Disusun Oleh:
Pembimbing :
dr. Deddy Satria Putra, Sp.A (K)
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
kasus yang berjudul “Kanker kolon ascendens dengan gambaran infestasi trikuriasis
dan askariasis dengan komplikasi multiapel bses hepar”.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
turut membantu hingga terselesaikannya laporan kasus ini. Ucapan terima kasih ini
1. dr. H. Nuzelly Husnedi, MARS selaku Direktur RSUD Arifin Achmad Provinsi
2. dr. Deddy Satriya Putra, Sp.A (K), selaku pembimbing yang telah memberikan
waktu, ilmu, pikiran, serta membimbing dengan penuh kesabaran dari awal
3. dr. Nazardi Oyong, Sp.A, dr. Hotber Edwin Rolan Pasaribu, M.Si. Med. Sp. A
(K), dan dr. Dewi Shandi Laila, Mked Ped, Sp.A selaku penguji pada laporan
kasus ini.
kasus ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak demi kesempurnaan laporan kasus ini.Akhir kata, semoga laporan
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................
BAB IV PEMBAHASAN.............................................................................
PENDAHULUAN
Kanker kolorektal adalah keganasan yang berasal dari jaringan usus besar,
terdiri dari kolon (bagian terpanjang dari usus besar) dan atau rektum (bagian kecil
terakhir dari usus besar sebelum anus).1 Dari data Globocan 2012, insiden kanker
kolorektal di Indonesia adalah 12,8 per 100.000 penduduk usia dewasa, dengan
mortalitas 9,5% dari seluruh kasus kanker. 2 Risiko penyakit cenderung lebih sedikit
pada wanita dibandingkan pada pria. Banyak faktor lain yang dapat meningkatkan
risiko individu untuk terkena kanker kolorektal. Angka kematian kanker kolorektal
deteksi dini dan kemajuan pada penanganan kanker kolorektal. 1,3 Data RSUD Arifin
Achmad Provinsi Riau pada tahun 2018 adalah belum ditemukan kasus kanker
makhluk parasit.4 Ascaris lumbricoides merupakan cacing bulat besar yang biasanya
bersarang dalam usus halus. Adaoya cacing di dalam usus penderita akan
diseluuh dunia, lebih banvak di ternukan di daerah beriklim panas dan lembab. 5 Di
beberapa daerah tropik derajat infeksi dapat mencapai 100% dari pendudulc Pada
umumnya lebih baayak diternukan pada anak-amk berusia 5 - l0 tahutr scbagai host
menyebutkan bahwa kurang lebih terdapat 500 juta orang di dunia terinfeksi dengan
ameobiasis di Indonesia cukup tinggi, data tahun 2011 menyebutkan angka dengan
rentang 10-18%, jumlah ini merupakan kedua terbanyak setelah mala ria untuk
penyakit yang disebabkan oleh protozoa.9 enis protozoa yang paling sering
Ancylostoma duodenale.11
terjadi. Aliran darah dari usus akan menuju ke hati, terutama lobus kanan atas. Oleh
sebab itu, bersama aliran darah maka organisme yang berada di submukosa usus
dapat sampai ke hati. Gejala dapat timbul secara perlahan atau mendadah rasa nyeri
di abdomen kanan atas, disertai demam 38-39oC.12,13 Jarang ditemukan kista dan
tropozoit E. histolytico pada tinja pasien dengan abses hati. Biasanya 60% dari
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
ANAMNESIS (Autoanamnesis)
Keluhan utama: Muntah keluar cacing sejak 4 hari SMRS
Riwayat penyakit sekarang :
4 bulan SMRS, pasien sering merasakaan nyeri perut kanan bawah. Nyeri
bersifat tumpul, hilang timbul dan muncul terutama apabila pasien beraktivitas,
hilang sendiri dibawah 3 menit, dan tidak dipengaruhi setelah/sebelum makan. Nyeri
dirasakan ringan dan tidak mengganggu aktivitas. Pasien juga mengeluhkan badan
cepat lelah sehingga pasien berhenti bekerja. Keluhan mual (-), muntah (-), gangguan
BAK/BAK (-), demam naik turun (-), konstipasi (-). Pasien tidak pergi berobat dan
masih dapat beraktivitas.
