OLEH
I. LATAR BELAKANG
Kanker testis (KT) merupakan kanker paling umum yang menyerang
pria dalam usia reproduksi dan disertai dengan gangguan utama pada semen
(Kumar, Selvam, & Agarwal, 2019). KT didiagnosis pada pria dengan usia
reproduksi rata-rata 33 tahun. Prevalensi KT Di Amerika Serikat, sekitar
9.310 kasus baru yang dilaporkan pada tahun 2018 dan insidennya terus
meningkat (Siegel, Miller, & Jemal, 2018).
KT lebih umum pada laki-laki yang memiliki testis yang tidak turun
(cryptorchidism) atau riwayat keluarga dengan kanker atau anomali testis.
Faktor predisposisi lain termasuk orkitis, infeksi human immunodeficiency
virus (HIV), pajanan ibu terhadap estrogen eksogen, dan kanker testis pada
testis kontralateral. Sebagian besar KT berkembang dari dua jenis sel kuman
embrionik: seminoma dan nonseminoma (Lewis, Dirksen, Heitkemper, &
Bucher, 2014)
Kanker testis mungkin memiliki onset lambat atau cepat tergantung
pada jenis tumor. Klien mungkin melihat adanya benjolan yang tidak nyeri
pada skrotum, pembengkakan skrotum, dan perasaan berat. Beberapa klien
mengeluhkan nyeri tumpul atau sensasi berat di perut bagian bawah, area
perianal, atau skrotum. Nyeri akut adalah gejala awal pada sekitar 10% klien.
Manifestasi yang terkait dengan penyakit lanjut bervariasi dan termasuk nyeri
punggung bawah atau dada, batuk, dan dispnea (Lewis et al., 2014). Melihat
insiden serta gejala yang ditimbulkan diatas, maka diperlukan pengobatan
baik farmakologi maupun non farmakologi.
Salah satu tindakan non farmakologi yang dapat diterapkan sebagai
tindakan mandiri keperawatan adalah memberi kenyamanan pada klien
kanker. Untuk itu, asuhan keperawatan ini akan menggunakan teori
kenyamanan (Comfort) Kolcaba.
Kolcaba mulai mempelajari arti sebenarnya dari Comfort yaitu “to
strengthen greatly” yang berarti untuk memperkuat. Definisi ini memberikan
rasional bagi perawat untuk memberikan kenyamanan pada klien, ketika klien
mampu melakukan kegiatannya dengan baik dan perawat mendapatkan
sebuah kepuasan karenanya (Alligood, 2014).
Berbagai studi mengenai kenyamanan di ranah keperawatan sangat
banyak. Kolcaba memaparkan tentang teori kenyamanan dengan menelusuri
catatan sejarah penggunaan kenyamanan dalam keperawatan. Sebagai
contoh, Kolcaba menggunakan teori Nightingale pada tahun 1859 yang
menekankan “Kenyamanan seharusnya tidak boleh lepas dari observasi atau
tujuan utama, hal ini bukan menjadi suatu hal yang tidak berguna melainkan
menyelamatkan kehidupan dan untuk meningkatkan status kesehatan dan
kenyamanan” (Alligood, 2014).
Konsep teori kenyamanan adalah kebutuhan kenyamanan, intervensi
kenyamanan, peningkatan kenyamanan dan integritas institusional. Seluruh
konsep tersebut terkait dengan klien dan keluarga. Kolcaba mengidentifikasi
jenis kenyamanan menurut analisis konsepnya yaitu: Relief (kelegaan)
merupakan keadaan seorang klien yang kebutuhan spesifiknya terpenuhi,
Ease (ketenteraman) merupakan keadaan tenang atau puas dan
Trancendence (transendensial) dimana seseorang berhasil melampaui
masalah atau kesakitannya (Kolcaba, 2003).
Kolcaba mendemonstrasikan bahwa perubahan pada kenyamanan dapat
diukur dengan menggunakan eksperimental. Penelitiannya menyebutkan,
konsep kesehatan membutuhkan kenyamanan, hal ini dikaitkan dengan
diagnosis awal kanker payudara. Intervensi holistiknya yaitu Guide imagery
yang ditujukan khusus untuk populasi tersebut dalam mencapai kebutuhan
rasa nyamannya dan diharap memberikan kenyamanan mereka. Hasil
penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan mengenai makna
kenyamanan antara perempuan yang mendapatkan guided imagenery
dengan kelompok yang mendapatkan perawatan biasa (Kolcaba & Fox,
1999).
