Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan

1
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Peredaran Darah Janin

Sirkulasi darah dalam janin tidak sama dengan bayi dan anak. Dalam rahim, paru-
paru tidak berfungsi sebagai alat pernafasan, pertukaran gas dilakukan oleh
plasenta. Sistem peredaran darah janin ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut
:

1. Foramen Ovale

Merupakan lubang sementara di antara serambi kiri dan serambi kanan yang
memungkinkan sebagian darah masuk dari vena cava inferior menyeberang ke
serambi kiri. Alasan pengalihan ini adalah darah tidak perlu lagi melewati paru-
paru karena telah teroksigenisasi.

2. Duktus Arteriosus Bothalli

Merupakan saluran yang terdapat antara arteri pulmonalis dan aorta.

3. Duktus Venosus Arantii

Menghubungkan antara vena umbilikal dengan vena cava inferior. Pada titik ini
darah bercampur dengan darah yang telah diambil oksigennya yang kembali dari
tubuh bagian bawah.

4. Vena Umbilikal

Memanjang dari tali pusar menuju ke bagian bawah hati dan membawa darah yang
mengandung oksigen dan sari makanan. Ia memiliki cabang yang bertemu dengan
vena porta dan masuk ke hati.

Komponen/Organ yang Terlibat dalam Pembuluh Darah Janin

Dalam sistem peredaran darah janin tidak hanya melibatkan pembuluh darah saja
tetapi juga melibatkan organ tubuh janin di antaranya sebagai berikut:

1. Plasenta

2
Tempat terjadinya pertukaran darah bersih dengan yang kotor.

2. Umbilikalis

Mengalirkan darah dari plasenta ke janin dan dari janin ke plasenta.

3. Hati

Terdapatnya percabangan antara vena porta dengan duktus venosus arantii.

4. Jantung

Terdapatnya foramen ovale yang langsung menyalurkan darah dari atrium dekstra
ke atrium sinistra.

5. Paru-paru

Terdapatnya duktus arteriosus bothalli.

2.2.DEFINISI

Patent duktus arteriosus (PDA) merupakan salah satu penyakit jantung


bawaan yang sering dijumpai pada anak yang disebabkan oleh kegagalan penutupan
secara fisiologis dari duktus arteriosus setelah lahir (Hartaty dkk.,2015).

Patent duktus arteriosus (PDA) merupakan suatu keadaan adanya pembuluh


darah yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal. Duktus arteriosus ini normal
pada saat bayi dalam kandungan. Oleh karena suatu hal, maka pembuluh darah ini
tidak menutup secara sempurna setelah bayi lahir. Pada masa janin, PDA
merupakan saluran penting bagi aliran darah dari arteri pulmonal kiri ke aorta
desendens, terletak distal dari percabangan arteri subklavia kiri. PDA sering
ditemukan pada neonatus, tapi secara fungsional menutup pada 24 jam pertama
setelah kelahiran, sedangkan secara anatomik menutup dalam 4 minggu pertama.
Bayi prematur lebih banyak yang menderita PDA, 15% diantaranya baru dapat
menutup dalam 3 bulan pertama. PDA yang tidak menutup dalam tiga bulan
pertama, tipis kemungkinannya dapat menutup di kemudian hari (Muttaqin,2009).

3
Menurut Stanford Children’s Health (2017) patent ductus arteriosus (PDA)
merupakan salah satu masalah jantung yang sering terjadi dalam beberapa minggu
pertama atau beberapa bulan setelah kelahiran. Hal ini ditandai dengan persistensi
hubungan janin normal antara aorta dan arteri pulmonalis yang memungkinkan
darah kaya oksigen (merah) yang harus masuk ke tubuh untuk disirkulasikan
melalui paru-paru. Pada umumnya semua bayi dilahirkan dengan hubungan antara
aorta dan arteri pulmonalis. Sementara saat bayi berkembang di rahim, darah tidak
diperlukan untuk disirkulasikan melalui paru-paru karena oksigen diberikan
melalui plasenta. Selama kehamilan, diperlukan saluran untuk memungkinkan
darah kaya oksigen (merah) mengalir ke paru-paru bayi dan masuk ke dalam tubuh.
Sambungan normal yang dimiliki semua bayi ini disebut duktus arteriosus.