2 minggu SMRS pasien mengeluhkan nyeri perut kanan bawah . Nyeri hilang
timbul dan dirasakan seperti melilit, Nyeri bersifat menjalar hingga ke ari-ari. Nyeri
berlangsung kurang lebih 5 menit. Nyeri muncul saat beraktifitas dan berkurang jika
pasien berbaring dan melipat kedua paha hingga mendekati dada. Keluhan juga
disertai BAB cair (+) frekuensi 3-4x. BAB cair disertai adanya lendir bercampur
darah merah (+), cacing (-). Keluhan penurunan nafsu makan (+), BB turun (-), mual
(-), demam (-), muntah (-), dan gangguan BAK (-), Kemudian pasien pergi berobat ke
klinik Meranti dan diberikan obat nyeri, obat lambung, dan keluhan berkurang.
Riwayat imunisasi :
BCG 1 x
Hep. B 4 x
DPT 3x
Campak 1 x
Polio 4 x
Riwayat Perkembangan :
Berjalan saat umur 1 tahun 2 bulan
Bicara “ma pa” saat umur 1 tahun
Makan sendiri saat umur 2 tahun
Berteman saat umur 1 tahun
Anak sudah tidak sekolah sejak kelas 2 SD dan bekerja
Riwayat perumahan, tempat tinggal dan kebiasaan:
Pasien merupakan seorang kuli sagu
Mata
Kelopak mata : Edema palpebra (-)
Konjungtiva : Konjungtiva anemis (-/-)
Sklera : Ikterik (-/-)
Pupil : Bulat Isokor ( 2 mm/ 2 mm)
Reflek cahaya : (+/+)
Eksoftalmus/enoftalmus : (-)
Mata cekung : (-)
Gerakan bola mata : dalam batas normal
Kornea : Normal, jernih
Telinga : keluar cairan (-), massa (-), bentuk normal
Hidung : keluar cairan (-), bukti bekas perdarahan pada
mukosa hidung (-), massa (-), pernafasan cuping
hidung (-)
Mulut
Bibir : Tidak pucat, sianosis (-)
Selaput lendir : Basah
Palatum : Utuh
Lidah : Kotor(+), hiperemis (-), atropi papil lidah (-)
Gigi : Gigi belum tumbuh
KGB : Tidak ada pembesaran
Kaku kuduk : Tidak ada kaku kuduk
Dada :
Inspeksi :
o Statis: Bentuk dada normochest, simetris kiri dan kanan, diameter
transversal>anteroposterior, pulsasi ictus cordis tidak terlihat
o Dinamis: Gerakan dinding dada simetris kiri dan kanan, retraksi
dinding dada (-).
Palpasi:
o Pulmo: nyeri tekan (-), tidak teraba massa, ekspansi dinding dada kiri
dan kanan sama, vocal fremitus sama kiri dan kanan. Ludwig sign (-)
o Cor: Ictus cordis teraba di Spatium Inter Kosta (SIK) V linea
midclavicularis sinistra.
Perkusi:
o Pulmo: sonor pada seluruh lapang paru, batas paru hati SIK VI
o Cor : Batas kanan jantung linea parasternalis dextra SIK V
Batas kiri jantung linea midclavicularis sinistra SIK V
Auskultasi:
o Pulmo : Suara nafas vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
o Cor : Bunyi jantung SI dan SII reguler, HR: 75 dpm, S3/S4 gallop
(-), murmur (-)
Abdomen:
Status lokalis : Teraba massa berukuran 4x4cm pada abdomen kuadran kanan
bawah, keras, permukaan datar, tidak mobile, nyeri tekan (+),
pembesaran KGB (-), hasil massa (sekret/pus) (-)
Alat Kelamin: Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas: Akral hangat, CRT<2 detik, pitting edema (-) tidak pucat, power (5)
Status Neurologis: Refleks fisiologis (+), refleks patologis (-)
ULTRASONOGRAFI (USG) :
22/01/2019 (RSUD Meranti)
Parasit intestinal (Ascariasis intestinal?) abdomen tengah terutama kanan
Multiple abses hepar lobus kanan dan kiri.
