Anda di halaman 1dari 22

Case Report Session

INVAGINASI

Oleh :

Rasyida Rumaisya 1840312464

Preseptor :

dr. H. Jon Effendi, Sp.B, Sp.BA

BAGIAN ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR M DJAMIL PADANG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Invaginasi merupakan suatu keadaan bagian saluran cerna dimasuki
oleh segmen bagian bawahnya sehingga menimbulkan obstruksi intestinum.1
Invaginasi pada anak dan bayi masih sering ditemukan dibandingkan
invaginasi pada orang dewasa. Penderita biasanya bayi sehat, gizi baik dan
dalam pertumbuhan optimal. Penyebab invaginasi pada anak dan bayi 70%-
90% belum diketahui.2 Masih diduga bahwa terjadinya invaginasi akibat
infeksi adenovirus, perubahan cuaca atau pun perubahan pola makan.
Manifestasi klinis invaginasi pada anak mulai tampak 3-24 jam setelah
terjadinya invaginasi. Gejala-gejala khas sebagai tanda obstruksi intestinum
yaitu nyeri abdomen, muntah, dan perdarahan rectum.
Nyeri abdomen bersifat serangan 15-30 menit dengan durasi 1-2
menit, diantara 2 serangan bayi terlihat sehat. Presentase nyeri abdomen pada
anak <1 tahun (60,7%), 1-2 tahun (81,8%) dan >2 tahun (91%) yang
menunjukan gejala yang mencolok. Biasanya bayi nyeri disusul muntah, pada
bayi muntah dapat sebagai gejala pertama. Muntah paling sering pada anak
berumur <2 tahun (73%) dan >2tahun (52%) mula- mula terdiri atas sisa-sisa
makanan yang ada dalam lambung kemudian berisi cairan empedu. Setelah
nyeri kolik yang pertama tinja masih normal kemudian disusul oleh defekasi
darah bercampur lender pada awal penyakit (currant jelly stool) pada
penderita (59%) perdarahan terjadi dalam 12 jam, kemudian berangsung-
angsur bercampur jaringan nekrosis (cerry stool) karena terjadi kerusakan
jaringan dan pembuluh darah. Dari jenis pengamatan invaginasi, paling
banyak terjadi ileo-colica (75%), ileo- ileocolica (15%) dan sisa nya (10%).
Angka kejadian invaginasi pada anak dan bayi dijumpai pada usia <2 tahun
dan terdapat ditemukan pada usia 5-9 bulan. Prevalensi penyakit diperkirakan
1-3 per 1000 kelahiran hidup dengan perbandingan laki-laki berbanding
perempuan adalah 4:1.1

2
Hasil laporan WHO (World Health Organization) yang dikeluarkan pada
tahun 2002 di 3 kota besar di Indonesia menunjukan angka invaginasi pada anak
terjadi di Kota Medan sebanyak 29 kasus, dijumpai pada usia 2 bulan – 2 tahun
dan paling banyak ditemukan pada usia <1 tahun (95%) dengan perbandingan
laki- laki dan perempuan 2:1. Sedangkan di kota lain seperti Jakarta dan
Yogyakarta angka kejadian invaginasi yang terjadi masing-masing adalah
sebanyak 103 (86%) kasus dan 35 (61%) kasus anak dengan perbandingan laki-
laki dan perempuan masing-masing sebanyak 2:1 dan 1:1. Pengamatan data bahwa
penyakit invaginasi pada anak di Indonesia terus menunjukan kenaikan pada
beberapa tahun terakhir yang penyebarannya kebanyakan pada anak dibandingkan
2
orang dewasa.

1.2.Batasan Masalah
Tulisan ini membahas definisi, epidemiologi, etiologi, gejala klinis
diagnosis dan tatalaksana serta telaah kasus dari invaginasi.

1.3.Tujuan dan Manfaat Penulisan


Laporan kasus ini terutama ditujukan kepada dokter muda yang
nantinya akan menjadi dokter umum dalam mengenal dan menatalaksanaan
kasus invaginasi di pelayanan kesehatan primer.

1.4.Metode Penulisan
Tulisan ini merupakan tinjauan kepustakaan yang merujuk kepada
berbagai literatur.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Invaginasi adalah masuknya bagian usus ke dalam perbatasan atau


bagian yang lebih distal dari usus (umumnya, invaginasi ileum masuk ke
3
dalam kolon desenden).

