Anda di halaman 1dari 11

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN KASUS

PATENT DUCTUS ARTERIOSUS ( PDA )


Selasa, April 06, 2010 | Diposkan oleh Ilham Amk, Ns, CH
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdasarkan Lokakarya Keperawatan 1983 dalam Ali (2002:12)
keperawatan adalah pelayanan professional yang merupakan bagian integral
dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan,
berbentuk pelayanan bio – psiko – sosial – spiritual yang menyeluruh
ditujukan kepada individu, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun
sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Pelayanan
keperawatan, diberikan akibat adanya kelemahan fisik dan mental,
keterbatasan pengetahuan, serta kurangnya kemauan untuk melaksanakan
kegiatan hidup sehari – hari. Kegiatan dilakukan dalam upaya peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan serta
pemeliharaan kesehatan dengan penekanan pada upaya pelayanan
kesehatan utama (PHC) sesuai dengan wewenang, tanggungjawab, dan
kode etik professional keperawatan.
Menurut Undang – Undang RI. No. 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan
Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan
melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya, yang
diperoleh melalui pendidikan perawatan (Ali, 2002:12).
Misi rencana pembangunan kesehatan Indonesia menurunkan angka
kesakitan dan kematian maternal dan neonatal melalui pemantapan sistem
kesehatan untuk menjamin akses terhadap intervensi yang efektif
berdasarkan bukti ilmiah yang berkualitas, memberdayakan wanita,
keluarga masyarakat melalui kegiatan yang mempromosikan kesehatan ibu
dan bayi baru lahir serta menjamin agar kesehatan internal dan maternal
dipromosikan dan dilestarikan sebagai prioritas program pembangunan
nasional.
Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah
sekumpulan malformasi struktur jantung atau pembuluh darah besar yang
telah ada sejak lahir. Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama
ditemukan pada bayi dan anak. Apabila tidak dioperasi, kebanyakan akan
meninggal waktu bayi. Apabila penyakit jantung bawaan ditemukan pada
orang dewasa, hal ini menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui
seleksi alam, atau telah mengalami tindakan operasi dini pada usia muda.
( www.google.com )
Harapan kami adalah agar makalah ini dapat dimanfaatkan secara optimal
oleh semua insan kesehatan dalam upaya memberikan praktek keperawatan
yang profesional dan membantu menurunkan angka kematian maternal dan
neonatal.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian Latar Belakang diatas, maka masalah yang dapat
diangkat adalah ” Bagaimana melaksanakan Asuhan Keperawatan Anak
Dengan Kasus Patent Ductus Arteriosus ( PDA )? “.

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memberikan gambaran dasar mengenai cara untuk menetapkan
Asuhan Keperawatan Anak Dengan Kasus “ Patent Ductus Arteriosus ( PDA )

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mendapatkan pengetahuan tentang pengertian, patofisiologi,
etiologi, manifestasi klinik, komplikasi dari kasus “Patent Ductus Arteriosus (
PDA )”
b. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian status keperawatan “Patent
Ductus Arteriosus ( PDA )”
c. Mahasiswa mampu menetapkan masalah keperawatan pengkajian data
yang dilakukan
d. Mahasiswa mampu membuat rencana asuhan keperawatan berdasarkan
diagnosa yang terjadi pada klien
e. Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan keperawatan berdasarkan
asuhan keperawatan yang telah ditetapkan
f. Mahasiswa mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
g. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan secara
sistematis dan berkesinambungan

D. Manfaat Penulisan
1. Sebagai masukan bagi perawat dalam merawat pasien anak dengan kasus
“Patent Ductus Arteriosus ( PDA )”
2. Untuk menambah ilmu pengetahuan khususnya mahasiswa keperawatan
dengan kasus “Patent Ductus Arteriosus ( PDA )”
3. Sebagai salah satu pengalaman dalam melakukan Asuhan Keperawatan
Anak dengan kasus “Patent Ductus Arteriosus ( PDA )”
4. Dapat dijadikan sebagai salah satu sumbangan ilmiah bagi penyajian
laporan selanjutnya.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

