Anda di halaman 1dari 69

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PENERIMAAN PEGAWAI

PUSKESMAS TERHADAP VAKSINASI COVID-19 BERDASARKAN USIA


DAN JENIS KELAMIN DI PUSKESMAS NAN BALIMO KOTA SOLOK

Oleh Dokter Internsip Periode 26 November 2020 s.d 25 Februari 2021

1. dr. Virly Tiffany


2. dr. Frinska Pagita Revi

Pembimbing:
dr. Venny Novi Yarsi

PUSKESMAS NAN BALIMO KOTA SOLOK


2021

HALAMAN PENGESAHAN

Mini Project
Judul Laporan : GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PENERIMAAN PEGAWAI
PUSKESMAS TERHADAP VAKSINASI COVID-19 DI
PUSKESMAS NAN BALIMO KOTA SOLOK

Periode : 26 November 2020 – 25 Februari 2021


Pelaksana : dr. Virly Tiffany
dr. Frinska Pagita Revi

Meng
etahui
/meny
etujui

Pembimbing Kepala
Puskesmas Nan Balimo

dr. Venny Novi Yarsi dr. Uswatun Hasanah


NIP. NIP.
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’aalamiin, puji dan syukur


kehadirat Allah SWT penulis ucapkan atas kehadirat-Nya
yang telah melimpahkan ilmu, akal, pikiran, dan waktu,
sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil yang berjudul
“GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PENERIMAAN
PEGAWAI PUSKESMAS TERHADAP VAKSINASI
COVID-19 DI PUSKESMAS NAN BALIMO KOTA
SOLOK”

Laporan mini project ini merupakan salah satu syarat


untuk menyelesaikan program dokter internsip di Puskesmas
Nan Balimo.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. Venny
Novi Yarsi, dr. Uswatun Hasanah, dan dr. Ghea Kananda
sebagai pembimbing yang telah membimbing kami dalam
penulisan makalah ini. Tidak lupa kami berterimakasih
kepada dr. Uswatun Hasanah sebagai Kepala Puskesmas Nan
Balimo Kota Solok, dr. Ghea Kananda sebagai fasilitator
beserta seluruh staf Puskesmas yang telah meluangkan waktu
untuk membimbing kami selama menyelesaikan laporan
makalah ini.
Tentunya penulisan laporan mini project ini sangat
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua
pihak.
Solo
k, Februari
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Coronavirus (CoV)merupakan keluarga besar virus yang menularkan
penyakit antara hewan dan manusia atau disebut dengan zoonosis.Ada setidaknya
dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat
menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS-
CoV) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS-CoV).Penelitian
menyebutkan bahwa SARS-CoV ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke
manusia dan MERS-CoV dari unta ke manusia. SARS-CoV-2 adalah virus jenis
baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia dengannama
penyakitnya adalah Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Virus dan penyakit
ini diketahui berawal dari kota Wuhan, Provinsi Hubei, China pada 31 Desember
2019.1 Tanda dan gejala klinis yang dilaporkan pada sebagian besar kasus adalah
demam, dengan beberapa kasus mengalami kesulitan bernapas, dan hasil rontgen
menunjukkan infiltrat pneumonia luas di kedua lapang paru.1,2
Penambahan jumlah kasus COVID-19 berlangsung cukup cepat dan
sudah terjadi penyebaran ke luar wilayah Wuhan dan negara lain. Pada tanggal 30
Januari 2020 WHO sudah menetapkanCOVID-19 sebagai Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat Yang Meresahkan Dunia/ Public Health Emergency of International
Concern (KKMMD/PHEIC).1Pada tanggal 11 Maret 2020, WHO mengumumkan
bahwa COVID-19 telah menjadi pandemi di dunia. 1,3Per tanggal 15Februari 2021,
jumlah kasus penyakit ini mencapai angka 108.579.352 jiwa yang tersebar di 223
negara, dan 187 negara dengan transmisi lokal termasuk Indonesia.4Pada tanggal
15 Februari 2021 Indonesia telah melaporkan 1.223.930kasus konfirmasi positif
COVID-19 dengan CFR2,2% dan dengan wilayah transmisi lokal sudah tersebar
di seluruh provinsi.5 Sumatera Barat berada pada peringkat ke-9 dengan angka
kasus konfirmasi Covid-19 mencapai 28182 kasus.5,6Per tanggal 15Februari 2021,
persentase tertinggi kasus kematian pasien covid-19 di Sumatera Barat terjadi di
Kabupaten Pasaman Barat (6,11%) dengan jumlah jumlah kasus meninggal 33
orang dari 540 warga terinfeksi.7
Sampai saat ini, situasi COVID-19 di tingkat global, nasional maupun
lokal masih dalam risiko sangat tinggi.Untuk itu, upaya penanggulangan dan
pencegahan penularan COVID 19 masih sangat diperlukan pada saat sekarang.
Pengembangan vaksin dianggap sebagai strategi kunci untuk mengakhiri pandemi
COVID-19 termasuk di Indonesia.8 Saat ini pemerintah
sedangmencanangkanprogram pemberian dan pendistribusian vaksin tahap
pertama ke seluruh provinsi di Indonesia dengan total sasaran vaksinasinya adalah
sebanyak 181.554.465 orang dengan1.468.764 diantaranya adalah para tenaga
kesehatan.Pada tanggal 15 Februari 2021, jumlah penerima vaksin COVID-19 di
Indonesia telah mencapai 1.096.095 orang pada vaksinasi 1 dan 482.625 pada
vaksinasi ke-2.9
Tenaga kesehatan memiliki peran penting dalam mensukseskan program
vaksinasi ini, karena masyarakat akan lebih percaya nantinya dengan rekomendasi
dari petugas kesehatan. Selain itu, kepercayaan terhadap keamanan dan efek dari
vaksin juga merupakan faktor penting dalam kesediaan para penerima vaksin.
Untuk itu, kepercayaan mengenai vaksin ini terlebih dahulu perlu dibentuk dari
petugas kesehatan agar programini dapat berjalan dengan baik.2,10

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalahnya
adalah “Bagaimana gambaran pengetahuan dan penerimaan pegawai puskesmas
terhadap vaksinasi COVID-19 di Puskesmas Nan Balimo Kota Solok?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran
pengetahuan dan penerimaan pegawai puskesmas terhadap vaksinasi COVID-19
di Puskesmas Nan Balimo Kota Solok.

1.3.2 Tujuan Khusus


Tujuan khusus penelitian ini adalah:
1. Mengetahui gambaran pengetahuan pegawai puskesmas terhadap vaksinasi
COVID-19 di Puskesmas Nan Balimo Kota Solok
2. Mengetahui gambaran penerimaan berdasarkan karakteristik usia dan
jenis kelamin pegawai Puskesmas Nan Balimo Kota Solok
3. Mengetahui gambaran faktor pendorong dan penghambat penerimaan
pegawai puskesmas terhadap vaksinasi COVID-19

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan
kepada penulis terkait gambaran pengetahuan dan penerimaan pegawai puskesmas
terhadap vaksinasi COVID-19 di Puskesmas Nan Balimo Kota Solok sehingga
dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.
1.4.2 Manfaat Praktis
Memberi informasi bagi puskesmas mengenai gambaran pengetahuan dan
penerimaan pegawai puskesmas terhadap vaksinasi COVID-19 di Puskesmas Nan
Balimo Kota Solok dan dapat dijadikan sebagai data dasar untuk pengembangan
partisipasi tenaga kesehatan mengenai program pencegahan dan
penanggulangan COVID-19 terutama mengenai vaksin COVID-19.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 COVID-19
2.1.1 Definisi
Virus corona adalah keluarga besar virus yang dapat menyebabkan
penyakit mulai dari gejala ringan sampai berat.Ada setidaknya dua jenis virus
corona yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala
berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS CoV) dan Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS-CoV).Virus corona adalah zoonosis (ditularkan
antara hewan dan manusia).1 Novel virus corona (2019-nCoV) adalah virus jenis
baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus corona
bersifat sensitif terhadap panas dan secara efektif dapat diinaktifkan oleh
desinfektan mengandung klorin.11
Virus corona merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan
tidak bersegmen. Virus corona tergolong ordo Nidovirales, keluarga
Coronaviridae.Coronaviridae dibagi dua sub keluarga dibedakan berdasarkan
serotipe dan karakteristik genom. Terdapat empat genus yaitu alpha virus corona,
betavirus corona, deltavirus corona dan gamma virus corona.1

Gambar 2.1.Struktur Corona Virus12


Coronavirus merupakan virus RNA straintunggal positif, berkapsul dan
tidak bersegmen. Terdapat 4 struktur protein utama pada Coronavirus yaitu:
protein N (nukleokapsid), glikoprotein M (membran), glikoprotein spike S
(spike), protein E (selubung).1 Struktur virus corona membentuk struktur seperti
kubus dengan protein S berlokasi di permukaan virus. Protein S atau spike protein
merupakan salah satu protein antigen utama virus dan merupakan struktur utama
untuk penulisan gen. Protein S ini berperan dalam penempelan dan masuknya
virus kedalam sel host (interaksi protein S dengan reseptornya di sel inang).1

2.1.2 Epidemiologi
Sejak dilaporkannya kasus pertama di Wuhan, terjadi peningkatan kasus
COVID-19 di China setiap hari dan memuncak diantara akhir Januari hingga awal
Februari 2020. Tanggal 30 Januari 2020, telah terdapat 7.736 kasus terkonfirmasi
COVID-19 di China, dan 86 kasus lain dilaporkan dari berbagai negara seperti
Taiwan, Thailand, Vietnam, Malaysia, Nepal, Sri Lanka, Kamboja, Jepang,
Singapura, Arab Saudi, Korea Seltan, Filipina, India, Australia, Kanada,
Finlandia, Prancis, dan Jerman.13
Menurut data statistik WHO sampai dengan tanggal 15Februari 2021
menyebutkan bahwa pasien dengan infeksi COVID-19 di seluruh Dunia sudah
mencapai 108.579.352 kasus pada 223 negara dengan angka kematian 1.835.901
kasus. Saat ini data terus berubah seiring dengan berjalannya waktu.4
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pertama kali melaporkan
kasus COVID-19 pada tanggal 2 Maret 2020 yang dimulai dari 2 kasus di
Provinsi Jawa Barat. Per pada tanggal 15Februari 2021, Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia melaporkan infeksi COVID-19 di Indonesia mencapai
1.223.930 kasus dengan angka kematian 33.367 kasus, dan jumlah pasien yang
pulih 1.032.065 kasus. Pada saat sekarang wilayah transmisi lokal sudah tersebar
di seluruh provinsi.5Data ini menunjukkan bahwa kasus COVID-19 masih tinggi
dan beresiko serta cenderung akan terus meningkat.5

Menurut data statistik Kementrian Kesehatan Republik Indonesia sampai


dengan tanggal 15 Februari 2021 menyebutkan bahwa Sumatera Barat berada
pada peringkat ke-9 dengan angka kasus konfirmasi Covid-19 mencapai 28182
kasus. 5,6Rincian jumlah kasus di Sumatera Barat yaitu pasien sembuh sebanyak
26342, meninggal sebanyak 634 kasus, sedangkan kasus aktif sebanyak 1206
kasus.6 Per tanggal 15 Februari 2021, persentase tertinggi kasus kematian pasien
covid-19 di Sumatera Barat terjadi di Kabupaten Pasaman Barat (6,11%) dengan
jumlah jumlah kasusmeninggal 33 orang dari 540 warga terinfeksi.7

