Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kesehatan merupakan fenomena yang kompleks. Seperti yang didefinisikan


oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kesehatan adalah “suatu keadaan sejahtera
fisik, mental dan sosial yang komplit dan bukan semata-mata terbebas dari penyakit”.
Selain definisi luas ini, kesehatan secara tradisional dinilai dengan memperhatikan
mortalitas (kematian) dan morbiditas (kesakitan) selama periode tertentu.Oleh karena
itu, keseimbangan antara kesejahteraan fisik, mental, dan sosial serta keberadaan
penyakit menjadi indikator utama kesehatan (Wong, 2008).

Salah satu penyakit pada anak adalah Penyakit Jantung Bawaan (PJB)
merupakan penyakit yang cukup sering ditemukan, dengan angka kejadian sekitar
30% dari seluruh kelainan bawaan.Sedangkan insiden PJB adalah 6-8/1000 kelahiran
hidup pada seluruh populasi dan jumlah kematian bayi karena penyakit ini adalah
sekitar 3%.Menurut PERKI (Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler
Indonesia), penyakit jantung bawaan menempati peringkat pertama diantara penyakit-
penyakit lain yang menyerang bayi. Angka kejadian PJB di indonesia cukup tinggi,
namun penanganannya amat kurang. Dalam The 2nd Internasional Pediatric
Cardiology Meeting di Cairo (2008) dr.Sukman, lebih lanjut mengungkapkan 45.000
bayi Indonesia terlahir dengan PJB tiap tahun. Dari 220 juta penduduk indonesia,
diperhitungkan bayi yang lahir mencapai 6.600.000 dan 48.800 diantaranya adalah
penyandang PJB. PJB dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok, yakni PJB sianotik
dan asianotik (Elisabeth, 2014).
Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah
sekumpulan malformasi struktur jantung atau pembuluh darah besar yang telah ada
sejak lahir. Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi
dan anak. Apabila tidak dioperasi, kebanyakan akan meninggal waktu bayi. Apabila
penyakit jantung bawaan ditemukan pada orang dewasa, hal ini menunjukkan bahwa
pasien tersebut mampu melalui seleksi alam, atau telah mengalami tindakan operasi
dini pada usia muda(IPD FKUI, 2006 ;1134).
Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI pada
janin yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens. Pada bayi
normal duktus tersebut menutup secara fungsional 10 – 15 jam setelah lahir dan
secara anatomis menjadi ligamentum arteriosum pada usia 2 – 3 minggu. Bila tidak
menutup disebut Duktus Arteriosus Persisten (Persistent Ductus Arteriosus
: PDA), (Buku ajar kardiologi FKUI, 2006 ; 227)

Pencegahan dan perawatan yang dapat dilakukan pada klien PDA sekarang
lebih dititikberatkan untuk mengurangi terjadinya serangan. Pemberian obat-obatan
harus benar dinilai untuk kepentingan tumbuh kembang anak apakah merugikan atau
tidak. Diupayakan agar anak-anak yang menderita PDA dapat tumbuh kembang
seperti anak lainnya. Akibat PDA terhadap tumbuh kembang anak sangat beresiko
untuk menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak contohnya, anak terlihat
kurus, berat badan menurun dan mudah sakit.

1.1 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut
“Bagaimana Asuhan Keperawatan pada anak dengan Patent Ductus Arteriosus di Ruang
Bobo 3 RSUD Dr. Soetomo Surabaya?”
1.2 Tujuan Penelitian
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada anak dengan Patent Ductus
Arteriosus di Ruang Bobo 3 RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian pada anak dengan Patent Ductus Arteriosus di Ruang
Bobo 3 RSUD Dr. Soetomo Surabaya..
2. Merumuskan diagnosis keperawatan pada anak dengan Patent Ductus Arteriosus
di Ruang Bobo 3 RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
3. Menyusun rencana asuhan keperawatan pada anak dengan Patent Ductus
Arteriosus di Ruang Bobo 3 RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
4. Melaksanakan tindakan keperawatan pada anak dengan Patent Ductus Arteriosus
di Ruang Bobo 3 RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
5. Melakukan evaluasi keperawatan pada anak dengan Patent Ductus Arteriosus di
Ruang Bobo 3 RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
6. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pada anak dengan Patent Ductus
Arteriosus di Ruang Bobo 3 RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
1.3 Manfaat Penelitian
1.3.1 Bagi Profesi Keperawatan
Dapat memberikan informasi baru dan sebagai bahan perbandingan maupun
referensi bagi perkembangan ilmu keperawatan berkaitan dengan Asuhan
Keperawatan Anak Dengan Patent Ductus Arteriosus di Ruang Bobo 3 RSUD Dr.
Soetomo Surabaya.