Gambar 2.1 Intususepsi

2.2. Insiden

Insiden penyakit ini tidak diketahui secara pasti, masing-masing


penulis mengajukan jumlah penderita yang berbeda-beda. Kelainan ini
banyak ditemukan pada anak-anak usia 2-12 bulan dan frekuensinya
menurun dengan bertambahnya usia. Umumnya invaginasi ditemukan lebih
sering pada laki-laki dengan perbandingan antara laki-laki dan perempuan
dengan perbandingan 3:2.5
Insiden invaginasi pada bulan Maret – Juni, September – Oktober
menunjukkan angka yang tinggi. Hal ini mungkin berhubungan dengan
musim kemarau dan musim penghujan dimana pada musim-musim tersebut
insiden infeksi saluran dan gastroenteritis meninggi. Sehingga banyak ahli
yang menganggap bahwa motilitas usus yang meningkat merupakan salah
satu faktor penyebab.

2.3. Etiologi

Sekitar 90-95 % invaginasi pada anak < 1 tahun tak dijumpai adanya
kelainan pada ususnya yang dikenal dengan istilah infantile idiopathic
intussusception. Diduga karena penebalan dinding usus, terutama ileum
terminal akibat hiperplasi jaringan limfoid submukosa oleh peradangan virus
yaitu adeno virus dan retrovirus. Penyebab lain pada anak > 2 tahun adalah
divertikel meckeli, polyposus neoplasma (leimioma dan leiomiosarkoma),
haemangioma, dan lymphoma. Namun dapat juga dijumpai kasus invaginasi
setelah dilakukan tindakan laparotomi yang dikenal dengan istilah post
operative intussuseption. Faktor-faktor yang dihubungkan dengan terjadinya
invaginasi adalah: 1) Perubahan diet makanan, 2) Enteritis akut, dan 3)
7
Perubahan musim.

2.4. Klasifikasi

Invaginasi dapat dibagi menurut lokasinya yaitu pada bagian usus mana yang

terlibat1:

1. Ileo-ileal, adalah bagian ileum masuk ke bagian ileum.

2. Ileo-colica, adalah bagian ileo-caecal masuk ke bagian kolon.

3. Ileo-caecal, adalah bagian ileo-caecal masuk ke bagian apex dari invaginasi.

4. Appedicial-colica, adalah bagian caput dari caecum terinvaginasi.

5. Colo-colica, adalah bagian colon masuk ke bagian kolon.

Gambar 2.2 Jenis-jenis invaginasi: A. Ileo-colica, B. Ileo-ileal, dan C. Ileo-caecal


2.5. Patofisiologi

Menurut kepustakaan, 90 – 95% invaginasi terjadi pada anak di


bawah 1 tahun akibat idiopatik. Ditemukan penebalan dinding ileum terminal
berupa hipertropi jaringan limfoid (plaque payer) akibat infeksi virus
(limfadenitis) yang mengikuti suatu gastroenteritis/infeksi saluran nafas.
Keadaan ini menimbulkan pembengkakan bagian intususeptum (usus bagian
proksimal) edema intestinal dan obstruksi aliran vena intestinal sehingga
terjadi perdarahan, proses ini sebagai titik permulaan invaginasi.3