2.1.3 Etiologi dan Transmisi


Berdasarkan sampel hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh WHO pada
pasien yang terkena virus corona, WHO mengumumkan penyebab COVID-19
adalah virus Severe Acute Respiratory syndrome Corana Virus-2 (SARS-CoV-
2).SARS-CoV-2 atau COVID-19 merupakan virus Zoonotik atau penularannnya
dari hewan ke manusia.Vektor utama COVID-19 adalah hewan, seperti unta,
kucing, kelelawar, tikus, dan musang. Wabah Virus corona sebelumnya yaitu
Severe acute respiratory syndrome (SARS) yang terjadi pada tahun 2002 awalnya
di Guangdong China, ditemukan sebanyak 8.000 kasus dengan 10% kematian
penyebabnya adalah kelelawar dan musang. Wabah Middle-East Respiratory
Syndrome (MERS) yang terjadi pada tahun 2000 awalnya di Arab Saudi sebanyak
2000 kasus dengan 37% kematian dari Kelewar - unta.1,2
Saat ini, penyebaran SARS-CoV-2 dari manusia ke manusia menjadi
sumber transmisi utama sehingga penyebaran menjadi lebih agresif.Transmisi
SARS-CoV-2 dari pasien simptomatik terjadi melalui kontak erat dan droplet
yang keluar saat batuk atau bersin.Droplet merupakan partikel berisi air dengan
diameter >5-10 μm.Penularan droplet terjadi ketika seseorang berada pada jarak
dekat (dalam 1 meter) dengan seseorang yang memiliki gejala pernapasan
(misalnya, batuk atau bersin) sehingga droplet berisiko mengenai mukosa (mulut
dan hidung) atau konjungtiva (mata).Penularan juga dapat terjadi melalui benda
dan permukaan yang terkontaminasi droplet di sekitar orang yang terinfeksi. Oleh
karena itu, penularan virus COVID-19 dapat terjadi melalui kontak langsung
dengan orang yang terinfeksi dan kontak tidak langsung dengan permukaan atau
benda yang digunakan pada orang yang terinfeksi (misalnya, stetoskop atau
termometer).1
Belum dipastikan berapa lama virus penyebab COVID-19 bertahan di
atas permukaan, tetapi perilaku virus ini menyerupai jenis-jenis coronavirus
lainnya.Lamanya coronavirus bertahan mungkin dipengaruhi kondisi-kondisi
yang berbeda (seperti jenis permukaan, suhu atau kelembapan
lingkungan).Penelitian menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 dapat bertahan selama
72 jam pada permukaan plastik dan stainless steel, kurang dari 4 jam pada
tembaga dan kurang dari 24 jam pada kardus. Seperti virus corona lain, SARS-
COV-2 sensitif terhadap sinar ultraviolet dan panas. Efektif dapat dinonaktifkan
dengan pelarut lemak (lipid solvents) seperti eter, etanol 75%, ethanol, disinfektan
yang mengandung klorin, asam peroksiasetat, dan khloroform (kecuali
khlorheksidin).14
Dalam konteks COVID-19, transmisi melalui udara dapat dimungkinkan
dalam keadaan khusus dimana prosedur atau perawatan suportif yang
menghasilkan aerosol seperti intubasi endotrakeal, bronkoskopi, suction terbuka,
pemberian pengobatan nebulisasi, resusitasi kardiopulmoner dan lain
sebagainya.Transmisi melalui udara ini masih harus diperlukan penelitian lebih
lanjut.1 SARS-CoV-2 telah terbukti menginfeksi saluran cerna berdasarkan hasil
biopsi pada sel epitel gaster, duodenum, dan rektum.Virus dapat terdeteksi di
feses, bahkan ada 23% yang dilaporkan virusnya tetap terdeteksi dalam feses
walaupun sudah tak terdeteksi pada sampel saluran napas.Kedua fakta ini
menguatkan dugaan kemungkinan transmisi secara fekal-oral. Penelitian
mengatakan bahwa tringgiling, mamalia dan burung di duga menjadi reservoir
perantara, hal ini dikarenakan genom yang hampir mirip dengan SARS-Co V-2.14

2.1.4 Faktor Risiko


Beberapa faktor risiko yang ditetapkan oleh Centers for Disease Control
and Prevention (CDC) adalah kontak erat, termasuk tinggal satu rumah dengan
pasien COVID-19 dan riwayat perjalanan ke area terjangkit. Berada dalam satu
lingkungan namun tidak kontak dekat (dalam radius 2 meter) dianggap sebagai
risiko rendah. Tenaga medis merupakan salah satu populasi yang berisiko tinggi
tertular.15
Berdasarkan data yang sudah ada, penyakit komorbid hipertensi dan
diabetes melitus, penyakit jantung, penyakit ginjal, penyakit hati kronik, kanker,
dan perokok aktif merupakan faktor risiko dari infeksi SARS-CoV-2. Pada
perokok, hipertensi, dan diabetes melitus, diduga ada peningkatan ekspresi
reseptor ACE2.16 Studi meta-analisis menunjukkan bahwa pasien COVID-19
dengan riwayat penyakit sistem respirasi akan cenderung memiliki manifestasi
klinis yang lebih parah. Kanker diasosiasikan dengan reaksi imunosupresif,
sitokin yang berlebihan, supresi induksi agen proinflamasi, dan gangguan
maturasi sel dendritik. Pasien dengan sirosis atau penyakit hati kronik juga
mengalami penurunan respon imun, sehingga lebih mudah terjangkit COVID-19
dan dapat mengalami luaran yang lebih buruk.15

2.1.5 Patofisiologi
Virus terutama menginfeksi sel-sel pada saluran napas yang melapisi
alveoli. Kemudian virus akan berikatan dengan reseptor-reseptor dan membuat
jalan masuk ke dalam sel. Glikoprotein yang terdapat pada envelop spike virus
akan berikatan dengan reseptor selular berupa ACE2. Di dalam sel, virus
melakukan duplikasi materi genetik dan mensintesis prtein-protein yang
dibutuhkan, kemudian membentuk virion baru yang muncul di permukaan sel.
Setelah virus masuk ke dalam sel, genom RNA virus akan dikeluarkan ke
sitoplasma sel dan ditranslasikan menjadi dua poliprotein dan protein struktural.
Kemudian, genom virus akan mulai untuk bereplikasi. Glikoprotein pada pada
selubung virus yang baru terbentuk masuk ke dalam membran retikulum
endoplasma.Terjadi pembentukan nukleokapsid yang tersusun dari genom RNA
dan protein nukleokapsid. Partikel virus akan tumbuh ke dalam retikulum
endoplasma. Pada tahap akhir, vesikel yang mengandung partikel virus akan
bergabung dengan membran plasma untuk melepaskan komponen virus yang
baru.17

Faktor virus dan pejamu memiliki peran dalam infeksi COVID-


19.Disregulasi sistem imun berperan dalam kerusakan jaringan pada infeksi
COVID-19.Respon imun yang tidak adekuat menyebabkan replikasi virus dan
kerusakan jaringan.Sedangkan, respon imun yang berlebihan dapat menyebabkan
kerusakan jaringan. Ketika virus masuk ke dalam sel, antigen virus akan
dipresentasikan ke antigen presentation cells (APC). Presentasi antigen
selanjutnya menstimulasi respon imunitas humoral dan selular tubuh yang
dimediasi oleh sel T dan sel B yang spesifik terhadap virus.Pada respon imun
humoral terbentuk IgM dan IgG terhadap COVID-19. IgM hilang pada
akhirminggu ke-12 dan IgG dapat bertahan jangka panjang.15

2.1.6 Manifestasi Klinis


Gejala-gejala yang dialami biasanya bersifat ringan dan muncul secara
bertahap.Beberapa orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala apapun dan
tetap merasa sehat.Gejala COVID-19 yang paling umum adalah demam, rasa
lelah, dan batuk kering. Beberapa pasien mungkin mengalami rasa nyeri dan sakit,
hidung tersumbat, pilek, nyeri kepala, konjungtivitis, sakit tenggorokan, diare,
hilang penciuman dan pembauan atau ruam kulit.1
Manifestasi klinis pasien COVID-19 memiliki spektrum yang luas, mulai
dari tanpa gejala (asimtomatik), gejala ringan, pneumonia, pneumonia berat,
ARDS, sepsis, hingga syok sepsis. Sekitar 80% kasus tergolong ringan atau
sedang, 13,8% mengalami sakit berat, dan sebanyak 6,1% pasien jatuh ke dalam
keadaan kritis. 18 Berdasarkan beratnya kasus, COVID-19 dibedakan menjadi
tanpa gejala, ringan, sedang, berat dan kritis.2
1) Tanpa gejala
Kondisi ini merupakan kondisi paling ringan.Pasien tidak
ditemukan gejala.
2) Ringan
Pasien dengan gejala tanpa ada bukti pneumonia virus atau tanpa
hipoksia.Gejala yang muncul seperti demam, batuk, fatigue,
anoreksia, napas pendek, mialgia.Gejala tidak spesifik lainnya
seperti sakit tenggorokan, kongesti hidung, sakit kepala, diare,
mual dan muntah, penghidu (anosmia) atau hilang pengecapan
(ageusia) yang muncul sebelum onset gejala pernapasan juga
seringdilaporkan.
3) Sedang

Pada pasien remaja atau dewasa : pasien dengan tanda klinis


pneumonia (demam, batuk, sesak, napas cepat) tetapi tidak ada
tanda pneumonia berat termasuk SpO2 > 93% dengan udara
ruangan ATAU Anak-anak : pasien dengan tanda klinis
pneumonia tidak berat (batuk atau sulit bernapas + napas cepat
dan/atau tarikan dinding dada) dan tidak ada tanda pneumonia
berat).
Kriteria napas cepat : usia <2 bulan, ≥60x/menit; usia 2–11bulan,
≥50x/menit ; usia 1–5 tahun, ≥40x/menit ; usia >5tahun,
≥30x/menit.
4) Berat /PneumoniaBerat
Pada pasien remaja atau dewasa : pasien dengan tanda klinis
pneumonia (demam, batuk, sesak, napas cepat) ditambah satu
dari: frekuensi napas > 30 x/menit, distres pernapasan berat, atau
SpO2 < 93% pada udara ruangan.
ATAU
Pada pasien anak : pasien dengan tanda klinis pneumonia (batuk
atau kesulitan bernapas), ditambah setidaknya satu dari berikut
ini:
 sianosis sentral atau SpO2<93%;
 distres pernapasan berat (seperti napas cepat, grunting, tarikan
dinding dada yang sangatberat);
 tanda bahaya umum : ketidakmampuan menyusu atau minum,
letargi atau penurunan kesadaran, ataukejang.
 Napas cepat/tarikan dinding dada/takipnea : usia <2bulan,
≥60x/menit; usia 2–11 bulan, ≥50x/menit; usia 1–5 tahun,
≥40x/menit; usia>5 tahun, ≥30x/menit.
5) Kritis
Pasien dengan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS),
sepsis dan syoksepsis.

2.1.7 Diagnosis
Dalam penegakan diagnosis dilakukan dalam beberapa tahapan yaitu,
a. Anamnesis
Seseorang yang mengalami: 18
 Demam (≥38◦C) atau riwayat demam
 Batuk atau pilek atau nyeri tenggorokan
 Pneumonia ringan sampai berat berdasarkan klinis dan/atau
gambaran radiologis. (pada pasien immunocompromised
presentasi kemungkinan atipikal)
 Memiliki riwayat perjalanan ke wilayah/ negara yang terjangkit
dalam 14 hari sebelum timbul gejala
 Kontak erat dengan pasien kasus terkonfirmasi atau probable
COVID-19
 Bekerja atau mengunjungi fasilitas layanan kesehatan dengan
kasus terkonfirmasi atau probable infeksi COVID-19 di
Tiongkok atau wilayah/negara yang terjangkit.
b. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tergantung ringan atau
beratnya manifestasi klinis.1

 Tingkat kesadaran: kompos mentis atau penurunan kesadaran


 Tanda vital: frekuensi nadi meningkat, frekuensi napas
meningkat, tekanan darah normal atau menurun, suhu tubuh
meningkat.
 Saturasi oksigen dapat normal atau turun.
 Dapat disertai retraksi otot pernapasan
 Pemeriksaan fisis paru didapatkan inspeksi dapat tidak simetris
statis dan dinamis, fremitus raba mengeras, redup pada daerah
konsolidasi, suara napas bronkovesikuler atau bronkial dan
ronki kasar.
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan diantaranya:
 Pemeriksaan radiologi: foto toraks, CT-scan toraks, USG toraks
Pada pencitraan dapat menunjukkan: opasitas bilateral,
konsolidasi subsegmental, lobar atau kolaps paru atau nodul,
tampilan groundglass. Pada stage awal, terlihat bayangan
multiple plak kecil dengan perubahan intertisial yang jelas
menunjukkan di perifer paru dan kemudian berkembang menjadi
bayangan multiple ground-glass dan infiltrate di kedua paru.
Pada kasus berat, dapat ditemukan konsolidasi paru bahkan
“white-lung” dan efusi pleura (jarang).18

