Anda di halaman 1dari 48

BAB 1

Pendahuluan
Latar Belakang

Glaukoma berasal dari bahasa Yunani, yaitu glaukos


berarti hijau kebiruan, yang memberikan kesan warna
tersebut pada pupil penderita glaukoma
Glaukoma merupakan suatu neuropati optik kronik, yang
dapat ditandai oleh pencekungan (cupping) diskus optikus
dan pengecilan lapangan pandang, dan biasanya disertai
dengan peningkatan tekanan intraocular.
Di Amerika Serikat,
data WHO tahun 2010,
penyebab kebutaan diperkirakan 3 juta
diperkirakan sebanyak
kedua terbanyak setelah penduduk terkena
3,2 juta orang mengalami
katarak di seluruh dunia glaukoma dan sekitar
kebutaan akibat
yang irreversible 50% dari kasus tersebut
glaukoma
tidak terdiagnosis

Indonesia penelitian Juli


di RS. Dr. M. Djamil
2013 -Juli 2014 di RSCM
Padang sebesar 263
Jakarta sebanyak 12.801
kasus
kasus
Glaukoma primer sudut terbuka merupakan bentuk
yang tersering, bersifat kronik dan bersifat progresif

Bentuk lain dari glaukoma glaukoma primer sudut


tertutup, glaukoma sekunder sudut terbuka,
glaukoma sekunder sudut tertutup, glaukoma
kongenital dan glaukoma absolut.
Batasan Masalah Tujuan Penulisan Metode Penulisan

• membahas • untuk menambah • tinjauan pustaka,


definisi, pengetahuan dengan merujuk ke
epidemiologi, penulis dan berbagai sumber
etiologi, faktor- pembaca dan literatur.
risiko, patogenesis mengenai
dan patofisiologi, glaukoma primer.
gambaran klinis,
pemeriksaan,
diagnosis, serta
tatalaksana dan
prognosis dari
glaukoma primer.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Epidemiologi

• penyebab kebutaan kedua terbanyak setelah katarak di sel


uruh dunia
• WHO tahun 2010, diperkirakan sebanyak 3,2 juta orang me
ngalami kebutaan akibat glaukoma
• Sebagian besar glaukoma merupakan glaukoma primer
• Keturunan Asia lebih sering menderita glaukoma sudut tertu
tup, sedangkan keturunan Afrika dan Eropa lebih sering gal
ukoma sudut terbuka
• Survei Kesehatan Indera Tahun 1993-1996
1,5% penduduk Indonesia mengalami kebutaan denga
n prevalensi kebutaan akibat glaukoma 0.20%

• Jakarta Urban Eye Health Study tahun 2008


glaukoma primer sudut tertutup 1,89% , glaukoma pri
mer sudut terbuka 0,48%

• Riskesdas 2007
responden yang pernah didiagnosis 0,46%, tertinggi di
Provinsi DKI jakarta 1,85%, terendah di Provinsi Riau (0,04
%)
Klasifikasi Berdasarkan Etiologi
1. Glaukoma primer
a. Glaucoma sudut terbuka
• Glaukom sudut terbuka primer (glaukoma sudut
terbuka kronik, glaukoma simpleks kronik)
• Glaukoma tekanan normal (glaukoma tekanan
rendah)
b. Glaukoma sudut tertutup
• Akut
• Subakut
• Kronik
• Iris plateu
2. Glaukoma kongenital
Glaukoma yang disebabkan adanya kelainan kongenital, baik
terjadi secara primer, berkaitan dengan kelainan
perkembangan mata ataupun kelainan perkembangan
ekstraokular.

3. Glaukoma sekunder
Glaukoma yang diketahui penyebabnya. Beberapa penyebab
meliputi kelainan pada lensa, kelainan pada traktus uvea,
sindrom iridokorneoendotelial (ICE), trauma, pasca operasi,
glaukoma neovaskuler, peningkatan tekanan vena episklera,
akibat steroid, sindrom eksfoliasi dan glaukoma pigmentasi.

