ENDOMETRIOSIS
Disusun oleh :
ARIF KURNIAWAN (2020270055)
SYAUQI ALI IRSYAD(2020270058)
PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN
JAWA TENGAH DI WONOSOBO
2021/2022
BAB 1
ANATOMI FISIOLOGI
1. Menstruasi Retrograde
Pada keadaan normal, darah yang berasal dari peluruhan dinding endometrium akan
dikeluarkan melalui vagina.
Produk peluruhan dinding endometrium pada peritonium terjadi melalui tuba falopi.
Endometrium di luar rahim dapat menyebabkan peradangan, jaringan fibrosa, serta
terbentuknya kista dan adhesi. Adhesi dapat memengaruhi fungsi organ sekitar
uterus. Peradangan kronis yang diakibatkan oleh endometriosis dapat berujung pada
infertilitas.[1-8]
2. Inflamasi
Peningkatan sitokin dan kemokin pada reaksi inflamasi endometriosis memiliki peran
dalam patofisiologi endometriosis.
Studi menyatakan bahwa interleukin-1 (IL-1) dapat terdeteksi pada cairan
peritoneum wanita dengan endometriosis, sehingga sitokin mungkin berperan sebagai
pemberi sinyal inflamasi. Dalam studi tersebut, didapati juga adanya peningkatan
reseptor dari IL-1, yang berperan dalam merangsang pelepasan vascular endothelial
growth factor (VEGF), tumor necrosis factor-alpha (TNF-alpha), serta IL-6 dan IL-8.
Kemokin juga memiliki peran dalam menginduksi kemotaksis pada sel responsif
terdekatnya.[2,3,7-8]
3. Pembentukan Pembuluh Darah
Pembentukan pembuluh darah baru (angiogenesis) diperlukan untuk jaringan
endometriosis sebagai asupan pembentukan atau pemeliharaan lesi.
1. Pengertian endometriosis
Penyebab utama endometriosis masih belum diketahui secara pasti, Namun
diduga adanya faktor genetik, lingkungan, dan anatomi tubuh yang turut berperan
dalam munculnya kondisi ini.
Beberapa kondisi yang diduga jadi
2. Menstruasi retrograde
Menstruasi retrograde atau menstruasi dua arah, terjadi ketika sel
endometrium dan jaringan yang seharusnya terbuang ke vagina juga ikut mengalir
ke arah leher rahim dan tuba falopi.
Sel endometrium ini menempel pada dinding pelvis dan permukaan organ pelvis,
tumbuh, terus menebal, dan berdarah sepanjang siklus menstruasi.
Dalam banyak kasus, menstruasi retrograde merupakan penyebab endometriosis
yang paling sering terjadi.
1. Pengkajian
a) Sirkulasi
Pengisian kapiler ekstremitas menurun,denyut nadi
melambat,edema,peningkatan tekanan darah
b) Eliminasi
Dapat mengalami riwayat pyelonefritis,infeksi saluran
perkemihan, nekropati,poliuria.
c) Makanan/cairan
Polidipsia,polifagia, mual muntah,diare, nyeri tekan
abdomen, hipoglikemia, glikosuria
d) Keamanan
Integritas atau sensasi kulit lengan ,paha,bokong dan
abdomen dapat berubah karena injeksi insulin
sering,kerusakan penglihatan, riwayat gejala infeksi dan
budaya positif infeksi khususnya perkemihan.
e) Seksualitas
Tinggi fundus uteri lebih tinggi atau lebih rendah dari
normal terhadap usia gestasi, riwayat neonatus besar
terhadap usia gestasi, hidramnion, anomali konginetal, lahir
mati tanpa alasan yang jelas.
f) Interaksi social
Masalah sosial ekonomi dapat meningkatkan resiko
komplikasi ketidakkuatan sistem pendukung yang
bertanggung jawab mempengaruhi kontrol diabetik.
