Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kehamilan merupakan proses alamiah, namun apabila tidak di berikan
asuhan yang tepat dapat menyebabkan terjadinya komplikasi pada awal bulan
pertama kehamilan, salah satu komplikasi yang menyertai kehamilan adalah
perdarahan pada trimester pertama yang disebabkan oleh abortus (Saifuddin ;
2009. h.89). Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup diluar kandungan. (kehamilan kurang dari 20 minggu atau
berat janin kurang dari 500 gram) (Prawirohardjo ; 2011. h.460).
Kehamilan dengan Abortus memang tidak banyak menyumbang AKI dan
AKB di Indonesia karena untuk abortus imminen sendiri masih dapat
dipertahankan apabila perdarahan bercak berhenti, servik tertutup (Bobak ;
2012. h.651). Penatalaksanaan abortus imminens tidak diperlukan pengobatan
medik yang khusus atau tirah baring secara total, cukup tidak terlalu melakukan
aktifitas secara berlebihan dan tidak melakukan hubungan seksual dahulu.
Namun apabila perdarahan terus berlangsung nilai kondisi janin dengan cara
USG untuk mengetahui kemungkinan adanya penyebab lain seperti hamil
ektopik atau mola (Saifuddin ; 2009. h. 149).
Seseorang yang mengalami abortus akan merasakan nyeri akibat adanya
kontraksi uterus yang dapat menyebabkan perdarahan. Penggunaan yang tepat
dari analgesik saja atau dengan kombinasinya merupakan kunci untuk
menurunkan intensitas nyeri. Sayangnya, tidak semua nyeri dapat diintervensi
dengan analgetik sistemik bahkan beberapa penelitian menunjukkan stigma
yang kurang baik ditujukan pada penggunaan obat-obat penurun rasa nyeri
(Brown, 2014). Sehingga penatalaksanaan non-farmakologis dapat diterapkan
sebagai pengganti intervensi atau kombinasi dalam menurunkan intensitas
nyeri.
Akupresur merupakan salah satu teknik pengobatan tradisional Cina yang
dapat digunakan untuk menurunkan nyeri, mengobati penyakit dan cidera.

1
Akupresur dilakukan dengan memberikan tekanan fisik pada beberapa titik
pada permukaaan tubuh yang merupakan tempat sirkulasi energi dan
keseimbangan pada kasus gejala nyeri. Teknik akupresur ini tidak invasif,
aman, dan efektif. Akupresur terbukti dapat mengurangi nyeri punggung,
kepala, osteoarthritis, otot, leher, nyeri pre-operasi dan postoperasi, mual
muntah dan masalah tidur (Yurdanur, 2012).

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk menerapkan evidence based nursing practice mengenai
pengaruh terapi akupresur untuk mengurangi gangguan rasa nyaman : nyeri
pada pasien dengan abortus imminens di ruang Parikesit RSUD K.R.M.T
Wongsonegoro Semarang.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui keefektifan terapi akupresur untuk mengurangi gangguan
rasa nyaman : nyeri pada pasien dengan abortus imminens di ruang
Parikesit RSUD K.R.M.T Wongsonegoro
b. Membuktikan apakah terapi akupresur dapat diterapkan untuk
mengurangi rasa nyeri pada pasien dengan abortus imminens

C. MANFAAT
Hasil intervensi yang telah dilakukan diharapkan dapat digunakan sebagai
intervensi dalam melaksanakan asuhan keperawatan, memberikan
pengetahuan dan masyarakat dapat menerapkan terapi komplementer
akupresur untuk mengurangi rasa nyeri khususnya pada pasien dengan abortus
imminens sebagai teknik manajemen nyeri non farmakologis.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP TEORI ABORTUS IMMINENS


1. Definisi Abortus Imminens
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup di luar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram
(Hadijanto,2008). Abortus imminens adalah peristiwa terjadinya
perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil
konsepsi masih dalam uterus dan tanpa dilatasi serviks. Pada kondisi seperti
ini, kehamilan masih mungkin berlanjut dan dipertahankan (Khumaira,
2002; h.134)
2. Penyebab Abortus Imminens
Menurut Sucipto (2013) penyebab abortus imminens yaitu :
1) Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, menyebabkan kematian janin
atau cacat, penyebabnya antara lain :
a. Kelainan kromosom, misalnya lain trisomi,poliploidi dan kelainan
kromosom seks.
b. Endometrium kurang sempurna, biasanya terjadi pada ibu hamil
saat usia tua, dimana kondisi abnormal uterus dan endokrin atau
sindroma ovarium polikistik.
c. Pengaruh eksternal, misalnya radiasi, virus, obat-obat, dan
sebagainya dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun
lingkungan hidupnya dalam uterus, disebut teratogen.
2) Kelainan plasenta, misalnya endarteritis terjadi dalam vili koriales dan
menyebabkan oksigenasi plasenta terganggu, sehingga mengganggu
pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini dapat terjadi sejak
kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.
3) Penyakit ibu, baik yang akut seperti pneumonia, tifus abdominalis,
pielonefritis, malaria, dan lain-lain, maupun kronik seperti, anemia

3
berat, keracunan, laparotomi, peritonitis umum, dan penyakit menahun
seperti brusellosis, mononukleosis infeksiosa, toksoplasmosis.
4) Kelainan traktus genitalis, misalnya retroversio uteri, mioma uteri, atau
kelainan bawaan uterus. Terutama retroversio uteri gravidi inkarserata
atau mioma submukosa yang memegang peranan penting. Sebab lain
keguguran dalam trimester dua ialah serviks inkompeten yang dapat
disebabkan oleh kelemahan bawaan pada serviks, dilatasi serviks
berlebihan, konisasi, amputasi, atau robekan serviks yang luas yang
tidak dijahit.
3. Tanda dan Gejala
Menurut Sucipto (2013) tanda dan gejala dari abortus imminens adalah :
a. Adanya perdarahan pada awal kehamilan melalui ostium uteri
eksternum, disertai nyeri perut ringan atau tidak sama sekali.
b. Adanya gejala nyeri perut dan punggung belakang yang semakin hari
bertambah buruk dengan atau tanpa kelemahan dan uterus membesar
sesuai usia kehamilan.
4. Diagnose
Menurut Sastrawinata dan kawan-kawan (2005), diagnosa abortus
imminens menurut gambaran klinis adalah seperti berikut :
a. Anamnesis – perdarahan dari jalan lahir disertai nyeri / kontraksi rahim.
b. Pemeriksaan dalam – ostium terbuka, buah kehamilan masih dalam
rahim, dan ketuban utuh (mungkin menonjol).