4. Glaukoma absolut
Glaukoma absolut merupakan stadium akhir glaukoma yang
tidak terkontrol, yaitu mata yang keras, tidak dapat melihat, dan
sering nyeri.
Faktor Risiko Glaukoma
1. Glaukoma sudut terbuka primer
•Demografi
Ras (Afrika, Karibean)
Usia
Riwayat keluarga (orangtua atau saudara)
•Faktor Okular
Tekanan intra okular
Penebalan lapisan serat saraf
Miopia
•Sistemik
Tekanan perfusi
2. Glaukoma sudut tertutup primer
•Demografi
Ras (Cina, Eskimo, India)
Usia
Jenis kelamin perempuan
Riwayat keluarga
•Faktor Okular
Kedalaman bilik mata depan
Hipermetropia
Penebalan lensa
Kelengkungan kornea yang kurang
Patofisiologi
Manifestasi Klinis
• Glaukoma Primer Sudut Terbuka
a. peningkatan TIO
b. bersifat kronik, progresive lambat
c. optik neuropati dengan pola karakteristik kerusakan saraf o
ptik
d. hilangnya lapangan pandang
• Glaukoma Primer Sudut Tertutup
a. Glaukoma sudut tertutup akut
 Penurunan penglihatan mendadak
 Menglihat Halo
 Nyeri pada mata disertai nyeri kepala hebat
 Injeksi konjungtiva dan kornea (hiperemis)
 Kornea udem
 COA dangkal, flare, cell
 Iris bombe, iris tampak mencembung
 Pupil lebar, reflek lambat/tidak ada
 Lensa : sub kapsul opacity (glaucom flecken)
 Dapat disertai keluhan mual dan muntah
• Glaukoma sudut tertutup subakut
 Sakit kepala sebelah pada mata yang sakit (timbul pada w
aktu sore hari karena pupil middilatasi sehingga iris meneb
al dan menempel pada trabekulum out flow terhambat)
 Penglihatan sedikit menurun
 Melihat pelangi di sekitar lampu (hallo)
 Mata merah dan injeksi siliar ringan
 Edema kornea ringan
 TIO meningkat
• Glaukoma sudut tertutup kronik
 tertutupnya trabekulum oleh iris perifer secara perlahan
 asimptomatis mirip glaukoma sudut terbuka primer
 dapat dari bentuk intermitten, subakut atau merambat (cre
eping)
 glaukoma sudut tertutup primer yang tidak mendapat pen
gobatan, atau setelah terapi iridektomi perifer / trabekulek
tomi (glaukoma residual)
• Iris Plateau
 kedalaman bilik mata depan sentral normal tapi sudut bilik
mata depannya sangat sempit karena posisi processus cil
iares terlalu anterior
 dilatasi akan menyebabkan merapatnya iris perifer, sehin
gga menutup sudut (pendesakan sudut)
Diagnosis
• Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Glaukoma pada dewasa dapat ditegakkan berdasarkan pene
muan hal berikut :
Kerusakan/defek nervus optikus atau lapisan fiber nervus, s
eperti pembesaran cup-disk ratio, notching atau penyempit
an neuroretinal rim, perdarahan disk atau perubahan lapisa
n friber nervus
Penyempitan lapang pandang