1.3.2 Bagi Penulis


Memberikan pengalaman yang nyata serta Menambah pengetahuan untuk
melakukan asuhan keperawatan pada anak, khususnya tentang Asuhan Keperawatan
Anak Dengan Patent Ductus Arteriosus di Ruang Bobo 3 RSUD Dr. Soetomo
Surabaya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penyakit Jantung Bawaan (Persistent Ductus Arteriosus)


1. Pengertian
Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah
sekumpulan malformasi struktur jantung atau pembuluh darah besar yang telah ada
sejak lahir. Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi
dan anak. Apabila tidak dioperasi, kebanyakan akan meninggal waktu bayi.
Apabila penyakit jantung bawaan ditemukan pada orang dewasa, hal ini
menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui seleksi alam, atau telah
mengalami tindakan operasi dini pada usia muda (IPD FKUI, 2006;1134)
Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI pada
janin yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens. Pada bayi
normal duktus tersebut menutup secara fungsional 10 – 15 jam setelah lahir dan
secara anatomis menjadi ligamentum arteriosum pada usia 2 – 3 minggu. Bila tidak
menutup disebut Duktus Arteriosus Persisten (Persistent Ductus Arteriosus :
PDA). (Buku ajar kardiologi FKUI, 2006 ; 227).

Patent Duktus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus arteriosus


(arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu pertama
kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah dari aorta tang bertekanan tinggi
ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah. (Suriadi, Rita Yuliani, 2004; 235).
Patent Duktus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus arteriosus
setelah lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara langsung dari aorta
(tekanan lebih tinggi) ke dalam arteri pulmoner (tekanan lebih rendah). (Betz &
Sowden, 2009 ; 375)

2. Anatomi
Duktus arteriosus adalah pembuluh darah yang menghubungkan aliran darah
pulmonal (arteri pulmonalis) ke aliran darah sistemik (aorta) dalam masa
kehamilan (fetus). Hubungan ini (shunt) diperlukan oleh karena sistem respirasi
fetus yang belum bekerja di dalam masa kehamilan tersebut. Aliran darah balik
fetus akan bercampur dengan aliran darah bersih dari ibu (melalui

vena umbilikalis) kemudian masuk ke dalam atrium kanan dan kemudian dipompa
oleh ventrikel kanan kembali ke aliran sistemik melalui duktus arteriosus, dan
hanya sebagian yang diteruskan ke paru.
Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI pada
janin yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens. Pada bayi
normal duktus tersebut menutup secara fungsional 10 – 15 jam setelah lahir dan
secara anatomis menjadi ligamentum arteriosum pada usia 2 – 3 minggu. (Buku
ajar kardiologi FKUI, 2006 ; 227)
Dinding duktus arteriosus terutama terdiri dari lapisan otot polos (tunika
media) yang tersusun spiral. Diantara sel-sel otot polos terdapat serat-serat elastin
yang membentuk lapisan yang berfragmen, berbeda dengan aorta yang memiliki
lapisan elastin yang tebal dan tersusun rapat (unfragmented). Sel-sel otot polos
pada duktus arteriosus sensitif terhadap mediator vasodilator prostaglandin dan
vasokonstriktor (pO2). Setelah persalinan terjadi perubahan sirkulasi dan fisiologis
yang dimulai segera setelah eliminasi plasenta dari neonatus. Adanya perubahan
tekanan, sirkulasi dan meningkatnya pO2 akan menyebabkan penutupan spontan
duktus arteriosus dalam waktu 2 minggu.