Selain Guide imagery ada beberapa intervensi yang telah diuji oleh
Kolcaba diantaranya: Healing touch yaitu sentuhan yang menyembuhkan dan
dukungan untuk mengurangi stres pada mahasiswa. Hand massage atau
pijat dengan tangan untuk klien dengan perawatan lama (Kolcaba, Downd,
Steiner & Mitzel, 2004), Patien- controlled heated gown atau pakaian hangat
yang dapat dikendalikan klien untuk mengurangi kecemasan dan
meningkatkan kenyamanan pada klien praoperatif (Wagner, Byrne, &
Kolcaba, 2006).
II. KASUS
Klien Tn “M” masuk ke IGD RSUP Dr. Wahidin Sudirohuso rujukan
dari RS Ambon pada tanggal 12-02-2019, masuk dengan keluhan Benjolan
pada testis kiri. Benjolan dialami sejak 10 bulan yang lalu. Keluhan awalnya
benjolan seperti biji kelereng dan tidak disertai nyeri yang kemudian semakin
lama semakin membesar. Hingga 3 bulan yang lalu benjolan seperti kepalan
tangan. Pada tanggal 30-11-2019 klien operasi orchidectomy + biopsi pada
testis dengan hasil patologi anatomi Emeryonal Carcinoma, Infiltratif 8/D Teff
Operasi. Klien memiliki riwayat buah zakar kiri tidak turun hingga kantong
buah zakar sejak lahir. Dua minggu setelah operasi orchidectomy muncul
benjolan disertai luka kanker pada buah zakar. Klien dipindahkan ke
perawatan Bedah Urologi (Lonatara 2 Bawah Depan) pada tanggal 14-02-
2019.
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 19-02-2019, klien mengeluh
nyeri pada luka benjolan di testis kiri. Nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk.
Nyeri dirasakan hilang timbul sejak >3 bulan yang lalu. Luka pada benjolan di
testis mudah berdarah dan berbau sehingga klien takut untuk bergerak.
Selain itu, klien mengeluh kedua tungkainya tidak bisa digerakkan sejak 3
minggu yang lalu disertai bengkak. Klien tampak terpasang infus Nacl 0.9%,
terpasang catheter urine (2 minggu). Vital sign (BP:128/72 mmHg, HR:
102x/menit, RR: 22x/menit, Suhu 37.6oc).
III. PENGKAJIAN
Tanggal Masuk IGD RS : 12-02-2019
Tanggal Masuk Perawatan B.Urologi : 14-02-2019
Tanggal Pengkajian : 19-02- 2019
Unit perawatan : Lontara II, Bedah Urologi
A. Identitas Klien
Nama : Tn.M
Umur : 60 thn
Tempat/ Tgl Lahir : Ambon, 7-8-1958
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan Terakhir : Diploma
Pekerjaan : Pensiunan
Alamat : Tutuwawang,
Ambon No. Rekam Medik : 873266
Diagnosa Medis : Kanker Testis Kiri
B. Riwayat Kesehatan
1. Alasan Utama Saat Masuk Rumah Sakit
Luka pada benjolan di testis kiri
2. Keluhan Saat Pengkajian
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 19-02-2019, klien
mengeluh nyeri pada luka benjolan di testis kiri.
3. Riwayat Keluhan Utama
Nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk. Nyeri dirasakan hilang timbul
sejak >3 bulan yang lalu. Luka pada benjolan di testis mudah berdarah
dan berbau, sehingga klien takut untuk bergerak. Selain itu, klien
mengeluh kedua tungkainya tidak bisa digerakkan sejak 3 minggu yang
lalu disertai bengkak. Klien tampak terpasang infus Nacl 0.9%,
terpasang catheter urine (2 minggu).
4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Klien memiliki riwayat buah zakar kiri tidak turun hingga kantong
buah zakar sejak lahir. Riwayat buang air kecil bercampur darah tidak
ada, riwayat buang air kecil bernanah tidak ada, riwayat trauma pada
scrotum tidak ada, riwayat merokok tidak ada, riwayat keluarga
menderita penyakit kanker yang sama tidak ada.
