Anda di halaman 1dari 10

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849

e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, Special Issue No. 1, Januari 2022

KISTA OVARIUM TERINFEKSI TUBERKULOSIS DENGAN TRAUMA


VESIKA URINARIA, SEBUAH LAPORAN KASUS DI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH DR. ZAINOEL ABIDIN (RSUDZA), BANDA ACEH, INDONESIA

Novita Nurul K1, Mohd. Andalas2


1
Medical Profession Program, Faculty of Medicine, Universitas Syiah Kuala – Banda
Aceh, Indonesia
2
Department of Obstetrics and Gynecology, Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel
Abidin (RSUDZA) – Banda Aceh, Indonesia
Email: novitanurul2@gmail.com, andalas@unsyiah.ac.id

Abstrak
Kista ovarium merupakan kasus terbanyak di bidang ginekologi. Tatalaksana kista
ovarium bergantung pada ukuran, konsistensi dan karakterisitik dari kista tersebut.
Tatalaksana akan semakin sulit dan prognosis lebih buruk bila kista ovarium
terinfeksi. Infeksi dapat berasal dari kista itu sendiri atau daerah sekitar kista.
Kuman tuberkulosis yang bermanifestasi ke organ-organ lain (tuberkulosis ekstra
paru) adalah penyebab infeksi yang paling sering. Kasus ini membahas tentang
seorang wanita Indonesia berusia 36 tahun yang mengeluhkan nyeri di seluruh
perut sejak 6 bulan sebelum masuk rumah sakit disertai perut yang semakin
membesar. Pada pemeriksaan fisik teraba massa di regio suprapubik berukuran 15 x
10 cm yang padat, terfiksir dan nyeri tekan. Hasil ultrasonografi (USG) abdomen
menyimpulkan adanya solid ovarial tumor. Pada tindakan laparatomi dan
kistektomi, terdapat kista lengket berisi pus ± 300 cc dengan perlengketan pada
organ sekitarnya yang menyebabkan ruptur vesika urinaria. Tindakan dilanjutkan
dengan melakukan adhesiolisis, pencucian kavum abdomen dan biopsi kelenjar
getah bening (KGB) serta peritoneum untuk kemudian dilakukan pemeriksaan
patologi anatomi. Hasil pemeriksaan patologi anatomi pada kelenjar limfe,
peritoneum dan kapsul kista menyimpulkan adanya oophoritis tuberkulosa dengan
infeksi sekunder, peritonitis tuberkulosa dan limfadenitis tuberkulosa.

Kata kunci: kista; kista ovarium; kista ovarium terinfeksi

Abstract
Ovarian cysts are the most common cases in gynecology. Treatment of ovarian
cysts depends on the size, consistency and characteristics of the cyst. Treatment will
be more difficult and the prognosis worse if the ovarian cyst becomes infected.
Infection can originate from the cyst itself or the area around the cyst. Tuberculosis
germs that manifest to other organs (extrapulmonary tuberculosis) are the most
common cause of infection. This case discusses about a 36-year-old Indonesian
woman who complained of pain in her entire abdomen since 6 months before being
admitted to the hospital with her stomach getting bigger. On physical examination,
there was a palpable mass in the suprapubic region measuring 15 x 10 cm which
How to cite: Nurul. K. N. & Andalas. M. (2022) Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi
Khusus, Dana Bagi Hasil dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Belanja Modal Sebelum dan Masa Pandemi
Covid-19, Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia, 7(1).
E-ISSN: 2548-1398
Published by: Ridwan Institute
Novita Nurul K, Mohd. Andalas

was solid, fixed and tender. Ultrasonography (USG) of the abdomen concluded the
presence of a solid ovarian tumor. During laparotomy and cystectomy, there was a
sticky cyst containing ± 300 cc of pus with adhesions to the surrounding organs
causing bladder rupture. The procedure was continued by performing adhesiolysis,
washing the abdominal cavity and biopsy of lymph nodes (KGB) and peritoneum
for anatomical pathology examination. The results of anatomical pathological
examination of the lymph nodes, peritoneum and cyst capsule concluded that there
was tuberculous oophoritis with secondary infection, tuberculous peritonitis and
tuberculous lymphadenitis.