B. MEKANISME NYERI
Nyeri merupakan perasaan tubuh atau bagian dari tubuh manusia, ia
senantiasa tidak menyenangkan dan keberadaannya ialah untuk suatu
pengalaman alam rasa. Nyeri juga didefinisikan sebagai suatu sensasi
tunggal yang disebabkan oleh stimulus spesifik subyektif dan berbeda
antara masing-masing individu karena dipengaruhi faktor psikososial dan
kultural dan endorphin seseorang, sehingga orang tersebut lebih merasakan
nyeri (Potter & Perry, 2005).

4
Gate Control Theory yang diusulkan oleh Melzack dan Wall
menjelaskan bahwa nyeri ditransmisikan oleh serabut-serabut saraf ke
spinal cord sebelum ditransmisikan ke otak. Sinap-sinap pada dorsal horn
berlaku sebagai gate yang tertutup untuk menjaga impuls sebelum mencapai
otak. Berdasarkan teori Gate Control, serabut saraf berdiameter pendek dari
saraf membawa stimulus nyeri melalui gate yang sama dapat menghalangi
transmisi dari impuls nyeri, yaitu dengan menutup gate (Kozier, 2000).

C. TEKNIK AKUPRESUR
1. Definisi Akupresur
Akupresur adalah suatu teknik penyembuhan dengan menekan,
memijat, mengurut bagian tubuh untuk mengaktifkan peredaran energi
vital atau qi. Akupresur juga disebut akupunktur tanpa jarum, atau pijat
akupunktur, sebab teori akupunktur yang menjadi dasar praktek
akupresur (Sukanta, 2003).
Akupresur merupakan penekanan pada titik tertentu (yang dikenal
dengan acupoint) dengan menggunakan telunjuk maupun jari untuk
menstimulasi aliran energi di meridian yang penggunaannya sangat
aman dan efektif, mudah dipelajari, dan juga membutuhkan waktu yang
sedikit untuk menerapkannya (Depkes RI, 1999).
2. Manfaat Akupresur
Sejarah telah membuktikan bahwa akupresur dapat bermanfaat
mencegah penyakit yang bertujuan untuk mencegah masuknya sumber
penyakit dan mempertahankan kondisi tubuh, penyembuhan penyakit,
rehabilitasi dan promotif (Dibble, et al, 2007). Menurut Tournaire &
Theau-Yonneau (2007) dengan merangsang titik-titik tertentu di
sepanjang meridian, yang ditransmisikan melalui serabut saraf besar ke
formation reticularis, thalamus dan sistem limbic tubuh melepaskan
endorphin. Endorphin adalah zat penghilang rasa sakit yang secara alami
diproduksi dalam tubuh, memiliki efek positif pada emosi, dapat
menyebabkan relaks dan normalisasi fungsi tubuh dan sebagian dari

5
pelepasan endorphin akan menurunkan tekanan darah dan meningkatkan
sirkulasi darah.
3. Teori Dasar Akupresur
Akupresur sebagai seni dan ilmu penyembuhan berlandaskan pada
teori keseimbangan yang bersumber dari ajaran Taoisme yang
mengajarkan bahwa semua isi alam raya dan sifat-sifatnya dapat
dikelompokkan ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok yin dan yang
(Sukanta, 2003). Yin dan yang adalah dua aspek yang saling mendasari,
saling mempengaruhi, tidak mutlak dan keduanya saling bertentangan
tetapi membentuk suatu kesatuan yang utuh dalam suatu keseimbangan
yang harmonis dan dinamis (Depkes RI, 1996).
Akupresur berdasarkan pada tiga komponen dasar yaitu energi vital,
sistem meridian dan lintasannya serta titik akupresur, fungsi dan
lokasinya.
a. Energi vital yang merupakan materi dasar kehidupan manusia yang
dibentuk dari sari makanan, minuman dan udara, serta dipengaruhi
oleh kondisi lingkungan (Sukanta, 2008). Qi berada diseluruh tubuh
manusia, bersifat dinamis aktif dan hangat sehingga dikategorikan
dalam kelompok yang. Qi berperan memproduksi dan mengontrol
menghangatkan dan memberikan nutrisi ke jaringan dan
mengaktivasi fungsi-fungsi organ. Selain itu qi juga berperan dalam
menguatkan koordinasi dan keseimbangan fungsi tubuh (Tagard &
Zhu, 2001). Qi berperan di dalam tubuh manusia sebagai sarana
komunikasi dan informasi sel-sel dan diantara sel membawa suplai
informasi ke saraf-saraf dan sistem hormon (Waechter, 2002).
b. Sistem meridian
Meridian adalah saluran energi vital yang mengalir ke seluruh tubuh.
Setiap meridian mempunyai dua jenis lintasan, yaitu lintasan
didalam tubuh yang mencapai tubuh di bagian dalam. Secara
anatomis belum dapat dilihat secara kasat mata tetapi sudah diakui
keberadaannya secara fungsional (Sukanta, 2003).

