Disusun Oleh :
Kelompok 3
panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-
Nya, semoga kita senantiasa selalu berada dalam lindungannya. Teriring salam
dan salawat kepada junjungan Rasulullah SAW dan keluarga yang dicintainya
memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah Keperawatan Gawat
Darurat kami, yaitu Hamdana, S.Kep, Ns, M.Kep yang sangat kami cintai dan
hormati.
Akhir kata hanya kepada Allah SWT, tim penyusun memohon semoga
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan pendahuluan ini
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
C. Tujuan .......................................................................................................3
PATHWAY ..........................................................................................................12
ii
A. Pengkajian ................................................................................................13
C. Intervensi ..................................................................................................21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Organization (WHO) dan VIGO dikatakan abortus jika usia kehamilan kurang
yang dilakukan secara sengaja seringkali disebut "aborsi induksi" atau "abortus
bertahan hidup di luar rahim juga dikenal dengan sebutan "aborsi tahap akhir" [
merupakan salah satu prosedur medis yang paling aman dalam bidang
pertama dan kedua kehamilan. Pengaturan kelahiran, seperti pil atau alat
1033 ].
1
WHO mengestimasikan terdapat 21.600.000 kejadian abortus yang tidak
aman di seluruh dunia pada tahun 2008. Angka kematian akibat abortus tidak
kejadian unsafe abortion sekitar 21.200.000 dengan rate 16 per 1000 wanita
usia 15-44 tahun. Angka kejadian abortus tidak aman di Asia Tenggara yaitu
3.130.000 dengan rate 22 per 1000 wanita usia 15-44 tahun. Tingginya angka
berkembang dan 2.300 kematian ibu di Asia Tenggara[ CITATION Yan18 \l 1033 ].
adalah faktor genetik (kromosom) merupakan faktor yang palinus yaitu sekitar
mekanik seperti ovum, anonali uterus sebanyak 27%, septum rahun 60% dan
10% seperti trauma fisik, terkena pengaruh radiasi, polusi, pestisida, dan
berada dalam medan magnet di atas batas normal (Puscheck, 2006). Adapun
2
kemiskinan, risiko pada kesehatan sang ibu, ataupun inses. Di berbagai daerah
di dunia terjadi banyak perdebatan terkait isu moral, etika, dan hukum dalam
hal aborsi. Mereka yang menentang aborsi umumnya bersikukuh bahwa embrio
ataupun janin adalah seorang pribadi manusia dengan hak untuk hidup dan
Wik19 \l 1033 ].
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
kasus abortus.
2. Tujuan Khusus
3
BAB II
KONSEP MEDIS
A. Definisi Abortus
Abortus merupakan kejadian keluarnya janin dan uri yang belum cukup
bulan dan beratnya kurang dari 500 gram, sehingga janin tidak bisa hidup
]:
1. Abortus iminens adalah keluarnya darah dari uterus yang di dalamnya masih
terdapat janin dan uri, namun tidak ada pelebaran pada mulut rahim yang
masih terdapat janin dan uri, dan terjadi peningkatan pelebaran mulut rahim
meninggalkan sisa pada uterus yang terjadi pada usia kehamilan kurang dari
20 minggu.
servikalis, karena pengeluaran janin dan uri terhalangi oleh ostium uteri
eksternum.
4
6. Missed abortion adalah peristiwa tidak dikeluarkannya janin ≥ 8 minggu
B. Etiologi Abortus
C. Patofisiologi Abortus
hasil konsepsi dan menjadi benda asing pada uterus. Keadaan tersebut
Mut16 \l 1033 ].
5
Pada usia kehamilan kurang dari 8 minggu, biasanya hasil konsepsi akan
Pada usia kehamilan antara 8-14 minggu, villi koriales telah menembus
desidua secara mendalam dan hal tersebut membuat plasenta tidak terlepas
waktu kemudian plasenta telah terbentuk secara lengkap dan akan dikeluarkan.