Sludge gallbladder, dd/migrasi ascariasis gallbladder
USG spleen, pankreas, ginjal kanan/kiri saat ini tidak tampak kelainan
28/01/2019 (RSUD AA)
Multiple cystic Hepar dengan ascites. Saran : CT Scan
FOTO BNO:
22/01/2019 (RSUD Meranti)
Tidak tampak tanda-tanda ileus, tidak jelas gambaran ascariasis
HAL PENTING DARI ANAMNESIS
Nyeri pada perut kanan bawah sejak 4 bulan SMRS (unspecified abdominal pain)
Nyeri pada perut kanan bawah menjalar ke ari-ari disertai keluhan BAB cair yang
bercampur lendir dan darah, penurunan napsu makan (+) 2 minggu SMRS (suspect
mild amoebic dysentry)
BAB keluar cacing sebanyak 2 buah berwarna kemerahan, panjang kurang lebih 5 cm
diameter 4mm, lendir (+), darah (-), disertai keluhan gatal-gatal pada daerah anus
terutama malam hari (+) ( unspecified helminth infection)
Muntah mengeluarkan cacing 1 ekor, penurunan nafsu makan, penurunan berat badan
2 minggu SMRS dan diagnosa menderita multiple abses hepar dengan askariasis dan
trichuriasis
Riwayat keluar BAB cacing setelah minum obat cacing 2 tahun SMRS (poor
hygiene)
Riwayat minum tuak/alkohol sejak 2 tahun SMRS
Riwayat merokok (+)
Mempunyai kebiasaan suka berenang di paret
HAL-HAL PENTING DARI PEMERIKSAAN FISIK
IMT = 15,47 (underweight) dan status gizi = 81,25 % (gizi kurang)
Lidah kotor (+)
PF Abdomen:
Nyeri palpasi dalam (+) pada regio hipokondriac dextra, lumbal dextra, dan iliac
dextra (+)
Hepatomegaly (+) (1/4 – 1/4) permukaan datar dengan tepi tumpul
Perkusi redup pada regio hipokondriac dextra (+), dengan puddle sign (+)
Status lokalis : teraba massa berukuran 4x4 cm pada abdomen kuadran kanan bawah,
keras, permukaan datar, tidak mobile, nyeri tekan (+), tidak ditemukan pembesaran
KGB (-), dengan massa sekret/pus (-)
HAL-HAL PENTING DARI PEMERIKSAAN LABORATORIUM RUTIN: -
23/01/19
Eosinofil = 7% (tinggi)
27/01/2019
MCV = 78,9 fl
Medikamentosa :
Inj Ceftriaxone 2 gram/24 jam IV
Inj metronidazole 500 mg/8 jam IV
Inj Ketrolocan 8mg/8 jam IV
Inj Ranitidine 40mg/8 jam IV
Albendazole/24 jam oral
Gizi (kebutuhan kalori): RDA x BB ideal
50 x 49 = 2450 kkal
Karbohidrat = 2450 x 70% : 4 = 420 gram
Protein = 2450 x 20% : 4 = 120 gram
Lemak = 2450 x 10% : 9 = 26,8 gram
PROGNOSIS:
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : Bonam
FOLLOW UP:
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Helminthiasis
dengan cacing gelang (roundworm) yaitu Ascaris lumbricoides. Cacing dewasa dari
masa hidup 10-24 bulan. Kemampuan A.lumbricoides sangat tinggi, cacing betina
dapat memproduksi 200.000 telur setiap hari. Telur cacing ascaris berbentuk oval dan
mempunyai dinding yang menyelebungi ukuran panjang 45-70 µm dan lebar 35-50
µm. Setelah melewati feses, telur cacing menjadi embrio dan bersifat infektif dalam
Epidemiologi
Ascariasis paling banyak ditemukan pada daerah dengan iklim tropik dimana
keadaan lingkungan mendukung dalam maturasi telur cacing. Lebih kurang 1 milliar
yaitu keadaan sosial ekonomi yang buruk, penggunaan feses manusia sebagai pupuk,
namun dapat berhubungan secara foodborne dengan buah atau sayuran mentah.1
Pathogenesis
Telur cacing askaris menetes di usus halus setelah tertelan oleh manusia
(host). Larva menetas, mengpenetrasi dinding usus, dan kemudian dapat bermigrasi
pulmonal dimana mereka masuk menuju alveolus dan bermigrasi lagi ke bronkus dan
trakea. Cacing askaris kemudian dapat tertelan dan kemudian kembali lagi ke usus,
dimana akhirnya cacing tersebut menjadi dewasa. Cacing betina kemudian mulai
Gambaran klinis
Gambaran klinis tergantung dari derajat dari infeksi dan organ yang terkena.