5. Riwayat Pengobatan
Klien tidak mengkonsumsi obat-obatan
6. Riwayat Pembedahan
Pada tanggal 30-11-2019 klien operasi orchidectomy + biopsi pada
testis dengan hasil patologi anatomi Emeryonal Carcinoma, Infiltratif 8/D
Teff Operasi.
7. Riwayat Alergi
Klien tidak memiliki riwayat alergi baik makanan maupun obat-obatan
C. Resiko Jatuh dan Resiko Decubitus
1. Resiko Jatuh: 10/resiko rendah (Skala Morse)
2. Resiko Decubitus: 15 (beresiko tinggi)
D. Pengkajian Comfort
1. Kenyamanan fisik
Klien mengeluh nyeri pada luka benjolan di testis kiri. Keluhan
dirasakan seperti tertusuk-tusuk. Nyeri dirasakan hilang timbul sejak
>3 bulan yang lalu, skala nyeri 4 (NRS), ekspresi wajah klien tampak
nyeri. Luka pada benjolan di testis mudah berdarah (Bleeding) dan
berbau sehingga klien takut untuk bergerak miring kiri maupun miring
kanan, sehingga timbul luka dekubitus di bokong dan tumit kaki kanan.
Massa berukuran 4x10 cm pada scrotum sinistra yang meluas
hingga suprapubic, serta menyebar ke testis kanan, nyeri tekan ada.
Selain itu, klien mengeluh kedua tungkainya tidak bisa digerakkan
sejak 3 minggu yang lalu disertai bengkak.
Klien merasa lemas dan tidak mampu untuk duduk, klien tampak
anemis. Klien juga mengatakan tidak nafsu makan, porsi makan tidak
dihabiskan kadang hanya makan bubur 3-5 sendok.
Kesadaran: Composmentis, GCS: 15 (E4M6V5). Vital Sign: (BP:
128/72 mmHg, HR: 102x/menit, RR: 22x/menit, Suhu 36.6oc).
Pemeriksaan Laboratorium pada tanggal 17/02/2019: WBC:
844.000/ul, Hb: 8.3 gr/dl*, RBC: 284.000.000/uL*, PLT: 262.000/ul,
Limfosit: 1.8%*, Monosit: 3.5 103/ul, Eosinofil: 0.2 103/ul*, Basofil: 0.4
103/ul. GDS: 68 mg/dl, Ureum: 68 mg/dl, Kreatinin, 1.74 mg/dl, SGOT:
42 U/L, SGPT: 37 U/L, Albumin: 2.2 gr/dl, Prokalsitonin: 3.11 ng/ml*,
Elektrolit (Natrium: 123 mmol/l*, Kalium: 4.0 mmol/l, Klorida: 97
mmol/l).
2. Pengkajian Psikospiritual
Klien tampak pendiam, namun jika diajak berkomunikasi klien tetap
kooperatif. Klien dijaga oleh kedua anaknya, istri klien masih
dikampung dan sering berkomunikasi melalui telfon. Menurut anak
klien, klien kadang menangis jika mengingat penyakit yang dialaminya,
klien
tampak gemetar saat berbicara serta wajah klien tampak tegang.
Namun, klien selalu mendapat dukungan dari anak maupun istrinya.
Klien selalu berdoa diruangan dan istri beserta anak selalu mendoakan
klien untuk diberi kekuatan dan tidak putus ada.
3. Pengkajian sosialkultural
Klien mengatakan istrinya tidak dapat mendampingi karena
kurang sehat di kampung/Ambon. Klien kadang merasa sedih karena
dihari tuanya tidak bisa menikmati berkumpul dengan keluarganya di
kampung. Namun, klien tetap merasa senang karena keluarga
terdekatnya menyempatkan untuk berkunjung dan memberi dukungan
terutama kedua anaknya yang selalu mendampingi. Terkait dengan
kepercayaan budaya, klien percaya dengan obat-obat tradisional yang
diyakininya dapat menyembuhkan penyakitnya, tetapi saat ini klien
tidak lagi mengkonsumsinya karena lagi menjalankan pengobatan
medis di rumah sakit.