Perubahan intususeptum ditimbulkan oleh penekanan bagian


intususeptum oleh karena kontraksi dari intususepien (usus bagian distal yang
menerima). Adanya hiperplastik usus bagian proksimal mengakibatkan
terjadinya segmen usus yang masuk ke segmen usus lainnya (ileokolik: ileum
bervaginasi ke kolon, ileoileokolik: usus kecil berinvaginasi ke dalam usus
kecil), yang mana akan menyebabkan dinding usus terjepit sehingga
mengakibatkan aliran darah menurun dan keadaan akhir yang menyebabkan
nekrosis dinding usus sebagai akibat strangulasi dan tidak jarang terjadi
ganggren, yang selanjutnya terjadi edema dan pembekakan, pembekakan
dapat sedemikian besarnya, sehingga menghambat reduksi. Pembengkakan
dari intususeptrum umumnya menutup lumen usus. Akibatnya terjadi
perlekatan yang tidak dapat kembali normal.
Invaginasi menjadi suatu iskemik oleh karena penekanan dari
penjepitan pembuluh-pembuluh darah segmen intususeptum usus atau
mesentrial. Bagian usus yang paling awal mengalami iskemik adalah mukosa.
Ditandai dengan produksi mukus yang berlebih dan bila berlanjut akan terjadi
stragulasi dan laserasi luka sehingga timbul perdarahan campuran antar
mukus dan darah tersebut akan keluar melalui anus sebagai suatu red currant
jelly stool. Iskemik dan distensi abdomen menimbulkan rasa nyeri. Adanya
iskemik dan destruksi usus akan menyebabkan sekuenstrisasi cairan ke lumen
usus yang distensi. Sehingga pasien mengalami dehidrasi, lebih jauh lagi
mengalami syok hipovolemik. Mukosa usus yang iskemik merupakan port de
entry intravasasi mikroorganisme dari lumen usus yang dapat menyebabkan
pasien mengalami infeksi sistemik dan sepsis.
Proses obstruksi usus sebenarnya sudah terjadi sejak invaginasi, tetapi
penampilan klinik obstruksi memerlukan waktu, umumnya setelah 10-12 jam
7
sampai menjelang 24 jam.

2.6. Manifestasi klinis

Umumnya bayi dalam keadaan sehat dan gizi baik. Pada tahap awal
muncul gejala strangulasi nyeri perut hebat yang tiba-tiba. Bayi menangis
kesakitan saat serangan dan kembali normal diantara serangan. Terdapat
muntah berisi makanan/minuman yang masuk dan keluarnya darah
bercampur lendir (red currant jelly) per rectum. Pada palpasi abdomen, dapat
teraba masa yang umumnya berbentuk seperti pisang. Gejala-gejala tersebut
dikenal dengan “Trias Invaginasi” yang terdiri dari:
1) Nyeri perut yang bersifat kolik

2) Muntah

3) Berak lendir darah (red currant jelly = selai kismis merah).

Adapula yang menyebutkan bahwa Trias tersebut adalah :


1) Nyeri perut yang bersifat kolik

2) Teraba massa tumor diperut seperti sosis (sausage’s sign)

3) Berak lendir darah.

Pada inspeksi tampak adanya distensi abdomen, dari palpasi juga


dapat ditemukan perabaan kosong di sekum yang disebut dengan
“dance’s
6
sign”.

Pada pemeriksaan colok dubur didapatkan:


- Tonus sfingter melemah

- Bila invaginasi panjang hingga ke daerah rectum, pada


pemeriksaan colok dubur mungkin teraba ujung invaginasi seperti
portio uterus disebut pseudoporsio..
- Bila jari ditarik, keluar darah bercampur lendir.
Gejala lain yang perlu diperhatikan adalah keadaan dehidrasi,konstipasi, demam,
pucat, lemah, hingga sesak napas .
Perlu diperhatian bahwa untuk penderita malnutrisi gejala-gejala
invaginasi tidak khas, tanda- tanda obstruksi usus berhari-hari baru timbul, pada
penderita ini tidak jelas tanda adanya sakit berat, defekasi tidak ada darah,
invaginasi dapat mengalami prolaps melewati anus, hal ini mungkin disebabkan
pada pasien malnutrisi tonus yang melemah, sehingga obstruksi tidak cepat
timbul.

2.7. Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis invaginasi didasarkan pada anamnesis,


pemeriksaan fisik, laboratorium dan radiologi, tetapi diagnosis pasti dari suatu
invaginasi adalah ditemukannya suatu keadaan dimana segmen usus masuk ke
dalam segmen lainnya, pada saat dilakukan operasi laparotomy. Gejala klinis yang

menonjol dari invaginasi yang terdiri dari:5,8

1. Nyeri perut yang datangnya secara tiba-tiba, nyeri bersifat serang


serangan, nyeri menghilang selama 10-20 menit, kemudian timbul lagi
serangan (colicky abdominal pain).
2. Teraba massa tumor di perut bentuk bujur pada bagian kanan atas, kanan
bawah, atas tengah, kiri bawah atau kiri atas (palpebra abdominal mass).
3. Buang air besar campur darah dan lendir ataupun terjadi diare (red currant
jelly stools).
4. Mual dan muntah

