Pembimbing:
dr. Venny Novi Yarsi
HALAMAN PENGESAHAN
Mini Project
Judul Laporan : GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PENERIMAAN PEGAWAI
PUSKESMAS TERHADAP VAKSINASI COVID-19 DI
PUSKESMAS NAN BALIMO KOTA SOLOK
Meng
etahui
/meny
etujui
Pembimbing Kepala
Puskesmas Nan Balimo
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Coronavirus (CoV)merupakan keluarga besar virus yang menularkan
penyakit antara hewan dan manusia atau disebut dengan zoonosis.Ada setidaknya
dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat
menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS-
CoV) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS-CoV).Penelitian
menyebutkan bahwa SARS-CoV ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke
manusia dan MERS-CoV dari unta ke manusia. SARS-CoV-2 adalah virus jenis
baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia dengannama
penyakitnya adalah Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Virus dan penyakit
ini diketahui berawal dari kota Wuhan, Provinsi Hubei, China pada 31 Desember
2019.1 Tanda dan gejala klinis yang dilaporkan pada sebagian besar kasus adalah
demam, dengan beberapa kasus mengalami kesulitan bernapas, dan hasil rontgen
menunjukkan infiltrat pneumonia luas di kedua lapang paru.1,2
Penambahan jumlah kasus COVID-19 berlangsung cukup cepat dan
sudah terjadi penyebaran ke luar wilayah Wuhan dan negara lain. Pada tanggal 30
Januari 2020 WHO sudah menetapkanCOVID-19 sebagai Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat Yang Meresahkan Dunia/ Public Health Emergency of International
Concern (KKMMD/PHEIC).1Pada tanggal 11 Maret 2020, WHO mengumumkan
bahwa COVID-19 telah menjadi pandemi di dunia. 1,3Per tanggal 15Februari 2021,
jumlah kasus penyakit ini mencapai angka 108.579.352 jiwa yang tersebar di 223
negara, dan 187 negara dengan transmisi lokal termasuk Indonesia.4Pada tanggal
15 Februari 2021 Indonesia telah melaporkan 1.223.930kasus konfirmasi positif
COVID-19 dengan CFR2,2% dan dengan wilayah transmisi lokal sudah tersebar
di seluruh provinsi.5 Sumatera Barat berada pada peringkat ke-9 dengan angka
kasus konfirmasi Covid-19 mencapai 28182 kasus.5,6Per tanggal 15Februari 2021,
persentase tertinggi kasus kematian pasien covid-19 di Sumatera Barat terjadi di
Kabupaten Pasaman Barat (6,11%) dengan jumlah jumlah kasus meninggal 33
orang dari 540 warga terinfeksi.7
Sampai saat ini, situasi COVID-19 di tingkat global, nasional maupun
lokal masih dalam risiko sangat tinggi.Untuk itu, upaya penanggulangan dan
pencegahan penularan COVID 19 masih sangat diperlukan pada saat sekarang.
Pengembangan vaksin dianggap sebagai strategi kunci untuk mengakhiri pandemi
COVID-19 termasuk di Indonesia.8 Saat ini pemerintah
sedangmencanangkanprogram pemberian dan pendistribusian vaksin tahap
pertama ke seluruh provinsi di Indonesia dengan total sasaran vaksinasinya adalah
sebanyak 181.554.465 orang dengan1.468.764 diantaranya adalah para tenaga
kesehatan.Pada tanggal 15 Februari 2021, jumlah penerima vaksin COVID-19 di
Indonesia telah mencapai 1.096.095 orang pada vaksinasi 1 dan 482.625 pada
vaksinasi ke-2.9
Tenaga kesehatan memiliki peran penting dalam mensukseskan program
vaksinasi ini, karena masyarakat akan lebih percaya nantinya dengan rekomendasi
dari petugas kesehatan. Selain itu, kepercayaan terhadap keamanan dan efek dari
vaksin juga merupakan faktor penting dalam kesediaan para penerima vaksin.
