Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN TEORI “COMFORT”

(KATHARINE KOLCABA) PADA Tn. M DENGAN KANKER


TESTIS KIRI PERAWATAN HARI KE 5 DI RUANG
LONTARA II BEDAH UROLOGI RSUP Dr.
WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR
TANGGAL 19-22 FEBRUARI 2019

OLEH

ASWEDI WINARDI (R012172016)

Preseptor Utama: Rosyidah Arafat, S.Kep., Ns., M.Kep. Sp.Kep.MB


Preseptor Pendamping: Andi Masyitha Irwan, S.Kep., Ns., MAN.,
Ph.D

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
Asuhan Keperawatan Berdasarkan Teori “Comfort” (Katharine Kolcaba)
Pada Tn. M Dengan Kanker Testis Kiri Perawatan Hari Ke-5 Di Ruang
Lontara II Bedah Urologi RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
Tanggal 19-22 Februari 2019

I. LATAR BELAKANG
Kanker testis (KT) merupakan kanker paling umum yang menyerang
pria dalam usia reproduksi dan disertai dengan gangguan utama pada semen
(Kumar, Selvam, & Agarwal, 2019). KT didiagnosis pada pria dengan usia
reproduksi rata-rata 33 tahun. Prevalensi KT Di Amerika Serikat, sekitar
9.310 kasus baru yang dilaporkan pada tahun 2018 dan insidennya terus
meningkat (Siegel, Miller, & Jemal, 2018).
KT lebih umum pada laki-laki yang memiliki testis yang tidak turun
(cryptorchidism) atau riwayat keluarga dengan kanker atau anomali testis.
Faktor predisposisi lain termasuk orkitis, infeksi human immunodeficiency
virus (HIV), pajanan ibu terhadap estrogen eksogen, dan kanker testis pada
testis kontralateral. Sebagian besar KT berkembang dari dua jenis sel kuman
embrionik: seminoma dan nonseminoma (Lewis, Dirksen, Heitkemper, &
Bucher, 2014)
Kanker testis mungkin memiliki onset lambat atau cepat tergantung
pada jenis tumor. Klien mungkin melihat adanya benjolan yang tidak nyeri
pada skrotum, pembengkakan skrotum, dan perasaan berat. Beberapa klien
mengeluhkan nyeri tumpul atau sensasi berat di perut bagian bawah, area
perianal, atau skrotum. Nyeri akut adalah gejala awal pada sekitar 10% klien.
Manifestasi yang terkait dengan penyakit lanjut bervariasi dan termasuk nyeri
punggung bawah atau dada, batuk, dan dispnea (Lewis et al., 2014). Melihat
insiden serta gejala yang ditimbulkan diatas, maka diperlukan pengobatan
baik farmakologi maupun non farmakologi.
Salah satu tindakan non farmakologi yang dapat diterapkan sebagai
tindakan mandiri keperawatan adalah memberi kenyamanan pada klien
kanker. Untuk itu, asuhan keperawatan ini akan menggunakan teori
kenyamanan (Comfort) Kolcaba.
Kolcaba mulai mempelajari arti sebenarnya dari Comfort yaitu “to
strengthen greatly” yang berarti untuk memperkuat. Definisi ini memberikan
rasional bagi perawat untuk memberikan kenyamanan pada klien, ketika klien
mampu melakukan kegiatannya dengan baik dan perawat mendapatkan
sebuah kepuasan karenanya (Alligood, 2014).
Berbagai studi mengenai kenyamanan di ranah keperawatan sangat
banyak. Kolcaba memaparkan tentang teori kenyamanan dengan menelusuri
catatan sejarah penggunaan kenyamanan dalam keperawatan. Sebagai
contoh, Kolcaba menggunakan teori Nightingale pada tahun 1859 yang
menekankan “Kenyamanan seharusnya tidak boleh lepas dari observasi atau
tujuan utama, hal ini bukan menjadi suatu hal yang tidak berguna melainkan
menyelamatkan kehidupan dan untuk meningkatkan status kesehatan dan
kenyamanan” (Alligood, 2014).
Konsep teori kenyamanan adalah kebutuhan kenyamanan, intervensi
kenyamanan, peningkatan kenyamanan dan integritas institusional. Seluruh
konsep tersebut terkait dengan klien dan keluarga. Kolcaba mengidentifikasi
jenis kenyamanan menurut analisis konsepnya yaitu: Relief (kelegaan)
merupakan keadaan seorang klien yang kebutuhan spesifiknya terpenuhi,
Ease (ketenteraman) merupakan keadaan tenang atau puas dan
Trancendence (transendensial) dimana seseorang berhasil melampaui
masalah atau kesakitannya (Kolcaba, 2003).
Kolcaba mendemonstrasikan bahwa perubahan pada kenyamanan dapat
diukur dengan menggunakan eksperimental. Penelitiannya menyebutkan,
konsep kesehatan membutuhkan kenyamanan, hal ini dikaitkan dengan
diagnosis awal kanker payudara. Intervensi holistiknya yaitu Guide imagery
yang ditujukan khusus untuk populasi tersebut dalam mencapai kebutuhan
rasa nyamannya dan diharap memberikan kenyamanan mereka. Hasil
penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan mengenai makna
kenyamanan antara perempuan yang mendapatkan guided imagenery
dengan kelompok yang mendapatkan perawatan biasa (Kolcaba & Fox,
1999).
Selain Guide imagery ada beberapa intervensi yang telah diuji oleh
Kolcaba diantaranya: Healing touch yaitu sentuhan yang menyembuhkan dan
dukungan untuk mengurangi stres pada mahasiswa. Hand massage atau
pijat dengan tangan untuk klien dengan perawatan lama (Kolcaba, Downd,
Steiner & Mitzel, 2004), Patien- controlled heated gown atau pakaian hangat
yang dapat dikendalikan klien untuk mengurangi kecemasan dan
meningkatkan kenyamanan pada klien praoperatif (Wagner, Byrne, &
Kolcaba, 2006).
II. KASUS
Klien Tn “M” masuk ke IGD RSUP Dr. Wahidin Sudirohuso rujukan
dari RS Ambon pada tanggal 12-02-2019, masuk dengan keluhan Benjolan
pada testis kiri. Benjolan dialami sejak 10 bulan yang lalu. Keluhan awalnya
benjolan seperti biji kelereng dan tidak disertai nyeri yang kemudian semakin
lama semakin membesar. Hingga 3 bulan yang lalu benjolan seperti kepalan
tangan. Pada tanggal 30-11-2019 klien operasi orchidectomy + biopsi pada
testis dengan hasil patologi anatomi Emeryonal Carcinoma, Infiltratif 8/D Teff
Operasi. Klien memiliki riwayat buah zakar kiri tidak turun hingga kantong
buah zakar sejak lahir. Dua minggu setelah operasi orchidectomy muncul
benjolan disertai luka kanker pada buah zakar. Klien dipindahkan ke
perawatan Bedah Urologi (Lonatara 2 Bawah Depan) pada tanggal 14-02-
2019.
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 19-02-2019, klien mengeluh
nyeri pada luka benjolan di testis kiri. Nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk.
Nyeri dirasakan hilang timbul sejak >3 bulan yang lalu. Luka pada benjolan di
testis mudah berdarah dan berbau sehingga klien takut untuk bergerak.
Selain itu, klien mengeluh kedua tungkainya tidak bisa digerakkan sejak 3
minggu yang lalu disertai bengkak. Klien tampak terpasang infus Nacl 0.9%,
terpasang catheter urine (2 minggu). Vital sign (BP:128/72 mmHg, HR:
102x/menit, RR: 22x/menit, Suhu 37.6oc).
III. PENGKAJIAN
Tanggal Masuk IGD RS : 12-02-2019
Tanggal Masuk Perawatan B.Urologi : 14-02-2019
Tanggal Pengkajian : 19-02- 2019
Unit perawatan : Lontara II, Bedah Urologi
A. Identitas Klien
Nama : Tn.M
Umur : 60 thn
Tempat/ Tgl Lahir : Ambon, 7-8-1958
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan Terakhir : Diploma
Pekerjaan : Pensiunan
Alamat : Tutuwawang,
Ambon No. Rekam Medik : 873266
Diagnosa Medis : Kanker Testis Kiri