1. Pengertian

Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah duktus arteriosus yang tetap terbuka
setelah bayi lahir. Kelainan ini merupakan 7% dari seluruh penyakit jantung
bawaan. Sering dijumpai pada bayi prematur, insidennya bertambah dengan
berkurangnya masa gestasi ( Betz & Sowden. 2002 : 375 )
Patent Duktus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus arteriosus
setelah lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara langsung dari
aorta (tekanan lebih tinggi) ke dalam arteri pulmoner (tekanan lebih
rendah). (Betz & Sowden, 2002 ; 375)
Patent Ductus Arteriosus (PDA) atau Duktus Arteriosus Paten (DAP) adalah
kelainan jantung kongenital ( bawaan ) dimana tidak terdapat penutupan
(patensi) duktus arteriosus yang menghubungkan aorta dan pembuluh darah
besar pulmonal setelah 2 bulan pasca kelahiran bayi (www.google.com)
Patent Duktus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus arteriosus
(arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu
pertama kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah dari aorta yang
bertekanan tinggi ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah. ( Suriadi, Rita
Yuliani. 2001; 235 )

2. Etiologi
Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara
pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada
peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan :
1. Faktor Prenatal :
Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella.
• Ibu alkoholisme.
• Umur ibu lebih dari 40 tahun.
• Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin.
• Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu.
2. Faktor Genetik :
• Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.
• Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.
• Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.
• Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.
(Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Pusat Kesehatan Jantung dan
Pembuluh Darah Nasional Harapan Kita, 2001 ; 109)

3. Patofisiologi
Duktus arteriosus adalah pembuluh darah yang menghubungkan aliran
darah pulmonal ke aliran darah sistemik dalam masa kehamilan ( fetus ).
Hubungan ini ( shunt ) ini diperlukan oleh karena sistem respirasi fetus yang
belum bekerja di dalam masa kehamilan tersebut. Aliran darah balik fetus
akan bercampur dengan aliran darah bersih dari ibu ( melalui vena
umbilikalis ) kemudian masuk ke dalam atrium kanan dan kemudian
dipompa oleh ventrikel kanan kembali ke aliran sistemik melalui duktus
arteriosus. Normalnya duktus arteriosus berasal dari arteri pulmonalis utama
(arteri pulmonalis kiri) dan berakhir pada bagian superior dari aorta
desendens, ± 2-10 mm distal dari percabangan arteri subklavia kiri.

Dinding duktus arteriosus terutama terdiri dari lapisan otot polos (tunika
media) yang tersusun spiral. Diantara sel-sel otot polos terdapat serat-serat
elastin yang membentuk lapisan yang berfragmen, berbeda dengan aorta
yang memiliki lapisan elastin yang tebal dan tersusun rapat
( unfragmented ). Sel-sel otot polos pada duktus arteriosus sensitif terhadap
mediator vasodilator prostaglandin dan vasokonstriktor (pO2). Setelah
persalinan terjadi perubahan sirkulasi dan fisiologis yang dimulai segera
setelah eliminasi plasenta dari neonatus. Adanya perubahan tekanan,
sirkulasi dan meningkatnya pO2 akan menyebabkan penutupan spontan
duktus arteriosus dalam waktu 2 minggu. Duktus arteriosus yang persisten
(PDA) akan mengakibatkan pirai (shunt) L-R yang kemudian dapat
menyebabkan hipertensi pulmonal dan sianosis. Besarnya pirai (shunt)
ditentukan oleh diameter, panjang PDA serta tahanan vaskuler paru (PVR).

4. Manifestasi Klinik
1. Tidak menimbulkan gejala bila PDA kecil. Tanda-tanda CHF muncul pada
PDA besar.
2. Murmur kontinyu (machinery) derajat 1 sampai 4/6 terdengar dengan
jelas pada ULSB atau daerah infraklavikula kiri yang merupakan petanda
khas kelainan ini. Rumble apikal terdengar pada PDA besar.
3. Pulsasi nadi perifer yang lemah dan lebar
4. CHF dan infeksi paru berulang seringkali terjadi pada PDA besar.
5. Penutupan spontan PDA tidak akan terjadi pada bayi aterm.
6. Akan terjadi hipertensi pulmonal dan PVOD bila PDA dibiarkan tanpa
tindakan penutupan.
7. Sianosis yang terjadi pada PDA dengan PVOD dikenal sebagai sianosis
diferensial oleh karena hanya ekstremitas bawah yang biru sedangkan
ekstremitas atas tetap normal.(Suriadi, Rita Yuliani, 2001 ; 236)