Untuk itu, kepercayaan mengenai vaksin ini terlebih dahulu perlu dibentuk dari
petugas kesehatan agar programini dapat berjalan dengan baik.2,10
2.1 COVID-19
2.1.1 Definisi
Virus corona adalah keluarga besar virus yang dapat menyebabkan
penyakit mulai dari gejala ringan sampai berat.Ada setidaknya dua jenis virus
corona yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala
berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS CoV) dan Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS-CoV).Virus corona adalah zoonosis (ditularkan
antara hewan dan manusia).1 Novel virus corona (2019-nCoV) adalah virus jenis
baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus corona
bersifat sensitif terhadap panas dan secara efektif dapat diinaktifkan oleh
desinfektan mengandung klorin.11
Virus corona merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan
tidak bersegmen. Virus corona tergolong ordo Nidovirales, keluarga
Coronaviridae.Coronaviridae dibagi dua sub keluarga dibedakan berdasarkan
serotipe dan karakteristik genom. Terdapat empat genus yaitu alpha virus corona,
betavirus corona, deltavirus corona dan gamma virus corona.1
2.1.2 Epidemiologi
Sejak dilaporkannya kasus pertama di Wuhan, terjadi peningkatan kasus
COVID-19 di China setiap hari dan memuncak diantara akhir Januari hingga awal
Februari 2020. Tanggal 30 Januari 2020, telah terdapat 7.736 kasus terkonfirmasi
COVID-19 di China, dan 86 kasus lain dilaporkan dari berbagai negara seperti
Taiwan, Thailand, Vietnam, Malaysia, Nepal, Sri Lanka, Kamboja, Jepang,
Singapura, Arab Saudi, Korea Seltan, Filipina, India, Australia, Kanada,
Finlandia, Prancis, dan Jerman.13
Menurut data statistik WHO sampai dengan tanggal 15Februari 2021
menyebutkan bahwa pasien dengan infeksi COVID-19 di seluruh Dunia sudah
mencapai 108.579.352 kasus pada 223 negara dengan angka kematian 1.835.901
kasus. Saat ini data terus berubah seiring dengan berjalannya waktu.4
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pertama kali melaporkan
kasus COVID-19 pada tanggal 2 Maret 2020 yang dimulai dari 2 kasus di
Provinsi Jawa Barat. Per pada tanggal 15Februari 2021, Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia melaporkan infeksi COVID-19 di Indonesia mencapai
1.223.930 kasus dengan angka kematian 33.367 kasus, dan jumlah pasien yang
pulih 1.032.065 kasus. Pada saat sekarang wilayah transmisi lokal sudah tersebar
di seluruh provinsi.5Data ini menunjukkan bahwa kasus COVID-19 masih tinggi
dan beresiko serta cenderung akan terus meningkat.5
2.1.5 Patofisiologi
Virus terutama menginfeksi sel-sel pada saluran napas yang melapisi
alveoli. Kemudian virus akan berikatan dengan reseptor-reseptor dan membuat
jalan masuk ke dalam sel. Glikoprotein yang terdapat pada envelop spike virus
akan berikatan dengan reseptor selular berupa ACE2. Di dalam sel, virus
melakukan duplikasi materi genetik dan mensintesis prtein-protein yang
dibutuhkan, kemudian membentuk virion baru yang muncul di permukaan sel.
Setelah virus masuk ke dalam sel, genom RNA virus akan dikeluarkan ke
sitoplasma sel dan ditranslasikan menjadi dua poliprotein dan protein struktural.
Kemudian, genom virus akan mulai untuk bereplikasi. Glikoprotein pada pada
selubung virus yang baru terbentuk masuk ke dalam membran retikulum
endoplasma.Terjadi pembentukan nukleokapsid yang tersusun dari genom RNA
dan protein nukleokapsid. Partikel virus akan tumbuh ke dalam retikulum
endoplasma. Pada tahap akhir, vesikel yang mengandung partikel virus akan
bergabung dengan membran plasma untuk melepaskan komponen virus yang
baru.17
2.1.7 Diagnosis
Dalam penegakan diagnosis dilakukan dalam beberapa tahapan yaitu,
a. Anamnesis
Seseorang yang mengalami: 18
Demam (≥38◦C) atau riwayat demam
Batuk atau pilek atau nyeri tenggorokan
Pneumonia ringan sampai berat berdasarkan klinis dan/atau
gambaran radiologis. (pada pasien immunocompromised
presentasi kemungkinan atipikal)
Memiliki riwayat perjalanan ke wilayah/ negara yang terjangkit
dalam 14 hari sebelum timbul gejala
Kontak erat dengan pasien kasus terkonfirmasi atau probable
COVID-19
Bekerja atau mengunjungi fasilitas layanan kesehatan dengan
kasus terkonfirmasi atau probable infeksi COVID-19 di
Tiongkok atau wilayah/negara yang terjangkit.
b. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tergantung ringan atau
beratnya manifestasi klinis.1
Suplementasioksigen
Pemberian terapi oksigen segera kepada pasien dengan SARI,
distress napas, hipoksemia atau syok. Terapi oksigen pertama
sekitar 5l/menit dengan target SpO2 ≥90% pada pasien tidak
hamil dan ≥ 92-95% pada pasien hamil. Tidak ada napas atau
obstruksi, distress respirasi berat, sianosis sentral,syok,koma
dan kejang merupakan tanda gawat pada anak. Kondisi tersebut
harus diberikan terapi oksigen selama resusitasi dengan target
SpO2 ≥ 94%, jika tidak dalam kondisi gawat target SpO2 ≥
90%. Semua area pasien SARI ditatalaksana harus dilengkapi
dengan oksimetri, sistem oksigen yang berfungsi, disposable,
alat pemberian oksigen seperti nasal kanul, masker simple
wajah, dan masker dengan reservoir.Perhatikan pencegahan
infeksi atau penularan droplet atau peralatan ketika
mentatalaksana atau memberikan alat pemberian oksigen
kepada pasien.
Kenali kegagalan napas hipoksemia berat
Pasien dengan distress napas yang gagal dengan terapi standar
oksigen termasuk gagal napas hipoksemia berat.Pasien masih
menunjukkan usaha napas yang berat walaupun sudah
diberikan oksigen dengan masker dengan reservoir (kecepatan
aliran 10-15 liter/menit). Gagal napas hipoksemia pada ARDS
biasanya gagalnya ventilasi-perfusi intrapulmonar dan biasanya
harus mendapatkan ventilasi mekanik.2
b. Tatalaksana Khusus
Pasien dengan hasil pemeriksaan RT antibodi positif yang dirawat
di Rumah Sakit akan diberikan obat sebagai berikut, sampai hasil
pemeriksaan spesifik terbukti negatif:
Antibiotik empiris: Makrolide yaitu, azitromicin 1x500 mg
selama 5-7 hari atau, Fluoroquinolone yaitu, Levofloxacin
1x750mg selama 7 hari
Antivirus
Vitamin C dosis tinggi selama 14 hari
Chloroquine phosphate dapat ditambahkan pada pasien dengan
kondisi berat
Terapi simptomatik sesuai dengan gejala
Hepatoprotektor bila SGOT dan SGPT meningkat
Obat-obat lain sesuai penyakit penyerta
c. Pencegahan
a. Pencegahan Level Individu
Upaya Kebersihan Personal dan Rumah
Terdapat beberapa prinsip yang perlu diikuti untuk membantu
mencegah COVID-19, yaitu menjaga kebersihan diri/personal
dan rumah dengan cara: 19,20
1. Mencuci tangan lebih sering dengan sabun dan air setidaknya
20 detik atau menggunakan pembersih tangan berbasis
alkohol (hand sanitizer), serta mandi atau mencuci muka jika
memungkinkan, sesampainya rumah atau di tempat bekerja,
setelah membersihkan kotoran hidung, batuk atau bersin dan
ketika makan atau mengantarkan makanan.
2. Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan tangan
yang belum dicuci
3. Jangan berjabat tangan
4. Hindari interaksi fisik dekat dengan orang yang memiliki
gejala sakit
5. Tutupi mulut saat batuk dan bersin dengan lengan atas bagian
dalam atau dengan tisu lalu langsung buang tisu ke tempat
sampah dan segera cuci tangan
6. Segera mengganti baju/mandi sesampainya di rumah setelah
berpergian
7. Bersihkan dan berikan desinfektan secara berkala pada
benda-benda yang sering disentuh dan pada permukaan
rumah dan perabot (meja, kursi, dan lain-lain), gagang pintu,
dan lain-lain.
Peningkatan Imunitas Diri dan Mengendalikan Komorbid
Dalam melawan penyakit COVID-19, menjaga sistem imunitas
diri merupakan hal yang penting, terutama untuk mengendalikan
penyakit penyerta (komorbid). Terdapat beberapa hal yang dapat
meningkatan imunitas diri pada orang yang terpapar COVID-19,
yaitu sebagai berikut:
1. Konsumsi gizi seimbang
2. Aktifitas fisik/senam ringan
3. Istirahat cukup
4. Suplemen vitamin
5. Tidak merokok
6. Mengendalikan komorbid (misal diabetes mellitus, hipertensi,
kanker).