Gambar 2.2 CT Scan Toraks pasien pneumonia COVID-19 di Wuhan, Tiongkok,


China.18

 Pemeriksaan RT-PCR SARS-CoV-2


WHO merekomendasikan pemeriksaan molekuler untuk
seluruh pasien yang terduga terinfeksi COVID-19.Metode yang
dianjurkan adalah metode deteksi molekuler/NAAT (Nucleic
Acid Amplification Test) seperti pemeriksaan RT-PCR.Sampel
yang digunakan adalah saluran napas atas dan bawah.1 Pada
kasus terkonfirmasi infeksi COVID-19, ulangi pengambilan
sampel dengan frekuensi 2 kali pemeriksaan 2- 4 hari atau
setidaknya 24 jam. Kriteria sembuh dinyatakan sembuh sampai
2 kali hasil negatif dari kedua sampel serta perbaikan secara
klinis.18
Pemeriksaan Pengambilan swab di hari ke-1 dan 2 untuk
penegakan diagnosis. Bila pemeriksaan di hari pertama sudah
positif, tidak perlu lagi pemeriksaan di hari kedua, Apabila
pemeriksaan di hari pertama negatif, maka diperlukan
pemeriksaan di hari berikutnya (hari kedua). Untuk PCR follow-
up pada kasus berat dan kritis, dapat dilakukan setelah sepuluh
hari dari pengambilan swab yang positif. Untuk kasus berat dan
kritis, bila setelah klinis membaik, bebas demam selama tiga
hari namun pada follow-up PCR menunjukkan hasil yang
positif, kemungkinan terjadi kondisi positif persisten yang
disebabkan oleh terdeteksinya fragmen atau partikel virus yang
sudah tidak aktif. Pertimbangkan nilai Cycle Threshold (CT)
value untuk menilai infeksius atau tidaknya dengan berdiskusi
antara DPJP dan laboratorium pemeriksa PCR karena nilai cutt
off berbeda-beda sesuai dengan reagen dan alat yang digunakan.2
Ada beberapa istilah yang dijelaskan dalam pedoman
tatalaksana covid-19 edisi 3, Desember 2020, yaitu:2
1. KasusSuspek
Seseorang yang memiliki salah satu dari kriteria berikut:
a. SeseorangyangmemenuhisalahsatukriteriaklinisDAN salah
satu kriteria epidemiologis:
Kriteria Klinis:
 Demamakut(≥380C)/riwayatdemamdanbatuk;
ATAU
 Terdapat 3 atau lebih gejala/tanda akut berikut:
demam/riwayat demam, batuk, kelelahan (fatigue), sakit
kepala, myalgia, nyeri tenggorokan, coryza/ pilek/
hidung tersumbat, sesak nafas, anoreksia/mual/muntah,
diare, penurunankesadaran
DAN
Kriteria Epidemiologis:
 Pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki
riwayat tinggal atau bekerja di tempat berisiko tinggi
penularan ATAU
 Pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki
riwayat tinggal atau bepergian di negara/wilayah
Indonesia yang melaporkan transmisi lokal ATAU
 Pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala bekerja di
fasilitaspelayanankesehatan,baikmelakukanpelayanan
medis, dan non-medis, serta petugas yangmelaksanakan
kegiatan investigasi, pemantauan kasus dan kontak;
ATAU

b. Seseorang dengan ISPABerat,


c. Seseorang tanpa gejala (asimtomatik) yang tidak memenuhi
kriteria epidemiologis dengan hasil rapid antigen SARS-
CoV-2positif.
2. KasusProbable
Seseorang yang memiliki salah satu dari kriteria berikut
a. Seseorang yang memenuhi kriteriaklinis
DAN

memiliki riwayat kontak erat dengan kasus probable; ATAU


terkonfirmasi; ATAU berkaitan dengan cluster COVID- 19.
b. Kasus suspek dengan gambaran radiologis sugestif ke arah
COVID-19.
c. Seseorangdengangejalaakutanosmia(hilangnyakemampuan
indra penciuman) atau ageusia (hilangnya kemampuan indra
perasa) dengan tidak ada penyebab lain yang dapat
diidentifikasi.
d. Orang dewasa yang meninggal dengan distrespernapasan
DAN
memiliki riwayat kontak erat dengan kasus probable atau
terkonfirmasi, atau berkaitan dengan cluster COVID-19.
3. Kasus Konfirmasi: Seseorang yang dinyatakan positif terinfeksi
virus COVID-19 dengan kriteria sebagaiberikut:
a. Seseorang dengan hasil RT-PCRpositif
b. SeseorangdenganhasilrapidantigenSARS-CoV-2positif
DAN
memenuhi kriteria definisi kasus probable ATAU kasus
suspek (kriteria A atau B)
c. Seseorang tanpa gejala (asimtomatik) dengan hasil rapid
antigen SARS-CoV-2positif
DAN
Memiliki riwayat kontak erat dengan kasus probable ATAU
terkonfirmasi.
Kasus konfirmasi dibagi menjadi 2:
a. Kasus konfirmasi dengan gejala(simtomatik)
b. Kasus konfirmasi tanpa gejala(asimtomatik)
2.1.8 Tatalaksana
Sampai saat ini, tidak ada pengobatan yang divalidasi dalam penanganan
kasus COVID-19. Strategi utama adalah perawatan simtomatik dan suportif,
seperti mempertahankan tanda-tanda vital, menjaga saturasi oksigen, tekanan
darah, dan mengobati komplikasi, seperti infeksi sekunder atau kegagalan organ.2
a. Tatalaksana Umum:
 Isolasi pada semua kasus
Sesuai dengan gejala klinis yang muncul, baik ringan maupun
sedang.Pasien bed-rest dan hindari perpindahan ruangan atau
pasien.
 Implementasi pencegahan dan pengendalian infeksi(PPI)

 Serial foto toraks untuk menilai perkembangan penyakit

 Suplementasioksigen
Pemberian terapi oksigen segera kepada pasien dengan SARI,
distress napas, hipoksemia atau syok. Terapi oksigen pertama
sekitar 5l/menit dengan target SpO2 ≥90% pada pasien tidak
hamil dan ≥ 92-95% pada pasien hamil. Tidak ada napas atau
obstruksi, distress respirasi berat, sianosis sentral,syok,koma
dan kejang merupakan tanda gawat pada anak. Kondisi tersebut
harus diberikan terapi oksigen selama resusitasi dengan target
SpO2 ≥ 94%, jika tidak dalam kondisi gawat target SpO2 ≥
90%. Semua area pasien SARI ditatalaksana harus dilengkapi
dengan oksimetri, sistem oksigen yang berfungsi, disposable,
alat pemberian oksigen seperti nasal kanul, masker simple
wajah, dan masker dengan reservoir.Perhatikan pencegahan
infeksi atau penularan droplet atau peralatan ketika
mentatalaksana atau memberikan alat pemberian oksigen
kepada pasien.
 Kenali kegagalan napas hipoksemia berat
Pasien dengan distress napas yang gagal dengan terapi standar
oksigen termasuk gagal napas hipoksemia berat.Pasien masih
menunjukkan usaha napas yang berat walaupun sudah
diberikan oksigen dengan masker dengan reservoir (kecepatan
aliran 10-15 liter/menit). Gagal napas hipoksemia pada ARDS
biasanya gagalnya ventilasi-perfusi intrapulmonar dan biasanya
harus mendapatkan ventilasi mekanik.2
b. Tatalaksana Khusus
Pasien dengan hasil pemeriksaan RT antibodi positif yang dirawat
di Rumah Sakit akan diberikan obat sebagai berikut, sampai hasil
pemeriksaan spesifik terbukti negatif:
 Antibiotik empiris: Makrolide yaitu, azitromicin 1x500 mg
selama 5-7 hari atau, Fluoroquinolone yaitu, Levofloxacin
1x750mg selama 7 hari
 Antivirus
 Vitamin C dosis tinggi selama 14 hari
 Chloroquine phosphate dapat ditambahkan pada pasien dengan
kondisi berat
 Terapi simptomatik sesuai dengan gejala
 Hepatoprotektor bila SGOT dan SGPT meningkat
 Obat-obat lain sesuai penyakit penyerta
c. Pencegahan
a. Pencegahan Level Individu
 Upaya Kebersihan Personal dan Rumah
Terdapat beberapa prinsip yang perlu diikuti untuk membantu
mencegah COVID-19, yaitu menjaga kebersihan diri/personal
dan rumah dengan cara: 19,20
1. Mencuci tangan lebih sering dengan sabun dan air setidaknya
20 detik atau menggunakan pembersih tangan berbasis
alkohol (hand sanitizer), serta mandi atau mencuci muka jika
memungkinkan, sesampainya rumah atau di tempat bekerja,
setelah membersihkan kotoran hidung, batuk atau bersin dan
ketika makan atau mengantarkan makanan.
2. Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan tangan
yang belum dicuci
3. Jangan berjabat tangan
4. Hindari interaksi fisik dekat dengan orang yang memiliki
gejala sakit
5. Tutupi mulut saat batuk dan bersin dengan lengan atas bagian
dalam atau dengan tisu lalu langsung buang tisu ke tempat
sampah dan segera cuci tangan
6. Segera mengganti baju/mandi sesampainya di rumah setelah
berpergian
7. Bersihkan dan berikan desinfektan secara berkala pada
benda-benda yang sering disentuh dan pada permukaan
rumah dan perabot (meja, kursi, dan lain-lain), gagang pintu,
dan lain-lain.
 Peningkatan Imunitas Diri dan Mengendalikan Komorbid
Dalam melawan penyakit COVID-19, menjaga sistem imunitas
diri merupakan hal yang penting, terutama untuk mengendalikan
penyakit penyerta (komorbid). Terdapat beberapa hal yang dapat
meningkatan imunitas diri pada orang yang terpapar COVID-19,
yaitu sebagai berikut:
1. Konsumsi gizi seimbang
2. Aktifitas fisik/senam ringan
3. Istirahat cukup
4. Suplemen vitamin
5. Tidak merokok
6. Mengendalikan komorbid (misal diabetes mellitus, hipertensi,
kanker).

b. Pencegahan Level Masyarakat


Pembatasan sosial adalah pembatasan kegiatan tertentu penduduk
dalam suatu wilayah.Pembatasan sosial ini dilakukan oleh semua
orang di wilayah yang diduga terinfeksi penyakit.Pembatasan sosial
berskala besar bertujuan untuk mencegah meluasnya penyebaran
penyakit di wilayah tertentu. Pembatasan sosial berskala besar
paling sedikit meliputi: meliburkan sekolah dan tempat kerja;
pembatasan kegiatan keagamaan; dan/atau pembatasan kegiatan di
tempat atau fasilitas umum. Selain itu, pembatasan social juga
dilakukan dengan meminta masyarakat untuk mengurangi interaksi
sosialnya dengan tetap tinggal di dalam rumah maupun pembatasan
penggunaan transportasi publik.
Pembatasan sosial dalam hal ini adalah jaga jarak fisik
(physical distancing), yang dapat dilakukan dengan cara:
 Dilarang berdekatan atau kontak fisik dengan orang mengatur
jarak minimal 1 meter, tidak bersalaman.
 Hindari penggunaan transportasi publik (seperti kereta, bus, dan
angkot) yang tidak perlu, sebisa mungkin hindari jam sibuk
ketika berpergian.
 Bekerja dari rumah (Work From Home), jika memungkinkan
dan kantor memberlakukan ini.
 Dilarang berkumpul massal di kerumunan dan fasilitas umum.
 Hindari bepergian ke luar kota/luar negeri termasuk ke tempat-
tempat wisata.
 Hindari berkumpul teman dan keluarga, termasuk
berkunjung/bersilaturahmi tatap muka dan menunda kegiatan
bersama. Hubungi mereka dengan telepon, internet, dan media
sosial.
 Gunakan telepon atau layanan online untuk menghubungi dokter
atau fasilitas lainnya.
 Jika anda sakit, Dilarang mengunjungi orang tua/lanjut usia. Jika
anda tinggal satu rumah dengan mereka, maka hindari interaksi
langsung dengan mereka.
 Untuk sementara waktu, anak sebaiknya bermain sendiri di
rumah.
 Untuk sementara waktu, dapat melaksanakan ibadah di rumah.
Semua orang harus mengikuti ketentuan ini. Kami menghimbau
untuk mengikuti petunjuk ini dengan ketat dan membatasi tatap
muka dengan teman dan keluarga, khususnya jika Anda: 19
 Berusia 60 tahun keatas
 Memilik penyakit komorbid (penyakit penyerta) seperti diabetes
melitus, hipertensi, kanker,asma dan Penyakit Paru Obstruksi
Kronik (PPOK) dan lain-lain
 Ibu hamil.
c. Menerapkan Etika Batuk dan Bersin
Menerapkan etika batuk dan bersin meliputi:
 Jika terpaksa harus bepergian, saat batuk dan bersin gunakan
tisu lalu langsung buang tisu ke tempat sampah dan segera cuci
tangan.
 Jika tidak ada tisu, saat batuk dan bersin tutupi dengan lengan
atas bagian dalam.
d. Penggunaan Masker
Penggunaan masker yang ditujukan oleh masyarakat maupun
tenaga medis memiliki jenis dan standar yang berbeda-beda.Masker
yang digunakan perlu disesuaikan dengan tingkat intensitas
kegiatan tertentu.
1) segera ganti masker saat masker menjadi lembap dengan
masker baru yang bersih dan kering
2) jangan gunakan kembali masker sekali pakai. Buang masker
sekali pakai setelah digunakan dan segera buang setelah
dilepas.
3) Untuk masker kain, setelah satu kali pemakaian langsung
cuci masker dan dapat digunakan kembali setelah dicuci.