5. Komplikasi
a. Endokarditis
b. Obstruksi pembuluh darah pulmonal
c. CHF ( gagal jantung kongestif )
d. Hepatomegali (jarang terjadi pada bayi prematur)
e. Enterokolitis nekrosis
f. Gangguan paru yang terjadi bersamaan (misalnya sindrom gawat nafas
atau
displasia bronkkopulmoner)
g. Perdarahan gastrointestinal (GI), penurunan jumlah trombosit
h. Hiperkalemia (penurunan keluaran urin).
i. Aritmia
j. Gagal tumbuh
(Suriadi, Rita Yuliani, 2001 ; 236)
6. Penatalaksanaan Medis
a. Penatalaksanaan Konservatif : Restriksi cairan dan Pemberian obat-
obatan : Furosemid (lasix) diberikan bersama restriksi cairan untuk
meningkatkan diuresis dan mengurangi efek kelebihan beban
kardiovaskular, Pemberian indomethacin (inhibitor prostaglandin) untuk
mempermudah penutupan duktus, pemberian antibiotik profilaktik untuk
mencegah endokarditis bakterial.
b. Pembedahan : Pemotongan atau pengikatan duktus.
c. Non pembedahan : Penutupan dengan alat penutup dilakukan pada waktu
kateterisasi jantung.
(Suriadi, Rita Yuliani, 2001 ; 236)

7. Pemeriksaan Diagnostik
a. EKG serupa dengan kelainan VSD. Pada PDA kecil-sedang dapat terjadi
LVH atau normal. CVH bila PDA besar. Atau RVH bila telah terjadi PVOD.
bervariasi sesuai tingkat keparahan, pada PDA kecil tidak ada abnormalitas,
hipertrofi ventrikel kiri pada PDA yang lebih besar.
b. Foto toraks juga menyerupai kelainan VSD. Pada PDA kecil bayangan
jantung normal. PDA sedang-besar terjadi kardiomegali dan peningkatan
PVM. Adanya PVOD akan mengakibatkan ukuran jantung normal dengan
pembesaran MPA dan peningkatan corakan vaskulerisasi hilus.
c. Melalui pemeriksaan ekho 2-D dan Doppler dapat divisualisasi adanya PDA
dan besarnya shunt. Pemeriksaan angiografi biasanya tidak dibutuhkan
kecuali bila terdapat kecurigaan PVOD.
d. Ekhokardiografi yaitu rasio atrium kiri tehadap pangkal aorta lebih dari
1,3:1 pada bayi cukup bulan atau lebih dari 1,0 pada bayi praterm
(disebabkan oleh peningkatan volume atrium kiri sebagai akibat dari pirau
kiri ke kanan).
e. Kateterisasi jantung yaitu hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh
hasil ECHO atau Doppler yang meragukan atau bila ada kecurigaan defek
tambahan lainnya.
(Betz & Sowden, 2002 ;377)
BAB III
PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA KASUS PATENT DUCTUS
ARTERIOSUS
( PDA)

A. PENGKAJIAN
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan. Pusing, rasa berdenyut. Gangguan tidur.
Tanda : Takikardi, gangguan pada TD. Dispnea
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat kondisi pencetus, contoh demam rematik, hipertensi,
kondisi
kongenital (kerusakan atrial-septal ). Riwayat murmur jantung, palpitasi.
Batuk dengan / tanpa produksi sputum
Tanda : Sistolik TD menurun. Tekanan nadi : penyempitan (SA); luas (IA).
Nadi karotid : lambat dengan volume nadi kecil (SA); bendungan dengan
pulsasi arteri terlihat (IA). Nadi apikal : PMI kauat dan terletak di bawah
kanan dan kiri (IM);secara lateral kuat dan perpindahan tempat (IA).
Murmur : murmur sistolik pada area pulmonik (IP). Bunyi renadah, murmur
diastolik gaduh (SM). Murmur sitolik terdengar baik pada apek (MR ).
Murmur sistolik terdengar baik pada dasar dengan penyebaran ke leher ( SA
).

