INVAGINASI
Oleh :
Preseptor :
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Invaginasi merupakan suatu keadaan bagian saluran cerna dimasuki
oleh segmen bagian bawahnya sehingga menimbulkan obstruksi intestinum.1
Invaginasi pada anak dan bayi masih sering ditemukan dibandingkan
invaginasi pada orang dewasa. Penderita biasanya bayi sehat, gizi baik dan
dalam pertumbuhan optimal. Penyebab invaginasi pada anak dan bayi 70%-
90% belum diketahui.2 Masih diduga bahwa terjadinya invaginasi akibat
infeksi adenovirus, perubahan cuaca atau pun perubahan pola makan.
Manifestasi klinis invaginasi pada anak mulai tampak 3-24 jam setelah
terjadinya invaginasi. Gejala-gejala khas sebagai tanda obstruksi intestinum
yaitu nyeri abdomen, muntah, dan perdarahan rectum.
Nyeri abdomen bersifat serangan 15-30 menit dengan durasi 1-2
menit, diantara 2 serangan bayi terlihat sehat. Presentase nyeri abdomen pada
anak <1 tahun (60,7%), 1-2 tahun (81,8%) dan >2 tahun (91%) yang
menunjukan gejala yang mencolok. Biasanya bayi nyeri disusul muntah, pada
bayi muntah dapat sebagai gejala pertama. Muntah paling sering pada anak
berumur <2 tahun (73%) dan >2tahun (52%) mula- mula terdiri atas sisa-sisa
makanan yang ada dalam lambung kemudian berisi cairan empedu. Setelah
nyeri kolik yang pertama tinja masih normal kemudian disusul oleh defekasi
darah bercampur lender pada awal penyakit (currant jelly stool) pada
penderita (59%) perdarahan terjadi dalam 12 jam, kemudian berangsung-
angsur bercampur jaringan nekrosis (cerry stool) karena terjadi kerusakan
jaringan dan pembuluh darah. Dari jenis pengamatan invaginasi, paling
banyak terjadi ileo-colica (75%), ileo- ileocolica (15%) dan sisa nya (10%).
Angka kejadian invaginasi pada anak dan bayi dijumpai pada usia <2 tahun
dan terdapat ditemukan pada usia 5-9 bulan. Prevalensi penyakit diperkirakan
1-3 per 1000 kelahiran hidup dengan perbandingan laki-laki berbanding
perempuan adalah 4:1.1
2
Hasil laporan WHO (World Health Organization) yang dikeluarkan pada
tahun 2002 di 3 kota besar di Indonesia menunjukan angka invaginasi pada anak
terjadi di Kota Medan sebanyak 29 kasus, dijumpai pada usia 2 bulan – 2 tahun
dan paling banyak ditemukan pada usia <1 tahun (95%) dengan perbandingan
laki- laki dan perempuan 2:1. Sedangkan di kota lain seperti Jakarta dan
Yogyakarta angka kejadian invaginasi yang terjadi masing-masing adalah
sebanyak 103 (86%) kasus dan 35 (61%) kasus anak dengan perbandingan laki-
laki dan perempuan masing-masing sebanyak 2:1 dan 1:1. Pengamatan data bahwa
penyakit invaginasi pada anak di Indonesia terus menunjukan kenaikan pada
beberapa tahun terakhir yang penyebarannya kebanyakan pada anak dibandingkan
2
orang dewasa.
1.2.Batasan Masalah
Tulisan ini membahas definisi, epidemiologi, etiologi, gejala klinis
diagnosis dan tatalaksana serta telaah kasus dari invaginasi.
1.4.Metode Penulisan
Tulisan ini merupakan tinjauan kepustakaan yang merujuk kepada
berbagai literatur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
2.2. Insiden
2.3. Etiologi
Sekitar 90-95 % invaginasi pada anak < 1 tahun tak dijumpai adanya
kelainan pada ususnya yang dikenal dengan istilah infantile idiopathic
intussusception. Diduga karena penebalan dinding usus, terutama ileum
terminal akibat hiperplasi jaringan limfoid submukosa oleh peradangan virus
yaitu adeno virus dan retrovirus. Penyebab lain pada anak > 2 tahun adalah
divertikel meckeli, polyposus neoplasma (leimioma dan leiomiosarkoma),
haemangioma, dan lymphoma. Namun dapat juga dijumpai kasus invaginasi
setelah dilakukan tindakan laparotomi yang dikenal dengan istilah post
operative intussuseption. Faktor-faktor yang dihubungkan dengan terjadinya
invaginasi adalah: 1) Perubahan diet makanan, 2) Enteritis akut, dan 3)
7
Perubahan musim.