B. Riwayat Kesehatan
1. Alasan Utama Saat Masuk Rumah Sakit
Luka pada benjolan di testis kiri
2. Keluhan Saat Pengkajian
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 19-02-2019, klien
mengeluh nyeri pada luka benjolan di testis kiri.
3. Riwayat Keluhan Utama
Nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk. Nyeri dirasakan hilang timbul
sejak >3 bulan yang lalu. Luka pada benjolan di testis mudah berdarah
dan berbau, sehingga klien takut untuk bergerak. Selain itu, klien
mengeluh kedua tungkainya tidak bisa digerakkan sejak 3 minggu yang
lalu disertai bengkak. Klien tampak terpasang infus Nacl 0.9%,
terpasang catheter urine (2 minggu).
4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Klien memiliki riwayat buah zakar kiri tidak turun hingga kantong
buah zakar sejak lahir. Riwayat buang air kecil bercampur darah tidak
ada, riwayat buang air kecil bernanah tidak ada, riwayat trauma pada
scrotum tidak ada, riwayat merokok tidak ada, riwayat keluarga
menderita penyakit kanker yang sama tidak ada.
5. Riwayat Pengobatan
Klien tidak mengkonsumsi obat-obatan
6. Riwayat Pembedahan
Pada tanggal 30-11-2019 klien operasi orchidectomy + biopsi pada
testis dengan hasil patologi anatomi Emeryonal Carcinoma, Infiltratif 8/D
Teff Operasi.
7. Riwayat Alergi
Klien tidak memiliki riwayat alergi baik makanan maupun obat-obatan
C. Resiko Jatuh dan Resiko Decubitus
1. Resiko Jatuh: 10/resiko rendah (Skala Morse)
2. Resiko Decubitus: 15 (beresiko tinggi)
D. Pengkajian Comfort
1. Kenyamanan fisik
Klien mengeluh nyeri pada luka benjolan di testis kiri. Keluhan
dirasakan seperti tertusuk-tusuk. Nyeri dirasakan hilang timbul sejak
>3 bulan yang lalu, skala nyeri 4 (NRS), ekspresi wajah klien tampak
nyeri. Luka pada benjolan di testis mudah berdarah (Bleeding) dan
berbau sehingga klien takut untuk bergerak miring kiri maupun miring
kanan, sehingga timbul luka dekubitus di bokong dan tumit kaki kanan.
Massa berukuran 4x10 cm pada scrotum sinistra yang meluas
hingga suprapubic, serta menyebar ke testis kanan, nyeri tekan ada.
Selain itu, klien mengeluh kedua tungkainya tidak bisa digerakkan
sejak 3 minggu yang lalu disertai bengkak.
Klien merasa lemas dan tidak mampu untuk duduk, klien tampak
anemis. Klien juga mengatakan tidak nafsu makan, porsi makan tidak
dihabiskan kadang hanya makan bubur 3-5 sendok.
Kesadaran: Composmentis, GCS: 15 (E4M6V5). Vital Sign: (BP:
128/72 mmHg, HR: 102x/menit, RR: 22x/menit, Suhu 36.6oc).
Pemeriksaan Laboratorium pada tanggal 17/02/2019: WBC:
844.000/ul, Hb: 8.3 gr/dl*, RBC: 284.000.000/uL*, PLT: 262.000/ul,
Limfosit: 1.8%*, Monosit: 3.5 103/ul, Eosinofil: 0.2 103/ul*, Basofil: 0.4
103/ul. GDS: 68 mg/dl, Ureum: 68 mg/dl, Kreatinin, 1.74 mg/dl, SGOT:
42 U/L, SGPT: 37 U/L, Albumin: 2.2 gr/dl, Prokalsitonin: 3.11 ng/ml*,
Elektrolit (Natrium: 123 mmol/l*, Kalium: 4.0 mmol/l, Klorida: 97
mmol/l).