3. Etiologi
Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui
secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada
peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan.

a. Faktor Prenatal
1) Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella.
2) Ibu alkoholisme.
3) Umur ibu lebih dari 40 tahun.
4) Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin.
5) Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu.

b. Faktor Genetik
1) Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.
2) Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.
3) Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.
4) Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.
(Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Pusat Kesehatan Jantung dan
Pembuluh Darah Nasional Harapan Kita, 2008 ; 109)

4. Patofisiologi
Apabila terjadi hubungan antara rongga-rongga jantung yang bertekanan
tinggi dengan rongga-rongga jantung yang bertekanan rendah akan terjadi aliran
darah dari rongga jantung yang bertekanan tinggi ke rongga jantung yang
bertekanan rendah. Sebagai contoh adanya defek pada sekat ventrikel, maka akan
terjadi aliran darah dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan.
Kejadian ini disebut pirau (shunt) kiri ke kanan. Sebaliknya pada obstruksi
arteri pulmonalis dan defek septum ventrikel tekanan rongga jantung
kanan akan lebih tinggi dari tekanan rongga jantung kiri sehingga darah dari
ventrikel kanan yang miskin akan oksigen mengalir melalui defek tersebut ke
ventrikel kiri yang kaya akan oksigen, keadaan ini disebut dengan pirau (shunt)
kanan ke kiri yang dapat berakibat kurangnya kadar oksigen pada sirkulasi
sistemik. Kadar oksigen yang terlalu rendah akan menyebabkan sianosis.
Kelainan jantung bawaan pada umumnya dapat menyebabkan hal-hal
sebagai berikut:
1) Peningkatan kerja jantung, dengan gejala: kardiomegali, hipertrofi,
takhikardia
2) Curah jantung yang rendah, dengan gejala: gangguan pertumbuhan,
intoleransi terhadap aktivitas.
3) Hipertensi pulmonal, dengan gejala: dispnea, takhipnea.
4) Penurunan saturasi oksigen arteri, dengan gejala: polisitemia, asidosis,
sianosis.
( Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, 2008).

5. Tanda dan Gejala


Manifestasi klinis PDA pada bayi prematur sering disamarkan oleh
masalah-masalah lain yang berhubungan dengan prematur (misalnya sindrom
gawat nafas). Tanda-tanda kelebihan beban ventrikel tidak terlihat selama 4 – 6 jam
sesudah lahir. Bayi dengan PDA kecil mungkin asimptomatik, bayi dengan PDA
lebih besar dapat menunjukkan tanda-tanda gagal jantung kongestif (CHF)

Kadang-kadang terdapat tanda-tanda gagal jantung


a. Terdengar bunyi mur-mur persisten (sistolik, kemudian menetap, paling nyata
terdengar di tepi sternum kiri atas)
b. Tekanan nadi besar (water hammer pulses) / Nadi menonjol dan meloncat-
loncat, Tekanan nadi yang lebar (lebih dari 25 mm Hg)
c. Takhikardia (denyut apeks lebih dari 170), ujung jari hiperemik
d. Resiko endokarditis dan obstruksi pembuluh darah pulmonal.
e. Infeksi saluran nafas berulang, mudah lelah
f. Apnea, Tachypnea
g. Nasal flaring
h. Retraksi dada
i. Hipoksemia
j. Peningkatan kebutuhan ventilator (sehubungan dengan masalah paru)
(Suriadi, Rita Yuliani, 2001 ; 236, Betz & Sowden, 2009 ; 376).