6
Meridian diklasifikasikan menjadi meridian umum dan meridian
istimewa. Meridian umum adalah paru-paru, usus besar, limpa,
lambung, jantung, usus kecil, kantong kemih, ginjal, selaput jantung,
tripemanas, kantong empedu dan hati. Sedangkan meridian istimewa
adalah tu dan meridian ren yang melintas digaris tengah tubuh.
Meridian istimewa merupakan pengikat atau penghubung semua
meridian, sehingga keempatbelas meridian merupakan mata rantai
yang tidak terputus (Sukanta, 2003).
4. Cara Perangsangan Titik Akupresur
Dalam penekanan atau perangsangan akupresur ada beberapa hal
yang harus diperhatikan, yaitu reaksi yang akan ditimbulkan, kondisi
pasien dan jenis keluhan yang dialami oleh pasien (Sukanta, 2008).
Reaksi yang ditimbulkan meliputi reaksi untuk menguatkan energi dan
reaksi untuk melemahkan energi. Reaksi ini dipengaruhi oleh lama
pemijatan dan arah pemijatan. Penekanan yang bertujuan untuk reaksi
menguatkan dapat dilakukan dengan melakukan 30 kali pijatan atau
putaran searah dengan jarum jam atau mengikuti arah meridian.
Sedangkan akupresur yang bertujuan untuk reaksi melemahkan
dilakukan dengan pemijatan lebih dari 40 kali atau putaran berlawanan
arah jarum jam atau berlawanan dengan arah meridian (Sukanta, 2008).
Pada pertimbangan kondisi pasien dan jenis keluhan, penyakit yang
sifatnya mendadak dan keras pijatan dilakukan lebih dari 30 kali dan
dilakukan agak keras, dilakukan setiap keluhan muncul atau sehari
sekali. Pasien yang dalam kondisi lemah pemijatan dilakukan sebanyak
dua hari sekali dan pasien yang tidak dalam kondisi lemah pemijatan
dilakukan setiap keluhan muncul atau minimal satu kali sehari (Sukanta,
2008).
5. Akupresur Untuk Mengurangi Nyeri
Penekanan pada titik-titik akupresur SP 6, B27-B34, LR3/LV3 dapat
mengurangi nyeri karena adanya peningkatan endorphin, yaitu hormon
yang mampu menghadirkan rasa rileks pada tubuh secara alami,

7
memblok reseptor nyeri ke otak. Hal yang sama juga dijelaskan oleh
Hartono (2012), bahwa terapi akupresur secara empiris terbukti dapat
membantu produksi hormon endorphin pada otak yang secara alami
dapat membantu menawarkan rasa sakit saat menstruasi. Penekanan titik
akupresur dapat berpengaruh terhadap produksi endorphin dalam tubuh.
Endorphin adalah pembunuh rasa nyeri yang dihasilkan sendiri oleh
tubuh. Endorphin merupakan molekul-molekul peptid atau protein yang
dibuat dari zat yang disebut beta-lipoptropin yang ditemukan pada
kelenjar pituitary. Endorphin mengontrol aktivitas kelenjar-kelenjar
endokrin tempat molekul tersebut tersimpan (Kashefi, 2010).
Selain itu endorphin dapat mempengaruhi daerah-daerah pengindra
nyeri di otak dengan cara yang serupa dengan obat opiat seperti morfin.
Pelepasan endorphin dikontrol oleh sistem saraf. Jaringan saraf sensitif
terhadap nyeri dan rangsangan dari luar, dan jika dipicu dengan
menggunakan teknik akupresur, akan menginstrusikan sistem endokrin
untuk melepaskan sejumlah endorphin sesuai kebutuhan tubuh (Aprilia,
2010). Terkait dengan produksi prostaglandin, terapi akupresur dapat
melancarkan peredaran darah, prostaglandin ikut mengalir dalam
peredaran darah dan tidak menumpuk pada uterus dan akhirnya
diharapkan dapat menurunkan rasa nyeri (Wahyuni, 2011).
Pemberian terapi pada titik LR3 dapat melancarkan aliran darah dan
menghilangkan sumbatan pada pembuluh darah (Wahyuni, 2011).
Dengan demikian prostaglandin yang diproduksi oleh endometrium
dapat mengalir dengan lancar pada pembuluh darah dan tidak menumpuk
pada area tertentu di dalam tubuh sehingga intensitas nyeri berikutnya
dapat berkurang. Titik LR3 (Taichong) terletak pada meridian liver.
Penekanan pada titik akupresur LR3 dapat memperbaiki aliran energi di
pada organ yang dilalui oleh meridian hati dan sekaligus juga dapat
memperbaiki aliran energi pada seluruh tubuh karena titik ini merupakan
titik penting yang juga berfungsi untuk meredakan nyeri (analgesik) dan
relaksasi di seluruh tubuh (Wahyuni, 2011). Dengan berkurangnya gejala

8
tambahan lain di seluruh tubuh, maka kualitas nyeri yang dirasakan
setelah dilakukan terapi pada titik ini juga berkurang.

9
BAB III
METODE PENULISAN

A. RANCANGAN SOLUSI YANG DITAWARKAN


Dalam mengatasi permasalahan diatas maka dilakukan desain
inovatif berupa study pada klien Ny. H dengan diagnosa medis abortus
imminens, klien mengalami perdarahan pervagina dan nyeri pada perut
bagian bawah. Rancangan solusi yang ditawarkan yaitu klien diajarkan
teknik manajemen nyeri non farmakologi berupa terapi komplementer
akupresur sesuai beberapa jurnal yang sudah didapatkan untuk mengurangi
rasa nyeri yang dirasakan.
Setelah melakukan analisis pada beberapa jurnal di dapatkan hasil
(Analisis Jurnal berdasarkan PICOT) :
Judul jurnal Problem Intervention Compare Outcomes Time
Effect Of Nyeri haid Mengetahui Randomized Femi-band Oktober 2013
Using Femi- (dismenor efek Femi- controlled trial akupresur - Juni 2014
Band hea) band efektif
Acupressur akupresur menurunkan
e On pada nyeri
Primary dysmenorrh dysmenorrh
Dysmenorr ea primer ea
hea
(Mohamed,
HES.,
Salem, SM.,
& Al-
Agamy, ZA,
(2015))

10
The Effect Nyeri Mengidentif Randomized Akupresur Februari-
Of persalinan ikasi efek controlled dapat Maret 2012
Acupressur akupresur clinical trial menurunkan
e On pada nyeri nyeri
Sanyinjiao persalinan persalinan
And Hugo
Points On
Labor Pain
In
Nulliparous
Women : A
Randomize
d Clinical
Trial
(Sehhatie-
Shafaie, F.,
Kazemzade
h, R.,
Amani, F.,
& Heshmat,
R (2013))
Acupressur Nyeri Mengevalua Randomized Akupresur 1 September
e To persalinan si efek controlled trial efektif 2007 – 30
Reduce akupresur menurunkan April 2008
Labor Pain : selama aktif nyeri
A fase selama fase
Randomize persalinan aktif
d pada nyeri persalinan
Controlled persalinan
Trial
(Hjelmstedt,

11
A., Shenoy,
S., Stener
Victorin, E.,
Lekander,
M., Bhat,
M., Leena,
KKb., &
Waldenstro
m, U
(2010))

B. TARGET DAN LUARAN


Target yang akan mendapatkan perlakuan intervensi pada deskripsi
kasus ini yaitu klien dengan abortus imminens yang mengalami nyeri pada
perut bagian bawah. Klien akan diajarkan teknik manajemen nyeri non
farmakologi berupa terapi komplementer akupresur. Luaran dengan tujuan
untuk mengetahui efektifitas akupresur untuk mengurangi rasa nyeri pada
pasien dengan abortus imminens.