Keywords: cyst; ovarian cysts; infected ovarian cyst

Pendahuluan
Kista ovarium merupakan suatu pertumbuhan abnormal di ovarium berupa
kantung (pocket, pouch) yang berisi cairan atau materi semisolid dengan permukaan
licin, bertangkai dan berdinding tipis yang ukurannya dapat terus membesar. Kista
ovarium dapat ditemukan melalui pemeriksaan ultrasonography (USG) abdominal,
transvaginal dan transrektal. Kista ovarium menjadi kasus terbanyak di bidang
ginekologi (Gusman, Maulida, & Rianti, 2019). Angka kejadian tertinggi terdapat di
negara maju dengan rata-rata 10% kasus per 100.000 penduduk (Organization, 2010).
Insidensi kista ovarium di Indonesia pada semua penderita ginekologi yang dirawat
adalah 2,39-11,7% kasus. Departemen Kesehatan Indonesia pada tahun 2011
melaporkan bahwa terdapat 25-50% kematian pada wanita berusia produktif di
Indonesia yang disebabkan oleh penyakit sistem reproduksi, termasuk kista ovarium.
Kista ovarium yang ditemukan sebagian besar bersifat jinak dan 10% sisanya mengarah
ke keganasan (RI, 2011).
Kista ovarium yang berasal dari proses ovulasi normal disebut sebagai kista
fungsional. Kista ini bersifat jinak dan distimulasi oleh hormon gonadotropin, termasuk
folikel stimulating hormone (FSH) dan human chorionic gonadotropin (HCG).
Stimulasi atau sensitivitas gonadotropin yang terjadi secara berlebihan dapat
membentuk kista fungsional multipel. Selain itu, terdapat juga kista neoplasia yang
terbentuk dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak terkontrol di dalam ovarium yang
dapat bersifat ganas. Kista atau tumor yang ganas memiliki karakteristik berbentuk
solid, nodular dan dapat terfiksir namun ukurannya tidak sesuai dengan derajat
keganasan (DeCherney, Nathan, Laufer, Roman, & Education, 2019), (M, 2015).
Kista ovarium pada umumnya termasuk dalam penyakit tumor jinak (non-
neoplastic) yang terpisah dari jaringan normal dan tidak menyebar ke bagian tubuh
lainnya serta tidak menunjukkan gejala dan tanda klinis. Bila terdapat gejala dan tanda,
sebagian besar terjadi akibat pertumbuhan, aktivitas hormonal atau komplikasi dari kista
itu sendiri. Gejala dan tanda tersebut berupa; benjolan di perut yang dapat disertai
dengan gangguan defekasi akibat desakan kista, udem tungkai akibat tekanan pada
pembuluh darah balik atau limfa dan rasa sesak akibat desakan diafragma ke kranial.
Fungsi organ reproduksi ovarium pun dapat terganggu, seperti berkurangnya kesuburan
sehingga sulit untuk mendapatkan kehamilan (Antil, 2016), (Akbulut, Arikanoglu, &

1030 Syntax Literate, Vol. 7, Special Issue No. 1, Januari 2022


Kista Ovarium Terinfeksi Tuberkulosis dengan Trauma Vesika Urinaria, Sebuah
Laporan Kasus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin (Rsudza), Banda
Aceh, Indonesia
Basbug, 2011). Tatalaksana kista ovarium sangat bergantung pada ukuran dan
karakterisitik dari kista. Kista ovarium yang berukuran besar, persisten dan nyeri
memerlukan tindakan pembedahan untuk mengatasinya. Pada beberapa kasus, kista
ovarium sering disertai dengan infeksi, ruptur, perdarahan dan torsio (Akbulut et al.,
2011).

Metode Penelitian
Penulis menggunakan metode penelaahan kasus dalam studi kasus ini dengan cara
meneliti suatu permasalahan yang terdiri dari unit tunggal namun dianalisis secara
mendalam meliputi berbagai aspek yang cukup luas serta penggunaan berbagai teknis
secara integratif (Afrizal,2014). Pada studi kasus ini, penulis mengambil judul “Kista
Ovarium Terinfeksi Tuberkulosis Dengan Trauma Vesika Urinaria, Sebuah Laporan
Kasus Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin (Rsudza), Banda Aceh,
Indonesia pada tanggal : 10 Maret 2017. Studi kasus ini dilakukan dengan penerapan
komprehensif mulai dari penegakkan diagnosis awal, pemeriksaan penunjang,
tatalaksana operatif, penegakkan diagnosis pasti hingga tatalaksana akhir.