Umumnya derajat sakit bersifat tanpa tanda dan gejala hingga derajat sakit sedang.
Keadaan klinis yang paling sering ditemukan adalah penyakit paru dan obstruksi usus
atau traktus bilier. Ketika larva bermigrasi ke jaringan dapat menyebabkan gejala
dan dyspnea, pulmonary infiltrates, dan eosinofilia pada darah. Cacing askaris
kadang-kadang dapat bermigrasi hingga duktus pankreatis dan bilier, dimana mereka
Diagnosis
standar diagnosis karena jumlah telur yang banyak dihasilkan oleh cacing betina
dieksresikan.1
Pengobatan
Obat pilihan untuk akrasiasis pada saluran cerna yaitu albendazole (400 mg
oral dosis tunggal, untuk segala umur), mebendazole (100 mg oral selama 3 hari atau
500 mg dosis tunggal untuk segala umur), atau ivermectin (150-200 µg/kg dosis
tunggal). Piparazine citrate (75 mg/kg/hari selama 2 hari; maksimal: 3,5g/hari), dapat
cacing, adalah pilihan pengobatan untuk obstruksi usus atau bilier dan diberikan
dalam bentuk sirup melalu NGT. Pembedahan diperlukaan dimana terjadi obstruksi
berat. Tidak ditemukan adanya resistensi obat, namun pengobatan ulang diperlukan
Trichuris trichuira
Etiologi
(trichuris trichiura), sebuah nematoda, atau cacing gelang, yang biasanya menghuni
cecum, dan kolon ascendens. Host utama dari trikuris adalah manusia yang terinfeksi
trikuris menetas di bagian atas usus halus dan mengpenetrasi vili usus, kemudian
pelan-pelan menuju cecum, dimana cacing tersebut menjadi dewasa. Cacing dewasa
dieksresikan dan dikeluarkan melalui feses, dan termbrionisasi dalam 2-4 minggu
dengan keadaan suhu dan tanah yang optimal. Cacing dewasa dapat hidup hingga 2
tahun.1
Epidemiologi
ditemukan malnutrisi protein dan anemia, prevalensi infeksi dari trikuris dapat
mencapat 95%. Transmisi terjadi dengan kontaminasi langsung dari tangan, dan
makanan (buah atau sayuran mentah yang dipupuki dengan feses manusia), atau
minuman. Transmisi dapat terjadi secara tidak langsung melalui lalat atau serangga
lainnya.1
Gambaran klinis
menunjukkan gejala nyeri perut kuadran kanan bawah atau nyeri halus pada daerah
periumbilikal. Seekor cacing dewasa dapat menghisap lebih kurang 0,005 ml darah
setiap hari. Trikuris dapat menimbulkan manifestasi klinis berupa disentri kornis,
prolap anus, anemia, gangguan pertumbuhan, dan gangguan kognitif. Dalam beberapa
kasus tidak ditemukan adanya eosinofilia, meskipun beberapa cacing tertanam dalam
Pengobatan
Obat pilihan yang efektif dan aman dari trikuriasis yaitu albendazole oral 400
mg selama 3 hari untuk segala umur . Albendazole dapat menurunkan jumlah telur
dapat terjadi reinfeksi ataupun infeksi menetap apabila terdapat cacing yang masih
selama 3 hari) dan Ivermectin (200 µg/kg oral selama 3 hari). Pemberian terapi
Disentri
Abses hati
Abses hati piogenik jarang ditemukan pada anak-anak, dengan insidensi
10/100.000 dirawat. Abses hati piogenik dapat disebabkan oleh bakteri yang masuk
ke hati melalui sirkulasi porta pada kasus seperti omphalitis, pleblitis vena porta,
infeksi intraabdomen, atau abses sekunder akibat apendisitis atau penyakit radang
usus, ascending cholangitis akibat obstruksi bilier. Abses hepar juga dapat disebabkan
infeksi setelah dilakukan biopsi hepar perkutan. Faktor resiko lain meliputi
transplatasi hati, anak-anak dengan penyakit granulomatous, atau kanker.1