C. PROSEDUR PELAKSANAAN

TERAPI AKUPRESUR

1. PENGERTIAN Akupresur adalah suatu teknik penyembuhan dengan


menekan, memijat, mengurut bagian tubuh untuk
mengaktifkan peredaran energi vital atau qi. Akupresur juga
disebut akupunktur tanpa jarum, atau pijat akupunktur,
sebab teori akupunktur yang menjadi dasar praktek
akupresur (Sukanta, 2003).

2. TUJUAN 1. Menurunkan skala nyeri

12
2. Meredakan ketegangan, kekakuan dan spasme

3. INDIKASI Nyeri akibat dismenorrhea, nyeri persalinan, pegal pada


pinggang, spasme, ketegangan dan kekakuan.
4. KONTRAINDIKASI -
5. PERSIAPAN KLIEN Klien berada di posisi yang nyaman.

6. PERSIAPAN ALAT 1. Pakaian yang nyaman dan longgar


2. Baby oil/minyak zaitun
7. CARA BEKERJA :
1. Titik San Yin Jiao (SP6)

Tiga cun atau sekitar empat jari di atas malleolus internus, tepat di ujung tulang
kering
Organ : Limpa
Fungsi : Menurunkan Dismenore
Cara : Dikuatkan (Searah jarum jam) sebanyak 30 putaran.
Waktu : 3-5 menit
2. Titik Sacral Points (B27 – B34)

13
Terletak pada daerah sakral atau di sekitar tulang sacrum.
Organ : Kandung Kemih
Fungsi : Mengurangi sakit pada dismenore, pegal pada pinggang, nyeri saat
persalinan.
Cara : Dikuatkan (Searah jarum jam) sebanyak 30 putaran.
Waktu : 3-5 menit
3. Titik Taichong/Daichong (LR 3/LV 3)

Terletak di proximal pertemuan tulang-tulang metatarsal I dan II.


Organ : Hati
Fungsi : Meredakan spasme, ketegangan dan kekakuan
Cara : Dikuatkan (Searah jarum jam) sebanyak 30 putaran.
Waktu : 3-5 menit

14
8. HASIL :
Menurunkan skala nyeri yang dirasakan, tampak lebih rileks.
9. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN :
Pastikan lingkungan nyaman dan tenang.

15
BAB IV
LAPORAN KASUS

A. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : Senin, 23 September 2019
Pukul : 07.00 WIB
Ruang/RS : Parikesit/RSWN

BIODATA
1. Biodata Klien
Nama : Ny. H
Tanggal lahir : 19 Juli 1997
Jenis kelamin : Perempuan
No RM : 447950
Pendidikan : SMK
Pekerjan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Gayamsari, Semarang
Tanggal masuk RS : September 2019
Diagnosa medis : Abortus imminens
2. Biodata Penanggungjawab
Nama : Tn. S
Umur : 23 tahun
Hubungan dgn klien : Suami
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Teknisi
Agama : Islam
Alamat : Gayamsari, Semarang

16
RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Keluhan utama
Klien mengeluh mengalami perdarahan keluar dari vagina berupa
gumpalan darah.
2. Riwayat keperawatan sekarang
Klien mengatakan pada hari Sabtu, 21 September 2019 pada pukul 22.00
WIB keluar gumpalan darah dari vagina. Pada saat perdarahan klien
mengeluh nyeri pada perut bagian bawah. Karena khawatir dengan kondisi
kehamilannya klien diantar suaminya untuk segera memeriksakan dirinya
ke IGD RSUD K.R.M.T Wongsonegoro dan kemudian klien menjalani
rawat inap di ruangan Parikesit.
3. Riwayat keperawatan dahulu
Klien dahulu pernah dirawat di RSUD K.R.M.T Wongsonegoro dan
menjalani operasi kuretase pada tahun 2018 karena didiagnosa KET.
Kemudian pada bulan Maret 2019 klien masuk RSUD K.R.M.T
Wongsonegoro kembali karena mengalami abortus pada usia kehamilan
1,5 bulan namun pada kehamilan yang kedua ini klien tidak menjalani
proses operasi kuretase.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan memiliki riwayat penyakit keturunan yaitu hipertensi
dan diabetes mellitus dari ibu kandungnya.
5. Riwayat obstetri
Status obstetri : G3P0A2
Anak Usia sekarang Jenis Penolong Ket
ke persalinan hidup/mati
1 - Hamil diluar - Mati (2018)
kandungan
(KET)

17
2 - Abortus usia - Mati (Maret
kandungan 2019)
1,5 bulan

6. Riwayat reproduksi
Menarche : 13 tahun
Siklus menstruasi : 28 hari
Lama : 5 hari
Masalah menstruasi : tidak ada
HPHT : 28 Juli 2019
7. Riwayat KB
Klien mengatakan dirinya belum menggunakan alat kontrasepsi karena
klien dan suami sedang menjalani program hamil.

PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR

1. Manajemen Kesehatan
Klien mengatakan jika dirinya sakit, dirinya hanya membeli obat di apotek.
Jika minum obat apotek saja tidak segera sembuh, maka klien
memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat seperti puskesmas.
Selama hamil klien mengatakan belum pernah ke puskesmas maupun ke
dokter kandungan untuk melakukan pemeriksaan ANC.
2. Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
a. Sebelum sakit
Sebelum sakit pasien makan 3x sehari dengan makanan yang
dikonsumsi nasi dan lauk pauk seadanya. Keluarga mengatakan klien
suka makan sayur dan buah-buahan. Klien mengatakan sehari-hari
dirinya minum air putih kurang lebih sebanyak 5 gelas. Klien
mengatakan memiliki riwayat alergi pada makanan kacang-kacangan.
b. Pada waktu sakit

18
Klien mengatakan tidak mengalami gangguan nafsu makan selama
sakit. Klien makan habis 1 porsi dengan lauk pauk dan buah yang sudah
disediakan oleh RS. Klien minum hanya sedikit kurang lebih 450 cc.
Observasi :
- A (Antropometri)
 Berat Badan : 60 kg
 Tinggi Badan : 163 cm
 IMT : 22,58 (berat badan normal)
- B (Biochemical)
Tanggal 21 September 2019 :
 Hemoglobin : 13.6 g/dL
 Hematokrit : 39.80 %
 Trombosit : 299/uL
 Leukosit : 13.9/uL
- C (Clinical Sign)
 Turgor kulit elastis
 Rambut lebat, hitam dan panjang
 Konjungtiva tidak anemis
 Capillary refill : < 2 detik
- D (Diet)
Diet tinggi protein, vitamin dan mineral
3. Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi
a. Sebelum Sakit
Pasien BAB 2 hari sekali dan BAK 4 kali/hari tanpa dibantu oleh orang
lain.
Fecal : klien mengatakan warna feses kecoklatan, berbau khas,
dengan konsistensi lembek.
Urine : klien mengatakan warna urine kekuningan berbau khas.
b. Pada waktu sakit
Selama sakit klien mengatakan belum pernah BAB.

19
Fecal : klien mengatakan selama sakit di RS dirinya belum pernah
BAB.
Urine : klien mengatakan warna urine kekuningan, bau khas urine,
tidak ada lendir atau darah.
4. Pemenuhan Kebutuhan Istirahat dan Tidur
a. Sebelum sakit
Sebelum sakit klien mengatakan tidak ada keluhan dengan kebiasaan
tidurnya yaitu 6- 8 jam/ hari. Biasanya pasien tidur pukul 20.00 WIB dan
bangun pada pukul 03.30 WIB. Klien tidak mengalami gangguan tidur.
b. Pada waktu sakit
Selama sakit klien mengatakan dirinya sering tidur dan istirahat namun
juga sering terbangun karena keadaan ruangan di RS yang ramai.
5. Pemenuhan Aktivitas dan Latihan
a. Sebelum sakit
Sebelum sakit keluarga klien mengatakan bahwa selalu beraktivitas
seperti biasa. Klien merupakan seorang ibu rumah tangga. Klien dapat
melakukan aktivitasnya sehari-hari tanpa ada gangguan.
b. Pada waktu sakit
Klien mengatakan bahwa pada saat sakit seperti saat ini dirinya tidak
mampu melakukan kegiatan yang biasa ia kerjakan sebelum sakit. Klien
mengatakan perutnya terasa nyeri sehingga membuat kesulitan ketika
berjalan. Selama di RS klien dianjurkan untuk bedrest sehingga banyak
melakukan aktivitasnya diatas tempat tidur dan membutuhkan bantuan
dari orang lain.
Indeks Barthel selama dirawat di RS :
No Item yang Dinilai Skor Nilai
1 Personal hygiene 0 : tidak dapat melakukan 3
1 : bantuan penuh
3 : bantuan sedang
4 : bantuan minimal
5 : mandiri

20
2 Mandi 0 : tidak dapat melakukan 3
1 : bantuan penuh
3 : bantuan sedang
4 : bantuan minimal
5 : mandiri
3 Makan 0 : tidak dapat melakukan 8
2 : bantuan penuh
5 : bantuan sedang
8 : bantuan minimal
10 : mandiri
4 Toileting 0 : tidak dapat melakukan 5
2 : bantuan penuh
5 : bantuan sedang
8 : bantuan minimal
10 : mandiri
5 Menaiki tangga 0 : tidak dapat melakukan 5
2 : bantuan penuh
5 : bantuan sedang
8 : bantuan minimal
10 : mandiri
6 Berpakaian 0 : tidak dapat melakukan 8
2 : bantuan penuh
5 : bantuan sedang
8 : bantuan minimal
10 : mandiri
7 BAB 0 : tidak dapat melakukan 5
2 : bantuan penuh
5 : bantuan sedang
8 : bantuan minimal
10 : mandiri

21
8 BAK 0 : tidak dapat melakukan 8
2 : bantuan penuh
5 : bantuan sedang
8 : bantuan minimal
10 : mandiri
9 Ambulasi 0 : tidak dapat melakukan 8
3 : bantuan penuh
8 : bantuan sedang
12 : bantuan minimal
15 : mandiri
Kursi roda 0 : tidak dapat melakukan 3
1 : bantuan penuh
3 : bantuan sedang
4 : bantuan minimal
5 : mandiri
10 Transfer kursi- 0 : tidak dapat melakukan 8
tempat tidur 3 : bantuan penuh
8 : bantuan sedang
12 : bantuan minimal
15 : mandiri

Skor total : 64 (Ketergantungan sedang)

Keterangan :

- Ketergantungan total : 0-24


- Ketergantungan berat : 25-49
- Ketergantungan sedang : 50-74
- Ketergantungan ringan : 75-90
- Ketergantungan minimal : 91-99

22
6. Peran dan Hubungan
Klien mengatakan dirinya merupakan seorang istri. Klien memiliki hubungan
yang baik dengan suami, orang tua, saudara dan tetangganya.
7. Pola Presepsi, Kognitif, dan Sensori
P : kontraksi uterus
Q : seperti diremas-remas
R : perut bawah
S : skala 4
T : sewaktu-waktu
8. Pola Persepsi diri / Konsep Diri
a. Body Image : Klien mengatakan tidak pernah mengeluh tentang
kondisinya, klien mengatakan kondisinya
merupakan cobaan dari Tuhan.
b. Identitas Diri : Klien mengetahui siapa dan apa yang sedang terjadi
dengan dirinya pada saat ini. Klien merupakan
seorang wanita berusia 22 tahun.
c. Peran Diri : Peran klien adalah seorang istri bagi suaminya,
klien merupakan seorang ibu rumah tangga.
d. Ideal Diri : Klien mengatakan ingin segera pulang ke rumah
dan segera beraktivitas normal seperti dulu.
e. Harga Diri : Klien mengatakan tidak pernah malu dengan apa
yang terjadi dengan kondisinya saat ini. Klien
tampak sabar dan tabah menghadapi sakitnya.