Jika plasenta segera terlepas dengan lengkap, tidak akan terjadi perdarahan
mengalami perdarahan melalui vagina, serta kadang disertai rasa mules pada
Keadaan umum, sifat dan jumlah perdarahan, besar uterus dan sifat
serviks klien harus ada pada pemeriksaan berikutnya agar jenis abortus dapat
6
usia kehamilan usia kehamilan usia kehamilan normal
konsistensi
lunak lunak lunak normal
uterus
jaringan
ada, tidak
konsepsi yang tidak ada tidak ada ada, lengkap
lengkap
keluar
E. Komplikasi Abortus
1. Perdarahan
2. Perforasi
3. Infeksi
4. Syok
1. Tes kehamilan: positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah
abortus.
hidup.
7
1. Abortus iminen
Sifat dan jumlah perdarahan harus selalu diawasi. Jika tidak diawasi,
perdarahan akan berlanjut dan kehamilan akan diakhiri. Tes kehamilan juga
2. Abortus insipien
keadaan umum uterus harus dikosongkan. Cara yang bisa digunakan adalah
a. Kerokan/Kuretase
8
5) Dilakukan sondase uterus untuk mengetahui arah dan dalamnya
kerokan.
ovum atau kuret vakum; bila perlu digunakan juga kuret tumpul
speculum dilepaskan.
klien.
b. Jika terjadi perdarahan yang sedikit dan/atau usia kehamilan lebih dari
3. Abortus inkompletus
9
Pada kondisi ini, akan terjadi perdarahan yang cukup banyak dan tidak
4. Abortus kompletus
Pada kondisi ini perdarahan telah berhenti dan janin dan uri telah
pengobatan suportif, yaitu vitamin dan preparat besi dan jika perlu diberikan
antibiotik serta oksitosik. Namun, jika ada keraguan apakah kondisi kavun
uteri sungguh telah bersih. Maka dapat dilakukan kerokan pada klien
5. Missed abortion
darahnya ≤ 100 mg%. Maka pengosongan uterus akan ditindaki secara hati-
hati yang disertai pemberian fibrinogen atau darah segar [ CITATION Pur13 \l
1033 ].
Hegar hingga cunam ovum atau jika jari dapat masuk. Kemudian janin dan
uri akan dikeluarkan dengan cunam ovum dan kuret [ CITATION Pur13 \l
1033 ].
10
mg/hari terlebih dahulu selama 5-7 hari agar serviks menjadi matang.
menjadi baik. Pemasangan infus tidak boleh diberikan lebih dari 8 jam. Jika
6. Abortus infeksiosus/septik
maka dosisnya akan tingkatkan hingga 10-20 juta U penisilin dengan 2 gram
streptomisin per hari. Kemudian kerokan uterus akan dilakukan setelah 24-
11
PATHWAY Dapat membuat janin
melemah dan tidak
Membuat uterus
Kelainan pada pertumbuhan janin dapat bertahan dalam
berkontraksi
rahim ibu karna
sehingga dapat Faktor penyakit pada ibu
kurangnya asupan
menyebabkan Kelainan plasenta nutrisi yang
placenta terlepas
Rahim yang lemah disalurkan sang ibu
dari perlekatannya
melalui placenta
Aborsi
12
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Primary survey
d. Disability
1) Jalan napas pasien paten ketika bersih saat berbicara dan tidak ada
13
b. Apakah pernapasan pasien efektif?
belakang?
1) Immobilisasi leher yang nyeri atau tidak nyaman dengan collar spine
1) Sirkulasi efektif ketika nadi radialis baik dan kulit hangat serta
kering.
2) Pada GCS nilai didapat dari membuka mata, verbal terbaik dan
motorik terbaik.
3) AVPU
14
A: Untuk membantu pernyataan daya ingat pasien kesadaran respon
berdasarkan penilaian:
hipotermia.
15
napas harus melindungi vertebra servikal karena kemungkinan patahnya
pertukaran gas yang terjadi pada saat bernapas mutlak untuk pertukaran
Ventilasi yang baik meliputi : fungsi yang baik dari paru, dinding
dada dan diafragma. Setiap komponen ini harus dievalasi secara cepat.