Hasil dan Pembahasan


A. Laporan Kasus
Seorang wanita berusia 36 tahun datang dengan keluhan nyeri di seluruh perut
sejak ± 6 bulan sebelum masuk rumah sakit. Nyeri dirasakan terus-menerus dan
bersifat tajam. Nyeri tidak dipengaruhi oleh perubahan posisi. Nyeri berkurang saat
pasien mengkonsumsi obat anti nyeri yang diperoleh dari dokter yang merawat
sebelumnya namun nyeri hanya menghilang selama ± 2 jam. Keluhan lainnya, perut
dirasakan semakin membesar disertai dengan terabanya benjolan keras yang nyeri
tekan. Rasa penuh di seluruh perut (+), sesak nafas (+). Nafsu makan pasien
berkurang dan pasien mengalami penurunan berat badan ± 20 kg selama 6 bulan
terakhir. Badan pasien terasa lemas dan sering mengalami mual-muntah serta demam
yang hilang timbul. Pasien sudah tidak mengalami menstruasi sejak ± 8 bulan yang
lalu, yaitu setelah melahirkan anak ke- 3 dan mengalami masa nifas selama 44 hari.
BAB dan BAK pasien tidak terganggu. Pasien tidak pernah mengalami hal seperti ini
sebelumnya dan tidak pernah menjalani pengobatan. Riwayat alergi, diabetes
mellitus, hipertensi dan penyakit infeksi berat lainnya disangkal. Sebelumya, pasien
menstruasi secara teratur setiap bulan selama 5-6 hari dan selalu disertai dengan rasa
nyeri. Pasien menikah pada usia 18 tahun dan memiliki 3 anak yang lahir secara
pervaginam dengan bantuan bidan. Selama ini pasien menggunakan kontrasepsi Intra
Uterine Device (IUD).
Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum lemah, wajah pasien tampak
pucat dan konjungtiva anemis (+/+). Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital
menunjukkan tekanan darah pasien 90/60 mmHg, nadi 110x/menit, laju pernafasan
24x/menit dan suhu tubuh 37,8°C. Pada auskultasi paru didapatkan suara nafas
bronkovesikular (+/+), vesikular (↓/↓), rhonki (+/+) di basal paru dan wheezing

Syntax Literate, Vol. 7, Special Issue No. 1, Januari 2022 1031


Novita Nurul K, Mohd. Andalas

(+/+). Pada pemeriksaan abdomen teraba massa di regio suprapubik berukuran 15 x


10 cm yang padat, terfiksir dan nyeri tekan. Ekstremitas superior dan inferior pucat
serta terdapat edema tungkai. Genetalia eksterna dalam batas normal. Hasil
laboratorium menunjukkan penurunan kadar hemoglobin (8,4 gr/dl), hematokrit (28
%), eritrosit (3,9 x 106 /µL) dan albumin (3,20 g/dl) dengan peningkatan kadar
leukosit (13.800 /mm3), trombosit (570.000 / mm3) dan kadar CA-125 (36.00 U/ml
). Pemeriksaan foto thoraks AP menyimpulkan adanya kardiomegali dengan
kongestif paru tanpa adanya tanda-tanda kelainan akibat infeksi paru lainnya.
Pemeriksaan USG menyimpulkan adanya Solid Ovarial Tumor.
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
maka pasien didiagnosa sebagai tumor ovarium padat dengan diagnosis banding kista
ovarium, abses ovarium dan kehamilan ektopik. Pada pasien dilakukan tindakan
terapeutik pembedahan berupa laparotomi dan kistektomi. Pada saat tindakan
pembedahan dilakukan, terdapat kista lengket yang ketika dipecahkan mengeluarkan
cairan pus ± 300 cc dengan perlengketan pada organ sekitarnya hingga menyebabkan
ruptur vesika urinaria. Tindakan dilanjutkan dengan melakukan adhesiolisis,
pencucian kavum abdomen dan biopsi kelenjar getah bening (KGB) serta peritoneum
untuk kemudian dilakukan pemeriksaan patologi anatomi. Setelah itu, dilakukan
repair vesika urinaria 3 lapis pada dinding anterior yang mengalami laserasi
berukuran ± 2 cm yang disertai rembesan urin. Hasil pemeriksaan patologi anatomi
menyimpulkan bahwa terdapat Oophoritis Tuberculosa dengan Infeksi Sekunder,
Peritonitis Tuberculosa dan Lymphadenitis Tuberculosa. Diagnosis kerja pada pasien
ini menjadi Kista Ovarium Terinfeksi Tuberkulosis dengan Trauma Vesika Urinaria.
Selanjutnya pasien diobservasi dan dirawat di bangsal sampai kondisi kembali pulih.
Setelah 10 hari perawatan pasien dipulangkan dalam kondisi baik.

