Anda di halaman 1dari 23

TUGAS ESSAY MINGGU KE-1

BLOK 6.1

Nama : Muhammad Nuh Baihaqi Mulyana

NPM : 117170042

Kelompok : 4

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI

CIREBON
2020

Anastesi Obstetrik

Oleh : dr. Nunung Nurabaniwati, Sp.OG (K)

Anestesi regional merupakan teknik yang dapat digunakan sebagai alternatif


anestesi umum maupun sebagai kombinasi dengan anestesi umum. Dengan
menggunakan teknik ini dapat menghasilkan blokade yang lebih spesifik, efek
adekuat dalam menghilangkan nyeri, dan memiliki pengaruh yang baik terhadap
operasi pada tulang serta jaringan yang berada di sekitarnya.1

Pada pemberian IV yang kurang hati hati dapat mengakibatkan toksisitas yang
serius pada bagian Sistem saraf pusat dan pada bagian Kardiovaskular. Toksisitas
pada system saraf pusat akan menimbulkan beberapa manifestasi, diantaranya yaitu
Pusing, tinitus, baal pada lidah dan mulut, kejang sampai terdapat penurunan
kesadaran. Sedangkan pada Toksisitas kardiovaskular manifestasi yang timbul yaitu
adanya Hipertensi, takikardia dan adanya aritmia.

Teknik lainnya yaitu terdapat teknik blok Nervus Pudendus. Dimana pada
teknik ini akan menimbulkan beberapa komplikasi yaitu diantaranya terdapat
pembentukan hematoma akibat adanya perforasi pembuluh darah, kemudian dapat
menimbulkan infeksi berat. Infeksi ini nantinya akan menyebar kebagian posterior
sendi panggul maupun ke muskulus gluteal. Kemudian pada teknik blok Paraservikal
akan timbul komplikasi berupa bradikardi janin yang berlangsung selama 10-30
menit lamanya.

Dilakukannya Teknik Anastesi Umum yaitu diantaranya jika terdapat indikasi


gawat janin, adanya kontraindikasi terhadap anastesia regional dan diperlukannya
keadaan relaksasi uterus. Pada teknik ini memiliki beberapa kelebihan yaitu
diantaranya adalah induksi berjalan cepat, pengendalian jalan napas optimal dan
pernapasan normal. Pada teknik ini juga memiliki beberapa kelemahan yaitu adalah
risiko aspirasi pada ibu lebih besar dan dapat terjadi depresi pada janin.
Induksi Persalinan

Oleh : dr. Nunung Nurabaniwati, Sp.OG (K)

Induksi persalinan merupakan suatu tindakan buatan atau memberikan


perlakuan untuk merangsang kontraksi uterus yang dilanjutkan oleh dilatasi progresif
dari serviks kemudian akan diakhiri dengan kelahiran bayi.2

Tujuan induksi persalinan itu sendiri yaitu diantaranya untuk mengantisipasi


hasil yang berlainan sehubungan dengan kelanjutan kehamilan, untuk menimbulkan
aktifitas uterus yang cukup untuk perubahan serviks dan penurunan janin tanpa
menyebabkan hiperstimulasi uterus atau komplikasi janin dan agar terjadi
pengalaman melahirkan yang alami dan seaman mungkin.

Indikasi dilakukannya induksi persalinan pada ibu hamil yaitu ketika adanya
kehamilan dengan hipertensi kemudian kehamilan dengan adanya diabetes mellitus
maupun adanya perdarahan antepartum tanpa kontraindikasi persalinan pervaginam.
Sedangkan indikasi pada janin sendiri yaitu ketika ada kehamilan lewat bulan,
ketuban pecah dini, kematian janin dalam Rahim dan adanya pertumbuhan janin yang
terhambat.