4. Pengkajian Lingkungan
Klien dirawat di ruang perawatan isolasi karena kondisi lukanya
yang berbau. Klien dirawat bersama dengan teman kamarnya yang
juga memiliki luka kanker yang berbau. Sehingga, klien merasa kurang
nyaman serta mengatakan ruangannya terlalu sempit dan merasa
panas dengan suhu ruangan. Namun, klien tetap merasa senang
karena diberi fasilitas kipas angin dan kondisi ruangan yang bersih.
Klasifikasi Taksonomi Struktur Comfort
Relief Ease Transdence
- Klien mengeluh nyeri pada - Diperlukan - Klien dan
luka benjolan di testis kiri. manajemen nyeri keluarga perlu
- Klien mengatakan sulit tidur nonfarmakologi memahai
pada malam hari jika nyeri. - Diperlukan managemen
- Keluhan dirasakan seperti observasi tanda- nyeri
tertusuk-tusuk tanda infeksi - Klien perlu
- Nyeri dirasakan hilang - Perlu perawatan terbiasa dengan
timbul luka kanker kondisinya.
- Skala nyeri 4 (NRS). - Perlu tindakan - Klien dan
pencegahan keluarga mampu
- Ekspresi wajah
decubitus melakukan hand
klien tampak nyeri hygien dalam
- Perlu penaganan
- Luka pada benjolan di konstipasi mengontrol
testis mudah berdarah - Perlu tindakan infeksi
(Bleeding) dan berbau untuk - Klien perlu
- Klien takut untuk bergerak meningkatkan pemenuhan
- Massa tumor berukuran nutrisi klien kebutuhan nutrisi
Physical
Analisa Data
Data Masalah Keperawatan
(NANDA International, 2018)
- Klien mengeluh nyeri pada luka benjolan
di testis kiri. Nyeri Kronis
- Klien mengatakan sulit tidur pada
(Domain 12. Comfort /Class 1)
malam hari jika nyeri.
Diagnosis Code 00133
- Keluhan dirasakan seperti tertusuk-tusuk
- Nyeri dirasakan hilang timbul
- Skala nyeri 4 (NRS).
- Ekspresi wajah klien tampak nyeri
- Massa tumor berukuran 4x10 cm pada
scrotum sinistra yang meluas hingga
suprapubic
- Ct Whole Abdomen: Suspek seminoma
testis
- Hasil PA: Emeryonal Carcinoma
- Vital sign (BP:128/72 mmHg, HR:
102x/menit, RR: 22x/menit, Suhu 37.6oc).
- Luka pada benjolan di testis mudah
berdarah Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang
- Klien merasa lemas dari Kebutuhan Tubuh
- Klien tampak anemis.
- Klien mengatakan tidak nafsu makan, (Domain 2. Nutrition /Class 1)
porsi makan tidak dihabiskan kadang Diagnosis Code 00002
hanya makan bubur 3-5 sendok.
- Hb: 8.3 gr/dl*, RBC: 284.000.000/uL*
- GDS: 68 mg/dl, SGOT: 42 U/L, SGPT:
37 U/L, Albumin: 2.2 gr/dl
- Klien mengeluh kedua tungkainya
tidak bisa digerakkan disertai bengkak. Gangguan Integritas Kulit
- Luka pada benjolan di testis mudah
(Domain 11. Safety/protection /Class
berdarah (Bleeding) dan berbau
2)
- Massa tumor berukuran 4x10 cm pada Diagnosis Code 00046
scrotum yang meluas hingga
suprapubic
- Luka dekubitus di bokong dan tumit kaki
kanan
- Skor decubitus: 15 (beresiko tinggi)
- Natrium: 123 mmol/l
- Suhu 37.6 oC, Albumin: 2.2 gr/dl
- Luka pada benjolan di testis mudah
berdarah dan berbau Resiko Infeksi
- Massa tumor berukuran 4x10 cm pada
(Domain 11. Safety/protection /Class
scrotum sinistra yang meluas hingga
suprapubic 1)
- WBC: 968.000/ul, Hb: 8.3 gr/dl*, RBC:
284.000.000/uL*
- Limfosit: 1.8%*, Monosit: 3.5 103/ul,
Eosinofil: 0.2 103/ul*, Basofil: 0.4
103/ul.
- Prokalsitonin: 3.11 ng/ml*
- Luka dekubitus di bokong dan tumit kaki
kanan
- Vital sign (BP:128/72 mmHg, HR:
102x/menit, RR: 22x/menit, Suhu 37.6oc).