Gambar 1
Foto Thorax AP

1032 Syntax Literate, Vol. 7, Special Issue No. 1, Januari 2022


Kista Ovarium Terinfeksi Tuberkulosis dengan Trauma Vesika Urinaria, Sebuah
Laporan Kasus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin (Rsudza), Banda
Aceh, Indonesia

(a) (b) (c)


Gambar 2
Spesimen Biopsi (a) Kapsul Kista, (b) kelenjar Limfe, (c) Peritoneum

B. Diskusi
Kista ovarium sering dianggap sebagai “silent killer”, dimana gejala dan tanda
klinis baru terlihat jelas pada tahap lanjut dari kista. Kista yang berukuran besar
dapat memberikan tekanan terhadap organ-organ disekitarnya dan menimbulkan
gangguan. Kista yang mendesak kandung kemih dapat menimbulkan gejala
gangguan miksi, sedangkan kista yang berukuran lebih besar dan terletak bebas di
rongga perut dapat menimbulkan rasa penuh dan sesak. Selain itu, tekanan yang
disebabkan oleh kista dapat juga mengakibatkan obstipasi, edema pada tungkai dan
tidak nafsu makan.5,7 Berkurangnya nafsu makan pasien yang disertai penurunan
berat badan ± 20 kg selama 6 bulan terakhir mengarah pada suatu penyakit kronis
atau keganasan. Selain itu, kista ovarium dapat menimbulkan gangguan pada siklus
menstruasi, seperti amenorea dan hipermenorea.8 Pasien pada kasus ini sudah tidak
mengalami menstruasi sejak ± 8 bulan yang lalu dimana riwayat menstruasi
sebelumnya teratur dan tidak memiliki masalah dalam proses persalinan.
Pasien juga mengalami gangguan vaskularisasi yang ditandai dengan hipotensi,
takikardia, konjungtiva anemis dan ekstremitas superior-inferior tampak pucat.
Edema pada kedua tungkai disebabkan oleh penekanan vena perifer atau gangguan
pada sistem sirkulasi organ jantung-paru. Hal itu dipertegas dengan terabanya massa
intraabdomen di regio suprapubik berukuran ± 15 x 10 cm yang padat terfiksir
disertai nyeri tekan yang menyebabkan penekanan pada organ-organ disekitarnya dan
membuat perut pasien semakin membengkak. Pada kista ini juga sangat mungkin
terjadi putaran tungkai persisten yang menyebabkan tarikan ligamentum
infundibulopelvikum terhadap peritoneum parietal sehingga menimbulkan rasa nyeri
pada abdomen serta mual dan muntah, terutama bila putaran terjadi secara mendadak
(Chaparro, Reyes-Ortiz, Soto, & Reynolds, 2015), (Helm, 2015).
Pada pemeriksaan fisik paru, didapatkan suara nafas bronkovesikuler (+/+),
vesikuler (↓/↓) dan rhonki (+/+) di basal paru yang mengarahkan pada kemungkinan
terjadinya penumonia. Hal ini dapat disebabkan oleh karena menurunnya sistem
imun pasien disertai proses perawatan jangka panjang di rumah sakit sehingga