2. Diagnosa keperawatan
1) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
Ketidak cukupan insulin (penurunan ambilan dan
penggunaan glukosa 0leh jaringan mengakibatkan
peningkatan metabolisme protein/lemak)
Penurunan masukan oral , anoreksia, mula,
lambung penuh, nyeri abdomen, perubahan
kesadaran
Status hipermetabolisme , pelepasan hormon stres
misal; epenipren, kortisol, dan hormon GH
Kemungkinan dibuktikan dengan: melaporkan
pemasukan makanan tak adekuat, kurang nafsu
makan, penurunan BB; kelemahan, kelelahan, tonus
buruk, diare
3. Intervensi keperawatan
Timbang berat badan saat kunjungan ANC
Kaji masukan kalori dan pola makan dalam 24 jam
Beri informasi tentang perubahan penatalaksanaan
Perhatikan adanya mual, muntah
Tinjau ulang pentingnya makanan teratur tiga kali
sehari
4. Evaluasi
Dilakukan untuk menilai kondisi klient,apakah sesuai dengan
intervensi yang diharapkan.terdiri dari evaluasi tindakan dan
evaluasi tujuan.
DAFTAR PUSTAKA
3. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Voluntary Counseling Testing (VCT) atau Konseling dan Test
Sukarela (KTS) HIV?
2. Apakah tujuan dari VCT?
3. Apa yang menjadi alasan dilakukannya VCT?
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. Komunikasi
Komunikasi dalam aktivitas keperawatan adalah hal yang paling mendasar dan
menajdi alat kerja utama bagi setiap perawat untuk memberikan pelayanan atau asuhan
keperawatan karena perawat secara terus-menerus selama 24 jam bersama pasien. Dalam
setiap aktivitasnya, perawat menggunakan komunikasi. Pengetahuan tentang komunikasi
sangat penting terkait dengan tugas-tugas dalam melakukan asuhan keperawatan dan dalam
melaukan hubungan professional dengan tim kesehatan lainnya. (Indrawati dalam jurnal
Noor Fu’at Aristiana, dkk 2015)
a) Komunikasi Kesehatan
Komunikasi kesehatan seperti halnya komunikasi manusia pada umumnya, namun
cak- upan dari komunikasi ini lebih sempit karena hanya berkaitan dengan pesan-pesan
kesehatan saja. Ratzan menjabarkan komunikasi kesehatan sebagai proses kemitraan
antara para partisipan berdasarkan dialog dua arah yang didalamnya ada suasana
interaktif, pertukaran gagasan, kesepakatan mengenai kesatuan kesehatan (Liliweri, 2008 :
47). Dalam penelitian ini, komunikasi kesehatan yang digunakan termasuk dalam level
komu- nikasi antarpribadi dimana konselor dan klien berinteraksi secara tatap muka dan
sifatnya rahasia di dalam praktik konseling.
b) Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi antarpribadi adalah proses ko- munikasi yang berlangsung antara dua
orang atau lebih secara tatap muka (Cangara, 2006 : 31). Interaksi antarpribadi
berlangsung dalam suasana yang bersahabat dan rahasia agar klien dapat terbuka
mengungkapkan permasalahan dengan nyaman tanpa takut rahasianya diketa- hui orang
lain. Fungsi dari kegiatan tersebut, klien diarahkan untuk merubah perilakunya. Selama
konselor dan klien berinteraksi, dibutuhkan adanya saling keterbukaan diri (self
disclosure) untuk saling menyampaikan ide- ide, gagasan, dan perasaaan yang ada dalam
diri masing-masing. Metode dalam komunikasi antarpribadi yang paling baik yaitu
konseling.
c) Self disclosure
Self disclosure adalah pengungkapan in- formasi personal mengenai diri sendiri, dimana
orang lain tidak menemukan dalam cara lain (Enjang, 2009 : 116). Keterbukaan diri
ODHA saat berhubungan antarpribadi dengan konselor bertujuan untuk menggali
informasi mengenai latar belakang penyakitnya dan hal tersebut sangat mem- bantu
konselor dalam memberikan feedback berkaitan dengan informasi-informasi penting
seputar HIV/AIDS, memotivasi yang bisa men- dukung perkembangan sosial dan
emosional ODHA sehingga mampu merubah sikap dan perilakunya.