2.3. ETIOLOGI

Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara pasti,
tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan
angka kejadian penyakit jantung bawaan :

1. Faktor Prenatal
a. Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella. (artinya)
b. Ibu alkoholisme.
c. Umur ibu lebih dari 40 tahun.
d. Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin.
e. Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu.
2. Faktor Genetik
a. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.
b. Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.
c. Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.

Menurut Kim (2016) etiologi dari Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah

1. Genetika

4
Untuk kasus faktor keluarga yang terkena patent ductus arteriosus (PDA) telah
dicatat sebagai salah satu yang mempengaruhi, namun untuk penyebab genetic
belum ditentukan. Pada bayi yang lahir pada saat memiliki patent duktus arteriosus
(PDA) yang gigih, tingkat kekambuhan di antara saudara kandung adalah 5%.
Beberapa bukti awal menunjukkan bahwa sepertiga kasus disebabkan oleh ciri
resesif yang diberi label PDA1, terletak pada kromosom 12 yang terjadi pada
beberapa populasi.

2. Kelainan Kromosom

Beberapa kelainan kromosom dikaitkan dengan patensi persisten duktus arteriosus.


Teratogen yang teridentifikasi meliputi infeksi rubella kongenital pada trimester
pertama kehamilan, terutama melalui kehamilan 4 minggu (terkait dengan patent
ductus arteriosus [PDA] dan stenosis cabang arteri pulmonalis), sindrom alkohol
janin, penggunaan amfetamin ibu, dan

penggunaan fenitoin ibu.

3. Prematuritas

Prematuritas atau ketidakdewasaan bayi pada saat persalinan berkontribusi


terhadap terjadinya patensi pada duktus. Beberapa faktor yang terlibat, termasuk
ketidakdewasaan otot polos di dalam struktur atau ketidakmampuan paru-paru yang
belum matang untuk membersihkan prostaglandin yang beredar dan bertahan dari
masa gestasi. Selain itu kondisi yang berkontribusi pada ketegangan oksigen rendah
di dalam darah, seperti paru-paru yang belum matang, defek jantung kongenital
yang hidup berdampingan, dan ketinggian tinggi, terkait dengan patensi duktus
yang terus-menerus.

4. Penyebab Lain

Penyebab lainnya meliputi berat lahir rendah (BBLR), prostaglandin, ketinggian


tinggi dan tekanan oksigen di atmosfer rendah, dan hipoksia.

5
2.3. MANIFESTASI KLINIK

Manifestasi klinis PDA pada bayi prematur sering disamarkan oleh masalah-
masalah lain yang berhubungan dengan prematur (misalnya sindrom gawat nafas).
Tanda-tanda kelebihan beban ventrikel tidak terlihat selama 4 – 6 jam sesudah lahir.
Bayi dengan PDA kecil mungkin asimptomatik, bayi dengan PDA lebih besar dapat
menunjukkan tanda-tanda gagal jantung kongestif (CHF)

1. Kadang-kadang terdapat tanda-tanda gagal jantung


2. Machinery mur-mur persisten (sistolik, kemudian menetap, paling
nyata terdengar di tepi sternum kiri atas)
3. Tekanan nadi besar (water hammer pulses) / Nadi menonjol dan
meloncat-loncat, Tekanan nadi yang lebar (lebih dari 25 mmHg)
4. Takhikardia (denyut apeks lebih dari 170), ujung jari hiperemik
5. Resiko endokarditis dan obstruksi pembuluh darah pulmonal.
6. Mudah lelah
7. Apnea
8. Tachypnea
9. Retraksi dada
10. Hipoksemia
11. Peningkatan kebutuhan ventilator (sehubungan dengan masalah
paru).