Syntax Literate, Vol. 7, Special Issue No. 1, Januari 2022 1033


Novita Nurul K, Mohd. Andalas

kemungkinan pasien terinfeksi kuman penyebab pneumonia nosokomial juga


semakin tinggi (Ri, 2014).
Pada dua kali pemeriksaan laboratorium didapatkan penurunan kadar
haemoglobin, hematokrit, eritrosit dan albumin disertai peningkatan kadar leukosit,
trombosit dan CA-125. CA-125 (cancer antigen 125) adalah tumor marker yang
menjadi pemerikaan gold standart dalam mendiagnosis dan memonitoring kanker
ovarium. CA-125 mayoritas ditemukan pada tumor/kanker ovarium tipe epitelial dan
tidak terdeteksi pada ovarium normal. Pada kanker ovarium stadium I, kadar CA-125
dapat meningkat hingga 50%, sedangkan pada stadium II, III dan IV dapat meningkat
hingga 90%. Hemoglobin, leukosit dan trombosit merupakan salah satu pemeriksaan
penting dalam mendeteksi kanker ovarium karena pemeriksaan ini mampu menilai
proses inflamasi yang terjadi pada kanker ovarium. Sel-sel kanker dapat merusak
sistem transportasi oksigen di dalam darah sehingga menyebabkan penurunan
hemoglobin (anemia). Saat terjadi proses keganasan, kadar leukosit akan ikut
meningkat karena proses inflamasi dan perlawanan terhadap infeksi serta organisme
asing. Trombosit memiliki peranan dalam tahapan metastase kanker, yaitu dengan
memfasilitasi migrasi sel tumor, menyebabkan invasi sel tumor di vaskular dengan
cara melindungi sirkulasi sel tumor dari paparan fisik, membantu melepaskan sitokin
dan enzim proteolitik yang berperan dalam pertumbuhan tumor serta menginduksi
proliferasi sel endotel dan pembentukan pembuluh darah baru yang diperlukan dalam
proses angiogenesis dari sel tumor (Akbulut et al., 2011), (Sabaruddin H, 2018).
Pemeriksaan foto thoraks AP menyimpulkan adanya kardiomegali dengan
kongestif paru tanpa adanya tanda-tanda kelainan akibat infeksi paru lainnya.
Pemeriksaan USG menyimpulkan adanya Solid Ovarial Tumor. USG merupakan alat
diagnostik utama untuk kista ovarium yang dapat menentukan letak serta batas tumor
kistik atau solid dan dapat membedakan cairan dalam rongga perut yang bebas
dengan tidak. Gambaran kista ovarium pada USG dapat berupa struktur kistik yang
bulat (kadang-kadang oval) dan terlihat sangat echolusent dengan dinding yang
tipis/tegas/licin dan di tepi belakang kista tampak bayangan echo yang lebih putih
dari dinding depannya. Kista ini dapat bersifat unillokuler (tidak bersepta) atau
multilokuler (bersepta-septa). Terkadang terlihat bintik-bintik echo halus (internal
echoes) yang berasal dari elemen-elemen darah di dalam kista (Akbulut et al., 2011),
(Farghaly, 2014). Berdasarkan anamnesis, pemeriksaaan fisik dan pemeriksaan
penunjang maka ditegakkan diagnosis sementara, yaitu tumor ovarium padat dengan
diagnosis banding kista ovarium, abses ovarium dan kehamilan ektopik karena
memiliki beberapa kesamaan pada gejala klinis yang ditimbulkannya, seperti nyeri
dan pembesaran pada perut (Akbulut et al., 2011).
Penanganan kasus ini adalah melalui tindakan terapeutik pembedahan berupa
laparotomi dan kistektomi. Hal ini sesuai dengan teori bahwa kista yang berukuran
besar dan bersifat ganas karena tumbuh dengan cepat disertai dengan penurunan
berat badan yang signifikan perlu dilakukan tindakan pembedahan untuk mengangkat