Bila penderita terlambat datang ke rumah sakit, sumbatan atau obstruksi


pada usus yang disebabkan oleh invaginasi dapat menyebabkan perut sangat
menggembung atau distensi sehingga pada saat pemeriksaan sukar untuk meraba
adanya massa tumor, oleh karena itu untuk kepentingan diagnosis harus berpegang
kepada gejala trias invaginasi yang lainnya.
Invaginasi sering terjadi pada anak berumur di bawah 1 tahun, sedangkan
penyakit diare umumnya juga terjadi pada anak usia di bawah 1 tahun maka
apabila ada pasien datang berumur di bawah satu tahun dengan keluhan sakit
perut yang bersifat kolik sehingga anak menjadi rewel sepanjang hari atau malam,
ada muntah, buang air besar campur darah dan lendir maka dapat dipikirkan
kemungkinan terjadinya invaginasi.

2.8. Pemeriksaan Penunjang

2.8.1. Pemeriksaan laboratorium

Pada pemeriksaan darah rutin ditemukan peningkatan jumlah


neutrofil segmen (>70%).

2.8.2. Pemeriksaan Radiologi

Foto polos abdomen : didapatkan distribusi udara didalam


usus tidak merata, usus terdesak ke kiri atas, bila telah lanjut terlihat
tanda-tanda obstruksi usus dengan gambaran “air fluid level”. Dapat
terlihat “free air“ bila terjadi perforasi.

Gambar 2.3 Foto Polos Abdomen yang menunjukkan dilatasi dari usus halus dan
terkumpulnya gas kuadran kanan bawah dan kuadran atas

Gambar 2.4 Foto Polos Abdomen yang Menunjukkan Gambaran Obstruksi Usus dengan
“Air Fluid Level”
Barium enema : dikerjakan untuk tujuan diagnosis dan terapi, untuk
diagnosis dikerjakan bila gejala-gejala klinik meragukan, pada barium
enema akan tampak gambaran cupping, coiled spring appearance.

Gambar 2.5.Barium enema dengan kontras udara menunjukkan intususepsi di caecum

Gambar 2.6 Barium enema menunjukkan intussusepsi di colon desenden

Ultrasonografi : Pemeriksaan ultrasonografi menunjukkan gambaran

doughnut sign pada potongan melintang invaginasi dan pseudo kidney sign pada
potongan longitudinal invaginasi3
Gambar 2.7 Gambaran USG Abdomen menunjukkan tanda klasik dari intussusepsi di
dalam intussupien .

2.9. Diagnosis Banding

a. Gastro – enteritis, bila diikuti dengan invaginasi dapat ditandai jika


dijumpai perubahan rasa sakit, muntah dan perdarahan.
b. Diverticulum Meckel, dengan perdarahan, biasanya tidak ada rasa nyeri.

c. Disentri amoeba, pada keadaan ini diare mengandung lendir dan darah,
serta adanya obstipasi, bila disentri berat disertai adanya nyeri di perut,
tenesmus dan demam.
d. Enterokolitis, tidak dijumpai adanya nyeri di perut yang hebat.

e. Prolapsus recti atau Rectal prolaps, dimana biasanya terjadi berulang kali.
Pada colok dubur didapati hubungan antara mukosa dengan kulit perianal,
sedangkan pada invaginasi didapati adanya celah.

2.10. Tatalaksana

Penatalaksanaan suatu kasus invaginasi pada bayi dan anak sejak dulu
mencakup dua tindakan penanganan yang dinilai berhasil dengan baik :

2.10.1 Reduksi dengan barium enema

Sebelum dilakukan tindakan reduksi, maka terhadap penderita


dipuasakan, resusitasi cairan, dekompresi dengan pemasangan pipa
lambung. Bila sudah dijumpai tanda gangguan pasase usus dan hasil
pemeriksaan laboraturium dijumpai peningkatan jumlah leukosit, maka saat
ini antibiotik berspektrum luas dapat diberikan. Narkotik seperti Demerol

dapat diberikan (1 mg /kgBB) untuk menghilangkan rasa sakit. 7 Reduksi


barium enema dapat diberikan bila tidak dijumpai kontra indikasi, seperti :
- Adanya tanda obstruksi usus yang jelas, baik secara klinis/foto
abdomen