Jenis Pemeriksaan Hasil


Foto Thorax - Gerakan bronkovaskular paru baik
(12/02/2019) - Tidak tampak lesi noduler maupun spesifik
lainnya
- Cor: ukuran kesan normal, aorta: dilatasi
- Kedua sinus dan diafragma baik
- Tulang-tulang intake
- Jaringan lunak disekitarnya baik.
CT Whole Abdomen - Suspek seminoma testis
Tanpa Kontras - Organ-organ intraabdomen lainnya batas
(12/02/2019) normal
Patologi 30/11/2018 - Testis, operasi orchidectomy: Emeryonal
Carcinoma
Mikrobiologi
Kultur Darah - Tidak ada pertumbuhan bakteri aerob

2. Pengkajian Psikospiritual
Klien tampak pendiam, namun jika diajak berkomunikasi klien tetap
kooperatif. Klien dijaga oleh kedua anaknya, istri klien masih
dikampung dan sering berkomunikasi melalui telfon. Menurut anak
klien, klien kadang menangis jika mengingat penyakit yang dialaminya,
klien
tampak gemetar saat berbicara serta wajah klien tampak tegang.
Namun, klien selalu mendapat dukungan dari anak maupun istrinya.
Klien selalu berdoa diruangan dan istri beserta anak selalu mendoakan
klien untuk diberi kekuatan dan tidak putus ada.
3. Pengkajian sosialkultural
Klien mengatakan istrinya tidak dapat mendampingi karena
kurang sehat di kampung/Ambon. Klien kadang merasa sedih karena
dihari tuanya tidak bisa menikmati berkumpul dengan keluarganya di
kampung. Namun, klien tetap merasa senang karena keluarga
terdekatnya menyempatkan untuk berkunjung dan memberi dukungan
terutama kedua anaknya yang selalu mendampingi. Terkait dengan
kepercayaan budaya, klien percaya dengan obat-obat tradisional yang
diyakininya dapat menyembuhkan penyakitnya, tetapi saat ini klien
tidak lagi mengkonsumsinya karena lagi menjalankan pengobatan
medis di rumah sakit.
4. Pengkajian Lingkungan
Klien dirawat di ruang perawatan isolasi karena kondisi lukanya
yang berbau. Klien dirawat bersama dengan teman kamarnya yang
juga memiliki luka kanker yang berbau. Sehingga, klien merasa kurang
nyaman serta mengatakan ruangannya terlalu sempit dan merasa
panas dengan suhu ruangan. Namun, klien tetap merasa senang
karena diberi fasilitas kipas angin dan kondisi ruangan yang bersih.
Klasifikasi Taksonomi Struktur Comfort
Relief Ease Transdence
- Klien mengeluh nyeri pada - Diperlukan - Klien dan
luka benjolan di testis kiri. manajemen nyeri keluarga perlu
- Klien mengatakan sulit tidur nonfarmakologi memahai
pada malam hari jika nyeri. - Diperlukan managemen
- Keluhan dirasakan seperti observasi tanda- nyeri
tertusuk-tusuk tanda infeksi - Klien perlu
- Nyeri dirasakan hilang - Perlu perawatan terbiasa dengan
timbul luka kanker kondisinya.
- Skala nyeri 4 (NRS). - Perlu tindakan - Klien dan
pencegahan keluarga mampu
- Ekspresi wajah
decubitus melakukan hand
klien tampak nyeri hygien dalam
- Perlu penaganan
- Luka pada benjolan di konstipasi mengontrol
testis mudah berdarah - Perlu tindakan infeksi
(Bleeding) dan berbau untuk - Klien perlu
- Klien takut untuk bergerak meningkatkan pemenuhan
- Massa tumor berukuran nutrisi klien kebutuhan nutrisi
Physical

4x10 cm pada scrotum


sinistra yang meluas hingga
suprapubic
- Klien mengeluh kedua
tungkainya tidak bisa
digerakkan disertai
bengkak.
- Luka dekubitus di bokong
dan tumit kaki kanan.
- Klien merasa lemas
- Klien tampak anemis.
- Klien mengatakan tidak
nafsu makan, porsi makan
tidak dihabiskan kadang
hanya makan bubur 3-5
sendok.
- WBC: 968.000/ul, Hb: 8.3
gr/dl*, RBC:
284.000.000/uL*, PLT:
262.000/ul, Limfosit: 1.8%*,
Monosit: 3.5 103/ul,
Eosinofil: 0.2 103/ul*,
Basofil: 0.4 103/ul. GDS: 68
mg/dl, SGOT: 42 U/L,
SGPT: 37 U/L, Albumin: 2.2
gr/dl Prokalsitonin: 3.11
ng/ml*, Elektrolit (Natrium:
123 mmol/l*, Kalium: 4.0
mmol/l, Klorida: 97 mmol/l).
- Suspek seminoma testis
- Emeryonal Carcinoma
- Skor decubitus: 15
(beresiko tinggi)
- Klien tampak pendiam, - Klien tenang jika - Butuh dukungan
namun jika diajak ada kunjungan spiritual, dan
berkomunikasi klien tetap dari keluarga informasi.
kooperatif.
- Klien tampak gemetar saat
berbicara
- Wajah klien tampak tegang
Psychospritual

- Klien dijaga oleh kedua


anaknya, istri klien masih
dikampung dan sering
berkomunikasi melalui
telfon.
- Menurut anak klien, klien
kadang menangis jika
mengingat penyakit yang
dialaminya
- Klien selalu mendapat
dukungan dari anak
maupun istrinya.
- Klien selalu berdoa
diruangan dan istri beserta
anak selalu mendoakan
klien untuk diberi kekuatan
dan tidak putus ada.
o Klien mengatakan o Klien tetap o Klien perlu
istrinya tidak dapat merasa senang didorong untuk
mendampingi karena karena keluarga beradaptasi
kurang sehat terdekatnya dengan orang-
Sociocultural

o Klien kadang merasa sedih menyempatkan orang yang ada


karena dihari tuanya tidak untuk berkunjung disekitarnya dan
bisa menikmati berkumpul dan memberi menjalin
dengan keluarganya di dukungan hubungan
kampung. sebagai support
o Klien tetap merasa senang bagi dirinya.
karena keluarga
terdekatnya menyempatkan
untuk berkunjung dan
memberi dukungan
terutama kedua anaknya
yang selalu mendampingi.
o Klien percaya dengan obat-
obat tradisional yang
diyakininya dapat
menyembuhkan
penyakitnya, tetapi saat ini
klien tidak lagi
mengkonsumsinya karena
lagi menjalankan
pengobatan medis di rumah
sakit.
o Klien dirawat di ruang Klien tetap o Jika kondisi luka
perawatan isolasi karena merasa senang kanker klien tidak
kondisi lukanya yang karena diberi berbau akan di
Environmental

berbau. fasilitas kipas pindahkan ke


o Klien dirawat bersama angin dan kondisi perawatan kelas
dengan teman kamarnya ruangan yang 2.
yang juga memiliki luka bersih.
kanker yang berbau.
Sehingga, klien merasa
kurang nyaman
o Klien mengatakan
ruangannya terlalu sempit
dan merasa panas dengan
suhu ruangan.