Peningkatan TIO >21 mmHg
Bila ditemukan 2 dari 3 hal diatas maka diagnosis glaukoma s
udah bisa ditegakkan, terutama terdapat faktor risiko seperti u
mur >50 tahun, riwayat keluarga dan ras kulit hitam.
• Pemeriksaan Oftalmologi
1.Tonometri
a.Tonometri Digital (Palpasi)
Prinsip
Pengukuran tekanan intraokular menggunakan jari pemeriks
a tepatnya telunjuk kedua tangan. Penilaian membutuhkan p
engalaman pemeriksa sehingga terdapat faktor subjektif.
Interpretasi :
N : normal, N+1 : agak tinggi, N+2 : untuk tekanan lebih tingg
i, N+3 : untuk tekanan yang sangat tinggi, N-1 : tekanan lebih
rendah dari normal, N-2 : lebih rendah lagi dan seterusnya.
b.Tonometri Schiotz
 Prinsip
Pengukuran tekanan intraokular menggunakan tonometer Sch
iotz yang merupakan tonometer indentasi yang menekan per
mukaan kornea dengan beban yang dapat bergerak bebas pa
da sumbunya. Benda yang ditaruh pada kornea akan meneka
n bola mata ke dalam dan mendapat perlawanan tekanan dari
dalam melalui kornea. Keseimbangan tekanan tergantung pad
a beban tonometer.
 Interpretasi
Pembacaan skala dikonversi pada tabel untuk mengetahui tek
anan bola mata dalam mmHg. Tekanan bola mata normal 15-
20 mmHg. Tonometer Schiotz tidak dapat dipercaya pada mio
pia dan penyakit tiroid.
c. Tonometri Aplanasi (Goldmann)
• Prinsip
Pengukuran tekanan intraokular didapatkan dengan menghil
angkan pengaruh kekakuan sklera dengan mendatarkan per
mukaan kornea. dengan rumus (P=F/A)
• Interpretasi
Bila didapatkan TIO >20 mmHg dianggap menderita glauko
ma.
2.Gonioskopi
 Prinsip
Pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai keadaan bilik mata depa
n yang dilakukan di kamar yang gelap dengan bantuan slit lamp.
 Interpretasi
Derajat 0, bila terlihat struktur sudut dan terdapat kontak kornea de
ngan iris (sudut tertutup)
Derajat 1, bila tidak terlihat ½ bagian jalinan trabekulum sebelah bel
akang dan garis Schwalbe terlihat disebut sudut sangat sempit
Derajat 2, bila sebagian kanal Schlemm terlihat
Derajat 3, belakang kanal Schlemm dan scleral spur masih terlihat
Derajat 4, badan siliar terlihat (sudut terbuka)
3.Slit Lamp
• Prinsip
Penilaian lebar sudut bilik mata depan dengan cahaya oblik
dari senter atau alat slit lamp yang terhubung ke monitor den
gan teknik van Herick. Pada teknik ini, kedalaman sudut bilik
mata depan (PAC) dibandingkan dengan ketebalan kornea (
CT) pada limbus kornea temporal dengan sinar sudut 60°.
• Interpretasi
Grade 4 : PAC > 1 CT
Grade 3 : PAC ¼ - ½ CT
Grade 2 : PAC = ¼ CT
Grade 1 : PAC < ¼ CT
4.Pemeriksaan Lapang Pandang

