e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, Special Issue No. 1, Januari 2022
Abstrak
Kista ovarium merupakan kasus terbanyak di bidang ginekologi. Tatalaksana kista
ovarium bergantung pada ukuran, konsistensi dan karakterisitik dari kista tersebut.
Tatalaksana akan semakin sulit dan prognosis lebih buruk bila kista ovarium
terinfeksi. Infeksi dapat berasal dari kista itu sendiri atau daerah sekitar kista.
Kuman tuberkulosis yang bermanifestasi ke organ-organ lain (tuberkulosis ekstra
paru) adalah penyebab infeksi yang paling sering. Kasus ini membahas tentang
seorang wanita Indonesia berusia 36 tahun yang mengeluhkan nyeri di seluruh
perut sejak 6 bulan sebelum masuk rumah sakit disertai perut yang semakin
membesar. Pada pemeriksaan fisik teraba massa di regio suprapubik berukuran 15 x
10 cm yang padat, terfiksir dan nyeri tekan. Hasil ultrasonografi (USG) abdomen
menyimpulkan adanya solid ovarial tumor. Pada tindakan laparatomi dan
kistektomi, terdapat kista lengket berisi pus ± 300 cc dengan perlengketan pada
organ sekitarnya yang menyebabkan ruptur vesika urinaria. Tindakan dilanjutkan
dengan melakukan adhesiolisis, pencucian kavum abdomen dan biopsi kelenjar
getah bening (KGB) serta peritoneum untuk kemudian dilakukan pemeriksaan
patologi anatomi. Hasil pemeriksaan patologi anatomi pada kelenjar limfe,
peritoneum dan kapsul kista menyimpulkan adanya oophoritis tuberkulosa dengan
infeksi sekunder, peritonitis tuberkulosa dan limfadenitis tuberkulosa.
Abstract
Ovarian cysts are the most common cases in gynecology. Treatment of ovarian
cysts depends on the size, consistency and characteristics of the cyst. Treatment will
be more difficult and the prognosis worse if the ovarian cyst becomes infected.
Infection can originate from the cyst itself or the area around the cyst. Tuberculosis
germs that manifest to other organs (extrapulmonary tuberculosis) are the most
common cause of infection. This case discusses about a 36-year-old Indonesian
woman who complained of pain in her entire abdomen since 6 months before being
admitted to the hospital with her stomach getting bigger. On physical examination,
there was a palpable mass in the suprapubic region measuring 15 x 10 cm which
How to cite: Nurul. K. N. & Andalas. M. (2022) Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi
Khusus, Dana Bagi Hasil dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Belanja Modal Sebelum dan Masa Pandemi
Covid-19, Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia, 7(1).
E-ISSN: 2548-1398
Published by: Ridwan Institute
Novita Nurul K, Mohd. Andalas
was solid, fixed and tender. Ultrasonography (USG) of the abdomen concluded the
presence of a solid ovarian tumor. During laparotomy and cystectomy, there was a
sticky cyst containing ± 300 cc of pus with adhesions to the surrounding organs
causing bladder rupture. The procedure was continued by performing adhesiolysis,
washing the abdominal cavity and biopsy of lymph nodes (KGB) and peritoneum
for anatomical pathology examination. The results of anatomical pathological
examination of the lymph nodes, peritoneum and cyst capsule concluded that there
was tuberculous oophoritis with secondary infection, tuberculous peritonitis and
tuberculous lymphadenitis.
Pendahuluan
Kista ovarium merupakan suatu pertumbuhan abnormal di ovarium berupa
kantung (pocket, pouch) yang berisi cairan atau materi semisolid dengan permukaan
licin, bertangkai dan berdinding tipis yang ukurannya dapat terus membesar. Kista
ovarium dapat ditemukan melalui pemeriksaan ultrasonography (USG) abdominal,
transvaginal dan transrektal. Kista ovarium menjadi kasus terbanyak di bidang
ginekologi (Gusman, Maulida, & Rianti, 2019). Angka kejadian tertinggi terdapat di
negara maju dengan rata-rata 10% kasus per 100.000 penduduk (Organization, 2010).