Analisa Data
Data Masalah Keperawatan
(NANDA International, 2018)
- Klien mengeluh nyeri pada luka benjolan
di testis kiri. Nyeri Kronis
- Klien mengatakan sulit tidur pada
(Domain 12. Comfort /Class 1)
malam hari jika nyeri.
Diagnosis Code 00133
- Keluhan dirasakan seperti tertusuk-tusuk
- Nyeri dirasakan hilang timbul
- Skala nyeri 4 (NRS).
- Ekspresi wajah klien tampak nyeri
- Massa tumor berukuran 4x10 cm pada
scrotum sinistra yang meluas hingga
suprapubic
- Ct Whole Abdomen: Suspek seminoma
testis
- Hasil PA: Emeryonal Carcinoma
- Vital sign (BP:128/72 mmHg, HR:
102x/menit, RR: 22x/menit, Suhu 37.6oc).
- Luka pada benjolan di testis mudah
berdarah Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang
- Klien merasa lemas dari Kebutuhan Tubuh
- Klien tampak anemis.
- Klien mengatakan tidak nafsu makan, (Domain 2. Nutrition /Class 1)
porsi makan tidak dihabiskan kadang Diagnosis Code 00002
hanya makan bubur 3-5 sendok.
- Hb: 8.3 gr/dl*, RBC: 284.000.000/uL*
- GDS: 68 mg/dl, SGOT: 42 U/L, SGPT:
37 U/L, Albumin: 2.2 gr/dl
- Klien mengeluh kedua tungkainya
tidak bisa digerakkan disertai bengkak. Gangguan Integritas Kulit
- Luka pada benjolan di testis mudah
(Domain 11. Safety/protection /Class
berdarah (Bleeding) dan berbau
2)
- Massa tumor berukuran 4x10 cm pada Diagnosis Code 00046
scrotum yang meluas hingga
suprapubic
- Luka dekubitus di bokong dan tumit kaki
kanan
- Skor decubitus: 15 (beresiko tinggi)
- Natrium: 123 mmol/l
- Suhu 37.6 oC, Albumin: 2.2 gr/dl
- Luka pada benjolan di testis mudah
berdarah dan berbau Resiko Infeksi
- Massa tumor berukuran 4x10 cm pada
(Domain 11. Safety/protection /Class
scrotum sinistra yang meluas hingga
suprapubic 1)
- WBC: 968.000/ul, Hb: 8.3 gr/dl*, RBC:
284.000.000/uL*
- Limfosit: 1.8%*, Monosit: 3.5 103/ul,
Eosinofil: 0.2 103/ul*, Basofil: 0.4
103/ul.
- Prokalsitonin: 3.11 ng/ml*
- Luka dekubitus di bokong dan tumit kaki
kanan
- Vital sign (BP:128/72 mmHg, HR:
102x/menit, RR: 22x/menit, Suhu 37.6oc).
- Menurut anak klien, klien kadang
menangis jika mengingat penyakit Ansietas
yang dialaminya
(Domain 9. Coping/stress tolerance/
- Klien tampak pendiam
Class 2. Diagnosis Code 00146)
- Klien tampak gemetar saat berbicara
- Wajah klien tampak tegang
- Klien selalu berdoa diruangan dan istri
beserta anak selalu mendoakan klien
untuk diberi kekuatan dan tidak putus
ada
o Klien mengatakan istrinya tidak dapat
mendampingi karena kurang sehat
o Klien kadang merasa sedih karena dihari
tuanya tidak bisa menikmati berkumpul
dengan keluarganya di kampung.
o Klien mengatakan ruangannya terlalu
sempit dan merasa panas dengan
suhu
ruangan.

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN (NANDA International, 2018)