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi: foto rontgen dada hampir selalu terdapat kardiomegali.
b. Elektrokardiografi/EKG, menunjukkan adanya gangguan konduksi pada
ventrikel kanan dengan aksis QRS bidang frontal lebih dari 90°.
c. Pemeriksaan dengan Doppler berwarna : digunakan untuk mengevaluasi
aliran darah dan arahnya.
d. Ekokardiografi, bervariasi sesuai tingkat keparahan, pada PDA kecil
tidak ada abnormalitas, hipertrofi ventrikel kiri pada PDA yang lebih
besar. sangat menentukan dalam diagnosis anatomik.
e. Kateterisasi jantung untuk menentukan resistensi vaskuler paru
(Betz & Sowden, 2009;377)

7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Konservatif : Restriksi cairan dan bemberian obat- obatan :
Furosemid (lasix) diberikan bersama restriksi cairan untuk meningkatkan
diuresis dan mengurangi efek kelebihan beban kardiovaskular, Pemberian
indomethacin (inhibitor prostaglandin) untuk mempermudah penutupan
duktus, pemberian antibiotik profilaktik untuk mencegah endokarditis
bakterial.
b. Pembedahan : Pemotongan atau pengikatan duktus.

c. Non pembedahan : Penutupan dengan alat penutup dilakukan pada waktu


kateterisasi jantung.
(Betz & Sowden, 2009 ; 377-378, Suriadi, Rita Yuliani, 2001 ; 236)

8. Komplikasi
a. Endokarditis
b. Obstruksi pembuluh darah pulmonal
c. CHF
d. Hepatomegali (jarang terjadi pada bayi prematur)
e. Enterokolitis nekrosis
f. Gangguan paru yang terjadi bersamaan (misalnya sindrom gawat nafas atau
displasia bronkkopulmoner)
g. Perdarahan gastrointestinal (GI), penurunan jumlah trombosit
h. Hiperkalemia (penurunan keluaran urine
i. Aritmia
j. Gagal tumbuh
(Betz & Sowden, 2009 ; 376-377, Suriadi, Rita Yuliani, 2001 ; 236)

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. IDENTITAS
I. IDENTITAS
Nama :
No rekam medis :
Usia :
Jenis kelamin :
Alamat :
Status perkawinan :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Diagnosa medis :
Tgl masuk :
Tgl pengkajian
:
II. KELUHAN UTAMA
Klien dengan Atrium Septum Defect biasanya mengeluh sesak napas saat beraktivitas,
cemas, suhu tubuh meningkat, lemas atau jantung berdebar-debar.
III. RIWAYAT KELUHAN SAAT INI
Klien biasanya mengalami sesak napas, berkeringat banyak dan jantung berdebar-
debar.

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU


A. Prenatal
Diperkirakan adanya keabnormalan pada kehamilan ibu (infeksi virus Rubella),
mungkin ada riwayat penggunaan alkohol dan obat-obatan serta penyakit DM pada
ibu.
B. Perinatal dan postnatal
Riwayat kehamilan biasanya normal dan diinduksi.
C. Penyakit yang pernah diderita
Biasanya anak mengalami sesak.
D. Hospitalisasi/Tindakan operasi
Kaji apakah klien pernah dirawat dirumah sakit sebelumnya dan pernahkan mendapat
tindakan operasi seperti tonsilektomi, apendiktomi dan lain-lain.
E. Injury/kecelakaan
Kaji apakah klien sebelumnya pernah mengalami kecelakaan atau tidak.
F. Alergi
Kaji apakah klien memiliki alergi pada makanan, minuman atau obat-obatan.

IV. RIWAYAT PERTUMBUHAN


Pasien dengan ASD biasanya mengalami gangguan pertumbuhan.

V. RIWAYAT SOSIAL
a. Yang mengasuh
Tanyakan siapa yang mengasuh klien dari sejak lahir hingga saat ini.
b. Hubungan dengan anggota keluarga
Kaji hubungan klien dengan anggota keluarga.
c. Hubungan dengan teman sebaya
Bagaimana hubungan klien dengan teman sebaya.
d. Pembawaan secara umum
Kaji apakah klien memiliki pembawaan secara umum seperti bibir sumbing, spina
bifida, penyakit jantung bawaan, hidrosefalus dan lain-lain.

VI. RIWAYAT KELUARGA


a. Sosial ekonomi
Sosial ekonomi berhubungan dengan tingkat pengobatan dan cara pemeliharaan
kesehatan.
b. Lingkungan rumah
Kaji jarak antara rumah dengan fasilitas kesehatan. Bagaimana keadaan
lingkungan rumah klien,ventilasi, keadaan lantai yang licin dan kaji apakah ada
sumber polusi yang dekat dengan rumahnya dan darimana sumber air.
c. Penyakit keluarga
Kaji tentang anggota keluarga apakah dalam keluarga memiliki penyakit jantung
yang diturunkan.