3. Integritas Ego
Gejala : Tanda kecemasan, contoh gelisah, pucat, berkeringat, fokus
menyempit, gemetar.
4. Makanan / cairan
Gejala : Disfagia ( IM kronis ). Perubahan bb. Penggunaan deuretik
Tanda : Edema umum. Hepatomegali dan ascites. Hangat, kemerahan dan
kulit
lembab. Pernafasan payah dan bising dengan terdengar krekles dan mengi.
5. Neurosensori
Gejala : Pusing / pingsan karena aktivitas yang berlebihan
6. Nyeri / kenyamanan
Gejala : Nyeri dada, angina. Nyeri dada nion angina / tidak khas
7. Pernapasan
Gejala : Dispnae. Batuk menetap
Tanda : Takipnae. Bunyi napas mengih. Sputum banyak dan bercak darah
( edema pulmonal ).
8. Keamanan
Gejala : Proses infeksi, kemoterapi radiasi. Adanya perawatn gigi
Tanda : Perawatan gigi / mulut
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan Curah jantung b.d malformasi jantung.
2. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen
oleh
tubuh dan suplai oksigen ke sel.
3. Ansietas b.d situasi kritis (perawatan dirumah sakit / tidak adanya dari
keluarga)
4. Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, kebutuhan pengobatan b.d
kurang terpajan pada informasi tentang penyakit PDA.

C. INTERVENSI DAN RASIONAL


Diagnosa Keperawatan 1 : Penurunan Curah jantung b.d malformasi jantung
Intervensi :
1) Pantau TD, nadi apikal, nadi perifer
2) Pantau irama jantung sesuai indikasi
3) Dorong tirah baring dengan kepala tempat tidur ditinggikan 45 derajat
4) Bantu dengan aktivitas sesuai indikasi.
Rasional :
1) Indikator klinis dari keadekuatan curah jantung. Pemantauan
memungkinkan deteksi dini terhadap dekomensasi.
2) Distrimia umum pada klien dengan penyakit katup. Distrimia atrium
paling umum, berkenaan dengan peningkatan tekanan dan volume atrium.
3) Menurunkan volume darah yang kemabali ke jantung, yang
memungkinkan oksigenasi, menurunkan dispnea dan regangan jantung.
4) Melakukan kembali aktivitas secara bertahap mencegah pemaksaan
terhadap cadangan jantung.

Diagnosa Keperawatan 2:Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara


pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel.
Intervensi :
1) Kaji toleransi klien terhadap aktivitas menggunakan parameter berikut :
frekuensi nadi 20 / menit diatas frekuensi istirahat : catat peningkatan TD,
dispnea atau nyeri dada : kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat,
pusing atau pingsan.
2) Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh penurunan kelemahan
atau kelelahan, TD stabil / frekuensi nadi,
3) Perhatikan pada aktivitas dan perawatan diri.
4) Dorong memajukan aktivitas atau toleransi perawatan diri.

Rasional :
1) Parameter menunjukan respon fisiologis klien terhadap stres aktivitas dan
indikator derajat pengaruh kelebihan aktivitas atau jantung
2) Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk memajukan tingkat
aktivitas individual
3) Konsumsi O2 miokardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan
jumlah O2 yang ada.
4) Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba pada kerja
jantung.
Diagnosa Keperawatan 3 : Ansietas b.d situasi kritis (perawatan dirumah
sakit / tidak adanya dari keluarga)
Intervensi :
pengobatan yang di tunjukan oleh situasi.1) Identifikasi persepsi
2) Pantau respon fisik, contoh tachikardi, gerakan berulang, gelisah
mandi, gosokan punggung, perubahan posisi3) Berikan tindakan
kenyaman contoh,
4) Libatkan orang terdekat dalam rencana perawatan dan dorong partisipasi
maksimum pada rencana pengobatan

Rasional :
1) Alat untuk mendifinisikan lingkup masalah dan pilihan intervensi
2) Membantu kien menentukan derjat cemas sesuai status jantung.
3) Penggunaan evaluasi seirama denga respon verbal dan non verbal
Membantu perhatian mengarahkan kembali dan meningkatkan relaksasi,
meningkatkan kemampuan koping.
4) Keterlibatan akan membantu memfokuskan perhatian klien dalam arti
positif dan memberikan rasa kontrol.
Diagnosa Keperawatan 4 : Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi,
kebutuhan pengobatan b.d kurang terpajan pada informasi tentang penyakit
PDA.
Intervensi :
1) Jelaskan rasional pengobatan, dosis, efek samping dan pentingnya minum
obat sesuai resep contoh diuretik, vasodilator
2) Anjurkan klien minum diuretik harian
3) Diskusikan kebutuhan kien untuk keseimbangan aktivitas dan istirahat
Rasional :
1) Dapat meningkatkan kerjasama dengan terapi obat dan mencegah
penghentian sendiri obat dan interaksi obat yang merugiakan
2) Penjadwalan meminimalkan berkemih malam hari atau mengganggu tidur
3) Program aktivitas bertahap yang konsiten dan tepat paling baik untuk
meminimalkan kondisi dan kelemahan dan mencegah kelebihan kerja yang
dapat meningkatkan beban jantung atau dekompensasi.
E. EVALUASI
Diagnosa Keperawatan 1 : Penurunan Curah jantung b.d malformasi
jantung
Hasil yang diharapkan :
1. Menunjukan penurunan dispnea, nyeri dada
2. Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan beban kerja jantung

