Oleh :
Preseptor:
1
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS/
RSUP DR M DJAMIL PADANG
2018
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
ini merupakan salah satu penyebab utama dan pertama kematian di negara
maju dan berkembang, termasuk Indonesia. Pada tahun 2010, secara global
tersering yakni sebesar 36% dari seluruh kematian, angka ini dua kali lebih
penyebab utama dan pertama dari seluruh kematian, yakni sebesar 26,4%,
angka ini empat kali lebih tinggi dari angka kematian yang disebabkan
oleh kanker (6%). Dengan kata lain, lebih kurang satu diantara empat
saling terkait.1
oksigen dan nutrisi ini mengalir melalui suatu pembuluh darah yang
2
disebut pembuluh koroner. Apabila pembuluh darah menyempit atau
kardiovaskuler pada tahun 2002 sekitar 16,7 juta orang, dan sebanyak 17,3 juta
orang meninggal dunia karena penyakit kardiovaskuler pada tahun 2008, dan
itu mewakili 30% dari penyebab kematian secara umum, dari kematian ini
diperkirakan 7,3 juta disebabkan oleh penyakit jantung koroner dan 6,2 juta
angka kematian karena penyakit kardiovaskuler mencapai lebih dari 80% dan
terjadi hampir sama pada pria dan wanita. Pada tahun 2030, diprediksi hampir
23,6 juta orang akan meninggal akibat penyakit kardivaskuler, terutama dari
penyakit jantung, dan ini di proyeksikan untuk tetap menjadi penyebab utama
kematian tunggal.4
3
elevation myocardial infarction/STEMI).6 Walaupun terdapat kemajuan
umum dikenal berbagai faktor yang berperan penting terhadap timbulnya PJK
yang disebut sebagai faktor risiko PJK. Faktor risiko PJK menjadi dua, yaitu
faktor yang tidak dapat diubah dan yang dapat diubah. Adapun faktor risiko
yang tidak dapat diubah adalah jenis kelamin, umur, dan keturunan. Sedangkan
usia >65 tahun di beberapa negara berkembang, termasuk indonseia. PJK pada
usia lanjut mempunyai risiko tinggi terhadap kematian dan adverse events. Usia
mendapatkan manfaat yang sama atau lebih besar dibandingkan dengan usia
tidak nyaman di dada, terutama pada saat aktivitas. Hingga saat ini angina
4
dibutuhkan miokardium akibat adanya aterosklerosis di arteri koroner. 9
Prevensi sekunder penyakit jantung koroner menjadi salah satu fokus utama
paling penting adalah memelihara fungsi jantung sehingga harapan hidup akan
meningkat.2
memberikan efek samping. Hal yang perlu diperhatikan dalam pengobatan ada
beberapa obat, meskipun memulihkan keadaan, tidak selalu membuat lebih baik,
dengan dokter dapat menimbulkan masalah baru. 1 Penggunaan obat yang tidak
tepat, tidak efektif dan tidak aman, telah menjadi masalah tersendiri dalam
pelayanan kesehatan. Penggunaan obat dinilai tidak tepat jika indikasi tidak
jelas, pemilihan obat tidak sesuai, cara penggunaan obat tidak sesuai, kondisi
obat tidak sesuai dan lain-lain. Maka dari itu perlu dilaksanakan evaluasi
ketepatan obat, untuk mencapai pengobatan yang efektif, aman dan ekonomis.1
5
Tulisan ini bertujuan untuk memahami definisi, etiopatogenesis, gambaran
klinis, diagnosis, pemeriksaan penunjang, management serta komplikasi dan
prognosis dari angina pektoris stabil.
1.4 Metode Penulisan
Tulisan ini dibuat berdasarkan tinjauan kepustakaan yang mengacu pada
berbagai literatur termasuk buku teks dan artikel ilmiah.
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Angina pektoris stabil adalah sindroma klinik yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara kebutuhan (demand) dan suplai aliran darah arteri
koroner. Nyeri dada atau rasa tidak enak di dada akibat transien iskemik miokard.
