Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ABORTUS INKOMPLIT
DI RUANG MERPATI (VK) RS BANJARBARU

Pembimbing Klinik : Murfiati Am. Keb

Oleh :
Muhammad Saidul Hudari
PO7120112185

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
JURUSAN KEPERAWATAN
BANJARBARU
2013
LEMBAR PERSETUJUAN LAPORAN PENDAHULUAN
ABORTUS INKOMPLIT
DI RUANG MERPATI (VK) RS BANJARBARU

NAMA : MUHAMMAD SAIDUL HUDARI


NIM : PO7120112185

PEMBIMBING KLINIK

Murfiati, AM. Keb


LAPORAN PENDAHULUAN ABORTUS INKOMPLIT

A. Tinjauan Teoritis Abortus Inkomplit

1. Pengertian

Abortus adalah penghentian kehamilan atau pengusiran dari hasil


konsepsi sebelum janin sempat hidup. (Smeltzer, RN, et al, 2000:14).

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia


kehamilan kurang dari 28 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
(Mansjoer, Arif, dkk, 2001 : 268).

Menurut WHO abortus adalah janin atau viabilitas apabila masa


telah mencapai 22 minggu atau lebih atau apabila berat janin 500 gram
atau lebih (Llwellyn, Deck, J, 2001 : 1996).

Ternyata menurut Monro melaporkan bahwa fetus dengan berat


397 gram dapat hidup terus, jadi definisi tersebut diatas tidaklah mutlak.
(Mochtar, R, 1998 : 64).

Abortus adalah gangguan atau terhentinya dari kehamilan sebelum


20 minggu. (Bobak, Fery, L, 1999 : 139)

Dengan demikian dapat disimpulkan abortus merupakan


kegawatan atau gangguan yang terjadi di awal kehamilan, dengan
pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan.

Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa


interval luar (buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut. Aboruts
buatan (induksi abortus) adalah abortus yang terjadi akibat intervensi
tertentu yang bertujuan untuk mengakhiri kehamilan. (Mary, Persis, H,
1996 : 61)
Sedangkan abortus imkomplit merupakan salah satu jenis abortus
spontan. Dimana abortus inkomplit adalah perdarahan dari uterus pada
kehamilan disertai dengan keluarnya sebagian dari hasil konsepsi, yang
tertinggal adalah disesidua atau plasenta. (Mochtar, R, 1998 : 66).

2. Etiologi

Menurut Llwelly, Sesek, J (2001 : 6), penyebab abortus adalah


faktor ovofetal dan faktor ibu :
Penyebab abortus adalah ovofetal dan ibu adalah sebagai berikut:
a. Faktor Ovofetal : - Ovum yang telah dibuahi gagal berkembang
dengan baik atau mengalami malformasi.
- Kelainan kromosom
- Trofoblas gagal mengadakan implantasi secara
adekuat.
b. Faktor Ibu : - Penyakit sistemik seperti infeksi
- Kelainan uterus seperti kelainan kongenital,
mioma uteri.
- Psikosomatik

Menurut Pemerintah Daerah Propinsi Kalimanta Selatan ( 2004 :


194) penyebab abortus antara lain :
1) Keabnormalan kromosom.
2) Blighted ovum
3) Infeksi maternal
Misalnya : Listeria monocytogenes, mycoplasma hominis, dan
toxoplasma gond yang menyebabkan abortus jika terjadi infeksi akut
pada awal kehamilan, demam akut apapun penyebabnya dapat
menyebabkan abortus
4) Trauma : baik dari luar selama operasi abdomen

5) Endokrin : - Difisiensi progesteron (menyebabkan abortus antara 8-12


minggu).
- Hipertiroid
6) Obat-obatan dan lingkungan.
Misalnya : termbakau, alkohol dan radiasi
7) Malnutrisi maternal dan angatonis rhenus (Rh)
8) Kelainan rahim
9) Kondisi psikologis
10) Idiopatik

3. Patofisilogi

Pada permulaan, terjadi perdarahan pada desidua basalis yang


menyebabkan nekrosis jaringan disekitarnya. Selanjutnya sebagian atau
seluruh janin atau hasil konsepsi akan terlepas dari Dinding uterus.
Keadaan ini merupakan benda asing bagi uterus sehingga merangsang
kontraksi uterus untuk terjadi eskpulsi atau pengeluaran maserasi
bercampur air ketuban. Seringkali fetus tak tampak dan ini disebut
blighted ovum. (Mochtar, R,1998:64).

Penyebab abortus yang paling dekat adalah pelepasan embrio


parsial atau komplit akibat perdaharan di dalam desidua. Ketika terjadi
kegagalan fungsi plasenta, uterus mulai berkontraksi sehingga proses
abortus mulai . Jika terjadi sebelum minggu ke 9, embrio yang tertutup vili
dan desidua cenderung di keluarkan dalam gumpalan (yang disebut
blighted ovum), walaupun sedikit produk konsepsi dapat tertahan di dalam
uterus maupun serviks. Perdarahan uterus terjadi sewaktu proses
pengeluaran.

Antara minggu ke 8 dan 14, mekanisme diatas dapat terjadi atau


membran ketuban dapat ruptur sehingga mengeluarkan janin yang cacat
tetapi gagal mengeluarkan plasenta. Plasenta ini dapat menonjol di ostium
serviks eksterna atau tetap melekat pada dinding uterus. Tipe abortus ini
dapat diikuti perdarahan yang banyak.

Antara minggu ke 14 dan 22, janin biasanya di keluarkan dengan


diikuti plasenta beberapa saat kemudian. Plasenta lebih jarang tertahan.
Biasanya perdarahan tidak banyak tetapi rasa nyeri dapat hebat, sehingga
menyerupai persalinan kecil. (Llwellyn, D. 2001 ; 96)

4. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala dari abortus inkomplit adalah amenorea, dan


mulas-mulas ; perdarahan bisa banyak dan sedikit, dan biasanya berupa
stolsel (darah beku) ; sudah ada keluar fetus atau jaringan ; pada abortus
yang sudah lama terjadi atau pada abortus provakatus yang dilakukan oleh
orang tidak ahli, sering terjadi infeksi pada permukaan dalam bentuk
abortus yang baru terjadi di dapati serviks terbuka, kadang-kadang dapat
diraba sisa-sisa jaringan dalam kavum uteri, serta uterus yang berukuran
lebih kecil dari seharusnya. (Mochtar, R. 1998 ; 66).

Manifestasi dari abortus inkomplit adalah pada pemeriksaan


vagina, kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum
uteri atau kadang-kadang sudah menonjol di ostium uteri eksterna. Setelah
terjadi pendataran dan permukaan serviks, kantong kehamilan menonjol
keluar dan his yang terjadi melepaskan konseptus dari tempat
implantasinya dan keluar melalui ostium uteri. Perdarahan pada abortus
inkomplit dapat banyak sekali, sehingga menyebabkan syok dan
perdarahan tidak akan terhenti sebelum sisa hasil konsepsi dikeluarkan
(Jaffe, Marie, S, 2000:12)

5. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang menurut (Masjoer, Arif, dkk, 2001:261)

a. Tes kehamilan : positif bila ultra gonografi janin masih hidup, bahkan
2-3 minggu setelah abortus.
b. Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih
hidup.

6. Penatalaksaan Medis

Seorang wanita yang didiagnosis mengalami abortus yang tidak


komplet dan tidak dirawat di rumah sakit, harus segera di kirim ke salah
satu rumah sakit tanpa di tunda. Sebelum dikirim, dokter yang memeriksa
boleh memberikan analgesik kepada pasien (jika diperlukan) dan boleh
melakukan pemeriksaan vagina. Setiap hasil konsepsi yang di dapai
menonjol keluar dari serviks harus dikeluarkan dengan jari tangan atau
sponge forcep, karena jika ditinggalkan dapat mengakibatkan syok. Jika
ibu mengalami pedarahan yang hebat, harus diberikan suntikan ergometrin
0,5 mg intramuskular.

Di rumah sakit, diperlukan intervensi kecuali abortusnya


berlangsung dengan cepat dan perdarahannya minimal. Sewaktu sampai di
rumah sakit, harus di lakukan pemeriksaan vagina dan setiap hasil
konsepsi yang ada di serviks harus di keluarkan dengan jari tangan atau
sponge forceps.

Apabila ada keraguan mengenai lengkap tidaknya abortus, klien


harus dibawa ke kamar operasi dan uterus dikosongkan dengan
menggunakan sponge forceps, diikuti dengan kuretase secara cermat. Pada
akhir kuretase diberikan suntikan ergometrin 0,25 mg intravena dan
intramuskular (Llwellyn, Derek, J, 2001 : 98)

Penanganan pada abortus inkomplit sebagai berikut :


Pendarahan pada abortus inkomplit menurut Mochtar, Rustam,
1998:64) sebagai berikut :

a. Perbaiki keadaan umum


Tentukan usia gestasi, kenali dan atasi setiap komplikasi (perdarahan,
syok, infeksi). Bila ada tanda-tanda syok maka atasi dulu dengan
pemberian cairan dan tranfusi darah.
b. Hasil konsepsi yang terperangkap pada serviks yang disertai
perdarahan hingga ukuran sedang, dapat di keluarkan secara cunam
ovum. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskular.
c. Jika pendarahan banyak dan terus berlangsung dan usia kehamilan
kurang dari 16 minggu, evaluasi sisa hasil konsepsi dengan :
- Aspirasi vakum manual (AVM) merupakan metode evakuasi yang
terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan
jika AVM tidak tersedia.
- Evakuasi hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus
d. Jika kehamilan lebih dari 16 minggu
- Beri infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan
inravena (garam fisiologik atau RL), dengan kecepatan 40 tetes /
menit sampai terjadi ekspulsi.
- Evakuasi hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus
e. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan
f. Beri obat-obat uterotonika dan antibiotika. (Mochtar, R. 1998 : 66)

B. Tinjauan Teoritis Keperawatan Abortus Inkomplit

1. Pengkajian menurut Doenges, Mariliyana, E, et al ( 2001 : 204)


a. Sirkulasi
Hipertensi atau hipotensi mungkin ada.
Pucat
Pusing
b. Integritas Ego
Cemas, ketakutan, gelisah.

c. Makan / cairan
Mual, muntah.
d. Nyeri / ketidaknyamanan
Nyeri abdomen kolic.
e. Keamanan
Suhu normal atau sub normal.

2. Diagnosis Keperawatan Menurut Doenges Marliyana (2001 : 207)


a. Kekurangan volume cairan (kehilangan aktif) behubungan dengan :
kehilangan vaskular berlebihan.
b. Perubahan perfungsi jaringan : uteropacesta berhubungan dengan :
- Hivopolemia
- Perubahan Denyut Jantung Janin (DJJ).
- Aktivitas
c. Nyeri akut berhubungan dengan : Kontraksi uterus.
d. Risiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan berhubungan dengan
penggantian kehilangan cairan yang berlebihan atau cepat.
e. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai rasional hemorogi,
prognosis, dan kebutuhan tindakan berhubungan dengan : kurang
pemajanan dan tidak mengenal sumber-sumber informasi.
f. Ketakutan berhubungan dengan : ancaman kematian (dirasakan atau
aktual) pada diri sendiri atau janin.
g. Risiko tinggi terhadap ibu : cedera berhubungan dengan : hipoksia
jaringan atau organ dan kerusakan sistem imun.

3. Perencanaan
a. Tindakan atau Intervensi Kekurangan volume cairan berhubungan
dengan kehilangan vaskular berlebihan.
1) Mandi
a) Evaluasi, laporkan dan catat jumlah serta sifat kehilangan
darah.
b) Lakukan tirah baring.
c) Catat tanda-tanda vital, pengisian kapiler pada dasar kuku,
warna membran mukosa / kulit dan suhu.
d) Pantau aktivitas uterus, status janin, dan adanya nyeri tekan
abdomen.
e) Pantau masukan / haluaran.
f) Auskultasi bunyi nafas.
g) Simpan jaringan atau hasil konsepsi yang keluar.

2) Kolaborasi
a) Dapatkan/tinjau ulang pemeriksaan darah cepat : jenis dan
spencocokan High Desntsity Lipid (HDL), Rhesus (Rh), kadar
fibrinogen, hitung trombisit, Adultrnation Protromgime
Transite Time Protomgine dan kadar Human Chronic
Gonatropin.
b) Pasang kateter indwelling.
c) Berikan larutan intravena, darah lengkap atau sel-sel kemasan,
sesuai indikasi.
d) Siapkan untuk Dilatose dan kurektase

b. Tindakan atau Intervensi Perubahan Perfusi jaringan : Uteroplacenta


berhubungan dengan : Hipovolemia, perubahan denyut jantung janin
dan aktivitas.
1) Mandiri
a) Perhatikan status fisiologis ibu, status sirkulasi dan volume
darah.
b) Catat kehilangan darah ibu mungkin dan adanya kontraksi
uterus.
c) Catat Perkiraan Tanggal Kehilangan (PTK).
d) Anjurkan tirah baring.
2) Kolaborasi
a) Berikan suplemen oksigen.
b) Ganti kehilangan darah/cairan ibu.
c) Bantu dengan ultrasonografi.
d) Siapkan klien untuk intervensi bedah dengan cepat.

c. Tindakan atau Intervensi Ketakutan berhubungan dengan kematian


pada diri sendiri atau janin.
1) Mandiri
a) Diskusikan situasi dan pemahaman tentang situasi dengan klien
dan pasangan.
b) Pantau respons verbal dan nonverbal klien/pasangan.
c) Dengarkan masalah klien dan dengarkan secara aktif.
d) Berikan informasi dalam bentuk verbal dan tertulis, dan
berikan kesempatan klien untuk mengajukan pertanyaan. Jawab
pertanyaan dengan jujur.
e) Libatkan klien dalam perencanaan dan berpartisipasi dalam
perawatan sebanyak mungkin.
f) Jelaskan prosedur dan arti gejala-gejala.

d. Tindakan atau Intervensi Risiko tinggi terhadap ibu cedera


berhubugan dengan hipoksia jaringan atau organ dan kerusakan sistem
imun
1) Mandiri
a) Kaji jumlah darah yang hilang. Pantau tanda/gejala syok.
b) Catat suhu, hitung sel darah putih, dan bau serta warga vagina,
dapatkan kultur bila dibutuhkan.
c) Catat masukan/haluaran urin. Catat berat jenis urin.
d) Pantau respons merugikan pada pemberian produk darah,
seperti alergi atau reaksi hemolisis.
e) Berikan informasi tentang resiko penerimaan produk darah.
2) Kolaborasi
a) Dapatkan golongan darah dan pencocokan silang.
b) Berikan penggantian cairan.
c) Pantau pemeriksaan koagulasi (Misal : jumlah trombosit, kadar
fibrinogen).
d) Berikan kriopresipitat dan plasma beku segar sesuai indikasi,
hindari pemberian trombosit bila konsumsi masih terjadi
(misal. bila kadar trombosit turun).
e) Berikan heparin, bila indikasikan.
f) Berikan antibiotik secara parenteral.
e. Tindakan atau Intervensi Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi
uterus.
1) Mandiri
a) Tentukan sifat, lokasi dan durasi nyeri. Kaji kontraksi uterus,
hemoragi retroplacenta, atau nyeri tekan abdomen.
b) Kaji stres psikologis klien/pasangan dan respons emosional
terhadap kejadian.
c) Berikan lingkungan yang tenang dan aktivitas untuk
mengalihkan rasa nyeri instruksikan klien menggunakan
metode relaksasi (misal nafas dalam, distraksi). Jelaskan
prosedur.
2) Kolaborasi
a) Berikan narkotik artau sedatif : berikan obat-obatan praoperatif
bila prosedur pembedahan diindikasikan.
b) Siapkan untuk prosedur bedah bila diindikasikan.
f. Tindakan atau Intervensi Resiko tinggi terhadap kelebihan volume
cairan berhubungan dengan penggantian kehilangan cairan yang
berlebihan atau cepat.
1) Mandiri
a) Pantau adanya peningkatan tekanan darah dan nadi : catat
tanda-tanda pernafasan seperti dispena, ronki.
b) Pantau dengan cermat kecepatan infus secara manusal atau
secara elektrik. Catat masukan/haluaran. Ukur berat jenis urin.
c) Kaji status neurologi, perhatikan perubahan perilaku atau
peningkatan kepekaan.

2) Kolaborasi
Kaji kadar Ht.
g. Tindakan atau Intervensi Kurang pengetahuan (kurang belajar)
mengenai rasional prognosis, dan kebutuhan berhubungan dengan
kurang pemajanan dan tidak mengenal sumber-sumber informasi.
1) Mandiri
a) Jelaskan tindakan dan rasional yang ditentukan untuk kondisi
hemoragi. Beri penguatan informasi yang diberikan oleh
pemberi perawatan kesehatan lain.
b) Berikan kesempatan bagi klien untuk mengajukan pertanyaan
dan mengungkapkan kesalahan konsep.
c) Diskusikan kemungkinan komplikasi jangka pendek pada
ibu/janin dari keadan perdarahan.
d) Tinjau ulang kemungkinan komplikasi jangka panjang.
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Irene, 2001 Rencana Perawatan Maternal / Bayi, Edisi 2 Jakarta : EGC

Bobak, Perry, L, 1999 Maternity Nursing, Fifth Edition, St. Louis : CV.Mosby. Co

Doenges, Marliyna, E. et al. 2001 Rencana Perawatan Maternal / Bayi, Edisi 2,


Jakarta: EGC
Heller, Luz, 1997 Gawat Darurat Ginekologi dan Obstetri, Penerbit Buku
Kedokteran: EGC

Jaffe, Marie, S, 2000 Maternal Infant Health Care Plans, Springhouse


Coorporation

Llwellyn, Derek, J, 2001, Dasar-Dasar Obstetri dan Ginekologi, Edisi 6,


Jakarta. :Hipocratos
Mansjoer, Arfi, dkk, 2001 Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III, Jakarta, Penerbit
Media Aesculapius: FKUI
Mary, Persis, H, 1996 ,Dasar - Dasar Keperawatan Maternitas Edisi 6, Jakarta:
EGC

Mochtar, Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri, Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi,


Jakarta: EGC
Pemerintah Daerah Propinsi Kalimantan Selatan, 2004, Standar Asuhan
Keperawatan (SAK) : RSUD Ulin Banjarmasin
Smeltzer, RN, et al. 2000, Medical Surgical Nursing, 9 Th Edition, Newyork:,
Lippincott
Winkjosastro, Hanifa, dkk, 1999, Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga, Jakarta, Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawiroherdjo

Anda mungkin juga menyukai