2.1.9 Prognosis
Prognosis COVID-19 dipengaruhi banyak faktor. Suatu penelitian
melaporkan tingkat mortalitas pasien COVID-19 berat mencapai 38% dengan
median lama perawatan ICU hingga meninggal sebanyak 7 hari.Peningkatan
kasus yang cepat dapat membuat rumah sakit kewalahan degan beban pasien yang
tinggi. Hal ini meningkatkan laju mortalitas di fasilitas tersebut.Laporan lain
menyatakan perbaikan eosinofil pada pasien yang awalnya eosinofil rendah
diduga menjadi prediktor kesembuhan.
Reinfeksi pasien yang sudah sembuh masih kontroversial.Studi pada
hewan menyatakan kera yang sembuh tidak dapat terkena COVID-19, tetapi telah
ada laporan yang menemukan pasien kembali positif dalam 5-13 hari setelah
negatif dua kali berturut-turut dan dipulangkan dari rumah sakit. Hal ini
kemungkinan karena reinfeksi atau hasil negatif palsu saat pengecekan
2.2 Vaksin
2.2.1 Definisi
Vaksin berasal dari Bahasa Latin “Vaccine” dari bakteri Variolae
vaccinae yang pertama kali didemonstrasikan pada 1798 yang dapat mencegah
dampak dari smallpox atau cacar pada manusia.21 Edward Jenner mengembangkan
vaksin pertama pada 1796 yaitu menggunakan cacar sapi untuk diinokulasi
terhadap cacar. Hal tersebut pada akhirnya menjadi suatu agen pemberantas cacar
secara global, yang secara resmi dinyatakan pada tahun 1980.Sejak itu, vaksin
telah membantu menekan penyebaran beberapa penyakit menular.Hingga hari ini,
seluruh manusia hidup dalam periode pengembangan vaksin yang paling
sukses.Hal tersebut tidak menutup kemungkinan vaksin dapat digunakan untuk
mencegah penyebaran covid-19 sedang melanda dunia.21,22
2.2.2 Jenis Vaksin
a. Vaksin Inaktif
Vaksin inaktif mengandung seluruh atau sebagian kecil dari bakteri atau
virus yang telah terbunuh.21 Teknologi inaktif dapat dilakukan melalui proses
kimia, termal, dan lain sebagainya, Hal tersebut dapat bervariasi berdasarkan
strain virus, namun sebagian besar proses pembuatannya menggunakan
formaldehid, betapropiolactone (BPL) atau radiasi ultraviolet. 21,22 Salah satu
vaksin yang menggunakan pendekatan teknologi ini adalah vaksin influenza.
vaksin ini juga membutuhkan dosis berulang. Adjuvan seperti garam aluminium
sering ditambahkan ke vaksin ini.Adjuvan adalah zat yang membantu
memperkuat dan memperpanjang respons kekebalan terhadap vaksin. Akibatnya,
reaksi lokal umum (seperti sakit pada lengan) mungkin lebih sering terjadi.22
d. Vaksin Subunit
Vaksin subunit mencakup satu atau lebih antigen (RBD, S1, dan S2)
dengan imunogenisitas kuat yang mampu menstimulasi sistem imun inang secara
efisien.Secara umum, jenis vaksin ini lebih aman dan lebih mudah untuk
diproduksi, tetapi seringkali membutuhkan penambahan bahan pembantu untuk
memperoleh respon mun protektif yang kuat. Sejauh ini, beberapa lembaga telah
memprakarsai program vaksin subunit SARS-CoV-2, dan hampir semuanya
menggunakan protein S sebagai antigen.22 Komponen mikroorganisme yang
diajdikan vaksin adalah seperti protein spesifik, polisakarida, atau asam nukleat.21
e. Vaksin Toksoid
WHO menjelaskan vaksin toksoid adalah suatu vaksin yang dibuat dari
toksin (racun) yang sudah tidak berbahaya lagi, namun masih dapat merangsang
respon imun melawan toksin tersebut.Toksin berbasis protein tidak berbahaya dan
digunakan sebagai antigen yang dapat merangsang kekebalan.Salah satu kelebihan
vaksin toksoid adalah stabil dan tidak begitu terpengaruh oleh perubahan suhu,
sinar dan kelembaban. Namun, membutuhkan beberapa dosis dan biasanya
membutuhkan adjuvant.22
f. Vaksin DNA
Vaksin DNA biasanya terdiri dari molekul DNA plasmid yang
mengkodekan satu atau lebih antigen.Teknologi ini melibatkan pengenalan asam
nukleat ke dalam sel inang yang kemudian mengarahkan sintesis polipeptida yang
dikodekan dan menstimulasi respon imun.Namun, respons imun yang ditunjukkan
lebih rendah dibandingkan dengan penggunaan vaksin konvensional seperti
vaksin inaktif dan vaksin virus yang dilemahkan.Alasan kekurangan vaksin DNA
ini tidak jelas, tetapi kemungkinan disebabkan karena pengiriman DNA yang
tidak efisien ke dalam sel manusia dan stimulasi sistem imun manusia yang tidak
memadai.