VII. PEMERIKSAAN FISIK


A. Keadaan umum : Keadaan umum klien dengan ASD biasanya compos mentis,
klien tampak lemah, tekanan darah meningkat, nadi meningkat, dyspnea saat
istirahat atau saat aktivitas.
B. Kulit
Inspeksi : Klien dengan ASD bisa mengalami sianosis pada ektremitas ditandai
dengan munculnya kebiruan pada ujung jari, kulit teraba dingin dan
lembab.
Palpasi : Turgor kulit menurun, CRT > 3 detik.
C. Kepala
Inspeksi : Rambut bersih, tidak ada tumor, rambut warna hitam, tidak rontok,
tidak ada lesi.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

D. Mata
Inspeksi : Simetris, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, pupil isokor.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
E. Telinga
Inspeksi : Simetris, tidak ada serumen, tidak ada benjolan, tidak menggunakan
alat bantu pendengaran
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
F. Hidung
Inspeksi : Simetris, tidak ada polip, adanya pernafasan cuping hidung, mukosa
lembab, rongga hidung bersih.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
G. Mulut
Inpeksi : Bibir tampak kering, gigi bersih, tidak ada perdarahan dan
pembengkakan pada gusi.
H. Leher
Inspeksi : Tidak adanya pembengkakan, tidak adanya jaringan parut dan tidak
adanya massa.
Palpasi : Tidak adanya pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran vena
jugularis.
I. Dada
Inspeksi : Diameter dada bertambah, retraksi dinding dada.
Palpasi : Tidak ada benjolan
J. Payudara
Inspeksi : Tidak ada pembengkakan pada kelenjar mammae.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
K. Paru
Inspeksi : Terdapat pernafasan cuping hidung.
Palpasi: Teraba taktil fremitus.
Perkusi : Terdengar suara sonor.
Auskultasi : Terdengar suara vesikuler.
L. Jantung
Inspeksi : Bentuk asimetris, irama tidak teratur.
Palpasi : Teraba adanya bising pada ICS II atau III kiri.
Perkusi : Terdengar suara pekak.
Auskultasi : Terdapat bunyi jantung tambahan.

M. Abdomen
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ikterik, tidak terdapat distensi, tidak terdapat
kelainan pada umbilicus.
Auskultasi : Peristaltik usus normal 10-15 x/menit
Perkusi : Terdengar suara timpani
Palpasi : Tidak adanya pembesaran hati.
N. Genetalia
Biasanya tidak terdapat gangguan pada organ genetalia.
O. Anus dan rektum
Biasanya tidak ada gangguan pada anus dan rectum.
P. Muskuloskeletal
Inspeksi: kekuatan otot melemah.
Q. Neurologi
Biasanya klien tidak mengalami gangguan pada system persarafan.

XI. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PENUNJANG

k. Radiologi: foto rontgen dada hampir selalu terdapat kardiomegali.


l. Elektrokardiografi/EKG, menunjukkan adanya gangguan konduksi pada
ventrikel kanan dengan aksis QRS bidang frontal lebih dari 90°.
m. Pemeriksaan dengan Doppler berwarna : digunakan untuk mengevaluasi
aliran darah dan arahnya.
n. Ekokardiografi, bervariasi sesuai tingkat keparahan, pada PDA kecil
tidak ada abnormalitas, hipertrofi ventrikel kiri pada PDA yang lebih
besar. sangat menentukan dalam diagnosis anatomik.
o. Kateterisasi jantung untuk menentukan resistensi vaskuler paru
(Betz & Sowden, 2009;377)
2.2.1 DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosis keperawatan yang muncul pada kasus PDA adalah sebagai berikut :