a.Uji Konfrontasi
 Prinsip
Menilai perbandingan lapang pandag antara pasien dengan p
emeriksa.

 Interpretasi
Bila pasien terlambat melihat benda, berarti lapang pandang p
asien lebih sempit daripada pemeriksa.
b.Perimetri Goldmann
•Prinsip
Perimetri dilakukan untuk mencari batas luar persepsi sinar perifer d
an melihat kemampuan penglihatan daerah yang sama sehingga dap
at dilakukan pemeriksaan defek lapang pandang.

Interpretasi
Dilihat defek lapang pandangan yang tergambar pada kartu kampus,
dan berdasarkan susunan anatomik diketahui letak gangguan serat s
araf. Dapat ditemukan kelainan retina, saraf, glaukoma, dan saraf opt
ik. Makin kecil objek, makin besar kemungkinan ditemukannya skoto
ma, karena makin cepat pasien sukar melihat sehinggga akan memb
erikan reaksi yang lebih cepat untuk menyatakan benda yang tidak te
rlihat.
5.Funduskopi
a.Funduskopi Direk
 Prinsip
Funduskopi bertujuan menilai keadaan dan kelainan fundus o
kuli dan pemeriksaan dilakukan dalam kamar gelap.
 Interpretasi
1. Funduskopi direk dapat menilai papil nervus optik, arteri d
an vena, makula. Gambaran funduskopi pasien glaukoma
berupa :
2. Papil glaukomatous pembesaran cup konsentrik, atrofi ne
rvus optik, nervus optik tergaung
3. Kelainan serabut retina serat yang pucat atau atropi akan
berwarna hijau
4. Tanda lainnya perdarahan peripapilar
Pemeriksaan funduskopi. (a) Normal funduskopi (b) Funduskopi pada pasien Glaukoma
b.Funduskopi Indirek
• Prinsip
Penilaian fundus menggunakan alat yang langsung dipasang d
i kepala pemeriksa dan memungkinkan pandangan binokular
melalui sepasang lensa. Pasien diminta melihat ke arah kuadr
an yang diteliti. Posisikan sebuah lensa cembung beberapa inc
hi dari mata pasien. Alat ini akan memberikan lapang pandang
lebih lebar dengan pembesaran lebih lemah.
Tatalaksana Glakoma Sudut Terbuka Primer

• Pengobatan Non Bedah


1.) Obat Penekan Pembentukan Akuos Humor
- Penghambat Adrenergik Beta
- Inhibitor karbonat anhidrase
2.) Obat-obat yang memperlancar aliran keluar akuos humor
- Analog Prostaglandin
- Obat Parasimpatomimetik
- Epinefrin
3.) Obat-obatan yang Menurunkan Volume
Korpus Vitreum
- Obat-obat hiperosmotik
• Terapi Bedah dan Laser
- Iridektomi & Iridotomi Perifer
- Trabekuloplasti Laser
- Bedah Drainase Glaukoma
- Tindakan Siklodestruktif
Prognosis
Setelah pengobatan awal dari glaukoma, pemantauan perkembangan pasien dibutuhkan utntuk memonitor
stabilitas dari TIO, nervus optikus, dan cakupan lapangan pandang, kepuasan pasien akan terapi, efek
samping dari terapi, dan efektifitas dari konseling yang diajarkan kepada pasien. Follow up juga memberikan
kesempatan untuk memastikan kembali diagnosisdan penatalaksanaan dari glaukoma

Sebagian besar dari pasien glaukoma primer sudut terbuka akan memiliki gangguan penglihatan di sepanjang
hidup mereka. Beragam insidens kebutaan sudah dilaporkan, diperkirakan kebutaan unilateral terjadi
sebanyak 27% dan kebutaan bilateral terjadi sebanyak 9%, 20 tahun setelah diagnosis ditegakan.

Prevalensi dari kebutaan bilateral pada orang kulit hitam di Amerika Serikat didapatkan sebanyak 8%
sementara pada orang kulit putih hanya sebanyak 4%. Pasien yang mempunyai risiko terbesar untuk
mengalami kebutaan adalah pasien yang sewaktu terdiagnosis sebagai glaukoma telah memiliki penurunan
luas lapangan pandang
Komplikasi
• Tanpa pengobatan, glaukoma sudut terbuk
a dapat berkembang secara perlahan hing
ga akhirnya menimbulkan kebutaan total
Penatalaksanaan Glaukoma Sudut Tertutup Primer
• Terapi pada awalnya ditujukan untuk menurunkan tekanan intr
aokuler. Pengobatan dengan obat-obatan antara lain :
- Miotik
- Penghambat karbonik anhidrase (carbonic anhydrase inhibit
or) yang menyebabkan berkurangnya produksi akuos humor
- Analog prostaglandin
- β-bloker
- Steroid topikal
- Obat hiperosmotik
• Pembedahan
1. Iridektomi Perifer
2. Laser iridotomy
3. Pembedahan Filtrasi (trepanasi, sklerot
omi, trabekulektomi)
Penyulit
•Sinekia anterior perifer: apabila galukoma akut
tidak cepat diobati, terjadilah perlekatan antara
iris bagian tepi dan jaringan trabekulum.
Akibatnya adalah bahwa penyaluran keluar
akuos humor lebih terhambat.