- Dijumpai tanda-tanda peritonitis

- Gejala invaginasi > 24 jam

- Dijumpai tanda-tanda dehidrasi berat

- Usia penderita dibawah 1 tahun

Reduksi barium enema dikatakan berhasil, apabila :

- Rectal tube ditarik dari anus maka bubur barium keluar dengan
disertai massa feses dan udara
- Pada fluoroskopi terlihat bubur barium mengisi seluruh kolon dan
sebagian usus halus, jadi adanya refluks ke dalam ileum.
- Hilangnya massa tumor di abdomen

- Perbaikan secara klinis pada anak dan terlihat anak menjadi


tertidur serta norit test, positif.
Penderita perlu dirawat inap selama 2-3 hari karena sering
dijumpai kekambuhan selama 36 jam pertama. Keberhasilan tindakan ini
tergantung kepada beberapa hal antara lain, waktu sejak timbulnya gejala
pertama, penyebab invaginasi, jenis invaginasi dan teknis pelaksanaan-
nya. Jika reduksi dengan enema gagal untuk mengatasi keadaan ini,
intervensi bedah dapat dilakukan
2.10.2. Reduksi dengan tindakan operasi

- Memperbaiki keadaan umum

Tindakan ini sangat menentukan prognosis, janganlah melakukan


tindakan operasi sebelum terlebih dahulu keadaan umum pasien diperbaiki
Yang dilakukan dalam usaha memperbaiki keadaan umum adalah:
- Pemberian cairan dan elektrolit untuk rehidrasi (resusitasi).

- Tindakan dekompresi abdomen dengan pemasangan sonde lambung.

- Pemberian antibiotik dan sedatif.

- Tindakan reposisi usus

Tindakan selama operasi tergantung kepada temuan keadaan


usus, reposisi manual dengan cara “milking” dilakukan dengan halus dan
sabar, juga bergantung pada keterampilan dan pengalaman operator.
Insisi operasi untuk tindakan ini dilakukan secara transversal
(melintang), pada anak-anak dibawah umur 2 tahun dianjurkan insisi
transversal supraumbilikal oleh karena letaknya relatif lebih tinggi. Ada
juga yang menganjurkan insisi transversal infraumbilikal dengan alasan
lebih mudah untuk eksplorasi usus, mereduksi intusussepsi dan tindakan
appendektomi bila dibutuhkan. Tidak ada batasan yang tegas kapan kita
harus berhenti mencoba reposisi manual itu.

Reseksi usus dilakukan apabila: pada kasus yang tidak berhasil


direduksi dengan cara manual, bila viabilitas usus diragukan atau
ditemukan kelainan patologis sebagai penyebab invaginasi. Setelah usus
direseksi dilakukan anastomosis ”end to end”, apabila hal ini
memungkinkan tetapi bila tidak mungkin maka dilakukan “exteriorisasi”
atau enterostomi.3
Gambar 2.8 Milking Prosedur
2.11. Komplikasi

Saat operasi :

1. Perdarahan saat operasi, umumnya bila mencederai pembuluh darah

2. Kembung, adanya akumulasi gas dalam usus karena manipulasi usus


ketika pembedahan dan angin yang tertelan saat pemulihan dari anestesia.
3. Gangguan keseimbangan elektrolitmasukan cairan berkurang (ileus)

4. Sepsis, cedera akibat

Tindakan medis Post-operasi

:
1. Peritonitis, perforasi bagian dari saluran pencernaan

2. Shock Hipovolemik, ketidak normalan dari sistem peredaran darah yang


mengakibatkan perfusi organ dan oksigenasi jaringan yang tidak
adekuat.
3. Perforasi usus, trauma atau infeksi usus

4. Infeksi, disebabkan dari beberapa hal : kontaminasi kuman, daya tahan


tubuh menurun, sumber infeksi (dari dalam atau luar), dan kurang gizi.

2.12. Prognosis

Angka kekambuhan tergantung pada teknik reduksi yang dipilih.