d) Konseling HIV/AIDS
Konseling HIV/AIDS merupakan strategi komunikasi perubahan perilaku yang
bersifat rahasia dan saling percaya antara klien dan konselor. Tujuan konseling yaitu
untuk mening- katkan kemampuan klien menghadapi tekanan dan pengambilan keputusan
terkait HIV/AIDS (Kementerian Kesehatan RI, 2011). Praktik konseling dilakukan oleh
konselor yang memiliki keterampilan dasar konseling dan pemahaman luas mengenai
HIV/AIDS. Selain itu, konselor harus memahami tentang prin- sip konseling yaitu adanya
jaminan kerahasiaan mengenai data-data klien. Dengan kerahasiaan dirinya yang terjamin,
tentu hal tersebut mem- buat klien mau terbuka mengenai masalahnya kepada konselor.
3. Konseling dalam VCT ini dimaksudkan memberikan informasi factual dan dukungan
kepada ODHA dan keluarganya,karena itu diperlukan materi-materi yaitu (Depkes,2003):
3. Tujuan VCT
VCT mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Upaya pencegahan HIV/AIDS;
2. Upaya untuk mengurangi kegelisahan, meningkatkan persepsi/pengetahuan mereka
tentang faktor-faktor risiko penyebab seseorang terinfeksi HIV;
3. Upaya pengembangan perubahan prilaku, sehingga secara dini mengarahkan mereka
menuju ke program pelayanan dan dukungan termasuk akses terapi antiretroviral, serta
membantu mengurangi stigma dalam masyarakat.
Sedangkan menurut KPAN (Komisi Penanggulangan AIDS Nasional), VCT bertujuan
untuk membantu setiap orang agar mendapatkan akses kesemua layanan informasi, edukasi,
terapi atau dukungan psiko sosial, sehingga kebutuhan akan informasi akurat dan tepat dan
dicapai. Sehingga proses berfikir, perasaan dan prilaku dapat di arahkan keperilaku yang
lebih sehat yaitu melalui:
2. Saran
ODHA merupakan individu yang mengalami permasalahan tidak hanya dari segi
fisik saja, namun mereka juga mengalami beban mental dalam dirinya. ODHA dengan
demikian tidak hanya membutuhkan pelayanan dari segi klinis saja, tetapi juga membutuhkan
penanganan holistikUntuk meningkatkan kesehatan mental pada diri ODHA diperlukan
pelayanan bimbingan dan konseling dalam meningkatkan motivasi hidup bagi ODHA;
meningkatkan konseling kepada keluarga pasien agar dapat menerima dan memberi
dukungan kepada ODHA; meningkatkan sosialisasi HIV/AIDS pada masyarakat luas
khususnya pada remaja dan mereka yang berpotensi terkena HIV/AIDS agar mengenal
bahaya, cara penularan HIV/AIDS sehingga ODHA tidak didiskriminasikan dan tidak
mengalami kesehatan mental yang terganggu; serta diperlukan pen- dampingan lanjutan
tentang pengembangan dan pemberdayaan potensi korban dan keluarga dengan HIV/AIDS.
DAFTAR PUSTAKA
Ari Santoso , Bambang Wahyono. (2018) Manajemen Program Pelayanan Voluntary
NNNNCounseling And Testing (Vct). Ilmu Kesehatan Masyarakat
Noor Fu’at Aristiana, dkk (2015). Pelayanan Bimbingan Dan Konseling Islam Dalam
NNNNMeningkatkan Kesehatan Mental Pasien Hiv/Aids Di Klinik Vct Rumah Sakit
NNNNIslam Sultan Agung Semarang. Kota Semarang: Jurnal Dakwah
Katiandagho, Desmon. 2015. EPIDEMIOLOGI HIV-AIDS. In Media : Bogor
Nursalam, dkk. 2007. Asuhan Keperwatan pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS. Salemba
Medika NNNN: Jakarta
Anita Diah Nurul. (2015). Komunikasi antarpribadi Konselor GTerhadap ODHA di
NNNNKlinik VCT RSUD. KAB. Karanganyar. Universitas Muhammadiyah
Surakarta :NNNNJurnal Komunikasi
https://yandeivita.blogspot.com/2017/02/deteksi-dan-perawatan-hivaids-vct-cst.html:
NNNNDiakses 23 Maret 2020