Nyeri bisa menjalar ke satu lengan atau dua lengan atau leher atau ke ulu hati,
lama < 20 menit. Nyeri dada berhubungan dengan plak yang stabil. Nyeri dada
dicetuskan sewaktu adanya beban seperti exercise, emosi, kedinginan dimana
kebutuhan miokardium tidak dapat dipenuhi dengan suplai yang cukup. Nyeri
dapat hilang atau berkurang dengan istirahat atau pemberian nitrat.14
2.2 Epidemiologi
Prevalensi angina dalam suatu studi populasi meningkat seiring
bertambahnya usia, wanita berusia 45-65 tahun 5-7% meningkat hingga 10-12%
pada wanita berusia 65-84 tahun. Pria berusia 45-64 tahun mempunyai prevalensi
sebesar 4-7% dan meningkat 12-14% pada usia 65-84 tahun. Prevalensi angina
pektoris stabil tanpa komplikasi pada pria 45-65 tahun di barat 1,0%, insiden
sedikit lebih tinggi pada wanita di bawah usia 65 tahun. Angka mortalitas angina
berkisar 1,2-2,4 % per tahun dengan prevalensi kematian jantung antara 0,6-1,4%
per tahun. Prognosis dapat bervariasi tergantung dasar klinis, karakteristik
fungsional dan anatomi, sebagai contoh oleh Reduction of Atherothrombosis for
Continued Health (REACH) pasien yang memiliki risiko sangat tinggi yaitu
dengan penyakit arteri perifer atau sudah infark miokard sebelumnya dan hampir
50% dengan diabetes.16
2.3 Etiologi
Nyeri dada : 16
1. Angina tipikal : Memenuhi 3 kriteria berikut :
7
1. Rasa tidak nyaman di substernal dengan
karakterisktik dan durasi
2. Provokasi oleh aktivitas atau stress emosional
3. Berkurang dengan istirahat dan atau pemberian
nitrat
2. Angina atipikal : Memenuhi 2 dari 3 kriteria
3. Non nyeri dada angina : Memenuhi 1 atau tidak ada dari kriteria
Hal- hal yang dapat menyebabkan nyeri dada :15
1. Kardiak : sindroma koroner akut, prolaps katup mitral, stenosis aorta,
regurgitasi aorta, perikarditis.
2. Non kardiak
Paru : emboli paru, pluritis, pneumothorax, pneumonia.
GIT : refluks esophagus, rupture esophagus, ulkus peptikum,
pankreatitis
Vaskular : diseksi aorta/ aneurisma.
Lain-lain : Muskuloskletal pain, herpes zoster
2.4 Patofisiologi
Timbunan ini dinamakan ateroma atau plak yang akan mengganggu absorbsi
nutrien oleh sel-sel endotel yang menyusun lapisan dinding dalam pembuluh
darah dan menyumbat aliran darah karena timbunan ini menonjol ke lumen
pembuluh darah. Endotel pembuluh darah yang terkena akan mengalami nekrotik
dan menjadi jaringan parut, selanjutnya leumen menjadi semakin sempit dan
reversible pada tingkat sel dan jaringan, dan menekan fungsi mikardium. Apabila
8
iskemia ini berlangsung lebih dari 30 – 45 menit akan menyebabkan kerusakan sel
permanen. Otot yang mengalami infark mula-mula akan tampak memar dan
siantoik akibat berkurangnya aliran darah regional. Dalam waktu 24 jam akan
timbul edema pada sel-sel, respon peradangan disertai infiltrasi leukosit. Enzim-
Menjelang hari kedua atau ketiga, mulia terjadi proses degradasi jaringan
dan pembuangan semua serabut nekrotik. Selama fase ini dinding nekrotik relatif
tipis. Pada waktu sekitar minggu ketiga, akan mulai terbentuk jadringan parut,
lambar laun jaringan ikat fibrosa menggantikan otot yang nekrosis dan mengalami
penebalan yang progresif. Pada minggu keenam, jaringan parut sudah terbentuk
dengan jelas sehingga akan menurunkan fungsi ventrikel karena otot yang
nekrosis kehilangan daya kontraksi sedangkan otot yang iskemia disekitarnya juga
1. Dinding arteri menebal secara fokal oleh proliferasi sel otot polos intima
fibrosa yang keras. Selubung ini menonjol ke dalam lumen vaskular yang
penebalan.
9
yang mengakibatkan selubung fibrosa robek sehingga darah masuk ke
dalam lesi dan terbentuk trombus. Trombus dapat terbawa melalui aliran
yang lebih kecil. Sumbatan ini dapat menyebabkan infark miokard jika
3. Endotel di atas lesi dapat menghilang sebagian atau seluruhnya. Hal ini
4. Lapisan sel otot polos media di bawah lesi mengalami degenerasi. Hal ini
10
Gambar 2.1 Proses Aterosklerotik
Sumber:http//medicastore.com/penyakit/137/Aterosklerosis_Atherosclerosis.h
tml
11
Proses terjadinya APS diawali dengan adanya stimulasi injuri yang
berpindahnya makrofag kedalam dinding darah. APS merupakan nyeri dada yang
terjadu dalam periode lama dengan frekuensi, durasi dan intensitas gejalanya sama
dengan nyeri dada yang dirasakan sebelumnya. Nyeri yang dirasakan di dada atau
rasa tidak enak di dada, rahang, bahu, punggung atau lengan yang berkaitan
jantung. Biasanya APS dicetuskan oleh suatu aktivitas fisik atau stres emosi dan
hilang dengan obat nitrat. Gambaran EKG pada pendderita ini tidak khas dapat
1. Lokasi
Rasa tidak nyaman pada area retrosternal, mengalami penjalaran ke
leher, bahu, lengan, epigastrium, punggung.
2. Berhubungan dengan pencetus
Nyeri dada dicetuskan oleh stress emosional, dingin, merokok.
3. Sifat
Menggambarkan nyeri yang terasa seperti tertindih, terbakar, berat,
dan sesekali ada sensasi panas atau dingin.
4. Durasi
12
Nyeri dada dihubungkan dengan iskemik tipikal selama 3 – 5 menit.
Biasanya nyeri dada kurang 30 menit tanpa diakibatkan oleh infark
miokard. Nyeri dada dicetuskan oleh emosi dan latihan.
5. Nyeri dada dikatakan nyeri tipikal menggambarkan karakter nyeri
substernal biasa dicetuskan oleh stress, dan menghilang dengan
istirahat atau dengan obat nitrogliserin, dianggap atipikal jika
melibatkan dua dari kriteria tersebut.
6. Klasifikasi
Klasifikasi untuk menilai tingkat keparahan bisa dengan CCS yang
paling terbanyak dan bisa dengan skala aktivitas spesifik, indeks status
aktivitas duke, dan klasifikasi braunwald.
13
1. Pemeriksaan Dasar : 16
a. Tes Biokimia
14
gejala/ tanda gagal jantung. Deteksi meningkat ketika ketebalan intima-media atau
plak, menetapkan adanya penyakit ateroskleroti dan dilakukan intervensi
pencegahan.
15
Pasien dengan nyeri dada angina PTP <15% (kemungkinan yang rendah)
untuk CAD harus memiliki penyakit jantung lain selain nyeri dada dan faktor
risiko kardiovaskular. Tidak ada stres invasive spesifik yang harus dilakukan.
Pasien dengan PTP 15–85% harus melakukan tes non invasif lebih lanjut. Pada
pasien dengan PTP >85% klinis, diagnosis CAD harus dibuat secara klinis.16
16
koroner dapat dikerjakan pada pasien usia >40 tahun yang akan menjalani
prosedur bedah jantung.15
2.7 Diagnosis
1. Anamnesis
- Nyeri dada
o Substernal saat aktifitas
o Dapat menjalar ke lengan kiri, punggung, rahang, dan ulu hati
- Terdapat salah satu atau lebih faktor risiko: kencing manis,
kolesterol, darah tinggi, dan keturunan.
2. Pemeriksaan Fisik
Umumnya dalam batas normal, kecuali ada komplikasi dan atau
komorbiditi.
3. EKG
EKG 12 lead harus dilakukan untuk pasien dengan dugaan angina. EKG
12 lead yang abnormal saat istirahat meningkat kemungkinan terjadi PJK.