g. Vaksin mRNA
Vaksin mRNA adalah teknologi yang berkembang pesat untuk
mengobati penyakit menular dan kanker.Vaksin berbasis RNA lebih
menguntungkan dibandingkan vaksin berbasis DNA karena antigen dapat segera
diterjemahkan dari vaksin RNA setelah antigen tersebut memasuki sitoplasma.Hal
tersebut meningkatkan efisiensi transfeksi sehingga perlu adanya efek pada
imunogenisitas22.Moderna, Inc. telah memulai uji klinis fase I untuk mRNA-1273,
vaksin mRNA, yang mengkode protein viral spike (S) dari SARSCoV-2.22,23
Tabel 2.1 Contoh vaksin didasarkan pada jenis pembuatannya21
2.2.3 Pembuatan Vaksin
Dalam pembuatan vaksin secara umum melalui proses pencampuran
dengan fluida (air atau garam), bahan aditif atau pengawet, dan beberapa adjuvant
(bahan pembantu). Secara umum bahan ini disebut dengan excipient.22
Preservative atau bahan pengawet berfungsi untuk memastikan kesterilan
vaksin selama masa vaksin tersebut dapat digunakan.Penambahan bahan ini juga
berguna selama masa pembuatan untuk mencegah kontaminasi mikroba. Namun,
tidak semua bahan pengawet ini dapat digunakan pada seluruh vaksin. 21Contoh
bahan pengawet yang telah digunakan pada vaksin ditunjukkan oleh tabel 2.2
Gambar 2.1 Pengembang vaksin Covid-19 berdasarkan jenis dan lokasi
Tabel 2.4 Dosis dan Cara Pemberian Berbagai Jenis Vaksin COVID-19 \
Reaksi anafilaktik adalah reaksi hipersensitifitas sistemik yang terjadi
dengan cepat (umumnya 5-30 menit sesudah suntikan) serius dan mengancam
jiwa. Jika reaksi tersebut cukup hebat dapat menimbulkan syok yang disebut
sebagai syok anafilaktik..Tatalaksana reaksi ini harus cepat dan tepat mulai dari
penegakkan diagnosis sampai pada terapinya di tempat kejadian, dan setelah stabil
baru dipertimbangkan untuk dirujuk ke RS terdekat.26
Tanda awal anafilaktik adalah kemerahan (eritema) menyeluruh dan gatal
(urtikaria) dengan obstruksi jalan nafas atas dan/atau bawah.Pada kasus berat
dapat terjadi keadaan lemas, pucat, hilang kesadaran dan hipotensi.Petugas harus
terlatih dalam penanganan anafilaktik, memiliki kesiapan kit anafilaktik yang
lengkap untuk tatalaksana reaksi anafilaktik dan memiliki akses yang cepat untuk
merujuk pasien. Berikut adalah langkah penanganan anafilaktik: 26
a. Nilai sirkulasi pasien, jalan nafas, pernafasan, status mental, kulit, dan berat
badan (massa).
b. Berikan epinefrin (adrenalin) intramuskular pada regio mid-anterolateral paha,
0,01 mg/kg larutan 1:1000 (1mg/ml), maksimum 0,5 mg (dewasa): catat waktu
pemberian dosis dan ulangi 5-15 menit jika diperlukan. Kebanyakan pasien
respon terhadap 1-2 dosis.
c. Letakkan pasien telentang atau pada posisi paling nyaman jika terdapat distres
pernafasan atau muntah; elevasi ekstremitas bawah; kejadian fatal dapat terjadi
dalam beberapa detik jika pasien berdiri atau duduk tiba-tiba.
d. Jika diperlukan, berikan oksigen aliran tinggi (6-8L/menit) dengan masker atau
oropharyngeal airway.
e. Berikan akses intravena menggunakan jarum atau kateter dengan kanula
diameter besar(14-16 G), Jika diperlukan, berikan 1-2 liter cairan NaCl 0,9%
(isotonik) salin dengan cepat (mis: 5-10 ml/kg pada 5-10 menit awal pada orang
dewasa).
f. Jika diperlukan, lakukan resusitasi kardiopulmoner dengan kompresi dada
secara kontinyu dan amankan pernafasan.
g. Monitor tekanan darah pasien, denyut dan fungsi jantung, status pernafasan dan
oksigenasi pasien sesering mungkin dalam interval regular.
h. Monitor tekanan darah pasien, denyut dan fungsi jantung, status pernafasan dan
oksigenasi pasien sesering mungkin dalam interval regular.