2.1.9 Prognosis
Prognosis COVID-19 dipengaruhi banyak faktor. Suatu penelitian
melaporkan tingkat mortalitas pasien COVID-19 berat mencapai 38% dengan
median lama perawatan ICU hingga meninggal sebanyak 7 hari.Peningkatan
kasus yang cepat dapat membuat rumah sakit kewalahan degan beban pasien yang
tinggi. Hal ini meningkatkan laju mortalitas di fasilitas tersebut.Laporan lain
menyatakan perbaikan eosinofil pada pasien yang awalnya eosinofil rendah
diduga menjadi prediktor kesembuhan.
Reinfeksi pasien yang sudah sembuh masih kontroversial.Studi pada
hewan menyatakan kera yang sembuh tidak dapat terkena COVID-19, tetapi telah
ada laporan yang menemukan pasien kembali positif dalam 5-13 hari setelah
negatif dua kali berturut-turut dan dipulangkan dari rumah sakit. Hal ini
kemungkinan karena reinfeksi atau hasil negatif palsu saat pengecekan

2.2 Vaksin
2.2.1 Definisi
Vaksin berasal dari Bahasa Latin “Vaccine” dari bakteri Variolae
vaccinae yang pertama kali didemonstrasikan pada 1798 yang dapat mencegah
dampak dari smallpox atau cacar pada manusia.21 Edward Jenner mengembangkan
vaksin pertama pada 1796 yaitu menggunakan cacar sapi untuk diinokulasi
terhadap cacar. Hal tersebut pada akhirnya menjadi suatu agen pemberantas cacar
secara global, yang secara resmi dinyatakan pada tahun 1980.Sejak itu, vaksin
telah membantu menekan penyebaran beberapa penyakit menular.Hingga hari ini,
seluruh manusia hidup dalam periode pengembangan vaksin yang paling
sukses.Hal tersebut tidak menutup kemungkinan vaksin dapat digunakan untuk
mencegah penyebaran covid-19 sedang melanda dunia.21,22
2.2.2 Jenis Vaksin
a. Vaksin Inaktif
Vaksin inaktif mengandung seluruh atau sebagian kecil dari bakteri atau
virus yang telah terbunuh.21 Teknologi inaktif dapat dilakukan melalui proses
kimia, termal, dan lain sebagainya, Hal tersebut dapat bervariasi berdasarkan
strain virus, namun sebagian besar proses pembuatannya menggunakan
formaldehid, betapropiolactone (BPL) atau radiasi ultraviolet. 21,22 Salah satu
vaksin yang menggunakan pendekatan teknologi ini adalah vaksin influenza.
vaksin ini juga membutuhkan dosis berulang. Adjuvan seperti garam aluminium
sering ditambahkan ke vaksin ini.Adjuvan adalah zat yang membantu
memperkuat dan memperpanjang respons kekebalan terhadap vaksin. Akibatnya,
reaksi lokal umum (seperti sakit pada lengan) mungkin lebih sering terjadi.22

b. Vaksin yang dilemahkan


Vaksin yang dilemahkan dapat dibuat melalui pengolahan di bawah
kondisi sub-optimal atau attenuation process maupun modifikasi genetik yang
memiliki kemampuan untuk mereduksi kemampuan infeksi.21 Vaksin yang
dilemahkan termasuk ke dalam vaksin yang berlisensi saat ini, selain vaksin
inaktif.Salah satu contoh paling sukses adalah vaksin anti polio yang telah
digunakan untuk memberantas poliomyelitis. Dibalik kesuksesan dari teknologi
ini, Penggunaan vaksin yang dilemahkan mempunyai beberapa resiko seperti
terjadinya kembali virulensi dan cedera jaringan yang memicu terjadinya
perkembangan infeksi sekunder yang lebih parah.22

d. Vaksin Subunit
Vaksin subunit mencakup satu atau lebih antigen (RBD, S1, dan S2)
dengan imunogenisitas kuat yang mampu menstimulasi sistem imun inang secara
efisien.Secara umum, jenis vaksin ini lebih aman dan lebih mudah untuk
diproduksi, tetapi seringkali membutuhkan penambahan bahan pembantu untuk
memperoleh respon mun protektif yang kuat. Sejauh ini, beberapa lembaga telah
memprakarsai program vaksin subunit SARS-CoV-2, dan hampir semuanya
menggunakan protein S sebagai antigen.22 Komponen mikroorganisme yang
diajdikan vaksin adalah seperti protein spesifik, polisakarida, atau asam nukleat.21
e. Vaksin Toksoid
WHO menjelaskan vaksin toksoid adalah suatu vaksin yang dibuat dari
toksin (racun) yang sudah tidak berbahaya lagi, namun masih dapat merangsang
respon imun melawan toksin tersebut.Toksin berbasis protein tidak berbahaya dan
digunakan sebagai antigen yang dapat merangsang kekebalan.Salah satu kelebihan
vaksin toksoid adalah stabil dan tidak begitu terpengaruh oleh perubahan suhu,
sinar dan kelembaban. Namun, membutuhkan beberapa dosis dan biasanya
membutuhkan adjuvant.22

f. Vaksin DNA
Vaksin DNA biasanya terdiri dari molekul DNA plasmid yang
mengkodekan satu atau lebih antigen.Teknologi ini melibatkan pengenalan asam
nukleat ke dalam sel inang yang kemudian mengarahkan sintesis polipeptida yang
dikodekan dan menstimulasi respon imun.Namun, respons imun yang ditunjukkan
lebih rendah dibandingkan dengan penggunaan vaksin konvensional seperti
vaksin inaktif dan vaksin virus yang dilemahkan.Alasan kekurangan vaksin DNA
ini tidak jelas, tetapi kemungkinan disebabkan karena pengiriman DNA yang
tidak efisien ke dalam sel manusia dan stimulasi sistem imun manusia yang tidak
memadai.

g. Vaksin mRNA
Vaksin mRNA adalah teknologi yang berkembang pesat untuk
mengobati penyakit menular dan kanker.Vaksin berbasis RNA lebih
menguntungkan dibandingkan vaksin berbasis DNA karena antigen dapat segera
diterjemahkan dari vaksin RNA setelah antigen tersebut memasuki sitoplasma.Hal
tersebut meningkatkan efisiensi transfeksi sehingga perlu adanya efek pada
imunogenisitas22.Moderna, Inc. telah memulai uji klinis fase I untuk mRNA-1273,
vaksin mRNA, yang mengkode protein viral spike (S) dari SARSCoV-2.22,23
Tabel 2.1 Contoh vaksin didasarkan pada jenis pembuatannya21
2.2.3 Pembuatan Vaksin
Dalam pembuatan vaksin secara umum melalui proses pencampuran
dengan fluida (air atau garam), bahan aditif atau pengawet, dan beberapa adjuvant
(bahan pembantu). Secara umum bahan ini disebut dengan excipient.22
Preservative atau bahan pengawet berfungsi untuk memastikan kesterilan
vaksin selama masa vaksin tersebut dapat digunakan.Penambahan bahan ini juga
berguna selama masa pembuatan untuk mencegah kontaminasi mikroba. Namun,
tidak semua bahan pengawet ini dapat digunakan pada seluruh vaksin. 21Contoh
bahan pengawet yang telah digunakan pada vaksin ditunjukkan oleh tabel 2.2
Gambar 2.1 Pengembang vaksin Covid-19 berdasarkan jenis dan lokasi

Selain bahan pengawet, digunakan pula bahan pembantu (Adjuvant) yang


bertugas untuk meningkatkan pengaruh imun dari antigen vaksin.Adjuvant yang
biasa digunakan dalam pembuatan vaksin adalah garam alminium.menggunakan
adjuvant memiliki kecepatan yang lebih tinggi dalam mengatasi reaksi yang
merugikan seperti rasa sakit pada sisi injeksi, malaise (tidak enak badan), dan
demam. Contoh adjuvant yang telah digunakan pada vaksin ditunjukkan pada
tabel 2.321
Tabel 2.2 Contoh bahan pengawet dalam vaksin21
Tabel 2.3 Contoh adjuvant dalam vaksin

Setidaknya membutuhkan waktu 12 hingga 18 bulan untuk


mengembangkan vaksin baru hingga dapat diproduksi massal.Perkembangan
vaksin hingga dapat digunakan secara massal harus melewati setidaknya 3
fase.Fase awal adalah uji coba pra-klinis (Preclinical Testing) yang diujikan
kepada hewan seperti monyet atau tikus untuk melihat respon kekebalan tubuh
penerima. Setelahnya beranjak ke fase pertama (Phase I: Safety Trials), vaksin
diberikan kepada sejumlah pasien untuk menguji keamanan, ketepatan dosis, dan
memastikan rangsangan terhadap sistem imun tubuh penerima. Fase kedua (Phase
II: Expanded Trials), vaksin yang telah lolos uji fase pertama diujikan kepada
ratusan orang yang dikelompokkan berdasarkan usia untuk melihat keterikatan
usia pada pengaruh vaksin. Uji coba ini kemudian diuji keamanan dan
kemampuan vaksin untuk merangsang kekebalan tubuh pada masing-masing usia.
Fase ketiga (Phase III: Efficacy Trials), vaksin diujikan kembali kepada ribuan
orang dan melihat seberapa banyak yang terinfeksi dibandingkan dengan
sukarelawan placebo (pengobatan yang tidak berdampak atau penanganan palsu).
Uji coba ini bertujuan untuk menentukan kemampuan vaksin melindungi terhadap
virus korona. Tahap berikutnya adalah approval atau persetujuan, yakni vaksin
yang telah melalui berbagai tahap sebelumnya ditinjau oleh pemerintah tiap
negara (regulator approval) untuk memutuskan vaksin akan disetujui atau tidak.
Selama pandemi, vaksin dapat hak untuk penggunaan darurat sebelum disetujui
secara resmi. Jika kondisi darurat, dapat pula dengan menggabungkan beberapa
fase sehingga akan lebih cepat dikarenakan kebutuhan.21
2.2.4 Vaksin COVID-19
Vaksinasi COVID-19 bertujuan untuk mengurangi transmisi/penularan
COVID-19, menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat COVID-19,
mencapai kekebalan kelompok di masyarakat (herd immunity) dan melindungi
masyarakat dari COVID-19 agar tetap produktif secara sosial dan ekonomi. Data
pada tanggal 2 Februari 2021 menunjukkan jumlah vaksin di dunia yang sedang
dikembangkan adalah sejumlah 240, dengan rincian, 177 calon vaksin yang
sedang tahap preklinik dan 63 calon vaksin yang sedang di tahap klinis. Dari 63
calon vaksin tersebut, jenis yang paling banyak digunakan dalah vaksin subunit
sebanyak 20 vaksin dan 9Inactivated vaccine. 24
Pemerintah Indonesia telah menetapkan enam vaksin Covid-19 yang
akan digunakan di Indonesia. Jenis vaksin itu adalah yang diproduksi oleh PT Bio
Farma (Persero), University of Oxford/AstraZeneca, China National
Pharmaceutical Group Corporation (Sinopharm), Moderna, Pfizer Inc and
BioNTec dan Sinovac Biotech Ltd.25 Dari hasil analisis terhadap uji klinis fase III
vaksin coronaVac pada bulan Agustus 2020 kepada 1620 relawan menunjukkan
hasil efikasi vaksin Sinovac sebesar 65,3 persen. Hasil tersebut sudah sesuai
dengan persyaratan WHO di mana minimal efikasi vaksin adalah 50 persen.2111
Januari 2021, BPOM memberikanEUA untuk vaksin Covid-19 yang kepada
vaksin Corona vax produksi Sinovac Biotech Incorporated yang bekerja sama
dengan PT Biofarma.Dalam surat keputusan tersebut disebutkan Izin Penggunaan
Darurat atau Emergency Use Authorization (EUA) adalah persetujuan
penggunaan obat selama kondisi kedaruratan kesehatan masyarakat untuk obat
yang belum mendapatkan izin edar atau obat yang telah mendapatkan izin edar
tetapi dengan indikasi penggunaan yang berbeda untuk kondisi kedaruratan
kesehatan masyarakat. Untuk itu, saat ini pemerintah sedang melakukan
pendistribusian vaksin tahap pertama ke seluruh provinsi di Indonesia dengan
total sasaran vaksinasinya adalah sebanyak 181.554.465 orang.9