4. Angiografi koroner
Merupakan investigasi invasif dan memerlukan spesialisasi jantung,
angiografi koroner untuk pasien risiko tinggi dan perawatan medis yang optimal
dan mungkin membutuhkan revaskularisasi. Angiografi dapat mengetahui fungsi
ventrikular kiri dan katup. Angiografi koroner harus dipertimbangkan setelah tes
non-invasif di mana pasien diidentifikasi berisiko tinggi atau di mana diagnosis
tetap tidak jelas.15
Tatalaksana
1. Medika Mentosa15
- Aspilet 1x80-160mg
- Simvastatin 1x20-40 mg atau Atorvastatin 1x20-40 mg atau
Rosuvastatin 1x10-20 mg
- Betabloker: Bisoprolol 1x5-10 mg/ Carvedilol 2x25 mg/
- Atau Metoprolol 2x50mg, Ivabradine 2x5mg jika pasien intoleran
dengan beta bloker
- Isosorbid dinitrat 3x 5-20mg atau Isosorbid mononitrat 2x 20mg
17
2. PCI atau CABG15
- Intervensi koroner perkutan (PCI) atau CABG elektif dilakukan jika
ditemukan bukti iskemik dari pemeriksaan penunjang di atas disertai
lesi signifikan berdasarkan pemeriksaan angiografi koroner.
- Kriteria lesi signifikan : LM stenosis 50%, LAD stenosis di
osteal/proksimal >50%, LAD stenosis di mid-distal > 70%, LCx
stenosis > 70%, dan RCA stenosis >70%.
- Pada lesi-lesi non signifikan yang dijumpai bukti adanya iskemia yang
luas memerlukan pemeriksaan menggunakan FFR (flow fraction
ration). Nilai FFR < 0,8 menunjukkan lesi signifikan. Pada tempat
yang tidak memiliki fasilitas FFR maka pemeriksaan iskemik stress
test dapat membantu apakah lesi sebagai penyebab iskemik.
- Indikasi CABG : Lesi multiple stenosis (> 2 pembuluh koroner)
dengan atau tanpa diabetes mellitus.
- Pada kasus-kasus multivessel disease dimana CABG mempunyai
risiko tinggi (Fraksi ejeksi rendah, usia >75 tahun atau pembuluh distal
18
kurang baik untuk grafting) maka dapat dilakukan PCI selektif dan
bertahap (selective and Stagging PCI) dengan mempertimbangkan
kondisi klinis pasien, lama radiasi, jumlah zat kontras dan lama
tindakan.
- PCI lanjutan dapat dikerjakan dalam kurun waktu 1-3 bulan kemudian
jika kondisi klinis stabil.
- PCI lanjutan harus dipercepat jika terdapat keluhan bermakna
(simptomatik).
2.8 Pronosis dan Komplikasi
Prognosis dipengaruhi oleh fungsi ventrikel kiri, jumlah pembuluh darah
koroner dengan stenosis yang signifikan, dan luas miokard yang dipengaruhi
iskemia. Risiko mortalitas rendah <1% per tahun, intermediet ≥ 1% dan ≤ 3%
per tahun, tinggi >3%. 16
19
BAB 3
KESIMPULAN
1. Angina pektoris stabil (APS) adalah nyeri dada yang tercetus oleh karena
adanya beban yang berlebih, dimana nyerinya berkurang dengan istirahat
atau pemberian nitrat. Hal ini disebabkan oleh suplai oksigen tidak dapat
memenuhi kebutuhan oksigen jantung.
2. Diagnosis APS ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang ; EKG, exercise test, rontgen thorax.
Penatalaksanaan APS dengan medika mentosa atau PCI atau CABG.
20
DAFTAR PUSTAKA
21
15. PERKI. Panduan praktik klinis dan clinical pathway penyakit jantung
dan pembuluh. Edisi pertama. Jakarta. Centra communications; 2016.
16. ESC. Guidelines for on the management of stable coronary artery
disease: The Task Force on the management of stable coronary artery
disease of the European Society of Cardiology. European Heart
Journal;2013: 2949-3003.
22