2.3 Penerimaan
BAB 3
ANALISIS SITUASI
Gambar 3.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo Tahun 20191
TB 87% Cukup
3 Program PTM
Tabel 3.7 Data 10 Penyakit Terbanyak di Puskesmas Nan Balimo Tahun 20191
NO NAMA PENYAKIT JUMLAH PASIEN
1 Infeksi Akut 254
2 Gastritis 135
3 Penyakit Lain 128
Penyumbatan Saluran
Pernafasan Atas
4 Common Cold 79
5 Hipertensi 76
6 Rheumatik 73
7 Febris 67
8 Influenza 67
9 Penyakit Kulit Alergi 51
10 Penyakit Pulpa dan Gusi 45
Tabel 3.8 Data Penyakit Menular di Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo Tahun
20191
PENYAKIT MENULAR
KELURAHAN
TB Paru ISPA Diare DBD DSS Campak HIV/AIDS
Nan Balimo 16 1429 293 5 1 0 1
Laing 3 701 119 2 0 1 2
Jumlah 19 2130 412 7 1 1 3
BAB 3
METODE PENELITIAN
2. Karakteristik Demografik
a. Usia
Definisi : Rentang kehidupan yang dinyatakan dalam tahun, sejak
responden dilahirkan hingga saat ulang tahun terakhir
Cara ukur : Pengisian Kuesioner
Alat ukur : Kuesioner karakteristik responden
Skala ukur : Ordinal
Hasil ukur : 1) 17-25 Tahun
2) 26-35 Tahun
3) 36-45 Tahun
4) 46-55 Tahun
5) 56-65 Tahun
b. Jenis Kelamin
Definisi : Perbedaan antara perempuan dengan laki-laki
secarabiologis sejak seseorang lahir.
Cara ukur : Wawancara dengan menggunakan kuesioner
Alat ukur : Kuesioner karakteristik responden.
Skala ukur : Nominal
Hasil ukur : 1) Laki-laki
2) Perempuan
Penetapan masalah
Pemilihan sampel
Pengambilan data
Analisis data
Hasil penelitian
Kesimpulan
Karakteristik Responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.1 Karakteristik Responden
Pada tabel 4.1 dapat dilihat bahwa jumlah subjek penelitian terbanyak
berada pada kelompok usia 25-29 tahun yaitu 11orang (36.6%) dan sisanya pada
kelompok usia 30-39 tahun sebanyak 9 orang (30%), usia 40-49 tahun sebanyak 4
orang (13.3%), usia 20-24 sebanyak 3 orang (10%) dan ≥50 tahun sebanyak 3
orang (10%). Sedangkan berdasarkan jenis kelamin, pada penelitian ini responden
perempuan lebih banyak daripada laki-laki yaitu sebanyak 27 orang (90%).
Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar responden berada di rentang nilai 55-75
yaitu sebanyak 20 responden (66.6%), sebanyak 7 responden berada dalam
rentang nilai sebesar 30-50 (23.3%), sebanyak 3 responden berada dalam rentang
nilai sebesar ≤20 (10%).
Penerimaan
Karakteristik Belum Total
Ya Tidak
responden memutuskan
N % N % N %
Usia
20-24 1 33.3 0 0 2 66.6 100
25-29 7 70 1 10 2 20 100
30-39 6 54.5 3 27.2 2 18.1 100
40-49 3 60 1 20 1 20 100
≥50 1 33.3 1 33.3 1 33.3 100
Jenis Kelamin
Laki-laki 3 100 0 0 0 0 100
Perempuan 13 48.1 6 22.2 8 29.6 100
Pernyataan (n / %)
0
Tidak yakin efektivitasnya
100
Saya takut jarumj Lain-lain
Berbagai faktor pendorong penerimaan pegawai puskesmas terhadap
vaksinasi di jabarkan pada tabel berikut ini:
Tabel 4.6 Faktor Pendorong terkait Penerimaan terhadap Vaksin COVID-19
Pernyataan Jumlah (n / %)
b. Posbindu
c. Dokter/Bidan/ RS swasta
d. Kantor/tempat kerja
e. Institusi Pendidikan seperti Universitas
Lainnya, sebutkan
Berdasarkan tabel di atas, faktor pendorong penerimaan vaksinasi yaitu
seluruh responden (100%) telah mendapatkan informasi seputar vaksin COVID-
19. Diantaranya melalui media sosial seperti Whatsapp, Facebook, Instagram,
Twitter sebanyak 18 orang (60%), sebanyak 13.3% melalui komunikasi tatap
muka dan melalui ≥ 2 cara. Sedangkan melalui platform online dan media cetak
sebanyak 6.6%. Selain itu, sebanyak 100% responden memilih mendapatkan
vaksinasi di Puskesmas.