Berdasarkan Surat Keputusan Jenderal Pencegahan dan Pengendalian


Penyakit tahun 2021 tahapan pelaksanaan vaksinasi COVID 19 dilaksanakan
sebagai berikut:
1. Tahap 1 (Januari-April 2021)
Sasaran vaksinasi COVID-19 tahap 1 adalah tenaga kesehatan, asisten
tenaga kesehatan, tenaga penunjang serta mahasiswa yang sedang menjalani
pendidikan profesi kedokteran yang bekerja pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
2. Tahap 2 (Januari-April 2021)
Sasaran vaksinasi COVID-19 tahap 2 adalah:
a. Petugas pelayanan publik yaitu Tentara Nasional Indonesia/Kepolisian Negara
Republik Indonesia, aparat hukum, dan petugas pelayanan publik lainnya yang
meliputi petugas di bandara/pelabuhan/stasiun/terminal, perbankan, perusahaan
listrik negara, dan perusahaan daerah air minum, serta petugas lain yang
terlibat secara langsung memberikan pelayanan kepada masyarakat.
b. Kelompok usia lanjut (≥ 60 tahun).
3. Tahap 3 (April 2021-Maret 2022)
Sasaran vaksinasi COVID-19 tahap 3 adalah masyarakat rentan dari aspek
geospasial, sosial, dan ekonomi.
4. Tahap 4 (April 2021-Maret 2022)
Sasaran vaksinasi tahap 4 adalah masyarakat dan pelaku perekonomian
lainnya dengan pendekatan kluster sesuai dengan ketersediaan vaksin.
Berdasarkan prosedur/manajemen penyimpanannya, vaksin COVID-19
dibagi menjadi 3 yaitu vaksin COVID-19 dengan suhu penyimpanan 2-8 °C,
vaksin COVID-19 dengan suhu penyimpanan -20 °C (vaksin mRNA, Moderna)
dan vaksin COVID-19 dengan suhu penyimpanan -70 °C (vaksin mRNA, Pfizer).

Tabel 2.4 Dosis dan Cara Pemberian Berbagai Jenis Vaksin COVID-19 \
Reaksi anafilaktik adalah reaksi hipersensitifitas sistemik yang terjadi
dengan cepat (umumnya 5-30 menit sesudah suntikan) serius dan mengancam
jiwa. Jika reaksi tersebut cukup hebat dapat menimbulkan syok yang disebut
sebagai syok anafilaktik..Tatalaksana reaksi ini harus cepat dan tepat mulai dari
penegakkan diagnosis sampai pada terapinya di tempat kejadian, dan setelah stabil
baru dipertimbangkan untuk dirujuk ke RS terdekat.26
Tanda awal anafilaktik adalah kemerahan (eritema) menyeluruh dan gatal
(urtikaria) dengan obstruksi jalan nafas atas dan/atau bawah.Pada kasus berat
dapat terjadi keadaan lemas, pucat, hilang kesadaran dan hipotensi.Petugas harus
terlatih dalam penanganan anafilaktik, memiliki kesiapan kit anafilaktik yang
lengkap untuk tatalaksana reaksi anafilaktik dan memiliki akses yang cepat untuk
merujuk pasien. Berikut adalah langkah penanganan anafilaktik: 26
a. Nilai sirkulasi pasien, jalan nafas, pernafasan, status mental, kulit, dan berat
badan (massa).
b. Berikan epinefrin (adrenalin) intramuskular pada regio mid-anterolateral paha,
0,01 mg/kg larutan 1:1000 (1mg/ml), maksimum 0,5 mg (dewasa): catat waktu
pemberian dosis dan ulangi 5-15 menit jika diperlukan. Kebanyakan pasien
respon terhadap 1-2 dosis.
c. Letakkan pasien telentang atau pada posisi paling nyaman jika terdapat distres
pernafasan atau muntah; elevasi ekstremitas bawah; kejadian fatal dapat terjadi
dalam beberapa detik jika pasien berdiri atau duduk tiba-tiba.
d. Jika diperlukan, berikan oksigen aliran tinggi (6-8L/menit) dengan masker atau
oropharyngeal airway.
e. Berikan akses intravena menggunakan jarum atau kateter dengan kanula
diameter besar(14-16 G), Jika diperlukan, berikan 1-2 liter cairan NaCl 0,9%
(isotonik) salin dengan cepat (mis: 5-10 ml/kg pada 5-10 menit awal pada orang
dewasa).
f. Jika diperlukan, lakukan resusitasi kardiopulmoner dengan kompresi dada
secara kontinyu dan amankan pernafasan.
g. Monitor tekanan darah pasien, denyut dan fungsi jantung, status pernafasan dan
oksigenasi pasien sesering mungkin dalam interval regular.
h. Monitor tekanan darah pasien, denyut dan fungsi jantung, status pernafasan dan
oksigenasi pasien sesering mungkin dalam interval regular.

2.3 Penerimaan

BAB 3
ANALISIS SITUASI

3.1 Kondisi Geografis1


Puskesmas Nan Balimo adalah salah satu dari Puskesmas yang ada di Kota
Solok. Puskesmas Nan Balimo memiliki status akreditasi madya, berdiri sejak
tahun 2008 dengan luas tanah 1200 M2, merupakan puskesmas non perawatan
atau puskesmas rawat jalan. Puskesmas Nan Balimo terletak di wilayah
Kecamatan Tanjung Harapan, dengan luas wilayah seluruhnya mencapai 16,05
km2. Jarak antara Puskesmas Nan Balimo dengan Ibukota Propinsi Sumatera
Barat 67 km. Puskesmas Nan Balimo, memiliki wilayah kerja yang terbagi atas 2
(dua) kelurahan, yaitu :
1) Kelurahan Nan Balimo
2) Kelurahan Laing

Gambar 3.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo Tahun 20191

Batas-batas wilayah kerja Puskesmas Nan Balimo adalah sebagai berikut :


1) Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Aripan, Kabupaten Solok
2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan PPA dan Kampung
Jawa
3) Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Paku
4) Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Kampung Jawa

3.3 Kondisi Demografis1


Berdasarkan data statistik tahun 2019, terdapat total 7 RW dan 24 RT,
dengan jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Nan Balimo sebanyak 8474
jiwa, dimana menurut kelurahan:
1) Kelurahan Nan Balimo, jumlah penduduk sebanyak 7022 jiwa
2) Kelurahan Laing, jumlah penduduk sebanyak 1452 jiwa
Tabel 3.1 Jumlah penduduk kecamatan Tanjung Harapan tahun 20191
No Kelurahan JML KK JML JIWA RT RW
1 Nan Balimo 1.913 7.022 19 5
2 Laing 380 1.452 5 2
Jumlah 2.293 8.474 24 7

3.4 Sarana dan Prasarana Kesehatan1


Fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di Puskesmas Nan Balimo terdiri
fasilitas pelayanan kesehatan di dalam dan luar gedung.
Tabel 3.2 Fasilitas Pelayanan Kesehatan Puskesmas Nan Balimo
KEGIATAN FASILITAS PELAYANAN JENIS PELAYANAN
Dalam gedung Ruang Pelayanan Umum / - Anamnesis
Lansia - Pemeriksaan pasien
- Penetapan diagnosa
- Rujukan internal
- Rujukan eksternal
- Laboratorium
Ruang Pelayanan Gigi - Anamnesis
- Pemeriksaan pasien
- Penetapan diagnosa
- Tindakan
- Rujukan Eksternal
Ruang Pelayanan Ibu - Anamnesis
- Pemeriksaan Ibu hamil
- Penetapan diagnosa
- Tindakan
- Rujukan Eksternal

Ruang Pelayanan Anak - Anamnesis


- Pemeriksaan anak usia 0-
6 tahun
- Penetapan diagnosa
- Tindakan
- Rujukan Eksternal

Ruang Pelayanan KB - Anamnesis


- Pelayanan KB
(Pemasangan /
Pengangkatan IUD / Alat
Kontrasepsi lainnya)
- Rujukan

Ruang Pelayanan TB/VCT - Anamnesis


- Pemeriksaan pasien
- Konseling VCT
- Laboratorium
Ruang Pelayanan PKPR - Anamnesis
- Pemeriksaan pasien
- Konseling pra-nikah
- Konseling remaja
- Laboratorium

Ruang Pelayanan Gizi - Konsultasi gizi


- Penimbangan BB
- Pengukuran TB
- Pelayanan kesehatan
balita gizi buruk
UGD / Ruang Tindakan - Melakukan pelayanan
kegawatdaruratan
- Melakukan perawatan
luka
- Rujukan Eksternal
Ruang Pelayanan Konsultasi - KBM (Klinik Berhenti
Merokok)
- Akupressure (Asuhan
Mandiri)
Laboratorium - Pemeriksaan specimen
darah, urin, sputum dan
faeses
Apotek / Gudang Obat - Melayani obat bagi
pasien rawat jalan, UGD
- Menyediakan keperluan
obat bagi pelayanan
kesehatan di Poskeskel
dan Pustu
Rujukan - Pembuatan surat rujukan
Luar Gedung - Pos Kesehatan Kelurahan - Melayani masyarakat
(Poskeskel) yang tinggal jauh dari
- Puskesmas Pembantu Puskesmas dan
membutuhkan pelayanan
(Pustu)
- Posyandu Balita kesehatan
- Posyandu Lansia
- Posbindu
- Penyelidikan Epidemiologi
- PIS-PK (Keluarga Sehat)

Tabel 3.3 Prasarana Kesehatan Puskesmas Nan Balimo1


No Jenis Sarana Jumlah
1. Puskesmas Induk 1 Unit
2. Pustu 4 Unit
2. Pusbindu 6 Unit
4. Posyandu Balita 11 Unit
5. Posyandu Lansia 4 Unit
6. Kendaraan Dinas Roda 4 2 Unit
7. Kendaraan Dinas Roda 2 13 Unit
8. Kader Aktif 57 Orang

3.5 Sarana dan Prasarana Ketenagaan Di Puskesmas Nan Balimo Tahun


2019
Tabel 3.4 Data Ketenagaan di Puskesmas Nan Balimo tahun 20191
Status Kepegawaian
No Jenis Ketenagaan Jumlah Honor/
PNS Kontrak Sukarela
PTT
1 Dokter Umum 5 4 1 
2 Dokter Gigi 1 1    
3 Sarjana Kesmas 2 2    
Sarjana Non
4 1 1
Kesehatan
5 Bidan
- D IV Kebidanan 2 1 1
- D III Kebidanan 10 6 4
6 Perawat
- Ners + S1 Kep 3 3
- D IV Keperawatan 1
- D III Keperawatan 13
- SPK 1
7 Perawat Gigi 2
8 Perawat Mata 1
9 Gizi
- S1 Gizi 1 1
- D III Gizi 1 1
- D IV Gizi 1 1
10 Sanitarian 2 1 1
11 Analis Kesehatan 2 1 1
12 Rekam Medik 1 1
13 Elektromedik 1 1
14 Farmasi
- Apoteker
- D III 1 1
Farmasi 1 1
- Asisten 1 1
Apoteker
15 SMEA/SMA 3
16 SMP 1 1
POSKESKEL
17 Bidan
- D IV
2 2
Kebidanan
PUSTU
18 Bidan
- D III
Kebidanan 3 3
- D I 1 1
Kebidanan
  JUMLAH 64 44 2 18