- Anamnesis
1. Asimptomatik jika duktus berukuran kecil
2. PDA berukuran besar dapat menyebabkan infeksi saluran nafas bawah,
atelektasis dan gagal jantung kongestif disertai takipnea dan berat badan
sulit naik.
- Pemeriksaan Fisik
1. Takikardi dan dispnea dapat dijumpai pada anak dengan PDA berukuran
besar

6
2. Peningkatan aktivitas perikordium. Trill pada saat sistolik dapat ditemukan
pada tepi kiri atas sternum. Bounding pada pulsasi perifer dan tekanan nadi
melebar dengan peningkatan tekanan sistolik dan penurunan tekanan
diastolik merupakan gambaran karakteristik untuk PDA.
3. Bunyi jantung pada umumnya normal, kadang-kadang komponen pulmonal
dari bunyi jantung ke 2 terdengar agak mengeras. Pada PDA besar dapat
terdengar bunyi jantung ke 3 akibat pengisian cepat ventrikel pada saat
diastolik dan dapat terdengar di daerah apeks.
4. Bising kontinyu paling baik terdengar pada area infraklavicular kiri atau tepi
atas kiri sternum dengan grade 1-4/6.
5. Pada bayi prematur yang menderita PDA terjadi gangguan distribusi aliran
darah sistemik sehingga terjadi penurunan aliran darah sistemik yang
menyebabkan perubahan pada organ seperti otak yang menimbulkan
perdarahan intraventrikular dan saluran cerna yang menyebabkan
necrotizing enterocolitis.

Gejala yang bisa terjadi pada PDA bisa meliputi sebagai berikut:

1. Kelelahan
2. Berkeringat
3. Denyut jantung yang cepat
4. Terengah-engah
5. Kesulitan dalam bernafas
6. Ketidaksukaan dalam pemberian makan, atau tidak mau menyusui
7. Berat badan buruk

2.5 PATOFISIOLOGI

Duktus arteriosus adalah pembuluh darah yang menghubungkan aliran darah


pulmonal ke aliran darah sistemik dalam masa kehamilan (fetus). Hubungan ini
(shunt) ini diperlukan oleh karena sistem respirasi fetus yang belum bekerja di
dalam masa kehamilan tersebut. Aliran darah balik fetus akan bercampur dengan

7
aliran darah bersih dari ibu (melalui vena umbilikalis) kemudian masuk ke dalam
atrium kanan dan kemudian dipompa oleh ventrikel kanan kembali ke aliran
sistemik melalui duktus arteriosus. Normalnya duktus arteriosus berasal dari arteri
pulmonalis utama (atau arteri pulmonalis kiri) dan berakhir pada bagian superior
dari aorta desendens, ± 2-10 mm distal dari percabangan arteri subklavia kiri.
Dinding duktus arteriosus terutama terdiri dari lapisan otot polos (tunika media)
yang tersusun spiral. Diantara sel-sel otot polos terdapat serat-serat elastin yang
membentuk lapisan yang berfragmen, berbeda dengan aorta yang memiliki lapisan
elastin yang tebal dan tersusun rapat (unfragmented). Sel-sel otot polos pada duktus
arteriosus sensitif terhadap mediator vasodilator prostaglandin dan vasokonstriktor
(pO2). (Wahab, S. 2009 )

Setelah persalinan terjadi perubahan sirkulasi dan fisiologis yang dimulai segera
setelah eliminasi plasenta dari neonatus. Adanya perubahan tekanan, sirkulasi dan
meningkatnya pO2 akan menyebabkan penutupan spontan duktus arteriosus dalam
waktu 2 minggu. Duktus arteriosus yang persisten (PDA) akan mengakibatkan pirai
(shunt) L-R yang kemudian dapat menyebabkan hipertensi pulmonal dan sianosis.
Awalnya darah mengalir melalui aorta masuk ke arteri pulmonalis (karena tekanan
darah aorta >>) Lama-kelamaan karena darah memenuhi pembuluh darah paru-
paru, terjadilah hipertensi pulmonal Karena peningkatan tahanan pulmonalis
terjadilah aliran balik, dari pulmonalis menuju aorta Karena darah yang
terdeoxydasi masuk ke arteri sistemik, otomatis akantimbul sianosis (Wahab, 2009)

Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah kegagalan duktus arteriosus untuk menutup
setelah kelahiran. Duktus arteriosus, pada keadaan normal, akan menutup dua
hingga tiga hari setelah bayi dilahirkan. PDA merupakan struktur pembuluh darah
yang menghubungkan aorta desendens bagian proksimal dengan arteri pulmonalis,
biasanya di dekat percabangan kiri arteri pulmonalis. Duktus arteriosus merupakan
struktur normal dan penting bagi janin, tetapi menjadi abnormal bila tetap terbuka
setelah masa neonatus.

Pada PDA yang mengambil peranan adalah arteri pulmonalis, vena pulmonalis,
atrium kiri, ventrikel kiri dan aorta. Selama sirkulasi dalam paru-paru berjalan

8
normal, ventrikel kanan tidak mengalami perubahan. Tetapi bila PDA itu besar,
maka ventrikel kanan mengalami dilatasi. Bila kemudian timbul hipertensi
pulmonal, maka ventrikel kanan ini menjadi hipertrofi disamping dilatasi.
Peningkatan tekanan di a. Pulmonalis dapat berakibat pembalikan dari arus
kebocoran dengan tanda-tanda Eisenmenger.

2.6. PATHWAY

9
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PDA

3.1. Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada tanggal 25 Juli 2019 jam 08.00 WIB


1. Identitas Data
a. Nama : Tn. U
b. Alamat : Garut Kota
c. Tanggal Lahir/ Umur : 24 Februari 2015
d. Jenis Kelamin : Laki-laki
e. Agama : Islam
f. No. Register : 302468
g. Tanggal Masuk/ Jam : 24 Juli 2019 jam 15.00
h. Diagnosa Medis : PDA ( Patent Duckus Arteriosus)

Nama Penanggung Jawab

a. Nama Ayah : Tn. W


b. Pendidikan : SMA
c. Pekerjaan : Wiraswasta
d. Nama Ibu : Ny. U
e. Pendidikan : SMA
f. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

2. Keluhan Utama

Lelah dan sesak napas.

3. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Sekarang

10
Mengeluh sesak nafas dan merasa cepat lelah.

b. Riwayat Kesehatan Dahulu

Bayi lahir prematur

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit yang diturunkan ataupun yang

berhubungan dengan PDA.

d. Riwayat kehamilan

Ketika hamil ibu mempunyai gaya hidup yang sehat dan selalu makan

makanan bergizi.

e. Riwayat Tumbuh Kembang

Anak mempunyai keterlambatan tumbuh kembang, anak dapat berjalan

ketika berusia 23 bulan.

f. Riwayat Nutrisi

a) Pemberian Asi

Anak diberikan asi secara terjadwal dan kadang diberikan susu formula.

b) Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini

Identifikasi kepada keluarga pola perubahan nutrisi yang diberikan kepada

anak dari usia 0-4 bulan, 4-12 bulan, dan nutrisi saat ini.

4. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan Umum Klien

Lemah dan tidak bergairah.

2) Kesadaran : Compos mentis

11
3) Tanda-tanda Vital

- TD : 120/80 mmHg (terjadi peningkatan tekanan darah sistolik),

batas normal (bayi : 70-90/50 mmHg); (anak : 80-100/ 60 mmHg)

- Suhu : 34,7°C

- Nadi : 124x/menit (takikardi), batas normal (pada bayi : 120-

130x/menit); (pada anak-anak : 80-90x/menit)

- Respirasi : 37x/menit (tachypnea), batas normal (bayi : 30-

40x/menit) ; (anak : 20- 30x/menit)

4) Antropometri

BB :77 cm

TB : 9,5kg

LK : 43,3 cm

LiLA : 11cm

5) Pemeriksaan Diagnostik

a. Foto Thorak

Atrium dan ventrikel kiri membesar secara signifikan (kardiomegali)

b. EKG

Tidak ada abnormalitas (PDA yang lebih parah : hipertrofi ventrikel

kiri)

c. Kulit

1) Pucat

2) Sianosis, khususnya membran mukosa, bibir dan lidah,

konjungtiva, area vaskularisasi tinggi.