4.3 Pembahasan
Penelitian ini diikuti oleh Pegawai Puskesmas Nan Balimo Kota Solok
yang berusia 20 tahun sampai dengan 50 tahun keatas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase terbanyak responden
berada di kelompok usia 25-29 tahun yaitu 11orang (36.6%). Sejalan dengan
Survei Penerimaan Vaksin COVID-19 di Indonesia, jumlah responden terbanyak
yakni berusia 26-35 tahun (32.7%)29
Berdasarkan jenis kelamin, responden perempuan berjumlah 27 (90%)
sedangkan laki-laki 3 orang (10%). Sedangkan berdasarkan Survei Penerimaan
Vaksin COVID-19 di Indonesia, jumlah responden laki-laki (52%) lebih banyak
daripada responden perempuan (47%).29
Ditinjau dari distribusi nilai pengetahuan Pegawai Puskesmas Nan
Balimo terhadap Vaksinasi COVID-19 sebagian besar responden berada di
rentang nilai 55-75 yaitu sebanyak 20 responden (66.6%).
Dari jumlah 30 responden di Nan Balimo, sebanyak 53.3% menerima
vaksinasi COVID-19. Pada Survei Penerimaan Vaksin COVID-19 di Indonesia
persentase responden yang menerima vaksinasi COVID-19 sebanyak 65%.29
Berdasarkan tabel 4.4, persentase jumlah responden terbanyak di Nan
Balimo yang menerima vaksinasi COVID 19 berada di rentang usia 25-29 tahun
yaitu sebanyak 70%. Persentase responden terbanyak yang menolak vaksinasi
COVID 19 berada di rentang usia ≥50 tahun. Persentase responden terbanyak
yang belum memutuskan terkait vaksinasi COVID-19 berada di rentang usia 20-
24 tahun yaitu sebanyak 66.6%
Berdasarkan jenis kelamin, persentase responden di Nan Balimo yang
berjenis kelamin laki-laki lebih banyak menerima vaksinasi COVID-19 yaitu
100%, sedangkan perempuan sebanyak 48.1%. Persentase responden perempuan
lebih banyak menolak vaksinasi COVID-19 daripada laki-laki yaitu 22.2%.
Persentase responden perempuan juga lebih banyak belum memutuskan terkait
vaksinasi COVID-19 daripada laki-laki yaitu 29.6%. Dalam Survei Penerimaan
Vaksin COVID-19 di Indonesia , tingkat penerimaan vaksin COVID-19 antara
responden laki-laki dan perempuan hampir sama, yakni 65%. Sebanyak 10%
responden laki-laki menyatakan menolak divaksin. Lebih jauh, responden
perempuan tampak lebih ragu (belum memutuskan) sebanyak 30%.29
Berdasarkan tabel 4.5, faktor penghambat responden dalam penerimaan
vaksinasi COVID-19 adalah kepercayaan agama (100%)
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyimpulkan sebagai berikut:
1. Karakteristik pegawai puskesmas yang mengikuti penelitian ini paling
banyak berada pada rentang umur 25-29 tahun, dengan jenis kelamin
perempuan lebih banyak daripada laki-laki
2. Gambaran pengetahuan pegawai puskesmas terhadap vaksinasi Covid-19
terbanyak berada dalam rentang nilai 55-75 yaitu sebanyak 66.6%.
Namun, masih terdapat sebanyak10% responden dengan nilai ≤ 20.