Diagnosa Keperawatan 2 : Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan


antara pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel.
Hasil yang diharapkan :
1. Menunjukkan peningkatan yang dapat diukur dalam toleransi aktivitas
2. Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi toleransi aktivitas dan
penurunannya dengan efek negatif

Diagnosa Keperawatan 3 : Ansietas b.d situasi kritis ( perawatan dirumah


sakit / tidak adanya dari keluarga )
Hasil yang diharapkan :
1. Menyatakan kesadaran normal/ composmentis, perasaan tenang, ansietas
tidak ada lagi
2. Melaporkan penurunan / terkontrol
3. Menunjukkan relaksasi

Diagnosa Keperawatan 4 : Kurang pengetahuan tentang kondisi, kebutuhan


pengobatan b.d kurang terpajan pada informasi tentang penyakit PDA.
Hasil yang diharapkan :
1. Menyatakan pemahaman proses penyakit, program pengobatan dan
potensial
komplikasi
2. Mengidentifikasi perilaku atau perubahan pola hidup untuk mencegah
komplikasi
3. Mengenali kebutuhan untuk kerjasama dan mengikuti perawatan.

BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan :
a. Mahasiswa mengetahui dan mampu menjelaskan tentang pengertian,
patofisiologi, etiologi, manifestasi klinik, komplikasi dari kasus “Patent
Ductus Arteriosus ( PDA )”
b. Mahasiswa dapat melaksanakan pengkajian status keperawatan “Patent
Ductus Arteriosus ( PDA )”
c. Mahasiswa dapat menetapkan masalah keperawatan pengkajian data
yang dilakukan
d. Mahasiswa dapat membuat rencana asuhan keperawatan berdasarkan
diagnosa yang terjadi pada klien
e. Mahasiswa dapat melaksanakan tindakan keperawatan berdasarkan
asuhan keperawatan yang telah ditetapkan
f. Mahasiswa dapat mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
g. Mahasiswa dapat mendokumentasikan asuhan keperawatan secara
sistematis dan berkesinambungan

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka disarankan :
1. Diharapkan kepada mahasiswa khususnya mahasiswa keperawatan agar
dapat mengerti, memahami dan dapat menjelaskan tenatang penyakit
Patent Ductus Arteriosus ( PDA ) baik mengenai pengertian, patofisiologi,
etiologi, manifestasi klinik, maupun pencegahan serta penerapan Asuhan
Keperawatannya.
2. Mahasiswa diharapkan lebih banyak menggali kembali tentang proses
penyakit Patent Ductus Arteriosus ( PDA ). Dan ilmu yang didapatkan dapat
diterapakan dalam kehidupan bermasyarakat.
3. Ibu hamil sebaiknya menghindari mengkomsumsi alkohol, obat- obatan
penenang atau jamu.
4. Perawat mampu menjelaskan kepada ibu hamil bahwa penyakit Patent
Ductus Arteriosus ( PDA ) bisa disebabkan oleh faktor genetik/ keturunan.
5. Dalam upaya penurunan jumlah penderita Patent Ductus Arteriosus (PDA)
diharapkan kepada tim kesehatan maupun mahasiswa keperawatan untuk
lebih meningkatkan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat mengenai
penyakit Patent Ductus Arteriosus ( PDA ).

DAFTAR PUSTAKA

Ali.Z. 2002. Dasar-dasar Keperawatan Profesional


Anonim. 2001. Buku ajar keperawatan Kardiovaskular. Jakarta : Pusat
Kesehatan Jantung Dan Pembuluh Darah Nasional Harapan Kita.
Betz.,Sowden., 2002, Keperawatan Pediatrik, Edisi 3, EGC, Jakarta.
Suriadi, Rita Yuliani. 2001, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah,
Volume 3, EGC, Jakarta.
http://www. google.com.id. Tanggal Akses 13 Oktober 2009
www.pediatrik.com/ilmiah/Asuhan keperawatan pada patent ductus
arteriosus. Tanggal Akses 13 Oktober 2009

Anda mungkin juga menyukai