Disusun Oleh:
Nama : Gangsar Haryo Narendra
NIM : 190106063
Mengetahui,
(...................................................) (...............................................)
FAKULTAS KESEHATAN
2022
LAPORAN PENDAHULUAN ABORTUS
2. Jenis-Jenis Abortus
a. Abortus imminens Merupakan perdarahan dari uterus pada usia kehamilan < 20
minggu dan tanpa diikuti oleh dilatasi uterus, dimana hasil konsepsi masih didalam
uterus dan kehamilan ini dapat dipertahankan
b. Abortus insipien Merupakan perdarahan dari uterus pada kehamilan < 20 minggu,
diikuti oleh dilatasi servix yang meningkat dimana kehamilan tidak dapat
dipertahankan. Karena akan berkembang menjadi abortus inkomplit atau abortus
komplit.
Abortus insipiens disebut juga dengan keguguran yang tidak bisa dihindari. Pada
keguguran jenis ini, janin masih utuh di dalam rahim, tetapi ibu hamil sudah
mengalami perdarahan dan pembukaan jalan lahir sehingga keguguran pasti terjadi.
c. Abortus inklompletus Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada usia kehamilan <
20 minggu, dan sebagian masih ada yang tertinggal didalam uterus
d. Abortus kompletus Pengeluaran seluruh hasil konsepsi
e. Abortus habitualis Abortus spontan yang terjadi lebih dari 3 kali atau lebih secara
berturut-turut
f. Missed Abortion Kematian janin didalam uterus pada usia kehamilan < 20 minggu
dan janin tersebut sudah ≥ 8 minggu belum dikeluarkan.
3. Etiologi
Faktor penyebab terjadinya abortus adalah :
a. Faktor Fetal Abortus pada usia kehamilan awal pada umumnya disebabkan oleh
abnormalitas zigot, atau plasenta. Abnormalitas kromosom ditemukan sekitar 60-75%
kasus abortus spontan. Dan angka abortus yang disebabkan kelainan kromosom akan
semakin berkurang seiring dengan bertambahnya usia kehamilan. Abnormalitas
kromosom diturunkan dari gen kedua orang tuanya.
b. Faktor maternal
1). Kelainan anatomi uterus
Adanya kelainan anatomi uterus seperti Leiomyoma yang besar dan multipel atau adanya
sinekia uterus (Ashermann Syndrome) dapat 6 meningkatkan risiko abortus.Malformasi
kongenital yang disebabkan oleh abnormalitas fusi Ductus Mullerii dan lesi yang didapat
memiliki pengaruh yang sifatnya masih kontroversial.Pembedahan pada beberapa kasus
dapat menunjukkan hasil yang positif.
2). Infeksi
Beberapa jenis infeksi dan hubungannya dengan abortus telah diteliti secara luas, misal:
Lysteria monocytogenes, Mycoplasma hominis, Ureaplasma urealyticum, Toxoplasma
gondii, dan Virus (Herpes simplex, Cytomegalovirus, Rubella) memiliki hubungan yang
bervariasi dengan semua jenis abortus spontan. Data penelitian yang menghubungkan
infeksi dengan abortus menunjukkan hasil yang beragam,sehingga American College of
Obstetricians and Gynecologyst menyatakan bahwa infeksi bukan penyebab utama
abortus trimester awal.
3). Penyakit metabolik
Abortus sering dihubungkan dengan adanya penyakit metabolik pada ibu seperti
tuberkulosis, Diabetes Mellitus, Hipotiroidisme, dan anemia.
4).Faktor Imunologi
Sindroma Antibodi Fosfolipid adalah gangguan imunologi autoimunitas yang ditandai
dengan adanya antibodi dalam sirkulasi yang melawan fosfolipid membran dan
setidaknya memperlihatkan satu sindroma klinik spesifik (abortus berulang, trombosis
yang penyebabnya tak jelas dan kematian janin).
5) Trauma fisik
Trauma yang tidak menyebabkan terhentinya kehamilan sering kali dilupakan.Yang
diingat hanya kejadian tertentu yang dapat menyebabkan 13.Abortus.Namun, sebagian
besar abortus spontan terjadi beberapa waktu setelah kematian mudigah atau janin
(Smith, 2015).