12
3) Diaforesis

6) Sistem Respirasi

a. Bernapas

1) Pola napas (takipnea), khususnya setelah kerja fisik seperti makan,

menangis, mengejan.

2) Retraksi interkostal (suprasternal, interkostal, subkostal, dan

supraklavikular).

3) Pernapasan cuping hidung.

b. Hasil auskultasi toraks

1) Bunyi napas merata

2) Bunyi napas abnormal ronki

3) Fase inspirasi dan ekspirasi memanjang

4) Serak, batuk, dan stridor

5. Analisa Data

No. Data Problem Etiologi

1. DS : Klien mengatakan Penurunan curah Terhubungnya

lemas jantung arteri dan vena

DO : secara langsung

- Klien terlihat lemas

- Klien tampak tidak

bertenaga

13
2. DS : Klien mengatakan Ketidakefektifan pola Tercampurnya

sesak nafas nafas darah teroksigenasi

DO : dengan darah yang

-Klien tampak sesak nafas belum

dengan nafas 37x/menit teroksigenasi ,

menyebabkan O2

dalam sirkulasi

sitemik↓

3. DS : Klien mengatakan Ketidakseimbangan Sesak nafas, nutrisi

lemas nutrisi kurang dari ke sel↓

DO : kebutuhan tubuh

-Klien tampak lemas

-Klien tampak tidak

bertenaga

- BB klien menurun

3.2. Diagnosa Keperawatan

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan malformasi jantung.

2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan adanya kelebihan cairan

dalam paru.

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kelelahan pada saat

makan dan meningkatnya kebutuhan kalori.

14
3.3. Intervensi Keperawaran

Diagnosa NOC NIC

1. Penurunan curah Setelah dilakukan

jantung b.d malformasi tindakan keperawatan 1. Evaluasi adanya

jantung. selama ... x 24jam, curah nyeri dada

jantung meningkat dengan 2. Monitor TTV

kriteria hasil : 3. Monitor jumlah dan

 TTV dalam rentang irama jantung

normal 4. Monitos suara paru

 Dapat mentoleransi

aktivitas, tidak ada

kelelahan

 Tidak ada edema paru,

perifer, dan tidak ada

asiter

 Tidak ada penurunan

kesadaran

2. Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan

nafas b.d adanya tindakan keperawatan 1. Identifikasi pasien

kelebihan cairan selama ... x 24jam, pola perlunya alat jalan

dalam paru. nafas efektif dengan nafas buatan

kriteria hasil :

15
 Mendemonstrasikan 2. Auskultasi suara

batuk efektif dan suara nafas

nafas yang bersih 3. Atur intake untuk

 Menunjukkan jalan cairan

nafas yang paten mengoptimalkan

(irama nafas, frekuensi keseimbangan

pernafasan dalam 4. Posisikan

batas normal) semifowler

 TTV dalam rentang

normal

3. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan

nutrisi kurang dari tindakan keperawatan 1. Kolaborai dengan

kebutuhan tubuh b.d selama ... x 24 jam, ahli gizi

kelelahan pada saat ketidakseimbangan nutrisi 2. Berikan makanan

makan dan dapat terpenuhi dengan yang terpilih

meningkatnya kriteria hasil : 3. Berikan informasi

kebutuhan kalori.  Adanya peningkatan tentang kebutuhan

BB sesuai dengan TB nutrisi

ideal

 Mampu

mengidentifikasikan

kebutuhan nutrisi

16
 Tidak ada tanda

malnutrisi

 Menunjukkan

peningkatan fungsi

pengecapan dan

menelan

 Tidak terjadi

penurunan BB yang

berarti

3.4. Implementasi

No.
Tanggal/Jam Implementasi Respon TTD
Dx

17
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini kelompok akan melakukan pembahasan tentang