1034 Syntax Literate, Vol. 7, Special Issue No. 1, Januari 2022


Kista Ovarium Terinfeksi Tuberkulosis dengan Trauma Vesika Urinaria, Sebuah
Laporan Kasus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin (Rsudza), Banda
Aceh, Indonesia
kista melalui laparoskopi atau laparotomi. Tindakan laparoskopi juga sangat berguna
untuk menentukan asal dan sifat dari kista tersebut (Farghaly, 2014).
Berdasarkan hasil pemeriksaan patologi anatomi maka diagnosis kerja pada
pasien ini menjadi Kista Ovarium Terinfeksi Tuberkulosis dengan Trauma Vesika
Urinaria. Infeksi pada kista dapat terjadi jika disekitar kista terdapat sumber kuman
patogen. Kista ovarium tidak jarang terinfeksi oleh kuman tuberkulosis (TB) yang
sebelumnya bermanifestasi ke organ-organ lain (tuberkulosis ekstra paru), termasuk
ovarium itu sendiri. Tuberkulosis ekstra paru memberikan masalah diagnostik dan
terapi yang lebih banyak serta kompleks dibandingkan dengan tuberkulosis paru.
Oleh karena itu, prosedur invasif dan tindakan bedah kadang-kadang diperlukan
untuk menegakkan diagnosis. Tanda dan gejala yang ditunjukkan umumnya juga
tidak spesifik dan lebih didominasi oleh efek sistemik, seperti demam, kehilangan
berat badan, anoreksia dan lemah. Gejala lain tergantung dari tingkat keparahan
organ yang terinfeksi (Akbulut et al., 2011), (Indonesia, 2011).
Tuberkulosis yang terjadi pada kista ovarium biasanya terjadi akibat penyebaran
secara hematogen dari fokus primer organ lain terutama dari paru, tetapi dapat juga
terjadi secara perkontinuitatum dari peritoneum dan organ genital-urinaria.
Gambaran klinis yang dapat dilihat adalah berupa; infertilitas, gangguan haid,
penyakit inflamasi pelvis, keputihan dan nyeri abdomen.9,14 Pada 50% kasus dapat
teraba massa adneksa pada pemeriksaan fisik. Tidak adanya kelainan pada foto
rontgen thoraks tidak menyingkirkan kemungkinan tuberkulosis genitalis karena
hanya 50% kasus tuberkulosis pada organ genital-urinaria yang memiliki kelainan
pada paru. Oleh karena itu, penting untuk melakukan pemeriksaan penunjang
lainnya, seperti tes tuberculin, kultur bakteri, CT-Scan, tes Immunochromatographic
Tuberculosis (ICT), Enzim Linked Immunosorbent Assay (ELISA), tes Mycodot dan
tes BACTEC.7,15 Biopsi dari lesi yang diambil melalui tindakan laparatomi atau
laparoskopi dapat dipergunakan untuk pemeriksaan histologi dan bakteriologi yang
dapat membantu menegakkan diagnosis tuberkulosis seperti pada kasus yang dialami
oleh pasien ini (Akbulut et al., 2011), (Zahra F, 2016). Ketika infeksi tuberkulosis
telah terbukti, terapi tuberkulosis paru atau ekstra paru harus segera diberikan disertai
screening (penapisan) untuk mencegah penyebaran penyakit dan berulangnya infeksi
(Ri, 2014), (Indonesia, 2011).
Pasien dipulangkan dari rumah sakit setelah 10 hari perawatan paska operasi
dengan mendapatkan terapi spesifik untuk tuberkulosis ekstra paru selama 6 bulan.
Pasien dianjurkan untuk melakukan kontrol rutin agar proses penyembuhan pasien
menjadi optimal.

Kesimpulan
Kista ovarium sering dianggap sebagai “silent killer” dimana gejala dan tanda
klinis baru terlihat jelas pada tahap lanjut dari kista. Tatalaksana kista ovarium sangat
bergantung pada ukuran, konsistensi dan karakteristik dari kista. Tatalaksana akan

Syntax Literate, Vol. 7, Special Issue No. 1, Januari 2022 1035


Novita Nurul K, Mohd. Andalas

semakin sulit dan prognosis lebih buruk bila kista ovarium telah terinfeksi. Tuberkulosis
pada organ genetalia wanita adalah penyebab utama dari kista ovarium yang terinfeksi.