Insidensi kista ovarium di Indonesia pada semua penderita ginekologi yang dirawat
adalah 2,39-11,7% kasus. Departemen Kesehatan Indonesia pada tahun 2011
melaporkan bahwa terdapat 25-50% kematian pada wanita berusia produktif di
Indonesia yang disebabkan oleh penyakit sistem reproduksi, termasuk kista ovarium.
Kista ovarium yang ditemukan sebagian besar bersifat jinak dan 10% sisanya mengarah
ke keganasan (RI, 2011).
Kista ovarium yang berasal dari proses ovulasi normal disebut sebagai kista
fungsional. Kista ini bersifat jinak dan distimulasi oleh hormon gonadotropin, termasuk
folikel stimulating hormone (FSH) dan human chorionic gonadotropin (HCG).
Stimulasi atau sensitivitas gonadotropin yang terjadi secara berlebihan dapat
membentuk kista fungsional multipel. Selain itu, terdapat juga kista neoplasia yang
terbentuk dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak terkontrol di dalam ovarium yang
dapat bersifat ganas. Kista atau tumor yang ganas memiliki karakteristik berbentuk
solid, nodular dan dapat terfiksir namun ukurannya tidak sesuai dengan derajat
keganasan (DeCherney, Nathan, Laufer, Roman, & Education, 2019), (M, 2015).
Kista ovarium pada umumnya termasuk dalam penyakit tumor jinak (non-
neoplastic) yang terpisah dari jaringan normal dan tidak menyebar ke bagian tubuh
lainnya serta tidak menunjukkan gejala dan tanda klinis. Bila terdapat gejala dan tanda,
sebagian besar terjadi akibat pertumbuhan, aktivitas hormonal atau komplikasi dari kista
itu sendiri. Gejala dan tanda tersebut berupa; benjolan di perut yang dapat disertai
dengan gangguan defekasi akibat desakan kista, udem tungkai akibat tekanan pada
pembuluh darah balik atau limfa dan rasa sesak akibat desakan diafragma ke kranial.
Fungsi organ reproduksi ovarium pun dapat terganggu, seperti berkurangnya kesuburan
sehingga sulit untuk mendapatkan kehamilan (Antil, 2016), (Akbulut, Arikanoglu, &
Metode Penelitian
Penulis menggunakan metode penelaahan kasus dalam studi kasus ini dengan cara
meneliti suatu permasalahan yang terdiri dari unit tunggal namun dianalisis secara
mendalam meliputi berbagai aspek yang cukup luas serta penggunaan berbagai teknis
secara integratif (Afrizal,2014). Pada studi kasus ini, penulis mengambil judul “Kista
Ovarium Terinfeksi Tuberkulosis Dengan Trauma Vesika Urinaria, Sebuah Laporan
Kasus Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin (Rsudza), Banda Aceh,
Indonesia pada tanggal : 10 Maret 2017. Studi kasus ini dilakukan dengan penerapan
komprehensif mulai dari penegakkan diagnosis awal, pemeriksaan penunjang,
tatalaksana operatif, penegakkan diagnosis pasti hingga tatalaksana akhir.
Gambar 1
Foto Thorax AP
B. Diskusi
Kista ovarium sering dianggap sebagai “silent killer”, dimana gejala dan tanda
klinis baru terlihat jelas pada tahap lanjut dari kista. Kista yang berukuran besar
dapat memberikan tekanan terhadap organ-organ disekitarnya dan menimbulkan
gangguan. Kista yang mendesak kandung kemih dapat menimbulkan gejala
gangguan miksi, sedangkan kista yang berukuran lebih besar dan terletak bebas di
rongga perut dapat menimbulkan rasa penuh dan sesak. Selain itu, tekanan yang
disebabkan oleh kista dapat juga mengakibatkan obstipasi, edema pada tungkai dan
tidak nafsu makan.5,7 Berkurangnya nafsu makan pasien yang disertai penurunan
berat badan ± 20 kg selama 6 bulan terakhir mengarah pada suatu penyakit kronis
atau keganasan. Selain itu, kista ovarium dapat menimbulkan gangguan pada siklus
menstruasi, seperti amenorea dan hipermenorea.8 Pasien pada kasus ini sudah tidak
mengalami menstruasi sejak ± 8 bulan yang lalu dimana riwayat menstruasi
sebelumnya teratur dan tidak memiliki masalah dalam proses persalinan.