1. Risiko Penurunan Curah Jantung (D.0011)

2. Intoleansi Aktivitaa (D.0060)

3. Defisit nutrisi (D.0019)

A. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN 

SDKI SLKI SIKI


NO. Standart Standart Luaran Standart Intervensi TTD
DX Diagnosa Keperawatan Indonesia Keperawatan Indonesia
Keperawatan
Indonesia
1. Setelah dilakukan intervensi Observasi: perawat
keperawatan selama 3 x 24  Identifikasi tanda/gejala
Resiko penurunan
jam, maka Penurunan Curah primer penurunan curah
curah jantung Jantung meningkat dengan jantung (meliputi
kriteria hasil : dipsnea, kelelahan,
(D.0011)
1.Kekuatan nadi perifer 5 edema,ortopnea,
(meningkat) paroxysmal nocturnal
2. Palpitasi 5 (menurun) dyspnea,peningkatan
3. Bradikardi 5 (menurun) CVP)
4. Lelah 5 (menurun)  Monitor tanda vital
5. Pucat/sianosis 5 (menurun)  Monitor saturasi
oksigen
SDKI SLKI SIKI
NO.DX Standart Standart Luaran Keperawatan Standart Intervensi TTD
Diagnosa Indonesia Keperawatan Indonesia
Keperawatan
Indonesia
2 Setelah dilakukan tindakan Observasi: Perawat
keperawatan masalah teratasi  Identifikasi gangguan
Intoleransi
dengan kriteria hasil: fungsi tubuh yang
aktivitas 1. Frekuensi nadi 5 mengakibatkan kelelahan
(meningkat)  Monitor kelelahan fisik dan
(D0056)
2. Saturasi oksigen 5 emosional
(meningkat)  Monitor pola dan jam tidur
3. Kemudahan dalam
melakukan aktivitas sehari-T Terapeutik:
hari 3 (sedang)  Sediakan lingkungan
4. Keluhan lelah 4 (cukup nyaman dan rendah
menurun) stimulus(suara)
5. Sianosis 5 (menurun)  Berikan aktivitas distraksi
6. Frekuensi napas 5 yang menenangkan
(membaik)
Edukasi:
 Anjurkan tirah baring

K Kolaborasi:
 Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan

3 Setelah dilakukan tindakan Observasi: Perawat


keperawatan 3x 24 jam masalah  Identifikasi status nutrisi
Defisit Nutrisi
teratasi dengan kriteria hasil:  Identifikasi alergi dan
(D.0019) 1. Porsi Makan yang intoleransi makanan
dihabiskan 4 (cukup  Identifikasi makanan yang
meningkat) disukai
2. Berat badan 3 (sedang)  Identifikasi kebutuhan
3. Nafsu makan 4 ( cukup kalori dan jenis nutrien
membaik )  Monitor berat badan
4. Membran mukosa 4 (cukup
membaik) Kolaborasi:
 Kolaborasi ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrien
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

Tanggal Pengkajian : 19 Februari 2021 Pukul : 13.00 WIB


Diagnosa Medis : PDA Sedang
No. RM : 1284-79-53
Sumber Informasi : Keluarga dan Rekam Medis
Dilakukan oleh : Ervita Dinnis Pangesti, A.Md.Kep
A. Identitas
1. Identitas Klien
a. Nama : An. G
b. Tempat, Tanggal Lahir : Sidoarjo, 09 Oktober 2018
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Suku Bangsa : Jawa, Indonesia
B. Keluhan Utama
Dalam pantauan grafik berat badan di buku KMS, berat badan An. G masih
dibawah garis merah. Sesak nafas tidak ada, keluhan biru di bibir maupun di ujung jari
tidak ada, tanda-tanda kelelahan tidak ada, anak terlihat aktif dan tidak ada tanda
kelelahan.
C. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan yang Lalu
Riwayat ANC dengan bidan. Lahir di RS Siti Khadijah Sepanjang, atas saran bidan
tersebut. Berat badan lahir An. G adalah 1600 gram, sesuai masa kehamilan.
Riwayat imunisasi lengkap di Posyandu.