16
1) Volume Darah dan Curah Jantung (cardiac output)
yang mungkin dapat diatasi dengan terapi yang cepat dan tepat di
rumah sakit.
a) Tingakat kesadaran
b) Warna kulit
c) Nadi
d) Tekanan darah
2) Kontrol Perdarahan
Perdarahan dapat:
a) Eksternal (terlihat)
c) Rongga thoraks
d) Rongga abdomen
e) Fraktur pelvis
d. Disability
17
Penurunan kesadaran dapat disebabkan penurunan oksigenasi
e. Exposure/Kontrol Lingkungan
2. Secondary survey
a. Fokus assessment
B. Diagnosa Keperawatan
lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3
bulan.
Penyebab:
18
a. Agen pencedera fisiologis (mis. inflamasi, iskemia, neoplasma)
a. Subjektif:
1) Mengeluh nyeri
b. Objektif:
1) Tampak meringis
3) Gelisah
5) Sulit tidur
a. Subjektif:
(tidak tersedia)
b. Objektif:
5) Menarik diri
19
7) Diaphoresis
a. Kondisi pembedahan
b. Cedera traumatis
c. Infeksi
e. Glaukoma
Faktor Risiko:
c. Usia lanjut
e. Status hipermetabolik
g. Evaporasi
3. Risiko Infeksi dibuktikan dengan adanya tindakan invasif terlihat ada luka
20
Faktor Risiko:
c. Malnutrisi
1) Gangguan peristaltik
3) Perubahn sekresi ph
7) Merokok
1) Penurunan hemoglobin
2) Imununosupresi
3) Leukopenia
keperawatan pada klien dengan abortus (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018):
21
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis
a. Intervensi utama
1) Manajemen Nyeri
berat konstan.
Tindakan
Observasi
insensitas nyeri
b) Identifikasi nyeri
Terapeutik
22
b) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu
meredakan nyeri
Edukasi
Kalaborasi
2) Pemberian Analgesik
Tindakan
Observasi
nyeri
analgesik
23
Terapeutik
analgesik optimal
respon pasien
diingikan
Edukasi
Kolaborasi
b. Intervensi pendukung
1) Pengaturan Posisi
Tindakan
Observasi
Terapeutik
24
f) Berikan topangan pada area edema (mis. Bantal dibawah lengan
dan skrotum)
Edukasi
Kolaborasi
jika perlu
a. Intervensi utama
1) Manajemen Hipovolemia
intravaskuler.
Tindakan
Observasi
25
a) Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. frekuensi nadi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
NaCl 0,4%)
2) Pemantauan Cairan
keseimbangan cairan.
Tindakan
Observasi
26
a) Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
singkat)
27
Terapeutik
Edukasi
b. Intervensi pendukung
1) Pencegahan Syok
Tindakan
Observasi
Terapeutik
28
d) Pasang kateter urine untuk menilai produksi urine, jika perlu
Edukasi
awal syok
Kolaborasi
3. Resiko Infeksi dibuktikan dengan adanya tindakan invasif terlihat ada luka
a. Intervensi utama
1) Pencegah Infeksi
organisme patogenik
Tindakan
Observasi
Terapeutik
29
a) Batasi jumlah pengunjung
lingkungan pasien
Edukasi
b. Intervensi pendukung
1) Perawatan Luka
Tindakan
Observasi
Terapeutik
Edukasi
30
Kolaborasi
KESIMPULAN JURNAL
1. Nyeri Akut
P : 10 pasien pasca OP
T : 2 Juni 2013
2. Risiko Infeksi
31
Padang. Jumlah sampel yang digunakan 30 orang dengan jumlah
risiko infeksi luka pasca operasi. Populasi pada penelitian ini adalah pasien
untuk melihat frekuensi, persentase, serta nilai rerata dan standar deviasi.
antibiotik.
yang dirawat di Ruang Rawat Inap Bagian Kebidanan dan Ilmu Kandungan
Out came : Tidak terdapat kasus infeksi pasca operasi berdasarkan ketiga
32
DAFTAR PUSTAKA
http://verlandokaligis.blogspot.com/2012/06/v-
behaviorurldefaultvmlo_24.html, 2012.
2016.
Aksara, 2013.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi
33
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi
https://id.wikipedia.org/wiki/Gugur_kandungan, 2019.
34