- Menurut anak klien, klien kadang
menangis jika mengingat penyakit Ansietas
yang dialaminya
(Domain 9. Coping/stress tolerance/
- Klien tampak pendiam
Class 2. Diagnosis Code 00146)
- Klien tampak gemetar saat berbicara
- Wajah klien tampak tegang
- Klien selalu berdoa diruangan dan istri
beserta anak selalu mendoakan klien
untuk diberi kekuatan dan tidak putus
ada
o Klien mengatakan istrinya tidak dapat
mendampingi karena kurang sehat
o Klien kadang merasa sedih karena dihari
tuanya tidak bisa menikmati berkumpul
dengan keluarganya di kampung.
o Klien mengatakan ruangannya terlalu
sempit dan merasa panas dengan
suhu
ruangan.
Hari/Tanggal Implementasi
/Jam
19/02/2019
07.00 - Selesai injeksi antibiotik dan anti nyeri
Ranitidin 50 mg/12jam/iv
Metamizole 1 gr/8jam/iv
Meropenem 1 gr/12 jam/iv
Metronidazole 500 mg/8jam/iv
07.30 - Hand Over
08.30 - Selesai observasi vital sign (BP: 110/60 mmHg, HR:103 x/menit,
RR:22x/menit, Suhu:37oC)
08.50 - Pasang transfusi albumin 20% 200 g/L botol ke 2
09.15 - Selesai kaji tingkat nyeri (Skala 4/NRS)
- Selesai memberi posisi yang nyaman, mengajarkan tekhnik relaksasi
09.25 - Selesai kaji tingkat nyeri (Skala 2/NRS)
11.30 - Selesai memandikan pasien
- Selesai rawat luka kanker serta luka decubitus
- Selesai pasang kasur anti decubitus
12.10 - Selesai memberi makan pasien (klien menghabiskan 5 sendok makan)
12.30 - Memberi edukasi kepada anak pasien untuk menggunakan kipas
angin diruangan jika lingkungan panas dan memutar music yang
disukasi pasien
14.00 - Selesai memberi edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya
nutrisi
- Selesai memberi edukasi tentang pentingnya cuci tangan
dalam mencegah infeksi
14.30 - Hand Over
20/02/2019
06.40 - Selesai observasi vital sign (BP: 115/68 mmHg, HR:98 x/menit,
RR:22x/menit, Suhu:37.1oC)
- Selesai mengkaji skala nyeri (Skala nyeri 4/NRS)
06.50 - Selesai injeksi antibiotik dan anti nyeri
Ranitidin 50 mg/12jam/iv, Metamizole 1 gr/8jam/iv, Meropenem 1 gr/12
jam/iv dan Metronidazole 500 mg/8jam/iv.
07.30 - Hand Over
09.14 - Pasang Transfusi PRC bag ke 2
09.50 - Selesai Memandikan pasien
- Selesai rawat luka kanker dan luka decubitus
10.40 - Selesai memberi posisi yang nyaman (miring kiri)
10.50 - Selesai memberi edukasi kepada anak pasien tentang managemen nyeri
yaitu hand massage jika pasien merasa nyeri
12.45 - Selesai memberi posisi yang nyaman (terlentang)
- Memberi pasien makan siang dengan memodifikasi lingkungan
yang sejuk menggunakan kipas angin
13.40 - Edukasi pasien serta anak pasien tentang pentingnya mobilisasi sepeti
mika-miki dalam membantu proses penyembuhan luka decubitus
13.45 - Selesai transfusi PRC bag ke2 (Cek Hb post transfusi pukul 19.12)
- Selesai ganti selang transfusi dan pasang cairan Nacl 0.9%
24 tetes/menit
14.30 - Selesai memberi posisi yang nyaman (miring kanan) serta bersamaan
mengajarkan kepada anak pasien cara mika-miki yang benar
14.40 - Hand Over
21/02/2019
06.30 - Selesai observasi vital sign (BP: 120/70 mmHg, HR:92 x/menit,
RR:22x/menit, Suhu:36.7oC)
- Selesai mengkaji skala nyeri (Skala nyeri 3/NRS)
07.10 - Selesai injeksi antibiotik dan anti nyeri
Ranitidin 50 mg/12jam/iv, Metamizole 1 gr/8jam/iv, Meropenem 1 gr/12
jam/iv dan Metronidazole 500 mg/8jam/iv.