Induksi persalinan juga mempunyai kontraindikasi yaitu diantaranya adanya


disproporsi sefalopelvik, insufisiensi plasenta, malposisi, gemelli, malposisi dan
plasenta previa dapat terjadi. Adapun syarat melakukan induksi persalinan yaitu
sebaiknya serviks uteri sudah matang, tidak adanya disproposi sefalopelvik, tidak
terdapat kelainan letak janin yang tidak dapat dibetulkan dan sebaiknya kepala janin
sudah mulai turun ke dalam rongga panggul.

Komplikasi yang dapat timbul dari induksi persalinan yaitu diantaranya


Hiponatremia, atonia uteri, hiperstimulasi atau adanya kontraksi di dalam rahim yang
berlebihan, prolapse tali pusat, solusio plasenta, dan emboli juga dapat terjadi.
Sectio Caesar

Oleh : dr. Nunung Nurabaniwati, Sp.OG (K)

Sectio caesarea merupakan tindakan medis yang diperlukan untuk membantu


persalinan yang tidak bisa dilakukan secara normal akibat masalah kesehatan ibu atau
kondisi janin. Tindakan ini diar-tikan sebagai pembedahan untuk melahirkan janin
dengan membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi
untuk mela-hirkan janin dari dalam rahim.3

Indikasi medis pada sectio caesarea yaitu dapat melihat dari beberapa faktor
pada janin yaitu ketika keadaan bayi terlalu besar, kelainan letak janin, janin yang
abnormal, kelainan pada tali pusat, dan adanya bayi kembar. Kemudian faktor pada
ibu hamil yaitu usia, jumlah anak yang dilahirkan, keadaan panggul, penghambat
jalan lahir maupun adanya ketuban pecah dini.

Pada sectio caesarea juga memiliki beberapa keuntungan yaitu adanya


persalinan menjadi lebih singkat, tidak adanya kompresi jalan lahir, tidak adanya
sepsis dari jalan lahir, menurunkan risiko perdarahan. Dan pada sectio caesarea juga
memiliki beberapa kerugian yaitu kemungkinan merusak kandung kemih dan bagian
organ usus, adanya gangguan penyembuhan luka juga dapat terjadi.

Sectio caesarea juga terdiri dari beberapa jenis yaitu diantaranya Bedah
Caesar Klasik yaitu tindakan yang meliputi sebuah pengirisan memanjang bagian
tengah yang memanjang dibagian tengah yang memberikan satu ruang yang lebih
besar untuk mengeluarkan bayi. Metode ini jarang dilakukan karena sering
menimbulkan komplikasi. Kemudian selain Bedah Caesar Klasik juga terdapat
tindakan Caesar Histerektomi yaitu dimana tindakan bedah caesar yang dilanjutkan
dengan pengangkatan rahim.
Terminasi Kehamilan

Oleh : dr. Nunung Nurabaniwati, Sp.OG (K)

Terminasi kehamilan merupakan tindakan mengakhiri kehamilan dengan


sengaja sehingga tidak sampai kelahiran, baik janin dalam keadaan hidup atau mati.
Indikasi pada terminasi kehamilan yaitu diantaranya ketika terdapat keadaan Abortus
tertunda, molahidatidosa, abortus insipiens maupun kejadian kematian janin dalam
rahim. Sedangkan kontraindikasinya sendiri yaitu akseptor IUD, anemia berat dan
adanya penyakit kardiovaskular.

Terminasi kehamilan sendiri terdiri dari dua tipe yaitu Terminasi kehamilan
dengan induksi persalinan dan Terminasi kehamilan dengan induksi abortus. Pada
induksi persalinan sendiri digunakan agar persalinan berlangsung sebelum atau
sesudah kehamilan cukup bulan dengan jalan merangsang timbulnya his. Sedangkan
pada induksi abortus merupakan prosedur yang dilakukan untuk mengakhiri
kehamilan dan sebagian besar pada induksi abortus ini dilakukan pada 12 minggu
pertama kehamilan.