Abses hati piogenik paling sering disebabkan oleh Staphylococcus aureus,
Streptococcus spp.; Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Salmonella, dan bakteri
anaerob; Entamoeba histolytica atau Toxocara canis–a umumnya dapat menyebabkan
abses pada negara berkembang atau pada daerah endemis.1
Temuan E. Histolytic dari pemeriksaan feses sangat memberikan gambaran
adanya infeksi yang mengarah kepada abses hati amoba. Pada kasus dengan multiple
microaabscesses sering dijumpai pada kasus infeksi sekunder dikarenakan
bakteremia, kandedemia, atau penyakit cat scratch. Abses kriptogenik sering
disebabkan oleh infeksi dari satu jenis mikroba yaitu S.auerus dimana umumnya
tidak terdapat penyakit penyerta dari organ hati atau saluran cerna.1
Gejala klinis bersifat nonspesifik seperti demam, mengigil, keringaat malam,
malaise, lelah, mual, nyeri perut yang tergang pada kuadran kanan atas, dan
hepatomegali, jaundice jarang dijumpai. Mendiagnosa abses hati tidak mudah dan
sering terjadi keterlambatan, kecurigaan mengarah kepada abses hati penting
terutama pada anak-anak yang memiliki faktor resiko tinggi. Serum aminotransferase
(AST) dan serum alkaline transferase (ALT) umumnya meningkat. Rasio sedimentasi
eritrosit umumnya tinggi, dan leukositosis sering dijumpai. Hasil kultur darah pada
pasien umumnya 50% positif pada pasien dengan abses hati. Hasil pemeriksaan foto
thorax dapat ditemukan elevasi dari hemidiafragma kanan dengan penurunan
mobilitas atau dapat dijumpai efusi pleura kanan. Pemeriksaan USG atau CT scan
dapat mengkonfirmasi diagnosis yang disesuaikan dengan temuan klinis. Abses hepar
soliter (70% kasus) pada lobus kanan hati (75% kasus) lebih sering dijumpai
dibandingkan abses multipel atau abses pada lobus kiri hati. Pada amebiasis dapat
dilakukaan pemeriksaan Enzyme-linked immunosorbent assay testing untuk
E.histolytica Gaal/GalNAc (galactose/N-acetyl-Dgalactosamine) lektin pada serum
dan dapat dijumpai temuan positif.1
BAB IV
PEMBAHASAN
terinfeksinya host dengan cacing gelang (roundworm) yaitu Ascaris lumbricoides dan
trichuris trichiura. Larva askaris menetas, mengpenetrasi dinding usus, dan kemudian
dapat bermigrasi lagi ke bronkus, tertelan dan kemudian kembali lagi ke usus, dimana
akhirnya cacing tersebut menjadi dewasa). Larva trikuris menetas di bagian atas usus
halus dan mengpenetrasi vili usus, kemudian pelan-pelan menuju cecum, dimana
Pada saat pasien datang ke RSUD Meranti, pasien datang dengan keluhan
muntah cacing. Hasil anamnesis pasien, diketahui bahwa pasien juga memiliki
riwayat nyeri perut kanan bawah kronis, disertai riwayat BAB cair bercampur lendir
dan berdarah, penurunan napsu makan, penurunan berat badan, serta riwayat BAB
Diagnosis dari multiple abses hepar berdasarkan keluhan pasien yaitu adanya
gambaran lesi hipodens > 1 pada USG hepar. Pada pemeriksaan feses rutin pasien di
RSUD Meranti, menunjukkan adanya telur cacing askaris dan trichuriasis. Saat
pasien datang dengan keluhan muntah cacing, diagnosis klinis yang dapat diberikan
eosinofilia. Temuan adanya telur cacing askaris dan trichuriasis merupakan gold
standart untuk dapat menegakkan diagnosis kerja spesifik untuk infeksi helmintik
caecum, dan kolon ascendens. Cacing askaris kadang-kadang dapat bermigrasi hingga