1. Nyeri kronis berhubungan dengan Infiltrasi tumor
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan menyerap nutrisi
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan sirkulasi yang terganggu
4. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat
5. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
V. INTERVENSI KEPERAWATAN
Dalam comfort theory ada tiga kategori intervensi keperawatan untuk
kenyamanan, yaitu (a) standard comfort interventions untuk menjaga
homeostasis dan mengontrol nyeri; (b) coaching untuk mengurangi ansietas,
memberikan jaminan informasi dan membangkitkan harapan; dan (c) comfort
food for the soul adalah intervensi perawat dengan menawarkan sesuatu
yang menyenangkan untuk membuat klien dan keluarga merasa lebih
diperhatikan dan lebih merasa dikuatkan, seperti masase atau imajinasi
terbimbing (Kolcaba, 2003).
INTERVENSI KEPERAWATAN
NO Diagnosis NOC NIC
Keperawatan (Moorhead, Marion, Meridean, & (Bulechek, Butcher, Dochterman, & Wagner, 2016)
Swanson, 2016)
1 Nyeri kronis Setelah dilakukan tindakan Standart comfort
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam klien a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
Infiltrasi tumor dapat merasakan kenyamanan termasuk lokasi, karakteristik, durasi frekuensi,
meningkat ditandai dengan nyeri kualitas dan faktor presipitasi
berkurang atau terkontrol, tidak b. Observasi reaksi nonverbal dan ketidaknyamanan
menunjukkan ekspresi nyeri di wajah c. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
dengan sklanya nyeri NRS: 1 mengetahui pengalaman nyeri klien
d. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
e. Ajarkan tentang teknik non farmakologi (relaksasi
dan distraksi)
f. Penatalaksanaan pemberian analgetik
g. Hand massage atau pijat dengan tangan untuk
klien dengan perawatan lama (Kolcaba, Downd,
Steiner & Mitzel, 2004)
h. Intervensi holistik yaitu Guide imagery yang
ditujukan khusus untuk populasi tersebut
dalam mencapai kebutuhan rasa nyamannya dan
diharap memberikan kenyamanan mereka.
(Kolcaba & Fox, 1999).
Coaching
a. Ajarkan klien untuk dapat melaporkan jika nyeri
b. Ajarkan klien tentang managemen nyeri
Comfort food for the soul
a. Anjurkan klien untuk mendengarkan lagu yang
disukai
b. Anjurkan keluarga klien untuk lebih
sering melakukan masase jika nyeri
2 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Standard comfort
nutrisi kurang dari keperawatan selama 3x24 jam a. Kaji status nutrisi
kebutuhan tubuh kebutuhan nutrisi klien terpenuhi b. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi
berhubungan dengan secara adekuat ditandai dengan: yang dibutuhkan
ketidakmampuan a. Hasil albumin meningkat c. Pantau bunyi bising usus dan kemungkinan
menyerap nutrisi b. Hasil Hb meningkat terjadinya distensi
c. Mampu mengidentifikasi d. Monitor lingkungan selama makan
kebutuhan nutrisi e. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik
d. Porsi makan dihabiskan papila lidah dan cavitas oral.
f. Kalaborasi pemberian albumin
g. Kalaborasi pemberian transfusi PRC 2 bag
h. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
i. Monitor kadar albumin, Hb setelah transfusi
Coaching
a. Ajarkan keluarga tentang kebutuhan nutrisi
Comfort food for the soul
a. Dorong dan berikan semangat keluarga pasien
untuk meningkatkan protein.
3 Gangguan integritas Setelah dilakukan tindakan Standart comfort
kulit berhubungan keperawatan selama 5x24 tidak a. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan lembab
dengan sirkulasi yang terjadi kerusakan kulit di area lain b. Mandikan pasien dengan waslap disposible
terganggu dengan cara mempertahankan c. Monitor kulit akan adanya kemerahan
kelembapan kulit, melindungi kulit d. Kaji dan pantau kondisi luka kanker, serta kulit
dari trauma dan tidak menunjukkan disekitarnya
tanda-tanda cedera kulit e. Lakukan perawatan luka dengan lembut, hati-hati
dengan bleeding
f. Lakukan perawatan luka decubitus di bokong dan
tumit kaki kanan
g. Lakukan kolaborasi: pemberian obat salep antibiotik
h. Pasang kasur decubitus, dapat mencegah decubitus
dan memberi rasa nyaman (Pagnamenta, 2017;
Shingfield, Carr, & Thomson, 2017)
Coaching
a. Ajarkan kepada keluarga dan klien tentang cara
mengubah posisi klien miring kiri dan miring kanan
b. Berikan dukungan informasi tentang perawatan luka
kanker dan luka decubitus
Comfort food for the soul
a. Anjurkan klien menonton atau mengingat hal-hal
yang menyenangkan
4 Resiko infeksi Tidak terjadi infeksi ditandai dengan Standart comfort
berhubungan dengan bebas dari tanda-tanda kemerahan, a. Kaji tanda-tanda infeksi pada luka kanker
pertahanan primer tidak bengkak dan nyeri pada luka kanker, b. Melakukan perawatan luka
adekuat tidak terdapat pus, suhu tubuh c. Mempertahanklan teknik bersih saat merawat luka
dalam batas normal (36.5 0C – 37.5 d. Kaji faktor yang dapat meningkatkan kerentanan
0C), jumlah leukosit dalam batas terhadap infeksi
normal (4.000 – 12.000 / μL) e. Pantau hasil laboratorium terkait infeksi
f. Beri antipiretik dan antibiotik
Coaching
a. Jelaskan kepada keluarga mengenai kemungkinan
terjadinya infeksi pada klien
b. Anjurkan pada keluarga dan pengunjuang mengenai
pentingnya mencuci tangan sebagai pencegahan
infeksi
Comfort food for the soul
a. Ajarkan klien dan keluarga mencuci tangan dengan
benar.

5 Ansietas berhubungan Klien dapat menunjukkan penurunan Standard comfort


dengan perubahan kecemasan dengan kriteria klien a. Pertahankan sikap yang tenang dan menyakinkan.
status kesehatan mampu menyatakan pemahaman b. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya.
tentang kondisi kesehatannya, c. Healing touch yaitu sentuhan yang menyembuhkan
kooperatif dan ikut berpartisipasi dan dukungan untuk mengurangi stres (Downd,
aktif dalam pemberian asuhan Kolcaba, Steiner dan Fashnifour, 2007).
keperawatan
d. Patien- controlled heated gown atau pakaian hangat
yang dapat dikendalikan klien untuk mengurangi
kecemasan dan meningkatkan kenyamanan pada
klien praoperatif (Wagner et al., 2006).
Coaching
a. Fasilitasi klien untuk mendapatkan informasi yang
berkaitan dengan proses penyakit
b. Dampingi klien saat mendapatkan informasi untuk
memastikan pemahaman keluarga.
Comfort food for the soul
a. Berikan pujian pada klien saat ikut berpartisipasi aktif
dalam perawatannya.
VI. IMPLEMENTASI