3.6 Capaian Program Puskesmas Nan Balimo1


3.6.1 Upaya Kesehatan Wajib
Terdiri dari 6 Program Kesehatan yang wajib dijalankan oleh Puskesmas,
terdiri dari:
a. Pengelola Program Promosi Kesehatan (Promkes)
b. Pengelola Program Kesehatan Lingkungan (Kesling)
c. Pengelola Program KIA-KB
d. Pengelola Program Gizi
e. Pengelola Program Pemberantasan Penyakit Menular (P2M)
f. Pengelola Program Pengobatan
Tabel 3.5 Hasil Kinerja Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas Nan Balimo
Tahun 20191
NO UPAYA PENCAPAIAN TARGET KETERANGAN
KESEHATAN (%) KINERJA
WAJIB

1 Program Promkes 100% Baik Baik ≥ 91%


Cukup 81-90%
2 Program Kesling 129% Baik
Rendah ≤ 80%
3 Program Ibu/KB 224% Baik

4 Program Anak 105% Baik

5 Program Gizi 118% Baik

6 Program P2 94% Baik

Imunisasi 91% Baik

TB 87% Cukup

Surveilans 104% Baik

3.6.2 Upaya Kesehatan Pengembangan


Terdiri dari 7 Program Kesehatan yang masing-masing program
dilaksanakan oleh seorang koordinator yang memiliki tugas pokok sebagai
berikut:
a. Pengelola Program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
b. Pengelola Program Perawatan kesehatan Masyarakat (Perkesmas)
c. Pengelola Program Kesehatan Jiwa
d. Pengelola Pogram kesehatan Gigi dan Mulut
e. Pengelola Program Kesehatan Mata
f. Pengelola Program Kesehatan Usia Lanjut (Usila)
g. Pengelola Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja

Tabel 3.6 Hasil Kinerja Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas Nan


Balimo Tahun 20191
NO UPAYA PENCAPAIAN TARGET KETERANGAN
KESEHATAN
PENGEMBANGAN (%) KINERJA

1 Program 85% Cukup Baik ≥ 91%


UKS/UKGS/UKGM Cukup 81-90%
Rendah ≤ 80%
Cakupan Skrining SD 82% Cukup

Cakupan Skining 75% Rendah


SMP/SMA

Cakupan pelaksanaan 100% Baik


sikat gigi massal

2 Program Perkesmas 100% Baik

3 Program PTM

Cakupan deteksi dini 8% Rendah


Ca.Mammae dan
Servik

4 Program Lansia 100% Baik

5 Program PKPR 100% Baik

Tabel 3.6 Hasil Kinerja Upaya Kesehatan Perorangan Puskesmas Nan


Balimo Tahun 20191
NO UPAYA PENCAPAIAN TARGET KETERANGAN
KESEHATAN (%) KINERJA
PERORANGAN

1 Poli Umum 100% Baik Baik ≥ 91%


Cukup 81-90%
2 Poli Anak 98% Baik
Rendah ≤ 80%
3 Poli Lansia 99% Baik

4 Ruang Tindakan 100% Baik

5 Poli Gigi 99% Baik

6 Poli KB 99% Baik

7 Poli Ibu 100% Baik

8 Farmasi 97% Baik

9 Gizi 100% Baik

10 Rekam Medis 99% Baik


11 Sanitasi 100% Baik

12 Laboratorium 99% Baik

13 Imunisasi 100% Baik

14 Konsultasi VCT/HIV 100% Baik

15 Konsultasi PKPR 84% Baik

16 Terapi Akupressure 100% Baik

17 Pelayanan Berhenti 100% Baik


Merokok

Tabel 3.7 Data 10 Penyakit Terbanyak di Puskesmas Nan Balimo Tahun 20191
NO NAMA PENYAKIT JUMLAH PASIEN
1 Infeksi Akut 254
2 Gastritis 135
3 Penyakit Lain 128
Penyumbatan Saluran
Pernafasan Atas
4 Common Cold 79
5 Hipertensi 76
6 Rheumatik 73
7 Febris 67
8 Influenza 67
9 Penyakit Kulit Alergi 51
10 Penyakit Pulpa dan Gusi 45
Tabel 3.8 Data Penyakit Menular di Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo Tahun
20191
PENYAKIT MENULAR
KELURAHAN
TB Paru ISPA Diare DBD DSS Campak HIV/AIDS
Nan Balimo 16 1429 293 5 1 0 1
Laing 3 701 119 2 0 1 2
Jumlah 19 2130 412 7 1 1 3
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional deskriptif dengan
menggunakan pendekatan cross sectional.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Nan Balimo Kota Solok pada Januari
2020 hingga Februari 2021.

3.3 Subyek Penelitian


3.3.1 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dan sampel pada penelitian ini adalah pegawai Puskesmas
Nan Balimo Kota Solok pada tahun 2021
3.3.2 Metode Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan teknik
simple random sampling.

3.4 Kriteria Sampel


3.4.1 Kriteria Inklusi
Seluruh pegawai di Puskesmas Nan Balimo Kota Solok dan bersedia
menjadi subyek penelitian.

3.4.2 Kriteria Eksklusi


Pegawai puskesmas yang tidak bersedia menjadi subyek penelitian,
dan pegawai yang tidak menjawab pertanyaan kuesioner secara
lengkap.

3.5 Identifikasi Variabel Penelitian


3.5.1 Variabel Bebas
Variabel bebas (independent) pada penelitian ini adalah gambaran
pengetahuan dan penerimaan pegawai Puskesmas Nan Balimo Kota
Solok dengan menggunakan skala pengukuran yaitu skala ordinal
3.5.2 Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah vaksinasi COVID-19

3.6 Definisi Operasional


1. Penerimaan terhadap vaksin COVID-19
Definisi : Suatu tingkat kemampuan dan keinginan individu untuk
hidup dengan segala karakteristik dirinya. Individu yang
dapat menerima dirinya diartikan sebagai individu yang
tidak bermasalah dengan dirinya sendiri, yang tidak
memiliki beban perasaan terhadap diri sendiri sehingga
individu lebih banyak memiliki kesempatan untuk
beradaptasi dengan lingkungan.
Cara Ukur : Pengisian Kuesioner
Alat Ukur : Kuesioner penerimaan vaksinasi COVID-198
Hasil Ukur : Iya
Tidak
Belum memutuskan
Skala Ukur : Nominal

2. Karakteristik Demografik
a. Usia
Definisi : Rentang kehidupan yang dinyatakan dalam tahun, sejak
responden dilahirkan hingga saat ulang tahun terakhir
Cara ukur : Pengisian Kuesioner
Alat ukur : Kuesioner karakteristik responden
Skala ukur : Ordinal
Hasil ukur : 1) 17-25 Tahun
2) 26-35 Tahun
3) 36-45 Tahun
4) 46-55 Tahun
5) 56-65 Tahun
b. Jenis Kelamin
Definisi : Perbedaan antara perempuan dengan laki-laki
secarabiologis sejak seseorang lahir.
Cara ukur : Wawancara dengan menggunakan kuesioner
Alat ukur : Kuesioner karakteristik responden.
Skala ukur : Nominal
Hasil ukur : 1) Laki-laki
2) Perempuan

3.7 Instrumen Penelitian


Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
1. Lembar informed consent (lembar persetujuan untuk berpartisipasi dalam
penelitian)
2. Kuesioner penerimaan dan pengetahuan vaksinasi COVID-19
3. Alat tulis dan computer

3.8 Cara Kerja


Subjek akan diberikan penjelasan mengenai penelitian yang akan
dilakukan. Sebelumnya meminta persetujuan responden terlebih dahulu untuk
megikuti penelitian. Kemudian meminta responden untuk mengisi kuesioner.
Menjelaskan hal yang dianggap kurang jelas oleh responden. Setelah itu dilakukan
pengolahan dan penyajian data hasil penelitian.

3.9 Teknik Analisis Data


3.9.1 Jenis Data
Data primer diperoleh dari pengisian kuesioner oleh responden.
3.9.2 Analisis Data
Data yang telah terkumpul akan disajikan dalam bentuk tabel,
kemudian dilakukan pengolahan dan perhitungan statistik dengan
menggunakan SPSS
3.9.3 Penyajian Data
Data disajikan dalam bentuk teks, tabel dan grafik.
3.10 Alur Penelitian

Penetapan masalah

Pemilihan sampel

Pengambilan data

Analisis data

Hasil penelitian

Kesimpulan

Gambar 3.1 Alur Penelitian


BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan pada Desember 2020 hingga Februari 2021


untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan penerimaan pegawai puskesmas
terhadap vaksinasi COVID-19 di Puskesmas Nan Balimo Kota Solok. Subjek
dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai Puskesmas Nan Balimo yang
bersedia menjadi subjek penelitian dan memenuhi kriteria inklusi. Jumlah
pegawai yang didapatkan sebanyak 30 orang. Data yang telah diperoleh akan
dimasukkan ke variabel masing-masing dan diolah menggunakan sistem
komputerisasi dengan aplikasi Software Statistical Program for Social Science
(SPSS) for windows.
4.1 Karakteristik Subjek Penelitian
Pengambilan data dilakukan di Puskesmas Nan Balimo Kota Solok
dengan cara pengukuran hasil kuesioner pada Desember 2020 hingga Februari
2021. Karakteristik subjek penelitian ini dikelompokkan berdasarkan usia dan
jenis kelamin Jumlah sampel penelitian adalah 30 orang.

Karakteristik Responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.1 Karakteristik Responden

Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)


Usia
20-24 3 10%
25-29 11 36.6%
30-39 9 30%
40-49 4 13.3%
≥50 3 10%
Jenis Kelamin
Laki-laki 3 10
Perempuan 27 90

Pada tabel 4.1 dapat dilihat bahwa jumlah subjek penelitian terbanyak
berada pada kelompok usia 25-29 tahun yaitu 11orang (36.6%) dan sisanya pada
kelompok usia 30-39 tahun sebanyak 9 orang (30%), usia 40-49 tahun sebanyak 4
orang (13.3%), usia 20-24 sebanyak 3 orang (10%) dan ≥50 tahun sebanyak 3
orang (10%). Sedangkan berdasarkan jenis kelamin, pada penelitian ini responden
perempuan lebih banyak daripada laki-laki yaitu sebanyak 27 orang (90%).

4.2 Hasil dan Analisis Penelitian


4.2.1 Gambaran Pengetahuan Pegawai Puskesmas Nan Balimo terhadap
vaksin COVID-19
Distribusi frekuensi gambaran pengetahuan pegawai puskesmas terhadap
vaksinasi COVID 19 didasarkan pada per item pertanyaan yang ditanyakan bisa
dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.2 Distribusi Nilai Pengetahuan Pegawai Puskesmas terhadap Vaksinasi


COVID-19 di Puskesmas Nan Balimo Kota Solok

Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)


Nilai
≤20 3 10
30-50 7 23.3
55-75 20 66.6

Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar responden berada di rentang nilai 55-75
yaitu sebanyak 20 responden (66.6%), sebanyak 7 responden berada dalam
rentang nilai sebesar 30-50 (23.3%), sebanyak 3 responden berada dalam rentang
nilai sebesar ≤20 (10%).

Tabel 4.3 Gambaran Penerimaan Pegawai Puskesmas terhadap Vaksinasi di


Puskesmas Nan Balimo Kota Solok

Penerimaan Frekuensi (n) Presentase (%)


Ya 16 53.3
Tidak 6 20
Belum Memutuskan 8 26.6
Total 30 100
Berdasarkan tabel 4.3 bahwa dari 30 responden, sebanyak 16 responden (53.3%)
menerima vaksinasi COVID-19. Sebanyak 8 responden (26.6%) belum
memutuskan untuk dilakukan vaksinasi COVID-19. Sisanya sebanyak 6
responden menolak vaksinasi COVID-19
Tabel 4.4 Gambaran Penerimaan Pegawai Puskesmas Nan Balimo Kota Solok
terhadap Vaksinasi COVID-1 berdasarkan jenis kelamin dan usia

Penerimaan
Karakteristik Belum Total
Ya Tidak
responden memutuskan
N % N % N %
Usia
20-24 1 33.3 0 0 2 66.6 100
25-29 7 70 1 10 2 20 100
30-39 6 54.5 3 27.2 2 18.1 100
40-49 3 60 1 20 1 20 100
≥50 1 33.3 1 33.3 1 33.3 100

Jenis Kelamin
Laki-laki 3 100 0 0 0 0 100
Perempuan 13 48.1 6 22.2 8 29.6 100

Berdasarkan tabel 4.4, persentase jumlah responden terbanyak yang menerima


vaksinasi COVID 19 berada di rentang usia 25-29 tahun yaitu sebanyak 70%,
sedangkan persentase terendah berada di rentang usia 20-24 tahun dan ≥50 tahun
sebanyak 33.3%. Persentase responden terbanyak yang menolak vaksinasi
COVID 19 berada di rentang usia ≥50 tahun, sedangkan persentase terendah yang
menolak vaksinasi COVID-19 berada di rentang usia 20-24 tahun yaitu 0%.
Persentase responden terbanyak yang belum memutuskan terkait vaksinasi
COVID-19 berada di rentang usia 20-24 tahun yaitu sebanyak 66.6%, sedangkan
persentase terendah belum memutuskan vaksinasi COVID-19 berada di rentang
usia 30-39 tahun yaitu sebanyak 18.1%.