Metode terminasi pada trimester pertama menggunakan metode obat-obatan


maupun terapi bedah. Obat-obatan yang digunakan diantaranya yaitu Prostaglandin
dan antiprogesteron. Sedangkan pada trimester kedua, metode medis yang digunakan
yaitu secara kimiawi diantaranya dengan larutan garam hipotonik 20%.
Vakum dan Forcep

Oleh : dr. Nunung Nurabaniwati, Sp.OG (K)

Ekstraksi forcep merupakan tindakan obstetric yang bertujuan untuk


mempercepat kala pengeluaran dengan jalan menarik bagian terbawah janin (kepala)
dengan alat cunam. Cunam sendiri terbuat dari logam yang terdiri dari dua sendok
yang dipasang bersilang. Forcep sendiri berfungsi untuk melahirkan janin yang
mengalami molding, yang sering terjadi pada ibu nulipara dan dapat digunakan untuk
janin dengan kepala berbentuk bulat, yang terjadi pada multipara.

Ekstraksi vakum merupakan metode pelahiran dengan memasang sebuah


mangkuk (cup) vakum di kepala janin dan tekanan negatif. Indikasi untuk melakukan
ekstraksi vakum yaitu diantaranya adalah adanya penyakit jantung, cidera paru dan
infeksi intrapartum. Komplikasi ekstraksi vakum yang dapat terjadi yaitu rupture uteri
dan kepala janin belum masuk pintu atas panggul.
Kista Ovarium

Oleh : dr. Nunung Nurabaniwati, Sp.OG (K)

Kista ovarium adalah tumor jinak yang diduga timbul dari bagian ovum yang
normalnya menghilang saat menstruasi. Kista ini tidak diketahui asalnya dan terdiri
atas sel-sel embrional yang tidak berdiferensiasi. Kista ini tumbuh lambat dan
ditemukan selama pembedahan yang mengandung material sebasea kental berwarna
kuning yang timbul dari lapisan kulit.4

Sifat kista fisiologis biasanya berukuran 4cm dan dapat dideteksi dengan
menggunakan pemeriksaan USG dan dalam 3 bulan akan hilang. Sedangkan kista
patologis atau yang bersifat ganas dapat disebut juga dengan kanker ovarium. Dan
kista bersifat jinak jika terdapat benjolan dan tidak menyebar. Sedangkan kista
disebut ganas apabila terdapat campuran cairan.
Kista Gartner

Oleh : dr. Nunung Nurabaniwati, Sp.OG (K)

Kista gartner atau kista duktus gartner merupakan tumor kistik vagina yang
bersifat jinak yang berasal dari sisa ductus gartner atau ductus epoophoron maupun
system ductus wolfian. Etiologi dari kista gartner itu sendiri yaitu karena adanya
kegagalan dari perkembangan dan penyatuan ductus Mulleri. Tanda dan gejala klinis
dari kista gartner ini sendiri biasanya bersifat asimtomatik dengan ukuran diameter
tidak lebih dari 2 cm dan terkadang juga timbul rasa sakit pada daerah kelamin yang
terjadi terus menerus atau berulang.

Penegakan diagnosis pada kista gartner sendiri dapat dilihat dari pemeriksaan
histopatologi yaitu biasanya bersifat soliter serta berdinding tipis yang mengandung
cairan jernih dan berepitel kuboid. Pada pemeriksaan USG didapatkan karakteristik
masa berupa masa noduler yang berbatas tegas dan berdinding tipis dengan intensitas
gema yang tidak ekhoik.
Polip Serviks

Oleh : dr. Nunung Nurabaniwati, Sp.OG (K)

Polip serviks merupakan tumor jinak berupa adenoma maupun adenofibroma


yang tumbuh menonjol dan bertangkai, dan tumbuh di mukosa serviks. Faktor
risikonya dapat dari Hipertensi, vaginitis, obesitas dan adanya peningkatan usia.
Manifestasi tersering dari polip serviks yaitu diantaranya Intermenstrual bleeding,
postcoital bleeding, leukorea dan adanya hypermenorrhea. Untuk tatalaksananya
sendiri dapat dilakukan ekstirpasi pada bagian tangkainya dan dapat dilakukan
curettage sehingga seluruhnya dapat dikeluarkan.
Abortus