Hari/Tanggal Implementasi
/Jam
19/02/2019
07.00 - Selesai injeksi antibiotik dan anti nyeri
Ranitidin 50 mg/12jam/iv
Metamizole 1 gr/8jam/iv
Meropenem 1 gr/12 jam/iv
Metronidazole 500 mg/8jam/iv
07.30 - Hand Over
08.30 - Selesai observasi vital sign (BP: 110/60 mmHg, HR:103 x/menit,
RR:22x/menit, Suhu:37oC)
08.50 - Pasang transfusi albumin 20% 200 g/L botol ke 2
09.15 - Selesai kaji tingkat nyeri (Skala 4/NRS)
- Selesai memberi posisi yang nyaman, mengajarkan tekhnik relaksasi
09.25 - Selesai kaji tingkat nyeri (Skala 2/NRS)
11.30 - Selesai memandikan pasien
- Selesai rawat luka kanker serta luka decubitus
- Selesai pasang kasur anti decubitus
12.10 - Selesai memberi makan pasien (klien menghabiskan 5 sendok makan)
12.30 - Memberi edukasi kepada anak pasien untuk menggunakan kipas
angin diruangan jika lingkungan panas dan memutar music yang
disukasi pasien
14.00 - Selesai memberi edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya
nutrisi
- Selesai memberi edukasi tentang pentingnya cuci tangan
dalam mencegah infeksi
14.30 - Hand Over
20/02/2019
06.40 - Selesai observasi vital sign (BP: 115/68 mmHg, HR:98 x/menit,
RR:22x/menit, Suhu:37.1oC)
- Selesai mengkaji skala nyeri (Skala nyeri 4/NRS)
06.50 - Selesai injeksi antibiotik dan anti nyeri
Ranitidin 50 mg/12jam/iv, Metamizole 1 gr/8jam/iv, Meropenem 1 gr/12
jam/iv dan Metronidazole 500 mg/8jam/iv.
07.30 - Hand Over
09.14 - Pasang Transfusi PRC bag ke 2
09.50 - Selesai Memandikan pasien
- Selesai rawat luka kanker dan luka decubitus
10.40 - Selesai memberi posisi yang nyaman (miring kiri)
10.50 - Selesai memberi edukasi kepada anak pasien tentang managemen nyeri
yaitu hand massage jika pasien merasa nyeri
12.45 - Selesai memberi posisi yang nyaman (terlentang)
- Memberi pasien makan siang dengan memodifikasi lingkungan
yang sejuk menggunakan kipas angin
13.40 - Edukasi pasien serta anak pasien tentang pentingnya mobilisasi sepeti
mika-miki dalam membantu proses penyembuhan luka decubitus
13.45 - Selesai transfusi PRC bag ke2 (Cek Hb post transfusi pukul 19.12)
- Selesai ganti selang transfusi dan pasang cairan Nacl 0.9%
24 tetes/menit
14.30 - Selesai memberi posisi yang nyaman (miring kanan) serta bersamaan
mengajarkan kepada anak pasien cara mika-miki yang benar
14.40 - Hand Over
21/02/2019
06.30 - Selesai observasi vital sign (BP: 120/70 mmHg, HR:92 x/menit,
RR:22x/menit, Suhu:36.7oC)
- Selesai mengkaji skala nyeri (Skala nyeri 3/NRS)
07.10 - Selesai injeksi antibiotik dan anti nyeri
Ranitidin 50 mg/12jam/iv, Metamizole 1 gr/8jam/iv, Meropenem 1 gr/12
jam/iv dan Metronidazole 500 mg/8jam/iv.
07.30 - Hand Over
08.15 - Memberi dukungan kepada pasien serta mendorng pasien untuk
mengungkapkan yang dirasakan saat ini dengan mempertahankan terapi
Healing touch yaitu sentuhan.
09.00 - Selesai Memandikan pasien
- Selesai rawat luka kanker dan luka decubitus
09.20 - Selesai memberi posisi yang nyaman
10.50 - Monitor hasil laboratorium post transfusi albumin dan transfusi PRC 2 bag
Hb: 10.6 gr/dl, Albumin: 2.8 gr/dl, WBC:
11.20 - Mencatat atat adanya edema pada kedua tungkai bawah
11.30 - Edukasi kepada anak pasien tentang managemen nyeri yaitu hand
massage jika pasien merasa nyeri
13.40 - Selesai memberi posisi yang nyaman dan memberi hand massase serta
memastikan anak pasien melakukannya
13.45 - Memberi pasien makan siang dengan memodifikasi lingkungan
14.30 - Hand Over

V. EVALUASI

19/02/2019 pukul 14.00


1. Fisik dalam tingkat kenyamanan Relief, dengan uraian:
- Klien masih tampak kesakitan dengan skala nyeri NRS = 3
- Kebutuhan nutrisi klien yaitu porsi makan belum dihabiskan, hanya 3
sendok makan
- Transfusi albumin 20% 1 botol, belum dilakukan pemeriksaan ulang
albumin
- Gangguan integritas kulit masih tampak luka kanker yang mudah
berdarah (bleeding) pada testis, tampak luka decubitus di bokong dan
tumit kaki kanan.
- Bau luka masih tercium saat mendekat dengan pasien.
- Klien tampak nyaman setelah diberikan terapi kasur antidecubitus
- Tidak tampak perluasan infeksi. Hasil kultur darah : Tidak ada
pertumbuhan bakteri aerob
- Hb: 8.3 gr/dl*, RBC: 284.000.000/uL* GDS: 68 mg/dl, SGOT: 42 U/L,
SGPT: 37 U/L, Albumin: 2.2 gr/dl, WBC: 844.000/ul,
- Limfosit: 1.8%*, Monosit: 3.5 103/ul, Eosinofil: 0.2 103/ul*, Basofil: 0.4
103/ul.
- Prokalsitonin: 3.11 ng/ml*
2. Psikospiritual, dalam tingkat relief, dengan uraian
- Klien tampak tersenyum jika diajak berkomunikasi
- Klien masih tampak gemetar saat berbicara
- Wajah klien tampak tegang saat dilakukan perawatan luka kanker di
testis karena takut perdarahan.
- Klien selalu didampingi oleh kedua anaknya dan mendapat
dukungan dari istrinya.
- Klien merasa senang karena telah dikunjungi oleh saudaranya.
- Klien selalu berdoa diruangan dan istri beserta anak selalu mendoakan
klien untuk diberi kekuatan dan tidak putus ada
3. Sosiokultural, dalam tingkat ease, dengan uraian:
- Klien tetap merasa senang karena keluarga terdekatnya menyempatkan untuk
berkunjung dan memberi dukungan terutama kedua anaknya yang selalu
mendampingi.
4. Lingkungan, dalam tingkat ease, dengan uraian :
- Klien dan keluarga cukup nyaman dengan lingkungan perawatan,
karena dapat menggunakan kipas angin diruangan dan dapat
mendengarkan music dikamar, meskipun demikian pasien masih
mengeluh dirawat di ruangan isolasi yang agak sempit.