2. Riwayat Kesehatan Keluarga


Orang tua mengatakan bahwa tidak ada keluarga yang memiliki riwayat penyakit
jantung bawaan dan penyakit jantung dalam keluarganya.
D. Keadaan Saat Ini
1. Nutrisi
An. G mendapatkan intake oral yakni makanan lunak sesuai kebutuhan kalori pada
usianya. Dan dibantu susu Pediasure untuk meningkatkan berat badan.
2. Aktivitas Istirahat
An. G melakukan aktivitas di bed, sesekali bermain bersama orang tua, tampak
tenang.
3. Eliminasi
An. G dapat BAK dan BAB secara normal dan tidak ada gangguan pada sistem
eliminasi.
4. Psikologis
Orang tua mengatakan khawatir dengan keadaan anaknya , orangtua berharap agar
tindakan yang akan dilakukan berjalan dengan lancar.

E. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Tanda – tanda vital :
a. Denyut nadi : 112 x/menit
b. Suhu : 36,70C
c. Pernapasan : 28x/menit
d. Saturasi O2 : 97%
2. Head To Toe
a. Kepala
Tidak terdapat benjolan dikepala, ubun-ubun tidak cekung dan tidak cembung,
sutura tepat, wajah simetris.
b. Mata
Skelera putih, tidak ikterus, konjungtiva merah muda, pupil isokor
c. Hidung
Posisi hidung simetris kanan dan kiri, tidak terdapat cairan atau lendir yang
keluar dari hidung.
d. Telinga
Telinga simetris kanan dan kiri, tidak ada cairan abnormal dari telinga, tulang
rawan tampak, saat dilakukan palpasi pada telinga recoil cepat dan menetap.
e. Mulut
Mulut bersih, tidak ada sianosis.
f. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid.
g. Thorax dan Pernapasan
Bentuk dada simetris kanan dan kiri, pengembangan dada saat bernafas simetris
kanan dan kiri serta tidak ada retraksi, irama nafas irreguler.
h. Jantung
HR 102x/menit, kuat dan irreguler, CRT < 2 detik
i. Abdomen
Soepel, tidak teraba massa dan tidak ada distensi abdomen.
j. Genitalia dan anus
Labia mayora, belum menutupi labia minora, lubang anus positif.
k. Ekstermitas
Atas : Lengkap, tidak ada kelainan, akral teraba hangat.
Bawah : Lengkap, tidak ada kelainan, akral teraba hangat.

F. Terapi
 Spironolacton 10mg/24jam
 Lisinopril 0,1mg/24jam
 Inj cefazolin 500mg pre cath, 500mg 6jam post cath, 500mg 12jam post cath.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Hasil pemeriksaan darah An. G tanggal 10 Februari 2021

Parameter Hasil Nilai Rujukan Satuan


HCT 37, 3 35,2 - 52,1 %
WBC 7, 40 3,37-10,0 10ˆ3/uL
HGB 13, 1 11,0-14,7 g/dL
RBC 4, 37 3,69-5,46 10ˆ6/uL
MCV 78, 9 86,7-102,3 fL
MCH 27, 7 27,1-32,4 pg
MCHC 35, 1 29,7-33,1 g/dL
RDW 12, 4 41,2-53,6 fL
PLT 281 150-450 10ˆ3/uL
pH 7, 39 7,35-7,45
pCO2 47 35-45 mmHg
pO2 26 80-100 mmHg
HCO3 28,5 22-26 mmol/L

H. Analisa Data

Data Etiologi Diagnosis Keperawatan


S: Orang tua mengatakan anak Perubahan preload dan Resiko penurunan curah
afterload jantung (D.0011)
tidak pucat dan biru,tidak sesak
nafas
O:
HR: 112x/menit
RR: 28x/menit
CRT: < 2’
SpO2: 97-98%
Akral hangat, tidak sianosis
S: orang tua mengatakan kenaikan Peningkatan kebutuhan Defisit nutrisi (D.0019)
BB hanya sedikit setiap bulannya. metabolisme
Nafsu makan dan minum susu
baik.
O:
BB: 10kg, TB:81cm, usia 2th 4bln
(BB ideal: 12.8kg)
Anak nampak mungil.
Makanan dihabiskan.