9. Pemenuhan Kebutuhan Seksualitas dan Reproduksi


Klien adalah seorang wanita berumur 22 tahun. Saat ini klien sedang
mengalami kehamilan yang ketiga dengan usia kehamilan 8 minggu 2 hari.
Klien mengatakan dirinya dan suami sedang program untuk memiliki anak.
Klien mengatakan mengalami haid pertama pada usia 13 tahun.
10. Pola Mekanisme dan Koping
Klien selalu memendam masalah ketika memiliki masalah karena dirinya
tidak ingin selalu merepotkan orang lain. Walaupun tidak pernah bercerita

23
kepada orang lain tentang masalahnya, keluarga klien selalu memberikan
support, motivasi, dan selalu menyemangati Ny. H agar tidak terlalu stress
dan tidak terlalu membebani hidupnya. Selain itu, keluarga klien selalu
menemani pasien secara bergantian ketika sedang dirawat di RS sehingga
klien tidak merasa sendirian. Klien mengatakan selalu optimis dan berdoa
kepada Tuhan YME untuk kesembuhan penyakitnya.
11. Pola Nilai dan Kepercayaan
Sebelum sakit klien masih menjalankan ibadah rutin sholat 5 waktu sebagai
seorang muslim namun selama sakit klien tidak menjalankan sholat tetapi
terus berdoa untuk kesembuhan penyakitnya ini dan keluarganya juga
membantu untuk berdoa dan ibadah yang rutin.

PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda-tanda Vital
- Kesadaran : Composmentis
- GCS : 15 (E = 4, M = 6, V = 5)
- Tekanan darah : 90/60 mmHg
- Suhu : 36,2oC
- Pernapasan : 19 x/menit
- Nadi : 83 x/menit
2. Kepala
a. Kepala : Normocephal, rambut hitam panjang, penyebaran
rambut merata.
b. Mata : Bentuk simetris, konjunctiva tidak anemis, tidak
ada nyeri tekan pada kelopak mata, warna pupil
mata hitam, sklera anikterik.
c. Hidung : Simetris, tidak ada kotoran di dalam lubang hidung,
tidak ada polip.
d. Telinga : Simetris, sedikit serumen, tidak ada benjolan.
e. Mulut : Bibir tampak lembab, mulut bersih, gigi lengkap,
tidak ada perdarahan gusi.

24
f. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
peningkatan vena jugularis.
g. Dada
 Paru-paru
- Inspeksi : Ekspansi dada optimal, pergerakan dada
sewaktu ekspirasi dan inspirasi simetris.
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, vokal fremitus
seimbang kanan dan kiri.
- Perkusi : Sonor seluruh lapang paru.
- Auskultasi : Suara napas vesikuler.
 Jantung
- Inspeksi : Tidak tampak ictus cordis.
- Palpasi : Ictus cordis teraba di intercosta ke IV-V,
pada mid clavicula 2cm medial sinistra.
- Perkusi : Suara perkusi jantung pekak.
- Auskultasi : Bunyi jantung S1-S2 reguler, tidak ada
bunyi jantung tambahan seperti murmur dan
gallop.
h. Perut
- Inspeksi : Perut klien terlihat datar, terdapat balutan
luka post operasi laparatomi, tidak ada
acites dan spider navi.
- Auskultasi : Bising usus 10x/menit.
- Palpasi : Tidak ada pembesaran hepar dan limpa,
teraba skibala pada sigmoid, nyeri di
bagian luka post operasi
- Perkusi : Terdengar suara tympani.
i. Genetalia
Klien mengatakan dirinya memakai pembalut karena mengalami
perdarahan melalui vagina (flek) kurang lebih 3cc.
j. Ekstremitas

25
- Ekstremitas atas : Akral teraba hangat, terpasang infus
RL 20 tpm disebelah tangan kanan, tidak
ada edema, tidak sianosis, capillary refill <
2 detik, tidak terdapat kelumpuhan gerak.
- Ekstremitas bawah : Akral teraba hangat, tidak sianosis, tidak ada
edema, capillary refill < 2 detik, tidak
terdapat kelumpuhan gerak.

5 5

5 5

26
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal : 21 September 2019
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI NORMAL
HEMATOLOGI
Hemoglobin 13.6 g/dL 13.2 – 17.3
Hematokrit 39.80 % 40 – 52
Trombosit 299 /uL 150 – 400
Leukosit 13.9 /uL 3.8 – 10.6

PROGRAM TERAPI

1. Infus RL 20 tpm intravena


2. Folic acid 3x1 mg peroral
3. Lexatrans 500 mg peroral
4. Nobor tab peroral
5. Asam traneksamat 500 mg intravena

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Masalah
No Tgl/Jam Data Fokus TTD
Keperawatan
1. 23/9/2019 DS : Gangguan rasa
07.00 WIB Klien mengatakan merasa nyaman : nyeri b.d
nyeri pada perut bagian kontraksi uterus
bawah
DO :
- Tanda-tanda vital
TD : 90/60 mmHg
Suhu : 36,2oC
RR : 19 x/menit

27
HR : 83 x/menit
- Klien tampak meringis
menahan sakit ketika
perut bawah ditekan
- Pengkajian PQRST :
P : kontraksi uterus
Q : seperti diremas-
remas
R : perut bawah
S : skala 4
T : sewaktu-waktu