Kekambuhan pada reduksi hidrostatik 5-10% dan 2% bila dilakukan
pembedahan.3
BAB III

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS

Nama : KAC

TTL/Umur : 7 Bulan

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Sungai Simba, Gantiang, Ulakan, Padang Pariaman

II. ANAMNESIS

Pasien masuk ke RSUP Dr. Djamil Padang pada tanggal 31 Juli 2019
melalui IGD dengan:
Keluhan Utama

Keluar lendir campur darah dari anus 12 jam sebelum masuk rumah sakit

Riwayat Penyakit sekarang

- Keluar lendir campur darah dari anus 12 jam sebelum masuk rumah sakit.

- Awalnya anak menangis tiba-tiba kemudian diam dan tertidur,


terbangun tiba tiba menangis kembali 1 hari sebelum masuk rumah
sakit
- Muntah (+) sejak 1 hari SMRS, warna sesuai dengan makanan atau
minuman yang dikonsumsi anak, frekuensi lebih dari 10x, tidak
menyemprot
- Perut tidak tampak membuncit

- Riwayat demam, batuk pilek, dan diare tidak ada

- Saat ini pasien sudah mendapat MPASI (nasi saring) sejak usia 6 bulan, frekuensi
2x sehari

- Buang air kecil ada, warna biasa


Riwayat Penyakit Dahulu

Tidak terdapat riwayat penyakit kongenital, infeksi, dan alergi sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan yang sama seperti pasien.

Riwayat Pekerjaan , Sosial , Ekonomi, dan Kebiasaan dan lain-lain Pasien


lahir dengan BBL 2800gram, PBL 47 cm, cukup bulan dan langsung menangis.

PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Fisik Umum


Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran : GCS 15 (E4M6V5)
Nadi : 129 kali/menit
Nafas : 32 kali/menit
Suhu : Afebris
BB/PB : 8,6 kg/67 cm
Keadaan Gizi : 1-2 SD (gizi baik)

Status Internus
Rambut : Hitam, tidak mudah rontok
Kulit : Turgor kulit baik
Kepala : Ubun-ubun cekung (+)
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik pupil isokhor, reflek cahaya +/+,
mata tidak cekung
Telinga : Tidak ditemukan kelainan
Hidung : Tidak ditemukan kelainan
Tenggorokan : Tidak hiperemis
Gigi dan mulut : Tidak ditemukan kelainan
Leher : Tidak ditemukan kelainan
KGB : Tidak terdapat pembesaran KGB
Dinding dada : Tidak ditemukan kelainan Paru
Inspeksi : Simetris kiri = kanan
Palpasi : Fremitus kiri = kanan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : suara napas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba di LMCS sinistra RIC V
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : Bunyi jantung 1 dan 2 normal, murmur (-),
Gallop(-)
Ekstremitas : akral hangat, CRT<2detik, edema (-)
Status lokalis
Regio Abdomen
Inspeksi : Distensi (-),Darm Steifung (-),
Darm Contour (-), hiperemis (-)
Auskultasi : Bising usus (+) meningkat
Palpasi : supel, teraba massa di regio epigastrium
dengan konsistensi kenyal arah horizontal
dengan ukuran 3-5 cm (Sausage sign), Dance
sign (+), nyeri tekan (-), nyeri lepas (-)
Perkusi : Timpani
Rectal Toucher : tidak tampak kelainan disekitar anus,
pseudoportio (-), Lendir (+), darah (+),
feses (+)
Foto klinis :
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium

 Hb : 10,5 g/dl

 Trombosit : 426.000/mm3

 Leukosit : 8.310/mm3

 GDS : 126 mg/dl

 Ureum darah : 20 Mmol/L

 Creatinin darah : 0,6 Mmol/L

 Na : 139 mmol/L

 K : 3,6 mmol/L

 Cl : 109 mmol/L

 Albumin : 3,8 g/dL

 Globulin : 2,3 g/dL

 PT/APTT : 11,1/37,3

Kesan: anemia ringan

Pemeriksaan radiologi

USG : Doughnut sign (+)

Rontgen :
DIAGNOSIS
Mechanical bowel obstruction ec suspek invaginasi

TATALAKSANA
Oksigen 1liter/menit via nasal
Dekompresi dengan NGT
Rehidrasi cairan : IVFD DS ¼ NS 1200cc/24jam
Kateter untuk monitoring dieresis
Puasa
Persiapan Laparatomi eksplorasi