Berdasarkan jenis kelamin, persentase responden laki-laki lebih banyak


menerima vaksinasi COVID-19 yaitu 100%, sedangkan perempuan sebanyak
48.1%. Persentase responden perempuan lebih banyak menolak vaksinasi
COVID-19 daripada laki-laki yaitu 22.2%. Persentase responden perempuan juga
lebih banyak belum memutuskan terkait vaksinasi COVID-19 daripada laki-laki
yaitu 29.6%.

4.2.2 Faktor Penghambat dan Pendorong Penerimaan Vaksinasi COVID-19


Pada tabel berikut ini dijelaskan terkait faktor penghambat kepercayaan
pegawai puskesmas Nan Balimo terhadap vaksinasi COVID-19:

Tabel 4.5 Faktor Penghambat Penerimaan Terhadap Vaksinasi COVID-19

Pernyataan (n / %)

Tidak yakin keamanannya 0

0
Tidak yakin efektivitasnya

Takut efek simpang seperti demam, nyeri 0

Tidak percaya vaksin 0

Kepercayaan agama 6/100

100
Saya takut jarumj Lain-lain
Berbagai faktor pendorong penerimaan pegawai puskesmas terhadap
vaksinasi di jabarkan pada tabel berikut ini:
Tabel 4.6 Faktor Pendorong terkait Penerimaan terhadap Vaksin COVID-19

Pernyataan Jumlah (n / %)

Telah mendapatkan informasi seputar vaksin COVID 19 30 / 100

Bagaimana cara Anda untuk mendapatkan informasi


mengenai vaksin COVID-19?
a. Media sosial seperti Whatsapp, Facebook, 18 / 60
Instagram, Twitter
b. Telekomunikasi seperti SMS dan telepon
c. Platform Online seperti Zoom, Skype 2 / 6.6
d. Media cetak dan elektronik: TV, surat kabar 2 / 6.6
e. Komunikasi tatap muka 4 / 13.3
f. ≥2 cara 4 / 13.3

Demi kenyamanan Anda, Anda lebih memilih mendapatkan


Vaksin di?
a. Puskesmas 30 / 100

b. Posbindu
c. Dokter/Bidan/ RS swasta
d. Kantor/tempat kerja
e. Institusi Pendidikan seperti Universitas
Lainnya, sebutkan
Berdasarkan tabel di atas, faktor pendorong penerimaan vaksinasi yaitu
seluruh responden (100%) telah mendapatkan informasi seputar vaksin COVID-
19. Diantaranya melalui media sosial seperti Whatsapp, Facebook, Instagram,
Twitter sebanyak 18 orang (60%), sebanyak 13.3% melalui komunikasi tatap
muka dan melalui ≥ 2 cara. Sedangkan melalui platform online dan media cetak
sebanyak 6.6%. Selain itu, sebanyak 100% responden memilih mendapatkan
vaksinasi di Puskesmas.

4.3 Pembahasan
Penelitian ini diikuti oleh Pegawai Puskesmas Nan Balimo Kota Solok
yang berusia 20 tahun sampai dengan 50 tahun keatas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase terbanyak responden
berada di kelompok usia 25-29 tahun yaitu 11orang (36.6%). Sejalan dengan
Survei Penerimaan Vaksin COVID-19 di Indonesia, jumlah responden terbanyak
yakni berusia 26-35 tahun (32.7%)29
Berdasarkan jenis kelamin, responden perempuan berjumlah 27 (90%)
sedangkan laki-laki 3 orang (10%). Sedangkan berdasarkan Survei Penerimaan
Vaksin COVID-19 di Indonesia, jumlah responden laki-laki (52%) lebih banyak
daripada responden perempuan (47%).29
Ditinjau dari distribusi nilai pengetahuan Pegawai Puskesmas Nan
Balimo terhadap Vaksinasi COVID-19 sebagian besar responden berada di
rentang nilai 55-75 yaitu sebanyak 20 responden (66.6%).
Dari jumlah 30 responden di Nan Balimo, sebanyak 53.3% menerima
vaksinasi COVID-19. Pada Survei Penerimaan Vaksin COVID-19 di Indonesia
persentase responden yang menerima vaksinasi COVID-19 sebanyak 65%.29
Berdasarkan tabel 4.4, persentase jumlah responden terbanyak di Nan
Balimo yang menerima vaksinasi COVID 19 berada di rentang usia 25-29 tahun
yaitu sebanyak 70%. Persentase responden terbanyak yang menolak vaksinasi
COVID 19 berada di rentang usia ≥50 tahun. Persentase responden terbanyak
yang belum memutuskan terkait vaksinasi COVID-19 berada di rentang usia 20-
24 tahun yaitu sebanyak 66.6%
Berdasarkan jenis kelamin, persentase responden di Nan Balimo yang
berjenis kelamin laki-laki lebih banyak menerima vaksinasi COVID-19 yaitu
100%, sedangkan perempuan sebanyak 48.1%. Persentase responden perempuan
lebih banyak menolak vaksinasi COVID-19 daripada laki-laki yaitu 22.2%.
Persentase responden perempuan juga lebih banyak belum memutuskan terkait
vaksinasi COVID-19 daripada laki-laki yaitu 29.6%. Dalam Survei Penerimaan
Vaksin COVID-19 di Indonesia , tingkat penerimaan vaksin COVID-19 antara
responden laki-laki dan perempuan hampir sama, yakni 65%. Sebanyak 10%
responden laki-laki menyatakan menolak divaksin. Lebih jauh, responden
perempuan tampak lebih ragu (belum memutuskan) sebanyak 30%.29
Berdasarkan tabel 4.5, faktor penghambat responden dalam penerimaan
vaksinasi COVID-19 adalah kepercayaan agama (100%)

4.4 Keterbatasan Penelitian


1. Dari beberapa teori yang telah dikemukakan dalam penelitian ini, peneliti
sadar penelitian ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan yaitu
peneliti hanya menggunakan kuesioner dalam pengambilan data sehingga
tidak mengkaji lebih mendalam mengenai bagaimana pengetahuan dan
penerimaan Pegawai Puskesmas Nan Balimo Kota Solok terhadap
vaksinasi COVID-19.
2. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yaitu penelitian yang
hanya menganalisa suatu keadaan dalam suatu saat tertentu saja.
3. Adanya kemungkinan bias karena faktor kesalahan interpretasi responden
dalam memahami maksud dari pertanyaan sebenarnya dan jawaban
responden tergantung pada pemahaman responden terhadap pertanyaan
kuesioner.
4. Sampel yang hanya dilakukan pada satu puskesmas sehingga tidak dapat
mewakili keseluruhan pegawai puskesmas di Kota Solok.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyimpulkan sebagai berikut:
1. Karakteristik pegawai puskesmas yang mengikuti penelitian ini paling
banyak berada pada rentang umur 25-29 tahun, dengan jenis kelamin
perempuan lebih banyak daripada laki-laki
2. Gambaran pengetahuan pegawai puskesmas terhadap vaksinasi Covid-19
terbanyak berada dalam rentang nilai 55-75 yaitu sebanyak 66.6%.
Namun, masih terdapat sebanyak10% responden dengan nilai ≤ 20.
3. Gambaran penerimaan pegawai puskesmas terhadap vaksinasi COVID-
19 sebanyak 53.3%. Namun masih terdapat 20% responden yang
menolak vaksinasi tersebut. Sedangkan sebanyak 26.6% masih belum
memutuskan terkait vaksinasi. Berdasarkan usia, persentase yang
menerima vaksinasi COVID 19 berada di rentang usia 25-29 tahun yaitu
sebanyak 70%. Berdasarkan jenis kelamin, responden laki-laki menerima
vaksinasi sebanyak 100% , sedangkan perempuan 48.1%
4. Faktor penghambat terkait penerimaan vaksin COVID-19 terbanyak
adalah kepercayaan agama (100%). Faktor pendorong responden terkait
penerimaan vaksinasi adalah telah mendapatkan informasi seputar vaksin
COVID 19
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian, pembahasan, dan kesimpulan serta manfaat yang
ingin dicapai dalam penelitian ini maka peneliti mengajukan saran sebagai
berikut:
1. Bagi peneliti selanjutnya, perlu adanya penelitian lanjutan mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan pegawai puskesmas
terhadap vaksin COVID-19 serta penelitian dapat dilakukan dengan
jumlah sampel yang lebih besar.
2. Kepercayaan pada pegawai puskesmas harus lebih ditingkatkan agar
dapat memberikan edukasi dan informasi kepada masyarakat terkait
vaksin COVID-19. Karena pekerja medis merupakan sumber informasi
terpercaya bagi masyarakat selain media sosial.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pencegahan dan


Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19) Rev-5. Jakarta:Direktorat
Jenderal Pencegahan dan pengendalian Penyakit;2020
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman tatalaksana
COVID-19) edisi ke 3 Jakarta: PDPI, PERKI, PAPDI, et al ;2020
3. World Health Organization (2021). Coronavirus (COVID-19) Outbreak
https://www.who.int/health-topics/coronavirus. -Diakses 30 Januari 2021
4. World Health Organization (2021). WHO Coronavirus Disease (COVID-
19) Dashboard. https://www.who.int. -Diakses 30 Januari 2021
5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Situasi Terkini
Perkembangan Novel Coronavirus (COVID-19).2021
6. Dinas Komunikasi dan Informatika Sumatera Barat (2021). Sumbar
Tanggap Corona. https://corona.sumbarprov.go.id/ -Diakses 16 Januari
2021
7. Dinas Komunikasi dan Informatika Sumatera Barat (2021). Info COVID-
19 Provinsi Sumatera Barat. https://sumbarprov.go.id/ -Diakses 16 Januari
2021
8. Magadmi RM, Kamel FO. Beliefs and Barriers Associated with COVID-
19 Vaccination Among the General Population in Saudi Arabia. Research
Square. 2020
9. Tim Komunikasi Komite Penanganan Corona Virus Disease 2019
(COVID-19) dan Pemulihan Ekonomi Nasional (2021). Data Vaksinasi
COVID-19.https://covid19.go.id/- diakses
10. Fu C, Wei Z, Li S, et al.Acceptance and preference for COVID-19
vaccination in health-care workers (HCWs). Zhejiang Chinese medical
university.2020
11. Yuliana. Corona Virus Disease (Covid-19), sebuah tinjauan literatur.
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Wellness and Health
Magazine. Vol 2 No. 1, Februari, 2020
12. Shereen MA, Khan S, Kazmi A, Bashir N, Siddique R. 2020. Covid-19
infection: origin, transmission, and characteristics of human coronaviruses.
13. Huang C, Wang Y, Li X, Ren L, Zhao J, Hu Y, et al. Clinical features
ofpatients infected with 2019 novel virus corona in Wuhan, China.Lancet.
2020;395(10223):497-506.
14. Doremalen N, Bushmaker T, Morris DH, Holbrook MG, Gamble A,
Williamson BN, et al. 2020. Aerosol and Surface Stability of SARS-CoV-
2 as Compared with SARS-CoV-1. N Engl J Med. 2020 Apr
16;382(16):1564-1567. doi: 10.1056/NEJMc2004973. Epub 2020 Mar 17.
15. Center for Disease Control and Prevention. Corona Virus (COVID-19).
https://www.cdc.gov/virus corona/2019-ncov/index.html
16. Adityo Susilo, C. Martin R, Ceva WP, Widayat DS, Mira Y, Heri K,
Robert S, Gurmeet S, Leonard N, Erni JN, Lie KC, Alvina W, Edwin W,
Bramantya W, Maradewi M, Firda A, Chyntia OM J, Evy Y. Virus corona
Disease 2019: Tinjauan Literatur Terkini Virus corona Disease 2019:
Review of Current Literatures. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia. Vol 7
No. 1, Maret, 2020.
17. Yuliana 2020, ‘Coronavirus Disease (COVID-19); Sebuah Tinjauan
Literatur’, Wellness and Healthy Magazine, vol. 2, no. 1, hh. 187-192
18. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPDI). Panduan praktis klinis:.
Pneumonia Covid-19. Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia,
Jakarta, 2020
19. World Health Organization. Clinical management of severe acute
respiratory infection when novel virus corona (2019-nCoV) infection is
suspected. interim guidance. [Serial on The Internet]. Cited Jan 30th 2020.
Available on: https://www.who.int/publications-detail/clinical-
management-ofsevere-acute-respiratory-infection-when-novel-virus
corona(ncov)-infection-is-suspected.(Jan 28th 2020).
20. WHO. Advice on the use of masks in the community, during home care
and in health care settings in the context of the novel virus corona (2019-
nCoV) outbreak. [serial on The Internet]. cited Feb 2nd 2020. Available
on: https://www.who.int/ith/2020-24-01outbreak-of-Pneumonia-caused-
by-new-virus corona/en/.(Jan 29th 2020).
21. World Health Organization. (2012). “Basic Concept of Vaccination”.
Immunization, Vaccines and Biologicals: Vaccine Fact Book.
http://www.who.int/immunizaztion/position_papers/en/
22. Sari IP, Sriwidodo. Perkembangan Teknolofi Terkini dalam Mempercepat
Produksi Vaksin Covid-19. Majalah Farmasetika.2020. 5 (5).hal 204-217.
23. Makmun A, Hazhiyah SF. Tinjauan Terkait Pengembangan Vaksin
COVID-19. Molucca Medika. 2020. Vol 13, No 2 hal 52-59.
24. World Health Organization. Landscape of Novel Coronavirus Candidate
Vaccine Development Worldwide.2021 http://www.who.int/
25. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.9860 Tahun 2020
tentang Penetapan Jenis Vaksin Untuk Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19.
2020.
26. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Vaksinasi Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Covid-19
27. Akbar, Mohammad Muzahid and Noorjanah Parvez. 2009. Impact or
Service Quality, Trust, and Customer Statisfication on Customers Loyalty.
ABAC Journal Vol.29 No. 1 : 24-38.
28. Laporan Tahunan Puskesmas Nan Balimo tahun 2019.
29. Kementerian Kesehatan RI. Survei Penerimaan Vaksin COVID-19 di
Indonesia. November 2020.
30. Khan S, Faslu R, Haritha CV, Tiwari R, Dhama K. COVID-19 Vaccine
acceptance: Beliefs and Barriers associated with vaccination among the
general population in India. Journal of Experimental Biology and
Agricultural Science.2020. Vol 8. Page 210-218.
LAMPIRAN 1:

KUESIONER GAMBARAN
PENGETAHUAN DAN PENERIMAAN
PEGAWAI PUSKESMAS TERHADAP
VAKSINASI COVID-19 DI PUSKESMAS
NAN BALIMO
KOTA SOLOK

Nama (inisial) :

Jenis Kelamin :

Umur :

Pekerjaan :

Jawablah pertanyaan di bawah ini:

1. Apakah Agama Anda?


A. Islam
B. Kristen
C. Katolik
D. Lainnya, sebutkan

2. Status pernikahan Anda?


A. Menikah
B. Sendiri (tidak menikah/cerai)

3. Apakah Status Pendidikan terakhir anda?


A. Tidak/belum pernah sekolah
B. Tidak menyelesaikan SD/ MI
C. Lulus SD/ MI
D. Lulus SMP/ MTs
E. Lulus SMA/ MA/ Sekolah Kejuruan
F. Lulus Diploma/ Sarjana/Magister/Doktor/Perguruan Tinggi
4. Berapa rata-rata pengeluaran bulanan rumah
tangga/keluarga Anda? A. Rp. 1.416.000 -
2.128.000
C. Rp. 2.128.001 - 4.800,000
D. Rp. 4.800.001 - 24.000.000
E. >Rp. 24.000.000

5. Apakah Anda telah mendapatkan informasi seputar vaksin COVID 19?


A. Ya
B. Tidak
C. Tidak Tahu

6. Bagaimana cara Anda untuk mendapatkan informasi mengenai vaksin


COVID-19?
a. Media sosial seperti Whatsapp, Facebook, Instagram, Twitter
b. Telekomunikasi seperti SMS dan telepon
c. Platform Online seperti Zoom, Skype
d. Media cetak dan elektronik: TV, surat kabar
e. Komunikasi tatap muka
f. Lainnya

7. Yang bukan sasaran imunisasi COVID-19 adalah yang tersebut dibawah


ini:
a. Tenaga kesehatan dan semua petugas yang bekerja pada
fasilitias pelayanan kesehatan di seluruh Indonesia
b. Kelompok pekerja yang merupakan kelompok usia produktif
dan berkontribusi dalam sector perekonomian termasuk sektor
pendidikan
c. Kelompok rentan pada usia balita dan lansia
d. Penduduk yang tinggal di tempat berisiko tinggi (rumah
jompo, kawasan padat penduduk, populasi di kluster seperti
asrama, pondok pesantren dan kelompok kluster lainnya)
8. Imunisasi COVID-19 tidak dilaksanakan di tempat berikut ini:
a. Posyandu
b. Puskesmas
c. Rumah sakit pemerintah
d. Klinik yang melayani imunisasi

9. Yang bukan ketentuan ruang untuk pelayanan imunisasi pada masa


pandemi COVID-19 adalah sebagai berikut:
a. Ruang/tempat yang cukup luas, sirkulasi udara yang baik
b. Ruangan dibersihkan sebelum dan sesudah pelayanan dengan cairan
desinfektan
c. Fasilitas mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir atau hand
sanitizer
d. Ruang/tempat pelayanan imunisasi berdekatan dengan poliklinik

10. Dosis dan cara penyuntikan vaksin COVID-19 yang benar adalah:
a. 0.05 ml secara intradermal
b. 0.05 ml secara intramuscular
c. 0.05 ml secara subkutan
d. 0.05 ml secara intrafasia

11. Pernyataan dibawah ini adalah langkah-langkah penyuntikkan


yang aman. Pilih pernyataan yang bukan langkah-langkah
penyuntikkan yang benar:
a. Melakukan skrining terhadap sasaran yang akan disuntik
b. Imunisasi dilakukan dengan menggunakan alat suntik sekali
pakai (Auto Disable Syringes/ADS) 0.05 ml
c. Melakukan aspirasi terlebih dahulu sebelum menyuntik
d. Untuk mengantisipasi terjadinya kasus KIPI yang serius maka
sasaran diminta untuk tetap tinggal di pos pelayanan imunisasi
selama 30 menit sesudah imunisasi
12. Dalam manajemen cold chain, indikator yang digunakan untuk
memantau keterpaparan vaksin terhadap suhu panas yang melakat di
Vial Vaksin adalah:
a. Freeze Tag
b. Log Tag
c. Heat Thermo
d. Vaccine Vial Monitor
13. Suhu yang direkomendasikan untuk penyimpanan vaksin sensitive beku
termasuk vaksin COVID-19 adalah :
a. -15 s.d -25 C
b. 2 s.d 8 C
c. Suhu kamar
d. 0 s.d 8 c

14. Kelebihan lemari es pintu buka atas dibandingkan dengan lemari es


buka depan adalah, kecuali:
a. Suhu lebih stabil
b. Bila listrik padam relatif suhu dapat bertahan lama
c. Susunan vaksin menjadi lebih mudah dan vaksin terlihat jelas
d. Jumlah vaksin yang dapat ditampung lebih banyak

15. Manakah diantara kelompok vaksin berikut ini yang sensitive panas?
a. BCG,MR, dan bOPV
b. Td, BCG, dan IPV
c. Campak, DPT.HB-HiB dan DT
d. Hanya IPV

16. Apabila terdapat vaksin sensitif beku yang dicurigai pernah terpapar
suhu minus, maka perlu dilakukan:
a. Uji kocok
b. Uji validasi VVM
c. Mengatur suhu lemari es
d. Membuang vaksin tersebut

17. Tujuan program imunisasi adalah :


a. Memberikan perlindungan kepada individu dari PD3I
b. Memberikan perlindungan kepada komunitas (herd immunity) dari
PD3I
c. Menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat PD3I
d. A dan C benar

18. Jenis vaksin di bawah ini harus disimpan pada suhu 2 s.d 8 C, kecuali :
a. DPT-HB-Hib
b. Polio (bOPV)
c. COVID-19
d. Polio (IPV)

19. Peralatan dan bahan yang harus tersedia pada setiap pelayanan imunisasi
adalah:
a. Vaksin, Auto Disable Syringe (ADS)
b. Kit anafilaktik
c. Vaccine carrier dan coolpack
d. Semua benar

20. Pada label vaksin tertulis ED Oktober 2021 artinya vaksin boleh
digunakan untuk pelayanan imunisasi sampai tanggal:
a. 1 Oktober 2021
b. 30 September 2021
c. 31 Oktober 2021
d. 1 November 2021

21. Vaksin golongan freeze sensitive yang sudah dibuka di puskesmas atau
rumah sakit tetapi masih belum habis maka vaksin tersebut masih dapat
digunakan sampai 4 minggu, kecuali:
a. Belum kadaluarsa
b. Tersimpan pada suhu 20 s.d 80 C
c. Label sudah terlepas
d. VVM masih A atau B
22. Di bawah ini merupakan salah satu tujuan dari dilakukannya
monitoring dan evaluasi kegiatan imunisasi :
a. Memilih wilayah dengan cakupan yang tinggi atau
menyatakan sudah selesai kegiatan
b. Memastikan bahwa kegiatan dilaksanakan sesuai panduan standar
c. Melaksanakan alur proses layanan imunisasi
d. Melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala dan berjenjang

23. Di bawah ini yang BUKAN merupakan tujuan dari


dilakukannya pencatatan dan pelaporan imunisasi adalah:
a. Menentukan ruang dan waktu pelayanan imunisasi
b. Dokumentasi hasil kegiatan (cakupan, penggunaan vaksin, dan
logistic)
c. Dokumentasi proses layanan imunisasi
d. Sebagai bahan untuk analisa

24. Komponen yang harus dilakukan verifikasi terhadap laporan imunisasi,


kecuali:
a. Sisa vaksin dengan jumlah tenaga kesehatan
b. Data cakupan imunisasi dengan mikroplaning
c. Data nama sasaran pada mikroplaning dengan daftar kehadiran
d. Cakupan imunisasi dengan jumlah vaksin

25. Untuk melakukan monitoring kualitas pelayanan imunisasi,


instrument yang digunakan adalah:
a. Instrumen surveilans keamanan
b. Instrumen penilaian persiapan tingkat puskesmas/ kabupaten-kota dan
provinsi
c. Daftar tilik RAPID Convenience Assesment (RCA)
d. Daftar tilik supervisi pelaksanaan

26. Di bawah ini adalah jenis pencatatan dan pelaporan imunisasi:


a. Pencatatan dan pelaporan menyeluruh dan berkala
b. Pencatatan dan pelaporab lengkap dan tepat waktu
c. Pencatatan dan pelaporan manual dan elektronik
d. Pencatatan dan pelaporan computer dan kertas

27. Apakah Anda tahu bahwa Pemerintah Republik Indonesia (RI) berencana
memberikan vaksin COVID-19? (catatan: Vaksin dapat diberikan dalam satu
atau dua dosis atau lebih dan diberikan melalui suntikan)
A. Ya
B. Tidak

28. Jika pemerintah RI memberikan vaksin COVID-19 apakah Anda


bersama dengan keluarga Anda akan ikut diimunisasi?
A. Ya
B. Tidak
C. Belum memutuskan

29. Jika jawaban No. 23 adalah tidak, apa alasannya? :


a. Tidak yakin keamanannya
b. Tidak yakin efektivitasnya
c. Takut efek simpang seperti demam, nyeri
d. Tidak percaya vaksin
e. Kepercayaan agama
f. Lainnya, sebutkan

30. Demi kenyamanan Anda, Anda lebih memilih mendapatkan Vaksin di?
a. Puskesmas
b. Posbindu
c. Dokter/Bidan/ RS swasta
d. Kantor/tempat kerja
e. Institusi Pendidikan seperti Universitas
f. Lainnya, sebutkan

LAMPIRAN 2 :Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai