A. VARICELLA (CACAR)
1. Definisi
Varisela berasal dari bahasa latin, Varicella. Di Indonesia penyakit ini dikenal
dengan istilah cacar air, sedangkan di luar negeri terkenal dengan nama Chicken –
pox. Varisela adalah Penyakit Infeksi Menular yang disebabkan oleh virus Varicella
Zoster, ditandai oleh erupsi yang khas pada kulit.
Varisela atau cacar air merupakan penyakit yang sangat menular yang
disebabkan oleh virus Varicella Zoster dengan gejala-gejala demam dan timbul bintik-
bintik merah yang kemudian mengandung cairan.
2. Etiologi
Varicella disebabkan oleh Varicella Zoster Virus (VZV), termasuk kelompok
Herpes Virus dengan diameter kira-kira 150-200 nm. Inti virus disebut Capsid, terdiri
dari protein dan DNA dengan rantai ganda, yaitu rantai pendek (S) dan rantai panjang
(L) dan membentuk suatu garis dengan berat molekl 100 juta yang disusun dari 162
capsomir dan sangat infeksius.
Varicella Zoster Virus (VZV) dapat ditemukan dalan cairan vesikel dan dalam
darah penderita Varicella sehingga mudah dibiakkan dalam media yang terdiri dari
Fibroblast paru embrio manusia.
Varicella Zoster Virus (VZV) dapat menyebabkan Varicella dan Herpes Zoster.
Kontak pertama dengan penyakit ini akan menyebabkan Varicella, sedangkan bila
terjadi serangan kembali, yang akan muncul adalah Herpes Zoster, sehingga Varicella
sering disebut sebagai infeksi primer virus ini.
3. Tanda Gejala
Masa inkubasi Varicella bervariasi antara 10-21 hari, rata-rata 10-14 hari.
Penyebaran varicella terutama secara langsung melalui udara dengan perantaraan
percikan liur. Pada umumnya tertular dalam keluarga atau sekolah.
( Rampengan,2008 )
Perjalanan penyakit ini dibagi menjadi 2 stadium, yaitu:
a. Stadium Prodromal: 24 jam sebelum kelainan kulit timbul, terdapat gejala panas
yang tidak terlalu tinggi, perasaan lemah (malaise), sakit kepala, anoreksia, rasa
berat pada punggung dan kadang-kadang disertai batuk keringdiikuti eritema pada
kulit dapat berbentuk scarlatinaform atau morbiliform. Panas biasanya
menghilang dalam 4 hari, bilamana panas tubuh menetap perlu dicurigai adanya
komplikasi atau gangguan imunitas.
b. Stadium erupsi: dimulai saat eritema berkembang dengan cepat (dalam beberapa
jam) berubah menjadi macula kecil, kemudian papula yang kemerahan lalu
menjadi vesikel. Vesikel ini biasannya kecil, berisi cairan jernih, tidak umbilicated
dengan dasar eritematous, mudah pecah serta mongering membentuk krusta,
bentuk ini sangat khas dan lebih dikenal sebagai “tetesan embun”/”air mata”.
Lesi kulit mulai nampak di daerah badan dan kemudian menyebar secara
sentrifugal ke bagian perifer seperti muka dan ekstremitas. Dalam perjalanan penyakit
ini akan didapatkan tanda yang khas yaitu terlihat adanya bentuk papula, vesikel,
krusta dalam waktu yang bersamaan, dimana keadaan ini disebut polimorf. Jumlah
lesi pada kulit dapat 250-500, namun kadang-kadang dapat hanya 10 bahkan lebih
sampai 1500. Lesi baru tetap timbul selama 3-5 hari, lesi sering menjadi bentuk krusta
pada hari ke-6 (hari ke-2 sampai ke-12) dan sembuh lengkap pada hari ke-16 (hari ke-
7 sampai ke-34)
Erupsi kelamaan atau terlambatnya berubah menjadi krusta dan penyembuhan,
biasanya dijumpai pada penderita dengan gangguan imunitas seluler. Bila terjadi
infeksi sekunder, sekitar lesi akan tampak kemerahan dan bengkak serta cairan vesikel
yang jernih berubah menjadi pus disertai limfadenopati umum. Vesikel tidak hanya
terdapat pada kulit, melainkan juga terdapat pada mukosa mulut, mata, dan faring.
Pada penderita varicella yang disertai dengan difisiensi imunitas (imun
defisiensi) sering menimbulkan gambaran klinik yang khas berupa perdarahan,
bersifat progresif dan menyebar menjadi infeksi sistemik. Demikian pula pada
penderita yang sedang mendapat imunosupresif. Hal ini disebabkan oleh terjadinya
limfopenia.
4. Dampak
Pada ibu hamil yang menderita varicella dapat menimbulkan beberapa masalah
pada bayi yang akan dilahirkan dan bergantung pada masa kehamilan ibu, antara lain:
a. Varisela neonatal
Varisela neonatal dapat merupakan penyakit serius, hal ini bergantung pada
saat ibu kena varisela dan persalinan.
Bila ibu hamil terinfeksi varisela 5 hari sebelum partus atau 2 hari setelah
partus, berarti bayi tersebut terinfeksi saat viremia kedua dari ibu, bayi
terinfeksi transplasental, tetapi tidak memperoleh kekebalan dari ibu karena
belum cukupnya waktu ibu untuk memproduksi antibody. Pada keadaan ini,
bayi yang dilahirkan akan mengalami varisela berat dan menyebar. Perlu
diberikan profilaksis atau pengobatan dengan varicella-zoster immune
globulin (VZIG) dan asiklovir. Bila tidak diobati dengan adekuat, angka
kematian sebesar 30%. Penyebab kematian utama akibat pneumonia berat dan
hepatitis fulminan.
Bila ibu terinfeksi varisela lebih dari 5 hari antepartum, sehingga ibu
mempunyai waktu yang cukup untuk memproduksi antibody dan dapat
diteruskan kepada bayi. Bayi cukup bulan akan menderita varisela ringan
karena pelemahan oleh antibody transplasental dari ibu. Pengobatan dengan
VZIG tidak perlu, tetapi asiklovir dapat dipertimbangkan pemakaiannya,
bergantung pada keadaan bayi.
b. Sindrom varisela congenital
Varisela congenital dijumpai pada bayi dengan ibu yang menderita varisela
pada umur kehamilan trimester I atau II dengan insidens 2%. Manisfestasi klinik
dapat berupa retardasi pertumbuhan intrauterine, mikrosefali, atrofi kortikalis,
hipoplasia ekstremitas, mikroftalmin, katarak, korioretinitis dan scarring pada
kulit. Beratnya gejala pada bayi tidak berhubungan dengan beratnya penyakit pada
ibu. Ibu hamil dengan zoster tidak berhubungan dengan kelainan pada bayi.
c. Zoster infantile
Penyakit ini sering muncul dalam umur bayi satu tahun pertama, hal ini
disebabkan karena infeksi varisela maternal setelah nasa gestasi ke-20. Penyakit
ini sering menyerangg pada saraf dermatom thoracis.
B. HERPES
1. Definisi
Herpes Zoster (HZ) merupakan infeksi akut akibat reaktivasi virus
Varicella Zoster yang menyerang kulit dan mukosa, yang bersifat lokal dan unilateral.
Sembilan puluh persen kasus varisela terjadi pada anak-anak antara usia 1 dan 14
tahun. Varisela merupakan penyakit yang sangat menular dan mempengaruhi hampir
semua anak dengan tingkat serangan (attack rate) mendekati 90% setelah paparan.
Penularan terjadi terutama melalui kontak langsung dan melalui droplet pernapasan
yang mengandung virus, membuat penyakit sangat menular bahkan sebelum
timbulnya ruam pertama.
Varisela umumnya dianggap sebagai penyakit virus ringan yang biasanya
ditandai dengan demam, malaise, dan ruam vesikular pada dada, punggung, wajah,
kulit kepala, ekstremitas, dan orofaring. Masa inkubasi biasanya terjadi selama 14-16
hari, tetapi bisa berkisar 10 hingga 21 hari. Masa inkubasi dapat diperpanjang hingga
28 hari jika imunoglobulin varisela zoster (VZIG) telah diberikan.
Penyakit herpes pada wanita hamil dapat memengaruhi perkembangan dan
kesehatan janin dalam kandungan. Virus herpes terdapat pada lesi aktif atau cairan
dalam lentingan pada vagina ketika muncul keluhan. Penyakit ini biasanya menular
melalui kontak langsung dari kulit ke kulit, hubungan seksual, atau berbagi sex toys.
Namun, penyakit herpes pada wanita hamil juga bisa menular kepada anak yang
sedang dikandungnya. Bahaya atau tidaknya tergantung pada kapan pertama kali sang
ibu terinfeksi virus herpes. Gejala herpes yang dapat timbul di antaranya demam,
nyeri otot, mual, lelah, dan muncul luka atau lentingan yang terasa nyeri pada mukosa
mulut atau vagina. Luka ini dapat menyebabkan keluhan nyeri saat berkemih.
2. Epidemiologi
Insidensi varisela dalam kehamilan yang sebenarnya tidak diketahui secara
pasti.Hal ini karena di sebagia besar Negara di dunia, termasuk di Indonesia, tidak
mengharuskan varisela yang terjadi dalam kehamilan untuk dilaporkan. Secara
keseluruhan di dunia, estimasi insidensi varisela dalam kehamilan diperkirakan
mengenai 2-3 wanita dari setiap 1.000 kehamilan, sementara untuk kasus dalam
persalinan insidensinya adalah antara 5-6 kasus per 10.000 persalinan.
3. Patofisiologi
Ibu hamil bisa mengalami infeksi herpes dalam 3 fase :
a. Ibu terinfeksi herpes sebelum mengandung
Jika ibu hamil sudah pernah terinfeksi penyakit herpes sebelum
mengandung, kecil kemungkinannya akan membahayakan janin. Ini karena
antibodi pelindung tubuh dan pelawan virus herpes akan diturunkan dari ibu
kepada anak. Namun, jika penyakit herpes pada wanita hamil yang diderita sang
ibu sering kambuh, terdapat kelemahan sistem kekebalan tubuh, atau jika ibu
ingin bayinya mendapat perlindungan tambahan, disarankan untuk menemui
dokter guna mendapatkan pengobatan yang tepat.
b. Ibu terinfeksi herpes saat trimester I dan II masa kehamilan
Jika ibu pertama kali terinfeksi penyakit herpes pada wanita saat hamil
trimester pertama atau kedua (sampai minggu ke-26), ibu berisiko tinggi
mengalami keguguran. Sedangkan jika kehamilan tetap berlanjut, tidak ada risiko
lebih lanjut dalam pertumbuhan dan perkembangan janin. Kemungkinan bayi
dalam kandungan tertular penyakit herpes pun kurang dari 3%. Akan tetapi,
dokter kemungkinan akan menyarankan ibu untuk mengonsumsi obat antivirus
dan tidak melahirkan secara normal atau disarankan melahirkan dengan operasi
Caesar. Meskipun jarang, faktor lain seperti gangguan imunitas, kelelahan, stres,
atau tidak memeriksakan kehamilan dengan rutin pada kondisi ini dapat
memperbesar risiko keguguran.
c. Ibu terinfeksi herpes saat trimester akhir kehamilan
Jika ibu pertama kali terinfeksi penyakit herpes saat hamil trimester ketiga,
terutama 6 minggu terakhir kehamilan, risiko bayi tertular virus menjadi jauh
lebih tinggi. Ini karena tubuh ibu tidak mempunyai cukup waktu untuk membuat
antibodi. Bayi dalam kandungan pun tidak akan mendapatkan antibodi terhadap
virus ini.
Untuk mencegah penularan penyakit herpes pada wanita ke bayi, sang ibu
kemungkinan disarankan untuk minum obat antivirus dan menjalani persalinan
melalui operasi caesar. Karena jika melahirkan secara normal, bayi bisa terkena
virus melalui kontak dengan luka terbuka atau lentingan berisi cairan pada vagina
ibu. Pencegahan infeksi herpes terutama dengan cara menghindari kontak fisik
atau hubungan seksual dengan penderita atau gunakan kondom saat berhubungan
intim.
Jika bayi ternyata terkena herpes (herpes neonatal), tingkat keparahan
infeksinya akan berbeda dari satu anak ke anak lain. Ada anak yang pulih dengan
baik dan infeksinya cukup mudah diobati. Ada juga anak yang terkena infeksi
lebih serius, hingga memengaruhi sistem saraf pusat atau organ lainnya. Herpes
pada bayi berisiko menyebabkan kecacatan dan meski jarang terjadi, herpes
neonatal pun bisa membahayakan nyawa bayi.
Gejala yang perlu diwaspadai apabila bayi terkena herpes adalah merasa
lemas, kurang atau tidak mau minum, bibir atau tubuh terlihat kebiruan, napas
cepat, muncul ruam pada tubuh, dan kejang. Tanda-tanda ini adalah kondisi serius
di mana bayi perlu mendapat penanganan segera. Beri tahu dokter atau bidan jika
ibu atau ayah pernah terinfeksi penyakit herpes. Lindungi bayi dalam kandungan
dengan mendapatkan perawatan yang tepat dan cepat dari penyakit herpes pada
wanita hamil. Kontrol kehamilan secara rutin sangat penting agar kesehatan ibu
dan bayi terjaga.
Kejadian infeksi herpes pada kehamilan dapat dicegah dengan cara
screening dan vaksinasi. Pencegahan dengan screening dapat dilakukan sebelum
menikah ataupun sebelum merencanakan kehamilan. Jika hasil screening baik,
selanjutnya dapat dilakukan vaksinasi untuk memastikan ibu memiliki kekebalan
terhadap virus Herpes dan tidak mudah terjadinya infeksi.
4. Klasifikasi
Herpes adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus herpes simpleks
(HSV). Virus ini tergolong dalam kelompok penyakit TORCH (Toxoplasmosis,
Rubella, Cytomegalovirus and Herpes Simplex Virus), di mana infeksi dari kumpulan
penyakit tersebut bisa berakibat fatal pada kehamilan.
Virus herpes dibedakan menjadi dua tipe, yaitu virus herpes simpleks tipe 1 dan
tipe 2. Virus herpes simpleks tipe 1 lebih sering menyerang mulut, sedangkan tipe 2
cenderung menyerang area kelamin. Kendati demikian, tidak menutup kemungkinan
bagi kedua jenis virus tersebut untuk menyerang area genitalia.
Virus herpes dapat menular akibat kontak langsung dengan penderita, baik
melalui luka terbuka, air liur, mulut atau organ genitalia. Faktanya, sekitar 3,7 miliar
orang berusia di bawah 50 tahun terkena infeksi virus herpes tipe 1 dan sekitar 417
juta orang berusia di bawah 50 tahun terkena infeksi virus herpes tipe 2.