Laporan Operasi
- Posisi supine dalam general anestesi
- Desinfeksi lapangan operasi, persempit dengan duk steril
- Insisi transverse supraumbilikal, buka kutis, subkutis, fasia, peritoneum
- Tampak segmen intususepsi di ileocolica, dilakukan milking procedure,
kesan invaginasi rilis, tampak edema pada segmen invaginasi
- Cuci rongga peritoneum
- Jahit luka operasi lapis demi lapis
- Operasi selesai
Diagnosis pasca operasi: Mechanical bowel obstruction ec invaginasi

Prognosis
- Quo ad vitam : bonam

- Quo ad sanam : bonam

- Quo ad functionam : bonam


BAB IV

DISKUSI

Telah dilaporkan kasus seorang pasien bayi perempuan berusia 7 bulan


datang ke RSUP Dr M Djamil Padang pada tanggal 31 Juli 2019 dengan
diagnosis kerja obstruksi mekanik ec suspek Invaginasi. Diagnosis ditegakkan
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Invaginasi merupakan masuknya suatu segmen usus ke segmen usus lainnya
(umumnya invaginasi ileum masuk kedalam kolon desenden) yang termasuk
kedalam salah satu bentuk gangguan obstruksi usus yang sifatnya mekanik.
Diagnosis pasti invaginasi dapat ditegakkan setelah dilakukan pembedahan.
Dari anamnesis didapatkan bahwa keluar lendir becampur darah 12
jam sebelum rumah sakit, muntah sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit
dengan frekuensi lebih dari 10 kali/hari, muntah tidak menyemprot, warna
sesuai dengan makanan dan minuman yang dikonsumsi bayi. Gejala tersebut
sesuai dengan gejala pada invaginasi yaitu nyeri yang ditandai dengan anak
rewel, muntah, serta adanya red current jelly stool. Dari pemeriksaan fisik
pada status lokalis regio abdomen didapatkan adanya perabaan massa di regio
epigastrium dengan konsistensi kenyal arah horizontal dengan ukuran 3-5 cm
(Sausage sign), bising usus meningkat, dance’s sign ada.
Pemeriksaan USG ditemukan adanya doughnut sign.
Komplikasinya adalah peritonitis, perforasi usus, kerusakan atau kematian
jaringan, infeksi rongga perut, hingga menyebabkan kematian.

Penatalaksanaannya dapat dilakukan suntikan salin, udara atau


barium kedalam kolon. Tatalaksana utama yang diberikan pada pasien saat
di IGD adalah dekompresi dengan NGT, rehidrasi cairan, pemasangan
kateter. Kemudian pasien disiapkan untuk laparatomi eksplorasi. Temuan
setelah dilakukan laparatomi ekplorasi dengan milking procedure adalah
invaginasi di daerah ileocolica.
DAFTAR PUSTAKA

1. Pickering. Pravelansi Invaginasi pada Anak;2000.


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23544/5/Chapter%20I.pdf.
(Diakses pada tanggal 10 Februari 2019)
2. Husain. Pravelansi Invaginasi pada Anak;1993.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23544/5/Chapter%20I.pdf.
(Diakses pada tanggal 10 Februari 2019)
3. Brunicardi JH, Andersen DK, Billiar TR,Dunn DL, Hunter JG, Matthews

JB.Intussusception in Schwartz Principles of Surgery. 9th ed. the McGraw-Hill


Companies, Chapter 39; 2015.
4. Townsend. Sabiston : Textbook of Surgery 18 edition. Saunders;2007.

5. De Jong, W, Sjamsuhidajat, R. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Penerbit Buku


Kedokteran EGC, Bab 35:h 627-629, 2010..
6. Hay, Willliam. Current Pediatric Diagnosis and Treatment. USA : Appleton
and Lange A Simon and Schuster Company; 1997.
7. Stead, LG., Stead, SM., Kaufman, MS., Sotsky-Kent, T. Pediatric Surgery in
First Aid for the Surgery Clerkship. the McGraw-Hill Companies, p336-337,
2003.
8. Caruso, et al. Intussusception in children: not only surgical treatment. Journal
of Pediatric and Neonatal Individualized Medicine: (6):1;2017.

Anda mungkin juga menyukai