Lumbricoides umumnya akan tertelan dalam proses migrasi menuju ke usus halus
asam umumnya segera melakukan migrasi menuju area anus. Pada kasus ini, pasien
mengeluhkan nyeri perut 2 minggu SMRS dan diberikan obat lambung. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Srikandi, profil pemilihan obat terapi untuk pasien
dengan keluhan dispepsia yaitu 29,96% antasida, 35,27% proton pump inhibitor,
parietal yang akan meningkatkan ph asam lambung.x Sebuah kasus yang serupa oleh
dan memudahkan untuk migrasi dari lambung menuju esofagus dan mulut.7
Pada hasil gambaran USG pasien di RSUD Meranti juga ditemukan adanya,
gambaran abses hati multipel dan sludge pada kantong empedu. Ketika terjadi kontak
merubah arah migrasi menuju anus. Terkadang cacing a. Lumbriocoides akan masuk
menuju traktus bilier untuk menghindari asam lambung dan kemudian akan
mengobstruksi dukstus bilier dan kemudian dapat menuju hati. Hepatobilliary dan
pankreatik ascariasis (HPA) sering terjadi pada negara berkembang dan merupakan
etilogi dari 36,7% penyakit bilier, 23% pankreatitis akut, 14,5% abses hepar, dan
12,5% batu saluran empedu.8 Abses hati yang disebabkan oleh askariasis cukup sering
ditemukan, sebuah laporan kasus oleh George, memberikan gambaran kasus yang
ketorolac, ranitine, dan albendazole. Pengobatan untuk askariasis dan trikuriasis yaitu
albendazole 400 mg, obat diberikan selama 3 hari. Albendazole dapat menurunkan
Meskipun jarang, dapat terjadi reinfeksi ataupun infeksi menetap apabila terdapat
cacing yang masih selamat setelah terapi sehingga albendazole diberikan selama 3
hari pada kasus trikuriasis. Albendazole dapat membunuh parasit mulai dari bentuk
telur, larva hingga cacing dewasa. Terapi antibiotik diberikan dengan spektrum luas,
meliputi ceftriaxone dan metronidazol sebagai tatalaksana awal terhadap abses hepar.1
Ketika pasien sampai di RSUD AA, pasien dengan keluhan mual dan muntah
sudah berkurang namun keluhan nyeri perut masih ditemukan. Pada pemeriksaan
laboratorium, telah tidak ditemukan lagi telur cacing ataupun amuba. Hal ini
kemudian dilakukan pemeriksaan USG hepar ulang dan ditemukan adanya multiple
mengidentifikasi gambaran kista/abses pada hepar. Pada 90% kasus, diagnosis untuk
abses hepar dilakukan dengan pencitraan radiologis.10 Metode diagnostik yang paling
pada 25% dan dapat memberikan hasil false negatif pada 14% kasus.12
Nyeri yang timbul pada pasien datang dicurigai disebabkan adanya inflamasi
pada hepar. Ketika dilakukan pemeriksaan, pada pemeriksaan fisik abdomen pada
pasien didapatkaan adanya massa pada abdomen kuadran kanan bawah dan teraba
nyeri pada penekanan. Atas indikasi teraba massa dan tujuan diagnostik, pada hari
ringan sejak 4 bulan SMRS. Pasien tidak pergi berobat dikarenakan keluhan
dirasakan tidak berat, namun pasien mengaku sering merasa cepat lelah. Kanker pada
daerah caecum sering dikenal dengan ‘silent’ hingga tumor bertambah ukuran
memiliki gejala awal berupa nyeri pada abdomen namun banyak dari pasien berikut
memiliki keluhan penyakit lain yang lebih dominan atau nyeri pada abdomen tidak
Kanker colon umumnya terjadi pada pasien >50 tahun dikarenakan adanya
inflamasi berulang dan perubahan aktivitas usus pada individu usia lanjut. 3 Kasus