kesenjangan antara tinjauan teori dan praktik pada kasus Asuhan
Keperawatan pada pasien Tn. U dengan diagnosa medis Patent Ductus
Arteriosus (PDA) di RSUD dr. Slamet Garut. Pembahasan ini terdiri dari
pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi. Kelompok
akan membahas secara lengkap dari pengkajian sampai evaluasi yang
dilakukan pada tanggal 25 Februari 2019.

Diagnosa yang muncul


Penulis melakukan pengkajian pada tanggal 25 Juli 2019 di RSUD
dr. Slamet Garut. Pada pembahasan ini kelompok akan melakukan
penjelasan tentang Asuhan Keperawatan pada pasien Tn. U dengan
Diagnosa Patent Ductus Arteriosus (PDA).
Dari masalah yang dialami klien, kelompok menetapkan 3 diagnosa
untuk mengatasi masalah yang klien rasakan yaitu :

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan malformasi jantung.

Menurut buku diagnosa Nanda tahun 2015, Penurunan curah jantung

berhubungan dengan malformasi jantung : Ketidakadekuatan darah yang

dipompa oleh jntung untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh (Nanda,

2015).

Penurunan curah jantung berhubungan dengan malformasi jantung adalah

suatau keadaan dimana pompa darah oleh jantung yang tidak adekuat untuk

mencapai metabolisme tubuh (Wilkinson & Ahern, 2012).

Batasan karakteristik : perubahan frekuensi/irama jantung (aritmia,

bradikardi/takikardi, perubahan EKG, palpitasi), perubahan preload

(penurunan tekanan vena central, penurunan tekanan arteri paru,

18
edema/keletihan, peningkatan CVP, murmur, peningkatan BB), perubahan

afterload (kulit lembab, penurunan nadi perifer, penurunan resistensi

vascular paru), perubahan kontraktilitas (batuk, penurunan indeks jantung,

penurunan fraksi ejeksi, ortopnea, dispneaparoksismal nokturnal),

perilaku/emosi (ansietas, gelisah).

Intervensi yang kelompok lakukan yaitu : evaluasi adanya nyeri dada,

monitor TTV, monitor jumlah dan irama jantung, monitos suara paru.

2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan adanya kelebihan cairan

dalam paru.

Menurut buku diagnosa Nanda tahun 2015, ketidakefektifan pola nafas

yaitu : inspirasi dan/ atau ekspirasiyang tidak memberikan ventilasi (Nanda,

2015).

Pola nafas tidak efektif adalah ventilasi atau pertukaran udara inspirasi dan

ekspirasi tidak adekuat (Santoso, Budi. 2006).

Batasa karakteristik : perubahan kedalaman pernafasan, bradipneu,

penurunan tekanan ekspirasi, penurunan kapasitas vital, pernafasan cuping

hidung, takipneu.

Intervensi yang kelompok kami lakukan : identifikasi pasien

perlunya alat jalan nafas buatan, uskultasi suara nafas, atur intake untuk

cairan mengoptimalkan keseimbangan, posisikan semifowler.

19
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kelelahan pada

saat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori.

Menurut buku diagnosa Nanda tahun 2015, ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh yaitu : asupan nutrisi tidak cukup untuk

memenuhi kebutuhan metabolik (Nanda, 2015).

Batasan karakteristik : bising usus hiperaktif, kurang makan, kurang

minat makan, penurunan BB, membran mukosa pucat, tonus otot menurun.

Intervensi yang kelompok laukukan yaitu : kolaborai dengan ahli

gizi, berikan makanan yang terpilih, berikan informasi tentang kebutuhan

nutrisi.

20

Anda mungkin juga menyukai