•Katarak: di atas permukaan kapsul depan lensa


acapkali terlihat bercak putih sesudah suatu
serangan akut. Tampaknya seperti susu yang
tertumpah di atas meja. Gambaran ini
dinamakan Glaukomflecke.
• Atrofi papil saraf optik karena serangan
yang mendadak dan hebat,papil saraf
optik mengalami pukulan yang berat
hingga menjadi atrofi.

• Glaukoma absolute adalah istilah untuk


suatu glaukoma yang sudah
terbengkalai sampai buta total.
• Prognosis
Deteksi dini dan pengobatan yang tepat dan sese
gera mungkin, maka prognosisnya baik.
• Pencegahan
Pemeriksaan mata secara teratur dengan dokter
mata dapat mengidentifikasi orang yang berisiko untuk
akut sudut tertutup glaukoma. Pada beberapa orang y
ang berisiko tinggi, iridotomy laser dapat dilakukan unt
uk mencegah serangan glaukoma akut sudut tertutup.
Komplikasi
• apabila galukoma akut tidak cepat diobati, dapat terjadi
perlekatan antara iris bagian tepi dan jaringan trabekulum.
Sinekia
anterior perifer Akibatnya aliran akuos humor lebih terhambat.

• Badan siliar akan berdegenerasi, TIO menurun dan bola


Atrofi Bulbi
mata menyusut.

• Sebagai hasil dari peningkatan TIO yang terus menerus,


sklera menjadi sangat tipis dan atrofi mengakibatkan adanya
staphyloma tonjolan yang keluar di silia (silia staphyloma).
• komplikasi dari edema epitel dan hilangnya sensibilitas
kornea yang berlangsung lama. Terkadang, ulkus kornea
Ulserasi dapat berlanjut menjadi perforasi.
kornea

• N. Optikus rusak Penurunan visus permanen


kebutaan

• pada keadaan tekanan bola mata yang sangat tinggi,


maka akan terjadi gangguan permeabilitas kapsul lensa
katarak sehingga terjadi kekeruhan lensa
Prognosis
• POAG • PACG
• Prognosis tergantung dari jenis PACG( A
• Progressiveterbu • kut atau Kronik)
glaukoma akut sudut tertutup tergantung
apakah dapat ditatalaksana dengan baik
kasilent sympto dan cepat. Jika episode glaukoma akut d
apat ditatalaksana dengan baik, maka taj
am penglihatan dapat kembali hampir se
meharus cepat di perti semula. Jika tidak ditatalaksana den
gan baik atau pasien terlambat mendapat
tatalaksana kan terapi atau terlah terjadi kerusakan n
ervus optik, maka pasien dapat mengala
mi kebutaan.
Kesimpulan
Glaukoma merupakan sekumpulan penyakit akibat kerusakan
saraf optik yang diikuti dengan gangguan lapangan pandang
yang khas. Keadaan ini disebabkan karena tekanan bola mata
yang tinggi meningkat akibat produksi aqueos humor tidak
seimbang ataupun terdapat sumbatan sehingga aliran aqueos
humor tidak lancar. Glaukoma merupakan penyebab kebutaan
kedua terbanyak setelah katarak di seluruh dunia, dan bersifat
permanen, atau tidak dapat diperbaiki (irreversible).
KLASIFIKASI
•berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik (Ophtalmologi), dan
pemeriksaan penunjang.
•Pertama kali penting untuk menilai visual axis, pupil, sclera,
konjungtiva, kornea, ketebalan corneal, TIO, dan segment anterior.
•funduskopi, tonometry, gonioskopi, maupun perimetri.
Diagnosis •Tonometry merupakan pemeriksaan rutin pada glaukoma yang
digunakan untuk menilai tekanan bola mata.

•menurunkan tekananan intraokular, mencegah progresifitas agar


visus tidak buruk, memperbaiki fungsi visual dengan komplikasi
minimal, serta meningkatkan kualitas hidup penderita glaukoma.

•farmakologi atau non farmakologi (pembedahan).


Tatalakasana

Anda mungkin juga menyukai