Oleh : dr. Dyah Ayu Puspita, Sp.OG

Abortus merupakan berakhirnya suatu kehamilan pada atau sebelum


kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk
hidup di luar kandungan. Abortus dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu
abortus spontan dan abortus provokatus (buatan). Salah satu klasifikasi abortus
spontan adalah abortus inkompletus, yaitu pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.5

Etiologi yang dapat menyebabkan Abortus yaitu diantaranya dapat karena


Aneuploidi atau kelainan yang disebabkan oleh kelainan kromosom (Trisomi
13,16,18,21 dan 22 tersering). Infeksi juga dapat menyebabkan terjadinya abortus
spontan dan kelainan pada sistem endokrin juga dapat menyebabkan terjadinya
abortus. Selain kelainan kromosom dan infeksi merokok 14 batang per-hari juga
dapat meningkatkan risiko terjadinya abortus. Abortus sendiri juga dibedakan
menjadi tujuh klasifikasi yaitu abortus imminens, insipiens, inkomplit, komplit,
missed abortion, febrilis dan abortus habitualis.
Kehamilan Ektopik

Oleh : dr. Dyah Ayu Puspita, Sp.OG

Kehamilan ektopik merupakan suatu kehamilan dengan pertumbuhan sel telur


yang telah dibuahi dan tidak menempel pada dinding endometrium kavum uteri. Bila
kehamilan tersebut mengalami proses pengakhiran atau abortus maka disebut dengan
kehamilan ektopik terganggu (KET).6

Faktor risiko dari kehamilan ektopik itu sendiri diantaranya karena adanya
radang pada panggul, memiliki riwayat kehamilan ektopik, endometriosis dan
merokok juga dapat menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik. Kehamilan ektopik
sendiri juga terjadi karena akibat gangguan transportasi ovum yang telah dibuahi dari
tuba ke kavum uteri.

Pada anamnesis didapatkan adanya terlambat haid, kemudian mual, pusing


dapat terjadi. Nyeri perut, menjalar ke bagian bahu dan pingsan juga dapat terjadi
pada kehamilan ektopik. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda syok
hipovolemik yaitu adanya hipotensi, takikardia, pucat dan ekstremitas yang terasa
dingin.
Mola Hidatidosa

Oleh : dr. Dyah Ayu Puspita, Sp.OG

Mola hidatidosa secara histologi ditandai dngan adanya proliferasi jaringan


trofoblas yang beragam dan adanya edema stroma vili. Faktor risiko pada mola
hidatidosa komplit yaitu adanya kekurangan protein, social ekonomi yang rendah,
usia yang kurang dari 20 tahun dan adanya infeksi dari virus.

Gejala yang dapat timbul pada Mola hidatidosa yaitu adanya mual, muntah,
pusing yang berlangsung hebat, besar rahim yang tidak sesuai dengan usia kehamilan
dan adanya perdarahan. Gejala utamanya yaitu adanya amenore, mual muntah, dan
adanya perdarahan pervaginam. Komplikasi yang terjadi dapat berupa preeklampsi,
tirotoksikosis dan adanya emoboli paru.
Perdarahan Antepartum

Oleh : dr. Dyah Ayu Puspita, Sp.OG

Faktor predisposisi pada perdarahn antepartum yaitu adanya hipertensi,


gemelli anak ke dua, adanya trauma pada bagian abdomen. Pada pemeriksaan klinis
didapatkna adanya perdarahan dari jalan lahir, perabaan uterus yang tegang dan pada
pemeriksaan penunjang USG didapatkan implantasi plasenta normal dengan
gambaran hamatom retroplasenter. Untuk penatalaksaannya dapat di lakukan tirah
baring atau dapat diberikan dexametason 24mg/24 jam.
Pengguguran Kandungan Aborsi

Oleh : dr.H.Riza Rivani Machfudz.,MHKes., Sp.F

Keguguran merupakan pengeluaran hasil konsepsi pada setiap stadium


perkembangannya sebelum masa kehamilan yang lengkap tercapai (38-40 minggu).
Abortus sendiri terdiri dari 2 macam yaitu Abortus dengan penyebab yang wajar dan
abortus yang sengaja dibuat atau abortus provokatus.