3. Gambaran penerimaan pegawai puskesmas terhadap vaksinasi COVID-
19 sebanyak 53.3%. Namun masih terdapat 20% responden yang
menolak vaksinasi tersebut. Sedangkan sebanyak 26.6% masih belum
memutuskan terkait vaksinasi. Berdasarkan usia, persentase yang
menerima vaksinasi COVID 19 berada di rentang usia 25-29 tahun yaitu
sebanyak 70%. Berdasarkan jenis kelamin, responden laki-laki menerima
vaksinasi sebanyak 100% , sedangkan perempuan 48.1%
4. Faktor penghambat terkait penerimaan vaksin COVID-19 terbanyak
adalah kepercayaan agama (100%). Faktor pendorong responden terkait
penerimaan vaksinasi adalah telah mendapatkan informasi seputar vaksin
COVID 19
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian, pembahasan, dan kesimpulan serta manfaat yang
ingin dicapai dalam penelitian ini maka peneliti mengajukan saran sebagai
berikut:
1. Bagi peneliti selanjutnya, perlu adanya penelitian lanjutan mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan pegawai puskesmas
terhadap vaksin COVID-19 serta penelitian dapat dilakukan dengan
jumlah sampel yang lebih besar.
2. Kepercayaan pada pegawai puskesmas harus lebih ditingkatkan agar
dapat memberikan edukasi dan informasi kepada masyarakat terkait
vaksin COVID-19. Karena pekerja medis merupakan sumber informasi
terpercaya bagi masyarakat selain media sosial.
DAFTAR PUSTAKA
KUESIONER GAMBARAN
PENGETAHUAN DAN PENERIMAAN
PEGAWAI PUSKESMAS TERHADAP
VAKSINASI COVID-19 DI PUSKESMAS
NAN BALIMO
KOTA SOLOK
Nama (inisial) :
Jenis Kelamin :
Umur :
Pekerjaan :
10. Dosis dan cara penyuntikan vaksin COVID-19 yang benar adalah:
a. 0.05 ml secara intradermal
b. 0.05 ml secara intramuscular
c. 0.05 ml secara subkutan
d. 0.05 ml secara intrafasia
15. Manakah diantara kelompok vaksin berikut ini yang sensitive panas?
a. BCG,MR, dan bOPV
b. Td, BCG, dan IPV
c. Campak, DPT.HB-HiB dan DT
d. Hanya IPV
16. Apabila terdapat vaksin sensitif beku yang dicurigai pernah terpapar
suhu minus, maka perlu dilakukan:
a. Uji kocok
b. Uji validasi VVM
c. Mengatur suhu lemari es
d. Membuang vaksin tersebut
18. Jenis vaksin di bawah ini harus disimpan pada suhu 2 s.d 8 C, kecuali :
a. DPT-HB-Hib
b. Polio (bOPV)
c. COVID-19
d. Polio (IPV)
19. Peralatan dan bahan yang harus tersedia pada setiap pelayanan imunisasi
adalah:
a. Vaksin, Auto Disable Syringe (ADS)
b. Kit anafilaktik
c. Vaccine carrier dan coolpack
d. Semua benar
20. Pada label vaksin tertulis ED Oktober 2021 artinya vaksin boleh
digunakan untuk pelayanan imunisasi sampai tanggal:
a. 1 Oktober 2021
b. 30 September 2021
c. 31 Oktober 2021
d. 1 November 2021
21. Vaksin golongan freeze sensitive yang sudah dibuka di puskesmas atau
rumah sakit tetapi masih belum habis maka vaksin tersebut masih dapat
digunakan sampai 4 minggu, kecuali:
a. Belum kadaluarsa
b. Tersimpan pada suhu 20 s.d 80 C
c. Label sudah terlepas
d. VVM masih A atau B
22. Di bawah ini merupakan salah satu tujuan dari dilakukannya
monitoring dan evaluasi kegiatan imunisasi :
a. Memilih wilayah dengan cakupan yang tinggi atau
menyatakan sudah selesai kegiatan
b. Memastikan bahwa kegiatan dilaksanakan sesuai panduan standar
c. Melaksanakan alur proses layanan imunisasi
d. Melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala dan berjenjang
27. Apakah Anda tahu bahwa Pemerintah Republik Indonesia (RI) berencana
memberikan vaksin COVID-19? (catatan: Vaksin dapat diberikan dalam satu
atau dua dosis atau lebih dan diberikan melalui suntikan)
A. Ya
B. Tidak
30. Demi kenyamanan Anda, Anda lebih memilih mendapatkan Vaksin di?
a. Puskesmas
b. Posbindu
c. Dokter/Bidan/ RS swasta
d. Kantor/tempat kerja
e. Institusi Pendidikan seperti Universitas
f. Lainnya, sebutkan
LAMPIRAN 2 :Dokumentasi