20/02/2019 pukul 14.00


1. Fisik dalam tingkat kenyamanan Relief, dengan uraian:
- Klien masih tampak kesakitan dengan skala nyeri NRS = 2
- Kebutuhan nutrisi klien yaitu porsi makan belum dihabiskan, hanya 4
sendok.
- Gangguan integritas kulit masih tampak luka kanker yang mudah
berdarah (bleeding) pada testis, tampak luka decubitus di bokong dan
tumit kaki kanan.
- Bau luka sudah mulai berkurang
- Klien tampak nyaman setelah diberikan terapi kasur antidecubitus
- Tidak tampak perluasan infeksi. Hasil kultur darah : Tidak ada
pertumbuhan bakteri aerob
- Hb: 8.3 gr/dl, RBC: 368.000.000/uL
- GDS: 98 mg/dl
- Leukosit: 844.000/ul
2. Psikospiritual, dalam tingkat ease, dengan uraian
- Klien tampak tersenyum jika diajak berkomunikasi
- Klien merasa nyaman saat linen klien diganti dan setelah dimandikan
- Wajah klien tampak rileks saat dilakukan perawatan luka kanker di
testis karena takut perdarahan.
- Klien merasa senang karena telah dikunjungi oleh saudaranya.
- Klien selalu berdoa diruangan dan istri beserta anak selalu
mendoakan klien untuk diberi kekuatan dan tidak putus ada
3. Sosiokultural, dalam tingkat transcendence, dengan uraian:
- Klien tetap merasa senang karena keluarga terdekatnya
menyempatkan untuk berkunjung.
- Anak klien selalu mendampingi selama perawatan.
- Pasien merasa senang karena istri menelfon dari kampung
4. Lingkungan, dalam tingkat ease dengan uraian :
- Klien dan keluarga cukup nyaman dengan lingkungan perawatan,
namun tetap menunggu untuk dipindahkan kekamar yang agak lebih
luas.

21/02/2019 pukul 14.00


1. Fisik dalam tingkat kenyamanan ease, dengan uraian:
- Klien mengatakan nyeri sudah terkontrol, dengan skala nyeri NRS = 1
- Kebutuhan nutrisi klien yaitu porsi makan dihabiskan 7 sendok
- Gangguan integritas kulit masih tampak luka kanker, tidak ada
bleeding saat rawat luka, tampak luka decubitus di bokong dan tumit
kaki kanan.
- Bau luka sudah tidak berbau.
- Klien tampak nyaman setelah diberikan terapi kasur antidecubitus
- Tidak tampak perluasan infeksi. Hasil kultur darah : Tidak ada
pertumbuhan bakteri aerob
- Hb: 10.6 gr/dl, RBC: 368.000.000/uL
- GDS: 98 mg/dl
- Albumin: 2.8 gr/dl
- Leukosit: 844.000/ul
2. Psikospiritual, dalam tingkat ease, dengan uraian
- Klien tampak tersenyum jika diajak berkomunikasi
- Klien merasa nyaman saat linen klien diganti dan setelah dimandikan
- Wajah klien tampak rileks saat dilakukan perawatan luka kanker di
testis karena takut perdarahan.
- Klien merasa senang karena telah dikunjungi oleh saudaranya.
- Klien selalu berdoa diruangan dan istri beserta anak selalu
mendoakan klien untuk diberi kekuatan dan tidak putus ada
3. Sosiokultural, dalam tingkat transcendence, dengan uraian:
- Klien tetap merasa senang karena keluarga terdekatnya
menyempatkan untuk berkunjung.
- Anak klien selalu mendampingi selama perawatan.
- Pasien merasa senang karena istri menelfon dari kampung
4. Lingkungan, dalam tingkat transcendence, dengan uraian :
- Pasien dipindahkan ke perawatan kelas II. Klien dan keluarga merasa
nyaman dengan lingkungan perawatan.
VI. PEMBAHASAN
Teori kenyamanan memandang bahwa pengkajian keperawatan adalah
pengkajian yang intens tentang kebutuhan kenyamanan, perawat harus
merancang dalam mengatasi kebutuhan tersebut kemudian mengevaluasi
hasil sebelum dan sesudah dilakukan tindakan dengan membandingkan
hasilnya. Penerima asuhan mungkin dapat berupa individu, keluarga atau
komunitas yang membutuhkan asuhan keperawatan. Semua aspek tersebut
dapat dimanipulasi oleh perawat, orang terdekat untuk meningkatkan
kenyamanan.
Konsep teori kenyamanan adalah kebutuhan kenyamanan, intervensi
kenyamanan, peningkatan kenyamanan dan integritas instutisional.Seluruh
konsep tersebut terkait dengan pasien dan keluarga. Kolcaba
mengidentifikasi jenis kenyamanan menurut analisis konsepnya yaitu: Relief
(kelegaan), Ease (ketenteraman) dan Trancendence (transendensial)
(Mitsh,
M. & Parker, 2015). Selain tiga kebutuhan rasa nyaman (comfort) tersebut,
Kolcaba juga menjelaskan bahwa teori ini memiliki konteks nyaman, seperti
yang telah dijelaskan dalam struktur toksonomi kenyamanan yaitu; fisik,
lingkungan, sosial dan psikospritual (Mitsh, M. & Parker, 2015).
Teori kenyamanan terdiri dari tiga bagian pernyataan proposisi yang
telah diuji secara terpisah atau bersamaan. Pertama, ketika intervensi
dilakukan secara efektif maka akan menghasilkan kenyamanan pada
pasien. Kedua, kesadaran individu tentang kesehatan sangat
mempengaruhi dalam peningkatan kenyamanan. Ketiga, kualitas
perawatan, kebijakan rumah sakit dan asuhan berdasarkan bukti praktik
klinis akan meningkatkan kualitas kenyamanan pasien (Kolcaba et al.,
2011).
Beberapa intervensi yang telah diuji oleh Kolcaba diantaranya: Healing
touch yaitu sentuhan yang menyembuhkan dan dukungangan untuk
mengurangi stres (Downd, Kolcaba, Steiner & Fashnifour, 2007). Hand
massage atau pijat dengan tangan untuk pasien dengan perawatan lama.
Patien- controlled heated gown atau pakaian hangat yang dapat
dikendalikan
pasien untuk mengurangi kecemasan dan meningkatkan kenyamanan pada
pasien praoperatif (Wagner, Byrne & Kolcaba, 2006).
Teori Kolcaba termasuk ke dalam middle range theori karena memiliki
tingkat abstraksi yang rendah dan mudah untuk diaplikasikan karena
bersifat membumi. Penerapan dapat dilakukan di dalam praktik, pendidikan
maupun di dalam penelitian (Sitzment &Eichelberger, 2011). Didalam
praktiknya, teori Kolcaba banyak dipilih sebagai kerangka kerja untuk
mengarahkan studi dibidang keperawatan komunitas, perawatan hospice,
perioperatif, pasien dimensia dan perawatan paliatif.
Di dalam jurnal The application of Comfort Kolcaba Theory in order to
Overcome the ChildrenLaparotomy post-surgery Pain in BCH Ward RSUPN
DR. Cipto Mangunkusumo (2015) dapat dilihat penerapan teori Kolcaba di
praktik klinis. Pada penelitian ini melihat pendekatan comfort dengan
kenyamanan, pengkajian dilakukan berdasarkan toksonomi comfort untuk
memudahkan dalam melakukan intervensi. Diagnosa yang muncul yaitu
berhubungan dengan masalah kenyamanan fisik pasien seperti nyeri, resiko
infeksi dan kecemasan.
Intervensi yang dilakukan perawat pada nyeri yaitu dengan terapi non
farmakologi dan pendekatan dengan keluarga. Keluarga sangat penting
untuk melakukan tindakan distraksi seperti dengan sentuhan (healing
touch), hand massage, mendengarkan musik, membacakan buku cerita dan
membuat lingkungan yang nyaman (patient controlled heated gowns). Hasil
penelitian ini memperlihatkan dengan penerapan comfort secara fisik,
lingkungan dan sosial dapat menurunkan rasa nyeri pada pasien, skala
nyeri menurun menjadi 0-1 setelah dilakukan intervensi keperawatan
(Ilmiasih, et al., 2015).
Penelitian ini juga sejalan dengan yang dilakukan oleh (Kakkunen et al
(2009) yang menyatakan bahwa, dukungan keluarga sangat efektif untuk
menurukan rasa nyeri dan kecemasan pada anak pasca operasi, disamping
pemberian analgesik.
DAFTAR PUSTAKA