1036 Syntax Literate, Vol. 7, Special Issue No. 1, Januari 2022


Kista Ovarium Terinfeksi Tuberkulosis dengan Trauma Vesika Urinaria, Sebuah
Laporan Kasus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin (Rsudza), Banda
Aceh, Indonesia
BIBLIOGRAFI

Akbulut, Sami, Arikanoglu, Zulfu, & Basbug, Murat. (2011). Tubercular tubo-ovarian
cystic mass mimicking acute appendicitis: a case report. Journal of Medical Case
Reports, 5(1), 1–4. Google Scholar

Antil, Sarvottma. (2016). Ovarian cystadenofibroma mimicking malignancy: role of


frozen section--a case report. International Journal of Reproduction,
Contraception, Obstetrics and Gynecology, 5(1), 249–252. Google Scholar

Chaparro, José Mauricio Ocampo, Reyes-Ortiz, Carlos A., Soto, Ramiro, & Reynolds,
Jacob W. (2015). Abdominal tuberculosis presenting as ascites in an older
indigenous woman: a case report. JMM Case Reports, 2(3), e000056. Google
Scholar

DeCherney, Alan H., Nathan, Lauren, Laufer, Neri, Roman, Ashley S., & Education,
McGraw Hill. (2019). Current diagnosis & treatment: obstetrics & gynecology.
McGraw-Hill Education. Google Scholar

Farghaly, S. A. (2014). Current diagnosis and management of ovarian cysts. Clinical


and Experimental Obstetrics & Gynecology, 41(6), 609–612. Google Scholar

Gusman, Aggy Pramana, Maulida, Dian, & Rianti, Eva. (2019). Sistem Pakar Diagnosa
Penyakit Kista Ovarium Dengan Metode Forward Chaining. Jurnal KomtekInfo,
6(1), 8–18. Google Scholar

Helm, C. William. Ovarian Cysts. (2015). Medscape. Retrieved from


www.emidicine.medscape.com website:
http://www.emidicine.medscape.com/article/255865-overview. Google Scholar

Indonesia, Perhimpunan Dokter Paru. (2011). Tuberkulosis: Pedoman diagnosis dan


penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Indah Offset Citra Grafika. Google Scholar

M, Sutoto J. S. (2015). Tumor Jinak pada Alat-alat Genital dalam Buku Ilmu
Kandungan. Google Scholar

Organization, WHO. World Health. (2010). Angka Kejadian Kista Ovarium. Retrieved
from World Health Organization website: http://www.kesehatanonline.com.
Google Scholar

RI, DEPKES. (2011). Kista Ovarium. Retrieved from Departemen Kesehatan Republik
Indonesia website: http://www.medinuc.com. Google Scholar

Ri, Kemenkes. (2014). Pedoman nasional pengendalian tuberkulosis. Jakarta:


Kementerian Kesehatan RI. Lee, J., Dodd, M., Dibble, S., & Abrams, D.(2007).
Review of Acupressure Studies for Chemotherapy-Induced Nausea and Vomiting
Control. Journal of Pain and Symptom Management, 36(5), 529–544. Google
Scholar

Syntax Literate, Vol. 7, Special Issue No. 1, Januari 2022 1037


Novita Nurul K, Mohd. Andalas

Sabaruddin H, Armanza F. (2018). Korelasi Tumor Marker Cancer Antigen (Ca-125)


terhadap kadar Hemoglobin, Leukosit dan Platelet Limfosit Ratio pada Pasien
Kanker Ovarium di RSUD ULIN Banjarmansin. Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya
Kusuma, 7(1), 93–106. Google Scholar

Zahra F, Rizvi Z. (2016). Histopathological Pattern and Lateral Distribution of Benign


Ovarian Cysts. Journal of Medicine and Medical Science, 7(4), 61–65. Retrieved
from http://www.interestjournals.org/JMMSg. Google Scholar

Copyright holder:
Novita Nurul K, Mohd. Andalas (2022)

First publication right:


Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

This article is licensed under:

1038 Syntax Literate, Vol. 7, Special Issue No. 1, Januari 2022

Anda mungkin juga menyukai