Pada KUHP Pasal 299 ayat 1 disebutkan bahwa “ Dengan sengaja mengobati
seseorang wanita atau menyuruh supaya diobati dan diberitahukan atau ditimbulkan
harapan bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, dipidana penjara
laing lama 4 tahun, denda paling banyak 4 puluh ribu rupiah. “ Dan pada KUHP pasal
346 diatur bahwa “ Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam pidana penjara paling
lama 4 tahun. “
Kekerasan Terhadap Perempuan

Oleh : dr.H.Riza Rivani Machfudz.,MHKes., Sp.F

Kekerasan dalam rumah tangga yaitu dimana setiap perbuatan terhadap


seseorang yang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau
penderitaan fisik, seksesual untuk melakukan perbuatan, pemaksaan atau perampasan
kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. Jika terdapat
adanya rasa sakit, luka berat dan bahkan sampai meninggal dapat masuk ke kategori
untuk kekerasan fisik. Faktor pemicu terjadinya KDRT yaitu dimana adanya
ketergantungan ekonomi, kekuasaan yang tidak seimbang antara suami dan istri,
adanya persaingan diantara keduanya.
Pembunuhan Anak Sendiri

Oleh : dr.H.Riza Rivani Machfudz.,MHKes., Sp.F

Menurut KHUP pasal 341 Pembunuhan anak sendiri yaitu merupakan


pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu terhadap anaknya ketika dilahirkan
atau tidak berapa lama setelah dilahirkan dengan alasan takut diketahui bahwa ia
telah melahirkan seorang anak. Syarat dinyatakan sebagai Pembunuhan anak sendiri
yaitu adalah dilakukan oleh ibu kandungnya sendiri. Tujuan pemeriksaan forensic
yaitu adalah untuk mengetahui umur bayi, viabilitas bayi, sebab kematian, telah
dirwat atau belum, lahir hidup atau lahir mati, identitas bayi dan adanya kelainan
bawaan atau tidak.
Kekerasan Terhadap Anak

Oleh : dr.H.Riza Rivani Machfudz.,MHKes., Sp.F

Pada kasus kekerasan terhadap anak ada 3 langkah penanganan medis


kekerasan seksual yaitu pengobatan trauma fisik dan psikologi, pengumpulan dan
pemotretan bukti, dan penanganan dan pencegahan kehamilan dan penyakit hubungan
seksual. Didalam bukti penelitian harus terdapat anamnesis yang mendalam,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan lab, uji psikologis dan uji psekiatris.
Peran Dokter Pada Penanganan Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Oleh : dr.H.Riza Rivani Machfudz.,MHKes., Sp.F

Sebagai tenaga medis untuk membantu dalam proses penyidikan dapat


melihat apakah adanya tanda-tanda persetubuhan, kekerasan, perkiraan umur.
Terdapat dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu dengan cara mengumpulkan bukti-
bukti persetubuhan dan mencari ada atau tidaknya tanda-tanda kekerasan. Untuk
melakukan pemeriksaan pria tersangka dapat melihat dari pemeriksaan secret urethra,
jika bersetubuh sampai ejakulasi langsung periksa golongan darah pada tubuh korban.
Strategi Penurunan AKI

Oleh : dr. Junny Setyawati., M.KM

Penyebab mendasar yang dapat menyebabkan peningkatan angka kematian


ibu yaitu adanya faktor ekonomi yang kurang memadai dan kesehatan lingkungan
yang buruk. Perkiraan lamanya waktu sejak terjadinya komplikasi sampai meninggal
pada perdarahan antepartum yaitu sekitar 12 jam, pada eklampsi bias mencapai 2 hari
lamanya.
Infertilitas