07.30 - Hand Over
08.15 - Memberi dukungan kepada pasien serta mendorng pasien untuk
mengungkapkan yang dirasakan saat ini dengan mempertahankan terapi
Healing touch yaitu sentuhan.
09.00 - Selesai Memandikan pasien
- Selesai rawat luka kanker dan luka decubitus
09.20 - Selesai memberi posisi yang nyaman
10.50 - Monitor hasil laboratorium post transfusi albumin dan transfusi PRC 2 bag
Hb: 10.6 gr/dl, Albumin: 2.8 gr/dl, WBC:
11.20 - Mencatat atat adanya edema pada kedua tungkai bawah
11.30 - Edukasi kepada anak pasien tentang managemen nyeri yaitu hand
massage jika pasien merasa nyeri
13.40 - Selesai memberi posisi yang nyaman dan memberi hand massase serta
memastikan anak pasien melakukannya
13.45 - Memberi pasien makan siang dengan memodifikasi lingkungan
14.30 - Hand Over
V. EVALUASI
Ilmiasih, R., Nurhaeni, N., Waluyanti, F,T. (2015). The application of Comfort
Kolcaba Theory in order to Overcome the Children Laparotomy post-
surgery Pain in BCH Ward RSUPN DR. Cipto Mangunkusumo. Jurnal
Keperawatan, 6, 27-33.
Kumar, M., Selvam, P., & Agarwal, A. (2019). Altered Molecular Pathways in the
Proteome of Cryopreserved Sperm in Testicular Cancer Patients before
Treatment. https://doi.org/10.3390/ijms20030677
Lewis, S. L., Dirksen, S. R., Heitkemper, M. M., & Bucher, L. (2014). Medical-
Surgical Nursing Assessment and Management of Clinical Problems. (M. M.
Harding, Ed.) (9th ed.). Canada: Elsevier.
Moorhead, S., Marion, J., Meridean, L. M., & Swanson, E. (2016). Nursing
Outcomes Classification (NOC) (6th ed.). Singapore: Elsevier.
NANDA International. (2018). Nursing Diagnoses: Definitions and Classification
2018-2020. (H. Herdman & S. Kamitsuru, Eds.) (Eleventh). New York:
Thieme. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Pagnamenta, F. (2017). The provision of therapy mattresses for pressure ulcer
prevention. British Journal of Nursing, 26(6), S28–S33.
https://doi.org/10.12968/bjon.2017.26.6.S28
Shingfield, L., Carr, H., & Thomson, J. (2017). Product Clinical focus, Apex Pro-
care Matress; How Can This Advanced Matress Assist in Prevention of
Pressure Injuries?
Siegel, R. L., Miller, K. D., & Jemal, A. (2018). Cancer Statistics , 2018, 68(1),
7– 30. https://doi.org/10.3322/caac.21442
Sitzman, K. L., Eichelberger, Lisa wrigh (Ed.). (2011). Understanding the work of
nurse theorist a creative begining (2 ed.). Ontario: Jones and Bartlet.
Wagner, D., Byrne, M., & Kolcaba, K. (2006). Effects of Comfort Warming on
Preoperative Patients. AORN Journal, 84(3). https://doi.org/10.1016/S0001-
2092(06)63920-3
Kakkunen, P., Vehvilainen J.K., Pietila A.M., Nysonen S., Korhanen A.,
Lehikoinen N.M. (2009). Promoting parents’ use of non-pharmacological
methods and assessment of children’s postoperative pain at
home.International Journal of Caring Sciences, 2, 11-21
Kolcaba, K. (2003). Comfort theory and practice: A holistic vision for health care.
New York: Springer.
Kolcaba, K., Fox, C. (1999). The effect of guided imagery on comfort of women
with early stage breast cancer undergoing radiation therapy. Oncologi
nursing forum, 1, 67-92
Kolcaba, K., Dowd, T., Steiner, R., & Mitzel, A. (2004). Efficacy of hand
massage for enhancing the comfort of hospice patients. Journal of Hospice
& Palliative Nursing, 6(2), 91–102.
Retrieved from
http://www.thecomfortline.com/files/pdfs/2004 - Efficacy of hand massagein
hospice.pdf