6) Faktor paternal
Tidak banyak yang diketahui tentang faktor paternal (ayah) dalam terjadinya abortus
spontan.yang jelas, translokasi kromosom pada sperma dapat menyebabkan abortus.
6. Pemeriksaan Diagnostic
USG kehamilan untuk mendeteksi adanya retensi produk atau sisa kehamilan.
Pemeriksaan Ginekologi Pada pemeriksaan dalam, untuk abortus yang baru terjadi
didapatkan serviks terbuka, kadang-kadang dapat diraba sisa-sisa jaringan dalam
kanalis servikalis atau kavum uteri.
7. Penatalaksanaan Medis
a. Penatalaksanaan Terapi
Terapi intravena atau transfusi darah dapat dilakukan apabila diperlukan
(Ratnawati, 2018).
b. Penatalaksanaan Operatif
Kehamilan tidak bisa dipertahankan maka dilakukan kuretage
B. Pertimbangan Anestesi
1. Definisi Anestesi
Anestesi, secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika
melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit
pada tubuh. Istilah anestesi digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr
pada tahun 1846.
2. Jenis Anestesi
Anestesi umum atau general anestesi merupakan tindakan meniadakan nyeri
secara sentral disertai hilangnya kesadaran yang dapat pulih kembali (reversible).
Anestesi umum menyebabkan mati rasa karena obat ini masuk ke jaringan otak
dengan tekanan setempat yang tinggi. Anestesi umum disebut juga sebagai narkose
atau bius (Mangku dan Senapathi, 2010). General anestesi atau anestesi umum
bertujuan untuk menghilangkan nyeri, membuat tidak sadar, dan menyebabkan
amnesia yang bersifat reversible dan dapat diprediksi. Tiga pilar anestesi umum
meliputi hipnotik atau sedatif, yaitu membuat pasien tertidur atau mengantuk/ tenang,
analgesia atau tidak merasa sakit, rileksasi otot, yaitu kelumpuhan otot skelet, dan
stabilitas otonom antara saraf simpatis dan parasimpatis (Pramono, 2015).
3. Teknik Anestesi
TIVA (Total Intra Venous Anesthesia) adalah teknik anestesi umum di mana
induksi dan pemeliharaan anestesi didapatkan dengan hanya menggunakan kombinasi
obat-obatan anestesi yang dimasukkan lewat jalur intra vena tanpa penggunaan
anestesi inhalasi termasuk N2O.TIVA dalam anestesi umum digunakan untuk
mencapai 4 komponen penting dalam anestesi yaitu ketidaksadaran, analgesia,
amnesia dan relaksasi otot.Namun tidak ada satupun obat tunggal yang dapat
memenuhi kriteria di atas, sehingga diperlukan
pemberian kombinasi dari beberapa obat untuk mencapai efek yang diinginkan
tersebut.
4. Rumatan Anestesi
Ondansetron 4mg
Atropin Sulfate 0,25 mg
Midazolam 2 mg
Ketamine 60 mg
Metergin 1 ampl
Fentanyl 100 mcg (drip)
5. Resiko
1. Mual dan muntah
2. Mulut kering
3. Rasa kantuk
4. Menggigil
5. Timbul nyeri dan memar di area yang disuntik atau dipasangkan infus
6. Kebingungan
C. Web of coution (WOC)
Faktor ibu Infeksi
Trauma fisik
Abortus inkomplit
kuretase
Prosedur
Efek obat Efek obat
pembedahan
anestesi anestesi
a. Data Subjektif
Pasien mengatakan mengalami pendarahan dari jalan lahir sejak tanggal 13 mei
2022 dan ada hari selasa tanggal 24 mei 2022 mengeluarkan cairan kuning berbau.
b. Data Objecktif
3. Rencana Intervensi
4. Evaluasi
Pre anestesi
Intra anestesi
S: -
A: Masalah teratasi
Post Anestesi
A: Masalah teratasi
P: Hentikan Intervensi
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham F.G., 2012. Obstetri Williams. Cetakan 23, EGC, Jakarta.
pp.774-797.
Darma, Gde Kiki Sanjaya. (2015). Laporan Kasus Abortus Imminens Juni 2015 Faktor Resiko
Patogenesis dan Penatalaksanaan. Diambil pada 07 Mei 2019 pukul 19.17 WIB.
Sarafino, E.P., & Smith, T.W. (2015). Health Psychology: Biopsychosocial Interactions.John