Oleh : dr. Zulkifli Ahmad, SpOG., KFER., MKes

Infertilitas merupakan ketidakmampuan untuk mengandung sampai


melahirkan bayi hidup setelah satu tahun melakukan hubungan seksual yang teratur
dan tidak menggunakan alat kontrasepsi apapun. Jenis infertilitas terbagi menjadi
dua, yakni infertilitas primer dan infertilitas sekunder. Banyak faktor yang
mempengaruhi kejadian infertilitas baik primer maupun sekunder dari segi pria,
wanita, maupun faktor lain. Dari segi wanita masalah pada serviks, tuba, ovarium,
vagina, uterus dan gangguan ovulasi. Dari segi pria masalah seperti faktor koitus,
ejakulasi, pekerjaan dan faktor lain dapat menyebabkan kejadian infertilitas. Faktor
usia dan gaya hidup juga tak luput dari penyebab infertilitas sekunder. Jadi terdapat
tujuh faktor yang dapat menyebabkan hamil, yaitu sperma, saluran telur pada wanita,
siklus haid yang benar memakai siklus 28 hari, telur wanita, tempat hamil,
pembuahan dan penanaman.7
Tatalaksana Bayi Baru Lahir

Oleh: dr. Irman Permana, Sp.A(K) M.Kes

Tatalaksan Bayi Baru Lahir dapat menggunakan teknik ABCD. Pada bagian D
atau Drug dapat menggunakan Ephineprine dengan dosis tergantung dari berat badan
bayi. Terdapat 3 trias jika bayi tidak menangis yaitu diantaranya terdapat
hipoglikemi, hipoksia, hipotermia. Tatalaksana antenatal care persalinan yaitu yang
pertama lakukan resusitasi neonates, stabilisasi neonates, proses rujukan.
Preconception Counseling and Antenatal Care

Oleh : dr. Triono Adisuroso, Sp.OG, MMed, Mphil

Antenatal care terpadu merupakan pelayanan antenatal komprehensif dan


berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil. Pelayanan tersebut dapat
diberikan oleh dokter, bidan, perawat dan tenaga medis lain yang terlatih dan
profesional. Tujuan pelayanan ANC adalah untuk mempersiapkan persalinan dan
kelahiran dengan mencegah, mendeteksi, dan mengatasi 3 masalah kesehatan selama
kehamilan yang memengaruhi ibu hamil dan janinnya, meliputi komplikasi
kehamilan itu sendiri, kondisi yang mungkin dapat membahayakan kehamilan ibu,
serta efek dari gaya hidup yang tidak sehat.8
DAFTAR PUSTAKA

1. Muhammad I, Dedi F, Ezra O. Penggunaan Teknik Obat dan Permasalahan


Blokade Epidural di Wilayah Jawa Barat pada Tahun 2015. 2017;5(3).
2. Ni N, Weking J , Nurul F. Kajian Penggunaan Misoprostol dan Oksitosin
Sebagai Penginduksi Persalinan di RSUD Kota Bandung. 2017; 17(2)
3. Dumilah A, Ratih O, Misnaniarti. Etika Kesehatan pada Persalinan Melalui
Sectio Caesarea Tanpa Indikasi Medis. 2018;14(1)
4. Putri A. Pemakaian Kontrasepsi Oral Dalam Mencegah Kista Ovarium. J
Agromed Unila. 2015; 2(2)
5. Amalia L, Sayono. Faktor Risiko Kejadian Abortus. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. 2015; 10(1)
6. Dewi T, Risilwa M. Kehamilan Ektopik Terganggu. JKSK. 2017; 17(1)
7. Saraswati A. Infertility. J MAJORITY. 2015; 4(5)
8. Rachmawati A, Puspitasari R, Cania E. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Kunjungan Antenatal Care. Majority. 2017; 7(1).

Anda mungkin juga menyukai