Alligood, M. R. (2014). Nursing Theory Utilization and Application (Fifth).


Elsevier Ltd.
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2016).
Nursing Intervension Clasification (NIC). (T. R. D. Nurjanah Intasari, Ed.)
(6th ed.). Singapore: Elseviers Singapore Pte Ltd.
Down, T., Kolcaba, K., Steiner, R., & Fashinpaur, D. (2007). Comparison of
healing touch and coaching on stress and comfort in young college
students, Holistic Nursing practice, 21(4), 194-202.

Ilmiasih, R., Nurhaeni, N., Waluyanti, F,T. (2015). The application of Comfort
Kolcaba Theory in order to Overcome the Children Laparotomy post-
surgery Pain in BCH Ward RSUPN DR. Cipto Mangunkusumo. Jurnal
Keperawatan, 6, 27-33.

Kumar, M., Selvam, P., & Agarwal, A. (2019). Altered Molecular Pathways in the
Proteome of Cryopreserved Sperm in Testicular Cancer Patients before
Treatment. https://doi.org/10.3390/ijms20030677
Lewis, S. L., Dirksen, S. R., Heitkemper, M. M., & Bucher, L. (2014). Medical-
Surgical Nursing Assessment and Management of Clinical Problems. (M. M.
Harding, Ed.) (9th ed.). Canada: Elsevier.
Moorhead, S., Marion, J., Meridean, L. M., & Swanson, E. (2016). Nursing
Outcomes Classification (NOC) (6th ed.). Singapore: Elsevier.
NANDA International. (2018). Nursing Diagnoses: Definitions and Classification
2018-2020. (H. Herdman & S. Kamitsuru, Eds.) (Eleventh). New York:
Thieme. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Pagnamenta, F. (2017). The provision of therapy mattresses for pressure ulcer
prevention. British Journal of Nursing, 26(6), S28–S33.
https://doi.org/10.12968/bjon.2017.26.6.S28
Shingfield, L., Carr, H., & Thomson, J. (2017). Product Clinical focus, Apex Pro-
care Matress; How Can This Advanced Matress Assist in Prevention of
Pressure Injuries?
Siegel, R. L., Miller, K. D., & Jemal, A. (2018). Cancer Statistics , 2018, 68(1),
7– 30. https://doi.org/10.3322/caac.21442

Sitzman, K. L., Eichelberger, Lisa wrigh (Ed.). (2011). Understanding the work of
nurse theorist a creative begining (2 ed.). Ontario: Jones and Bartlet.
Wagner, D., Byrne, M., & Kolcaba, K. (2006). Effects of Comfort Warming on
Preoperative Patients. AORN Journal, 84(3). https://doi.org/10.1016/S0001-
2092(06)63920-3
Kakkunen, P., Vehvilainen J.K., Pietila A.M., Nysonen S., Korhanen A.,
Lehikoinen N.M. (2009). Promoting parents’ use of non-pharmacological
methods and assessment of children’s postoperative pain at
home.International Journal of Caring Sciences, 2, 11-21
Kolcaba, K. (2003). Comfort theory and practice: A holistic vision for health care.
New York: Springer.
Kolcaba, K., Fox, C. (1999). The effect of guided imagery on comfort of women
with early stage breast cancer undergoing radiation therapy. Oncologi
nursing forum, 1, 67-92

Kolcaba, K., Dowd, T., Steiner, R., & Mitzel, A. (2004). Efficacy of hand
massage for enhancing the comfort of hospice patients. Journal of Hospice
& Palliative Nursing, 6(2), 91–102.
Retrieved from
http://www.thecomfortline.com/files/pdfs/2004 - Efficacy of hand massagein
hospice.pdf

Anda mungkin juga menyukai