Pasien juga mengalami gangguan vaskularisasi yang ditandai dengan hipotensi,
takikardia, konjungtiva anemis dan ekstremitas superior-inferior tampak pucat.
Edema pada kedua tungkai disebabkan oleh penekanan vena perifer atau gangguan
pada sistem sirkulasi organ jantung-paru. Hal itu dipertegas dengan terabanya massa
intraabdomen di regio suprapubik berukuran ± 15 x 10 cm yang padat terfiksir
disertai nyeri tekan yang menyebabkan penekanan pada organ-organ disekitarnya dan
membuat perut pasien semakin membengkak. Pada kista ini juga sangat mungkin
terjadi putaran tungkai persisten yang menyebabkan tarikan ligamentum
infundibulopelvikum terhadap peritoneum parietal sehingga menimbulkan rasa nyeri
pada abdomen serta mual dan muntah, terutama bila putaran terjadi secara mendadak
(Chaparro, Reyes-Ortiz, Soto, & Reynolds, 2015), (Helm, 2015).
Pada pemeriksaan fisik paru, didapatkan suara nafas bronkovesikuler (+/+),
vesikuler (↓/↓) dan rhonki (+/+) di basal paru yang mengarahkan pada kemungkinan
terjadinya penumonia. Hal ini dapat disebabkan oleh karena menurunnya sistem
imun pasien disertai proses perawatan jangka panjang di rumah sakit sehingga
Kesimpulan
Kista ovarium sering dianggap sebagai “silent killer” dimana gejala dan tanda
klinis baru terlihat jelas pada tahap lanjut dari kista. Tatalaksana kista ovarium sangat
bergantung pada ukuran, konsistensi dan karakteristik dari kista. Tatalaksana akan
semakin sulit dan prognosis lebih buruk bila kista ovarium telah terinfeksi. Tuberkulosis
pada organ genetalia wanita adalah penyebab utama dari kista ovarium yang terinfeksi.
Akbulut, Sami, Arikanoglu, Zulfu, & Basbug, Murat. (2011). Tubercular tubo-ovarian
cystic mass mimicking acute appendicitis: a case report. Journal of Medical Case
Reports, 5(1), 1–4. Google Scholar
Chaparro, José Mauricio Ocampo, Reyes-Ortiz, Carlos A., Soto, Ramiro, & Reynolds,
Jacob W. (2015). Abdominal tuberculosis presenting as ascites in an older
indigenous woman: a case report. JMM Case Reports, 2(3), e000056. Google
Scholar
DeCherney, Alan H., Nathan, Lauren, Laufer, Neri, Roman, Ashley S., & Education,
McGraw Hill. (2019). Current diagnosis & treatment: obstetrics & gynecology.
McGraw-Hill Education. Google Scholar
Gusman, Aggy Pramana, Maulida, Dian, & Rianti, Eva. (2019). Sistem Pakar Diagnosa
Penyakit Kista Ovarium Dengan Metode Forward Chaining. Jurnal KomtekInfo,
6(1), 8–18. Google Scholar
M, Sutoto J. S. (2015). Tumor Jinak pada Alat-alat Genital dalam Buku Ilmu
Kandungan. Google Scholar
Organization, WHO. World Health. (2010). Angka Kejadian Kista Ovarium. Retrieved
from World Health Organization website: http://www.kesehatanonline.com.
Google Scholar
RI, DEPKES. (2011). Kista Ovarium. Retrieved from Departemen Kesehatan Republik
Indonesia website: http://www.medinuc.com. Google Scholar
Copyright holder:
Novita Nurul K, Mohd. Andalas (2022)