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa
No NOC NIC TTD
Keperawatan
1 Gangguan a. Perilaku Manajemen nyeri :
nyaman : nyeri pengendalian 1. Kaji tingkat nyeri
b.d kontraksi nyeri efektif yang komprehensif :
uterus b. Tingkat nyeri lokasi, durasi,
terkontrol karakteristik,
c. Tingkat frekuensi, intensitas,
kenyamanan faktor pencetus
terpenuhi 2. Monitor skala nyeri
Setelah dilakukan dan observasi tanda
tindakan keperawatan non verbal dari
selama 3x24 jam ketidaknyamanan
diharapkan tingkat 3. Ajarkan teknik non
nyeri terkontrol dan farmakologi kepada
tingkat kenyamanan klien dan keluarga
terpenuhi dengan dengan melakukan

28
kriteria hasil sebagai penerapan jurnal
berikut : EBNP terapi
1. Melaporkan komplementer
gejala nyeri akupresur untuk
terkontrol mengurangi nyeri
2. Melaporkan akibat kontraksi
kenyamanan fisik uterus
dan psikologis 4. Kolaborasi medis
3. Tanda vital dalam untuk pemberian
rentang normal analgetik

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Hari,
Kode
tanggal, Implementasi Respon TTD
Dx. Kep
jam
Senin, 23 1 1. Kaji tingkat nyeri S :
September yang komprehensif Klien mengatakan nyeri
2019 2. Monitor skala nyeri di daerah perut bawah
07.00 dan observasi tanda O :
WIB non verbal dari - Klien tampak
ketidaknyamanan meringis kesakitan
ketika ditekan pada
perut bawah
- Pengkajian nyeri
PQRST :
P : kontraksi uterus
Q : seperti diremas-
remas
R : perut bawah
S : skala 4

29
T : sewaktu-waktu
09.00 1 1. Ajarkan teknik non S :
WIB farmakologi Klien mengatakan rasa
kepada klien dan nyerinya berkurang
keluarga dengan O :
melakukan - Klien sangat
penerapan jurnal kooperatif
EBNP terapi - Klien tampak lebih
komplementer rileks
akupresur untuk - Klien tampak
mengurangi nyeri antusias untuk
2. Monitor skala nyeri menanyakan hal-
dan observasi tanda hal yang dirasa
non verbal dari belum paham
ketidaknyamanan dalam melakukan
terapi akupresur
- Skala nyeri setelah
dilakukan terapi
akupresur
berkurang menjadi
3
12.00 1 Kolaborasi medis untuk S : -
WIB pemberian analgetik O:
Klien tampak rileks
Selasa, 24 1 1. Kaji tingkat nyeri S :
September yang komprehensif Klien mengatakan nyeri
2019 2. Monitor skala nyeri di daerah perut bawah
15.00 dan observasi tanda sudah berkurang
WIB non verbal dari O :
ketidaknyamanan - Klien tampak rileks

30
- Pengkajian nyeri
PQRST :
P : kontraksi uterus
Q : seperti tertekan
benda tumpul
R : perut bawah
S : skala 2
T : jika ditekan

18.00 1 Kolaborasi medis untuk S : -


WIB pemberian analgetik O:
Klien tampak rileks
20.00 1 1. Ajarkan teknik non S :
WIB farmakologi Klien mengatakan
kepada klien dan meminta tolong
keluarga dengan keluarganya untuk
melakukan melakukan terapi
penerapan jurnal akupresur saat dirinya
EBNP terapi merasakan nyeri
komplementer kembali
akupresur untuk O :
mengurangi nyeri - Klien tampak rileks
2. Monitor skala nyeri - Nyeri perut
dan observasi tanda berkurang
non verbal dari - Klien dan keluarga
ketidaknyamanan paham tentang
terapi akupresur
bermanfaat untuk
mengurangi nyeri

31
Rabu, 25 1 1. Kaji tingkat nyeri S :
September yang komprehensif Klien mengatakan
2019 2. Monitor skala nyeri sudah tidak nyeri
15.00 dan observasi tanda O :
WIB non verbal dari - Klien tampak rileks
ketidaknyamanan - Klien boleh pulang.
Rencana pulang sore
(16.00 WIB)

E. EVALUASI KEPERAWATAN

Tgl/Jam Kode Dx Evaluasi (SOAP) TTD


Kep
23/9/2019 1  S : Klien mengatakan rasa nyeri
14.00 WIB berkurang
 O:
- Tanda tanda vital :
TD : 90/60 mmHg
HR : 83 x/mnt
RR : 19 x/mnt
Suhu : 36,2oC
- Klien tampak meringis
kesakitan ketika dipegang
perut bagian bawah
- Pengkajian nyeri PQRST :
P : kontraksi uterus
Q : seperti diremas-remas
R : perut bawah
S : skala 4
T : sewaktu-waktu

32
 A : Masalah gangguan rasa
nyaman : nyeri b.d kontraksi
uterus belum teratasi
 P : Lanjutkan intervensi gangguan
rasa nyaman : nyeri b.d kontraksi
uterus :
1. Kaji tingkat nyeri
2. Monitor skala nyeri dan
observasi tanda-tanda non
verbal dari ketidaknyamanan
3. Ajarkan teknik non
farmakologi terapi akupresur
kepada klien dan keluarga
4. Kolaborasi medis untuk
pemberian analgetik
24/9/2019 1  S : Klien mengatakan masih
21.00 WIB merasakan nyeri, namun sudah
jauh berkurang
 O:
- Tanda tanda vital :
TD : 100/60 mmHg
HR : 93 x/mnt
RR : 20 x/mnt
Suhu : 36,4oC
- Klien tampak rileks
- Pengkajian nyeri PQRST :
P : kontraksi uterus
Q : seperti tertekan benda
tumpul
R : perut bawah

33
S : skala 2
T : jika ditekan
 A : Masalah gangguan rasa
nyaman : nyeri b.d kontraksi
uterus teratasi sebagian
 P : Lanjutkan intervensi gangguan
rasa nyaman : nyeri b.d kontraksi
uterus :
- Kaji tingkat nyeri
- Monitor skala nyeri dan
observasi tanda-tanda non
verbal dari ketidaknyamanan
- Ajarkan teknik non
farmakologi terapi akupresur
kepada klien dan keluarga
- Kolaborasi medis untuk
pemberian analgetik
25/9/2019 1 5. S : -
15.00 WIB 6. O :
- Klien tampak lebih rileks
- Klien tidak merasakan nyeri
- Klien rencana pulang pukul
16.00 WIB
7. A : Masalah keperawatan
gangguan rasa nyaman : nyeri b.d
kontraksi uterus teratasi
8. P : Pasien pulang, discharge
planning :
1. Kolaborasi medis untuk
pemberian analgetik