2.4. Klasifikasi
Invaginasi dapat dibagi menurut lokasinya yaitu pada bagian usus mana yang
terlibat1:
Umumnya bayi dalam keadaan sehat dan gizi baik. Pada tahap awal
muncul gejala strangulasi nyeri perut hebat yang tiba-tiba. Bayi menangis
kesakitan saat serangan dan kembali normal diantara serangan. Terdapat
muntah berisi makanan/minuman yang masuk dan keluarnya darah
bercampur lendir (red currant jelly) per rectum. Pada palpasi abdomen, dapat
teraba masa yang umumnya berbentuk seperti pisang. Gejala-gejala tersebut
dikenal dengan “Trias Invaginasi” yang terdiri dari:
1) Nyeri perut yang bersifat kolik
2) Muntah
2.7. Diagnosis
Gambar 2.3 Foto Polos Abdomen yang menunjukkan dilatasi dari usus halus dan
terkumpulnya gas kuadran kanan bawah dan kuadran atas
Gambar 2.4 Foto Polos Abdomen yang Menunjukkan Gambaran Obstruksi Usus dengan
“Air Fluid Level”
Barium enema : dikerjakan untuk tujuan diagnosis dan terapi, untuk
diagnosis dikerjakan bila gejala-gejala klinik meragukan, pada barium
enema akan tampak gambaran cupping, coiled spring appearance.
doughnut sign pada potongan melintang invaginasi dan pseudo kidney sign pada
potongan longitudinal invaginasi3
Gambar 2.7 Gambaran USG Abdomen menunjukkan tanda klasik dari intussusepsi di
dalam intussupien .
c. Disentri amoeba, pada keadaan ini diare mengandung lendir dan darah,
serta adanya obstipasi, bila disentri berat disertai adanya nyeri di perut,
tenesmus dan demam.
d. Enterokolitis, tidak dijumpai adanya nyeri di perut yang hebat.
e. Prolapsus recti atau Rectal prolaps, dimana biasanya terjadi berulang kali.
Pada colok dubur didapati hubungan antara mukosa dengan kulit perianal,
sedangkan pada invaginasi didapati adanya celah.
2.10. Tatalaksana
Penatalaksanaan suatu kasus invaginasi pada bayi dan anak sejak dulu
mencakup dua tindakan penanganan yang dinilai berhasil dengan baik :
- Rectal tube ditarik dari anus maka bubur barium keluar dengan
disertai massa feses dan udara
- Pada fluoroskopi terlihat bubur barium mengisi seluruh kolon dan
sebagian usus halus, jadi adanya refluks ke dalam ileum.
- Hilangnya massa tumor di abdomen
Saat operasi :
:
1. Peritonitis, perforasi bagian dari saluran pencernaan
2.12. Prognosis
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama : KAC
TTL/Umur : 7 Bulan
II. ANAMNESIS
Pasien masuk ke RSUP Dr. Djamil Padang pada tanggal 31 Juli 2019
melalui IGD dengan:
Keluhan Utama
Keluar lendir campur darah dari anus 12 jam sebelum masuk rumah sakit
- Keluar lendir campur darah dari anus 12 jam sebelum masuk rumah sakit.
- Saat ini pasien sudah mendapat MPASI (nasi saring) sejak usia 6 bulan, frekuensi
2x sehari
Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan yang sama seperti pasien.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Internus
Rambut : Hitam, tidak mudah rontok
Kulit : Turgor kulit baik
Kepala : Ubun-ubun cekung (+)
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik pupil isokhor, reflek cahaya +/+,
mata tidak cekung
Telinga : Tidak ditemukan kelainan
Hidung : Tidak ditemukan kelainan
Tenggorokan : Tidak hiperemis
Gigi dan mulut : Tidak ditemukan kelainan
Leher : Tidak ditemukan kelainan
KGB : Tidak terdapat pembesaran KGB
Dinding dada : Tidak ditemukan kelainan Paru
Inspeksi : Simetris kiri = kanan
Palpasi : Fremitus kiri = kanan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : suara napas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba di LMCS sinistra RIC V
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : Bunyi jantung 1 dan 2 normal, murmur (-),
Gallop(-)
Ekstremitas : akral hangat, CRT<2detik, edema (-)
Status lokalis
Regio Abdomen
Inspeksi : Distensi (-),Darm Steifung (-),
Darm Contour (-), hiperemis (-)
Auskultasi : Bising usus (+) meningkat
Palpasi : supel, teraba massa di regio epigastrium
dengan konsistensi kenyal arah horizontal
dengan ukuran 3-5 cm (Sausage sign), Dance
sign (+), nyeri tekan (-), nyeri lepas (-)
Perkusi : Timpani
Rectal Toucher : tidak tampak kelainan disekitar anus,
pseudoportio (-), Lendir (+), darah (+),
feses (+)
Foto klinis :
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Hb : 10,5 g/dl
Trombosit : 426.000/mm3
Leukosit : 8.310/mm3
Na : 139 mmol/L
K : 3,6 mmol/L
Cl : 109 mmol/L
PT/APTT : 11,1/37,3
Pemeriksaan radiologi
Rontgen :
DIAGNOSIS
Mechanical bowel obstruction ec suspek invaginasi
TATALAKSANA
Oksigen 1liter/menit via nasal
Dekompresi dengan NGT
Rehidrasi cairan : IVFD DS ¼ NS 1200cc/24jam
Kateter untuk monitoring dieresis
Puasa
Persiapan Laparatomi eksplorasi
Laporan Operasi
- Posisi supine dalam general anestesi
- Desinfeksi lapangan operasi, persempit dengan duk steril
- Insisi transverse supraumbilikal, buka kutis, subkutis, fasia, peritoneum
- Tampak segmen intususepsi di ileocolica, dilakukan milking procedure,
kesan invaginasi rilis, tampak edema pada segmen invaginasi
- Cuci rongga peritoneum
- Jahit luka operasi lapis demi lapis
- Operasi selesai
Diagnosis pasca operasi: Mechanical bowel obstruction ec invaginasi
Prognosis
- Quo ad vitam : bonam
DISKUSI