kanker kolorektal sendiri merupakan kasus yang sangat jarang ditemukan pada anak-
anak dengan angka kejadian 1 dari 10 juta individu <20 tahun. 13 10-30% dari kasus
MSI sering menyebabkan timbulnya kanker kolorektal pada usia muda (Lynch
syndrome (HNPCC)14
Pada pasien ini, tumor kolon ditemukan pada daerah kolon ascendens, dimana
tempat hidup utama dari cacing T. Trichuira.1 Pasien juga memiliki riwayat BAB
mengeluarkan cacing 2 tahun yang lalu, dan kebiasan sanitasi yang buruk (poor
sanitation) sehingga dapat disimpulkn bahwa pasien berikut mempunyai resiko yang
tinggi terjadinya trichuriasis yang kronis. Sebuah penelitian in vivo pada tikus yang
terinfestasi cacing trichuris yang dilakukan oleh Sadewa menyatakan trikuriasis dapat
disebabkan oleh trikuris masih belum jelas namun, mungkin dapat disebabkan
infestasi kronis dari cacing trichuris dapat menginduksi aktivasi dari sel T regulator.15
Sebuah laporan kasus oleh Bahon, menemukan adanya neoplasma pada kolon
ascendens yang disertai adanya infestasi dari trikuris yang berat. Infeksi T. Trikuira
yang berat sering berhubungan dengan dengan gejala kolitis yang dikenaal dengan
Pasien juga memiliki riwayat mengkonsumsi alkohol pada umur muda. Suatu
dengan lingkungan dan gaya hidup. Konsumsi alkohol dan metabolisme terhadap
karsinogenesis.18
Terapi pada kasus ini difokuskan pada abses hepar dan tatalaksana kanker
kolorektal. Sebuah laporan kasus oleh Rabelo, terapi pilihan pada kasus abses hati
dari segmen hati yang terinfeksi.19 Tatalaksana untuk kanker kolorektal meliputi
(kemoterapi/immunoterapi).20
Prognosis pada pasien dan kualitas hidup (quality of life) pada anak-anak
dengan kanker kolorektal tergantung dari gambaran keganasan dari kanker kolorektal
memiliki prognosis yang buruk. Hal ini disebabkan pada orang dewasa
lebih dari 50% pasien didiagnosa dengan kanker kolorektal tipe adenokarsinoma yang
memiliki prognosis yang buruk. Apabila pasien didiagnosa dengan kanker kolorektal
yang dapat disembuhkan, maka reseksi total adalah tatalaksana yang tepat. Tumor
pada sisi kiri kolon dilakukan subtotal kolektomi, dan tumor pada sisi kanan
DAFTAR PUSTAKA
1. Nelson textbook ed 20
2. Kemenkes kolorektal cancer
3. An introduction to the symptomps and signs of surgical dissease
4. Nelson essential 7th
5. foundation of parasitology ed 9th
6. jurnal palu profil obat
7. yuya kobayashi, ascaris lumbri, discharge from mouth
x. cari dapus untuk mekanisme kerja ppi
8. khuuro,ascariasis, 1997
9. multiple hepatic abscess due to a.l george
10. Lardière-Deguelte S, Ragot E, Armoun K, Piardi T, Dokmak S, Bruno O, et al. Hepatic
abscess: diagnosis and management. J Visc Surg. 2015;152:231–243. doi:
10.1016/j.jviscsurg.2015.01.013.
11. theraphy of liver abscess
12. Diagnosis of pyogenic liver abscess by abdominal ultrasonography in the emergency
department.
Lin AC, Yeh DY, Hsu YH, Wu CC, Chang H, Jang TN, Huang CH
Emerg Med J. 2009 Apr; 26(4):273-5.
13. Sporadic adenocarcinoma of the colon in children: case series and review of the
literature.
Blumer SL, Anupindi SA, Adamson PC, Lin H, Price AP, Markowitz RI, Kramer SS
J Pediatr Hematol Oncol. 2012 May; 34(4):e137-41.
15.
Trichuriasis Can Induce the Development of Intestinal Neoplasia
16. Colonic obstruction and perforation related to heavy Trichuris trichiura infestation