34
2. Anjurkan melakukan teknik
non farmakologi (terapi
akupresur) untuk mengurangi
nyeri
3. Anjurkan untuk kontrol
kehamilan dan keluhan lanjut
ke RS

35
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
Pada pengkajian didapatkan klien Ny. H mengeluh nyeri pada perut
bagian bawah dengan skor nyeri sebelum dilakukan tindakan terapi
akupresur yaitu 4. Kemudian penulis melakukan dan mengajarkan pada
klien dan keluarga terapi komplementer akupresur selama 2 hari di titik-titik
yang sesuai dengan standar operasional prosedur yaitu titik San Yin Jiao
(SP 6), titik Sacral Points (B 27 – B 34) dan titik Taichong/Daichong (LR
3/ LV 3) sebanyak 30 putaran dengan masing-masing titik selama 5 menit.
Saat klien diminta untuk melakukannya sendiri jika merasakan nyeri
kembali, klien mengatakan dirinya sudah menerapkannya dengan meminta
bantuan oleh keluarga yang menemani di RS. Hasil yang didapatkan yaitu
pada hari ketiga klien mengatakan sudah tidak merasakan nyeri lagi dan
badan lebih rileks setelah dilakukan penerapan terapi akupresur untuk
mengurangi rasa nyerinya.

B. PEMBAHASAN
Penekanan pada titik-titik akupresur SP 6, B27-B34, LR3/LV3 dapat
mengurangi nyeri karena adanya peningkatan endorphin, yaitu hormon
yang mampu menghadirkan rasa rileks pada tubuh secara alami, memblok
reseptor nyeri ke otak. Hal yang sama juga dijelaskan oleh Hartono (2012),
bahwa terapi akupresur secara empiris terbukti dapat membantu produksi
hormon endorphin pada otak yang secara alami dapat membantu
menawarkan rasa sakit. Penekanan titik akupresur dapat berpengaruh
terhadap produksi endorphin dalam tubuh. Endorphin adalah pembunuh
rasa nyeri yang dihasilkan sendiri oleh tubuh. Endorphin merupakan
molekul-molekul peptid atau protein yang dibuat dari zat yang disebut beta-
lipoptropin yang ditemukan pada kelenjar pituitary. Endorphin mengontrol

36
aktivitas kelenjar-kelenjar endokrin tempat molekul tersebut tersimpan
(Kashefi, 2010).
Selain itu endorphin dapat mempengaruhi daerah-daerah pengindra
nyeri di otak dengan cara yang serupa dengan obat opiat seperti morfin.
Pelepasan endorphin dikontrol oleh sistem saraf. Jaringan saraf sensitif
terhadap nyeri dan rangsangan dari luar, dan jika dipicu dengan
menggunakan teknik akupresur, akan menginstrusikan sistem endokrin
untuk melepaskan sejumlah endorphin sesuai kebutuhan tubuh (Aprilia,
2010). Terkait dengan produksi prostaglandin, terapi akupresur dapat
melancarkan peredaran darah, prostaglandin ikut mengalir dalam peredaran
darah dan tidak menumpuk pada uterus dan akhirnya diharapkan dapat
menurunkan rasa nyeri (Wahyuni, 2011).
Pemberian terapi pada titik LR3 dapat melancarkan aliran darah dan
menghilangkan sumbatan pada pembuluh darah (Wahyuni, 2011). Dengan
demikian prostaglandin yang diproduksi oleh endometrium dapat mengalir
dengan lancar pada pembuluh darah dan tidak menumpuk pada area tertentu
di dalam tubuh sehingga intensitas nyeri berikutnya dapat berkurang. Titik
LR3 (Taichong) terletak pada meridian liver. Penekanan pada titik
akupresur LR3 dapat memperbaiki aliran energi di pada organ yang dilalui
oleh meridian hati dan sekaligus juga dapat memperbaiki aliran energi pada
seluruh tubuh karena titik ini merupakan titik penting yang juga berfungsi
untuk meredakan nyeri (analgesik) dan relaksasi di seluruh tubuh (Wahyuni,
2011). Dengan berkurangnya gejala tambahan lain di seluruh tubuh, maka
kualitas nyeri yang dirasakan setelah dilakukan terapi pada titik ini juga
berkurang.

37
BAB VI
PENUTUP

A. SIMPULAN
Ny. H, usia 22 tahun, mengalami abortus imminens dengan usia
kehamilan 8 minggu 2 hari dirawat di ruang Parikesit RSUD K.R.M.T
Wongsonegoro Semarang. Pada saat dilakukan pengkajian, klien mengeluh
nyeri pada perut bagian bawah dan perdarahan melalui vagina. Untuk
mengurangi rasa nyeri, saat dirawat di RS klien diberikan tindakan
kolaborasi medis yaitu berupa obat analgetik. Namun selain tindakan
farmakologi yang diberikan oleh klien untuk mengurangi rasa nyerinya,
klien dan keluarga juga diajarkan teknik manajemen nyeri non farmakologi
berupa terapi komplementer akupresur yang dilakukan penekanan pada titik
San Yin Jiao (SP 6), titik Sacral Points (B 27 – B 34) dan titik
Taichong/Daichong (LR 3/ LV 3). Hasil yang didapatkan pada hari kedua
klien mengatakan rasa nyeri sudah jauh berkurang dan dirinya merasa lebih
rileks.

B. SARAN
Perawat dapat menerapkan evidence based nursing practice
berdasarkan jurnal yang kredibel dan mengajarkan pada klien dan
keluarganya terapi komplementer akupresur sebagai salah satu cara non
farmakologi untuk mengatasi nyeri agar memberikan rasa nyaman pada
klien dan mengurangi spasme atau kekakuan pada saat nyeri.

38

Anda mungkin juga menyukai