memiliki efek yang sama dengan indometasin pada
pengobatan duktus arteriosus pada bayi kurang bulan(Gomella et al,
2004).
2. Tindakan bedah
Tindakan terbaik untuk menutup duktus adalah dengan melakukan
operasi. Pada penderita dengan PDA kecil, dilakukan tindakan bedah
adalah untuk mencegah endarteritis atau komplikasi lambat lain. Pada
penderita dengan PDA sedang sampai besar, penutupan di selesaikan
untuk menangani gagal jantung kongestif atau mencegah terjadinya
penyakit vaskuler pulmonal. Bila diagnosis PDA ditegakkan, penangan
bedah jangan terlalu ditunda sesudah terapi medik gagal jantung kongestif
telah dilakukan dengan cukup (Bernstein, 2008).
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

An. S dibawah oleh orang tua nya ke RS dengan keluhan gelisah dan rewel. Ibu klien
mengatakan klien sering menangis. Ibu klien mengatakan klien kesulitan bernafas. Ibu
klien juga mengatakan klien sering sesak napas. Setelah dilakukan pengkajian
didapatkan : denyut nadi naik 140x/menit, TD : 130/90 mmHg, Suhu 37,5ºC, Pco₂
meningkat, Tkypneu, adanya suara jantung tambahan. Klien tampak pucat. Klien
tampak gelisah
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama : An. S
Umur : 6 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Tolaki/Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Kec. Abeli
2. Identitas penanggung jawab
Nama : Tn. L
Umur : 40 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : Tolaki/Indonesia
Agama : Islam
Hubungan : Orang tua
Tanggal MRS : 24 Oktober 2022
Dx Medis : Patent Ductus Arteriosus (PDA)
B. Analisis Data
Analisis Data Penyebab Masalah
Ds: Terbukanya duktus Penurunan curah jantung
 Klien dibawah ke RS Arteriosus
dengan keluhan
gelisah dan rewel
 Ibu klien mengatakan Dialirkannya darah dari

klien sering tekanan tinggi ke tekanan

menangis yang lebih rendah

Do:
Setelah dilakukan
Resirkulasi darah
pengkajian didapatkan :
beroksigen dari aourta ke
 Denyut nadi naik
arteri pulmonalis
140x/menit
 TD : 130/90 mmHg
 Takypneu Beban ventrikel kiri
 Suara jantung Meningkat
tambahan
 Klien tampak pucat
Perubahan afterload
Ds: Dialirkannya darah dari Gangguan pertukaran gas
 Ibu klien mengatakan tekanan tinggi ke tekanan
klien kesulitan yang lebih rendah
bernafas
 Ibu klien juga
mengatakan klien Resirkulasi darah

sering Sesak nafas beroksigen dari aourta ke

Do : arteri pulmonalis

 Suhu 37,5°C
 Pco, meningkat
 Klien tampak gelisah Pelebaran dan HT
ventrikel kiri

Tekanan vena dan kapiler


pulmonal naik

Edema paru

Penurunan difusi oksigen

Ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi
C. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi
D. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
Keperawatan
Penurunan curah Setelah dilakukan Perawatan Jantung
jantung berhubungan tindakan keperawatan Observasi
dengan perubahan selama 3x24 jam 1. Identifikasi tanda/gejala
afterload diharapkan curah primer penurun curah
jantung meningkat jantung
dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi tanda/gejala
1. Kekuatan nadi sekunder penurunan curah
menurun jantung
2. Suara jantung 3. Monitor tekanan darah
tambahan menurun 4. Monitor intake dan output
cairan
5. Monitor saturasi oksigen
6. Monitor aritmia
7. Monitor nilai laboratorium
jantung
8. Periksa tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum dan
sesudah aktivitas
9. Periksa tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum
pemberian obat
Terapeutik
10. Posisikan pasien semi-fowler
atau fowler dengan kaki ke
bawah atau posisi nyaman
11. Fasilitasi pasien dan keluarga
untuk modifikasi gaya hidup
sehat
12. Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi
oksigen
Edukasi
13. Anjurkan beraktivitas secara
bertahap
14. Ajarkan pasien dan keluarga
mengukur berat badan harian
Kolaborasi
15. Kolaborasi pemberian
aritmia, jika perlu

Gangguan pertukaran Setelah dilakukan Pemantauan Respirasi


gas berhubungan tindakan keperawatan Observasi
dengan selama 3x24 jam 1. Monitor, frekuensi, irama,
ketidakseimbangan diharapkan pertukaran kedalaman dan upaya napas
ventilasi-perfusi gas meningkat dengan 2. Monitor pola napas
kriteria hasil : 3. Monitor adanya sumbatan
1. Gelisah menurun jalan napas
2. PCO₂ membaik 4. Palpasi kesimetrisan ekspansi
3. Pola napas paru
membaik 5. Auskultasi bunyi napas
6. Monitor saturasi oksigen
Terapeutik
7. Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi
pasien
8. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
9. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
10. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
BAB III

A. Kesimpulan
1. Patent Duktus Arteriosus (PDA) adalah penyakit jantung bawaan yang
asianotik yaitu suatu kondisi dimana organ jantung bagian duktus arterious
tetap terbuka setelah lahir yang menyebabkan dialirkannya darah secara
langsung dari aorta (tekanan lebih tinggi ) ke dalam arteri pulmoner
(tekanan lebih rendah). Walaupun penyebab terjadinya belum dapat
diketahui secara pasti, terdapat dua faktor yang diduga mempengaruhi
peningkatan kasus ini yaitu faktor prenatal dan faktor genetik. Manifestasi
klinis yang terjadi sangat di pengaruhi oleh ukuran duktus arteriosus,
apabila diameter kecil biasanya tidak tampak gejala, sedangkan untuk
diameter sedang dan besar gejala mulai nampak dan bahkan menunjukan
gejala yang berat. Penatalaksanaan patent duktus arteriosus terbagi atas
medikamentosa dan Tindakan pembedahan yang di harapkan dapat
mencegah komplikasi.
2. Asuhan keperawatan yang diberikan sangat di pengaruhi oleh situasi serta
kondisi pasien. Pengkajian, observasi, serta pemeriksaan fisik yang tepat
dan dikombinasi dengan hasil pemeriksaan penunjang diharapkan mampu
memberikan gambaran kondisi pasien sehingga intervensi dan implementasi
yang diberikan perawat selama perawatan , diharapkan pasien dapat
menampakkan keadaan yang membaik dan mengalami peningkatan.
B. Saran
1. Bagi perawat diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan yang
cepat dan tepat dengan memperhatikan kondisi pasien serta berkolaborasi
dengan baik antara semua tenaga medis baik dokter, analis dan lain-lain.
Sehingga tercipta pelayanan yang maksimal.
2. Bagi keluarga, diharapkan dengan edukasi yang baik dan benar mampu
mengetahui tanda dan gejala serta dapat memberikan perawatan yang tepat
di rumah, apabila terjadi kekambuhan keluarga dapat mengambil Tindakan
responsif dengan menghubungi petugas medis dan membawa pasien ke
fasilitas kesehatan terdekat.

Anda mungkin juga menyukai