3.2 Diagnosis Keperawatan

Berdasarkan hasil pengkajian dan pengelompokan data melalui analisa data yang telah

dilakukan, maka diagnosis keperawatan yang muncul pada An. G dengan PDA Sedang

adalah sebagai berikut :

1) Resiko penurunan curah jantung (D.0011)

2) Defisit nutrisi (D.0019)

B. Perencanaan Keperawatan  

SDKI SLKI SIKI


NO. Standart Standart Luaran Keperawatan Standart Intervensi TTD
DX Diagnosa Indonesia Keperawatan Indonesia
Keperawatan
Indonesia
1. Resiko Setelah dilakukan intervensi Observasi: perawat
keperawatan selama 3 x 24 jam,  Identifikasi
penurunan
maka Penurunan Curah Jantung tanda/gejala primer
curah meningkat dengan kriteria hasil : penurunan curah
1.Kekuatan nadi perifer 5 jantung (meliputi
jantung
(meningkat) dipsnea, kelelahan,
(D.0011) 2. Palpitasi 5 (menurun) edema)
3. Bradikardi 5 (menurun)  Monitor tanda vital
4. Lelah 5 (menurun)  Monitor saturasi
5. Pucat/sianosis 5 (menurun) oksigen

SDKI SLKI SIKI


NO. Standart Standart Luaran Standart Intervensi TTD
DX Diagnosa
Keperawatan Keperawatan Indonesia Keperawatan Indonesia
Indonesia
2 Defisit Nutrisi Setelah dilakukan tindakan Observasi: Perawat
(D.0019) keperawatan 3x 24 jam  Identifikasi status nutrisi
masalah teratasi dengan kriteria  Identifikasi alergi dan
hasil: intoleransi makanan
1. Porsi Makan yang  Identifikasi makanan yang
dihabiskan 4 (cukup disukai
meningkat)  Identifikasi kebutuhan
2. Berat badan 3 (sedang) kalori dan jenis nutrien
3. Nafsu makan 4 ( cukup  Monitor berat badan
membaik )
4. Membran mukosa 4 Kolaborasi:
(cukup membaik)  Kolaborasi ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrien

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, R,E., Wulandari, D. (2009). Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta:


Mitra Cendika Press
Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta : EGC
Betz Lynn, dkk. (2009). Buku Saku Keperawatan Pediatri ed 5 .Jakarta EGC Depkes RI,
(2005). Rencana Aksi Pangan dan Gizi Nasional tahun 2001- 2005,
Jakarta.
Doenges M.E., Moorhouse M.F., Murr A.C. (2010). Nursing Care Plans: Guidelines
For Individualizing Client Care Across The Life Span. Edition 8. Philadelphia : F.A.
Davis Company
Elisabeth T. Anderson dan RN. Judith Mc. Farlane. (2012). Community as a Partner,
6 Th Ed +Introduction to Community Based Nursing, 5 th Ed: Theory and Practic in
Nursing . Lippincot Williams and Wilkins, 2012
Hidayat,A.A(2012).Pengantar Dokumentasi Proses Keperawatan. Jakarta : EGC
Khasanah, Nur. (2011). ASI atau Susu Formula ya ?. Jogjakarta : FlashBook
Kristiyansari,W.(2009). ASI:Menyusui dan Sadari. Yogyakarta: Nuha Medika.
Potter, P.A, & Perry, A.G. (2005) Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, dan Praktik.Edisi 4. Volume 2. Alih Bahasa: Renata Komalasari, dkk.Jakarta:
EGC.

Roesli, Utami. (2000).Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta : Trubus Argriwidya.

Sudoyo A, et al.( 2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI;. Suriadi,
Rita Yuliani. (2004).Asuhan Keperawatan Pada Anak. CV. Sagung Seto,
Jakarta.
Suparmi, Yulia. (2010).Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta : PT Citra Aji Parama
Wong. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong. Alih bahasa : Agus Sutarna,
Neti. Juniarti, H.Y. Kuncoro. Editor edisi bahasa Indonesia : Egi Komara Yudha [et al.].
Edisi 6. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai