Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
LEPTOSPIROSIS
Oleh
Renov Ompusunggu
Pembimbing
dr. Carta A. Gunawan, Sp. PD KPTI FINASIM
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
Pencegahan ......................................................................................................... 23
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
faktor penyakit pada manusia. Manusia merupakan ujung rantai penularan
penyakit ini (Kunoli, 2013).1
Manusia yang berisiko tertular adalah yang pekerjaannya berhubungan
dengan hewan liar dan hewan peliharaan seperti peternak, petani, petugas
laboratorium hewan, dan bahkan tentara. Wanita dan anak di perkotaan sering
terinfeksi setelah berenang dan piknik di luar rumah. Orang yang hobi berenang
termasuk yang berisiko terkena penyakit ini (Kunoli, 2013).1
2
BAB II
LAPORAN KASUS
A. ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Sekarang
KU : Tampak kuning sekujur tubuh
RPS : Pasien datang ke IGD dengan keluhan sekujur tubuh yang
tampak menguning dan sudah tampak sejak 5 hari sebelum masuk rumah
sakit Taman Husada Bontang. Kuning tampak semakin jelas dalam 5 hari
tersebut, terlihat di mata maupun di badan pasien. Keluhan disertai dengan
mual, mata memerah dan kencing merah tua sejak hari ke 4 kuning mulai
tampak. Pasien merupakan rujukan dari rumah sakit Amalia Bontang di
Sendawar. Sebelumnya rawat inap selama di RS Amalia Bontang selama 5
hari. Sebelum rawat inap di RS Amalia Bontang, pasien sudah mengeluh
demam dan mencret lebih dari 5 kali dalam sehari. Selama rawat inap
disana, pasien merasakan ada keluhan pada kedua kaki yang dirasakan
nyeri pada bagian betis hingga membuat pasien sangat sulit berjalan.
Tidak ada keluhan seperti mimisan, gusi berdarah ataupun bintik bintik
darah di sekujur tubuh. Pasien tinggal berlima dalam satu rumah dengan
keluarga dan tidak ada yang mengalami hal serupa. Pasien bekerja sebagai
petani sehari harinya, dengan dominasi menggarap sawah dari pagi hingga
sore. Jika selesai bekerja pasien sering membersihkan diri di sungai/kali
terdekat. Sehari harinya juga pasien sibuk ternak sapi.
3
Riwayat Penggunaan Obat
Tidak ada mengkonsumsi obat rutin
B. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang, GCS E4V5M6
TTV : TD110/70 mmHg. N 83x/menit reguler, kuat
angkat. RR 18 x/menit regular. T 36,5 C suhu aksila SpO2 99%.
Thoraks :
Abdomen :
4
Pal = soefl, nyeri tekan kuadran kanan atas (+), hepatomegali (-),
splenomegali (-)
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Hemoglobin 9,9 (14-15g/dL)
MCV 67,9 (51-99fL)
MCH 24,5 (27-31pg)
MCHC 36,6(33-37gr/dL)
Leukosit 22.900 (4.500-10.000/ul)
Trombosit 57.000 (150.000-450.000/ul)
Neutropil 53 (40-47%)
Ureum 307,5 (19,3-49,2mg/dL)
Creatinin 9,9 (0,7-1,3mg/dL)
Albumin 2.0(2.5-5.5 d/dL)
Bil. Total 30.4 (0.1-1.2mg/dL)
Bil. Direct 20.8 (<0,2mg/dL)
Bil. Indirect 9.6 (0.0-0,5mg/dL)
SGOT 47 (<35U/L)
SGPT 68 (,41U/L)
Urinalisa
Leukosit +2 (-)
Eritrosit +4 (-)
Warna Merah (Kuning)
Bilirubin +3 (-)
Sed. Leuko 4-5 (0-1)
5
Sed. Eritro 70-90 (0-1)
• IgG = negatif
• IgM = negatif
2. USG abdomen
• Hepatomegali
• Pembesaran Kedua ginjal
D. DIAGNOSIS
Probable Leptospirosis + sepsis + anemia + AKI
E. TATALAKSANA
(IGD) Konsul dr Sp.PD:
• IVFD EAS Primer 12 TPM
• Ceftriaxone 1 gr/12 jam/IV
• Omeprazole 1 amp/12 jam/PBNS
• Metoclopramide 1 amp/8 jam/IV
• Amlodipin 1x5 mg
• UDCA 3x1
• Asam folat 2x1
• R/ cek IgM IgG anti leptospira & USG Abdomen di Ruangan
6
• Amlodipin 1x5 mg
• Asam folat 2x1
• Calos 2x1
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI LEPTOSPIROSIS
Leptospirosis adalah suatu penyakit zoonosis yang disebabkan oleh
patogen spirochaeta, genus Leptospira. Spirochaeta ini pertama kali diisolasi
di Jepang oleh Inada setelah sebelumnya digambarkan oleh Adolf Weil tahun
1886. Weil menemukan bahwa penyakit ini menyerang manusia dengan
gejala demam, ikterus, pembesaran hati dan limpa, serta kerusakan ginjal.2
Leptospirosis adalah penyakit infeksi yang dapat menyerang manusia dan
binatang. Penyakit menular ini adalah penyakit hewan yang dapat
menjangkiti manusia. Termasuk penyakit zoonosis yang paling sering terjadi
di dunia. Leptospirosis juga dikenal dengan nama flood fever atau demam
banjir karena memang muncul dikarenakan banjir.3,6
Dibeberapa negara leptospirosis dikenal dengan nama demam
icterohemorrhagic, demam lumpur, penyakit swinherd, demam rawa,
penyakit weil, demam canicola (PDPERSI Jakarta, 2007). Leptospirosis
adalah penyakit infeksi yang disebabkan kuman leptospira patogen (Saroso,
2003).3,6
Leptospirosis adalah suatu penyakit zoonosis yang disebabkan oleh
mikroorganisme berbentuk spiral dan bergerak aktif yang dinamakan
7
Leptospira. Penyakit ini dikenal dengan berbagai nama seperti Mud fever,
Slime fever (Shlamnfieber), Swam fever, Autumnal fever, Infectious jaundice,
Field fever, Cane cutter dan lain-lain (WHO, 2003). 3,6
Leptospirosis atau penyakit kuning adalah penyakit penting pada manusia,
tikus, anjing, babi dan sapi. Penyakit ini disebabkan oleh spirochaeta
leptospira icterohaemorrhagiae yang hidup pada ginjal dan urine tikus
(Swastiko, 2009).3,6
Leptospirosis merupakan istilah untuk penyakit yang disebabkan oleh
semua leptospira tanpa memandang serotipe tertentu. Hubungan gejala klinis
dengan infeksi oleh serotipe yang berbeda membawa pada kesimpulan bahwa
suatu serotipe leptospira bertanggung jawab terhadap berbagai macam
gambaran klinis, sebaliknya suatu gejala seperti meningitis aseptik dapat
disebabkan oleh berbagai serotipe. Oleh karena itu lebih disukai untuk
menggunakkan istilah umum leptospirosis dibanding Weil’s Disease dan
demam kanikola.3
B. ETIOLOGI LEPTOSPIROSIS
Leptospira yang termasuk dalam ordo Spirochaeta, dapat menyebabkan
penyakit infeksius yang disebut leptospirosis. Leptospira merupakan
organisme fleksibel, tipis, berlilit padat, dengan panjang 5-15 μm, disertai
spiral halus yang lebarnya 0,1-0,2 μm. Salah satu ujung bakteri ini seringkali
bengkok dan membentuk kait.2,4,6
Leptospira memiliki ciri umum yang membedakannya dengan bakteri
lainnya. Sel bakteri ini dibungkus oleh membran luar yang terdiri dari 3-5
lapis. Di bawah membran luar, terdapat lapisan peptidoglikan yang fleksibel
dan helikal, serta membran sitoplasma. Ciri khas Spirochaeta ini adalah
lokasi flagelnya, yang terletak diantara membran luar dan lapisan
peptidoglikan. Flagela ini disebut flagela periplasmik. Leptospira memiliki
dua flagel periplasmik, masing-masing berpangkal pada setiap ujung sel.
Kuman ini bergerak aktif, paling baik dilihat dengan menggunakan
mikroskop lapangan gelap.2,4,6
8
Gambar 1. Leptospira interrogans
9
besar prevalensinya adalah canicola, grippotyphosa, hardjo,
icterohaemorrhagiae, dan pomona.2,4,6
Infeksi pada manusia terjadi akibat tertelan makanan atau minuman yang
tercemar air kencing hewan yang sakit leptospirosis selain itu kuman dapat
masuk ke dalam tubuh melalui luka pada kulit atau selaput lendir jaringan
tubuh. Hewan-hewan yang dapat menularkan leptospirosis selain anjing
adalah sapi, babi, dan tikus. Meskipun banyak binatang tidak menunjukkan
gejala penyakit, tetapi 1 dari 10 anjing yang terinfeksi leptospirosis akan
mati5
C. EPIDEMIOLOGI LEPTOSPIROSIS
Dalam tubuh tikus, leptospira akan menetap dan membentuk koloni serta
berkembang biak di dalam epitel tubulus ginjal tikus dan secara terus menerus
ikut mengalir dalam filtrat urin. Penyakit ini bersifat musiman, di daerah
beriklim sedang, masa puncak insiden dijumpai pada musim panas dan musim
gugur karena temperatur adalah faktor yang mempengaruhi kelangsungan
hidup leptospira, sedangkan di daerah tropis insiden tertinggi terjadi selama
musim hujan.3,6
10
Di daerah tropis dengan kelembaban tinggi angka kejadian leptospirosis
berkisar antara 10-100 per 100.000 sedangkan di daerah subtropis angka
kejadian berkisar antara 0,1-1 per 100.000 per tahun. Case fatality rate (CFR)
leptospirosis di beberapa bagian dunia dilaporkan berkisar antara <5%-30%.
Angka ini memang tidak terlalu reliabel mengingat masih banyak daerah di
dunia yang angka kejadian leptospirosisnya tidak terdokumentasi dengan baik.
Selain itu masih banyak kasus leptospirosis ringan belum didiagnosis secara
tepat.7
D. PENULARAN LEPTOSPIROSIS
11
Faktor lingkungan memiliki peranan penting dalam proses penularan
leptospirosis. Faktor lingkungan tersebut meliputi lingkungan fisik, biologik,
dan sosial. Salah satu pengaruh lingkungan sosial adalah mengenai jenis
pekerjaan. Jenis pekerjaan yang berisiko terjangkit leptospirosis antara lain:
petani, dokter hewan, pekerja pemotong hewan, pekerja pengontrol tikus,
tukang sampah, pekerja selokan, buruh tambang, tentara, pembersih septic
tank dan pekerjaan yang selalu kontak dengan binatang. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Agus (2008) di Kabupaten Demak
menunjukkan beberapa faktor risiko kejadian leptospirosis yaitu pekerjaan
yang melibatkan kontak tubuh dengan air (OR=17,36; p:0,001), keberadaan
sampah di dalam rumah (OR=7,76; p:0,008), keberadaan tikus di dalam dan
sekitar rumah (OR=10,34; p:0,004), kebiasaan tidak memakai alas kaki
(OR=24,04; p:0,001), kebiasaan mandi/cuci di sungai (OR=12,24; p:0,001),
tidak ada penyuluhan tentang leptospirosis (OR=4,94; p:0,022).7
12
serebrospinal penderita. Tes serologi menunjukkan hasil yang negatif
sampai setidaknya 5 hari setelah onset gejala. Pada fase ini mungkin
dijumpai adanya hepatomegali, akan tetapi splenomegali kurang umum
dijumpai. Pada hitung jumlah platelet, ditemukan adanya penurunan
jumlah platelet dan trombositopeni purpura. Pada urinalisis ditemukan
adanya proteinuri, tetapi kliren kreatinin biasanya masih dalam batas
normal sampai terjadi nekrosis tubular atau glomerulonefritis.8,9
2. Fase imun
Fase kedua ini ditandai dengan leptospiuria dan berhubungan
dengan timbulnya antibodi IgM dalam serum penderita. Pada kasus
yang ringan (mild case) fase kedua ini berhubungan dengan tanda dan
gejala yang minimal, sementara pada kasus yang berat (severe case)
ditemukan manifestasi terhadap gangguan meningeal dan hepatorenal
yang dominan. Pada manifestasi meningeal akan timbul gejala
meningitis yang ditandai dengan sakit kepala, fotofobia, dan kaku
kuduk. Keterlibatan sistem saraf pusat pada leptospirosis sebagian
besar timbul sebagai meningitis aseptik. Pada fase ini dapat terjadi
berbagai komplikasi, antara lain neuritis optikus, uveitis, iridosiklitis,
dan neuropati perifer.10 Pada kasus yang berat, perubahan fase
pertama ke fase kedua mungkin tidak terlihat, akan tetapi timbul
demam tinggi segera disertai jaundice dan perdarahan pada kulit,
membrana mukosa, bahkan paru. Selain itu ini sering juga dijumpai
adanya hepatomegali, purpura, dan ekimosis. Gagal ginjal, oliguria,
syok, dan miokarditis juga bisa terjadi dan berhubungan dengan
mortalitas penderita.8,9
13
Gambar 4. Sifat bifasik leptospirosis
Pemeriksaan fisik yang khas adalah conjunctival suffusion dan nyeri tekan
di daerah betis. Gambaran klinik terpenting leptospirosis non-nikterik adalah
meningitis aseptik yang tidak spesifik sehingga sering terlewatkan
diagnosisnya. Sebanyak 80-90% penderita leptospirosis anikterik akan
14
mengalami pleositosis pada cairan serebrospinal selama minggu ke-2 penyakit
dan 50% diantaranya akan menunjukkan tanda klinis meningitis. Karena
penderita memperlihatkan penyakit yang bersifat bifasik atau memberikan
riwayat paparan dengan hewan, meningitis tersebut kadang salah didiagnosis
sebagai kelainan akibat virus.8,9
Bentuk leptospirosis yang berat ini pada mulanya dikatakan sebagai Leptospira ichterohaemorrhagiae, tetapi ternyata dapat
terlihat pada setiap serotipe leptospira yang lain. Manifestasi leptospirosis yang berat memiliki angka mortalitas sebesar 5-15%.
Leptospirosis ikterik disebut juga dengan nama Sindrom Weil. Tanda khas dari sindrom Weil yaitu jaundice atau ikterik, azotemia, gagal
ginjal, serta perdarahan yang timbul dalam waktu 4-6 hari setelah onset gejala dan dapat mengalami perburukan dalam minggu ke-2.
Ikterus umumnya dianggap sebagai indikator utama leptospirosis berat. Pada leptospirosis ikterik, demam dapat persisten sehingga fase
imun menjadi tidak jelas atau nampak overlapping dengan fase leptospiremia.8,9
15
leptospiremia dan fase mialgia, ikterik, gagal Urin (minggu ke-2)
imun (sering ginjal, hipotensi,
overlapping) manifestasi perdarahan,
pneumonitis hemorrargik,
leukositosis
F. PATOLOGI LEPTOSPIROSIS
16
a. Ginjal : Interstisial nefritis dengan infiltrasi sel mononuklear
merupakan bentuk lesi pada leptospirosis yang dapat terjadi tanpa
gangguan fungsi ginjal.
G. PATOGENESIS LEPTOSPIROSIS
17
konjungtiva. Bakteri leptospira yang berhasil masuk ke dalam tubuh tidak
menimbulkan lesi pada tempat masuk bakteri. Hialuronidase dan atau gerak yang
menggangsir (burrowing motility) telah diajukan sebagai mekanisme masuknya
leptospira ke dalam tubuh. 10
Organ utama yang terinfeksi kuman leptospira adalah ginjal dan hati. Di
dalam ginjal bakteri leptospira bermigrasi ke interstisium tubulus ginjal dan lumen
tubulus. Pada leptospirosis berat, vaskulitis akan menghambat sirkulasi mikro dan
meningkatkan permeabilitas kapiler, sehingga menyebabkan kebocoran cairan dan
hipovolemia. Hipovolemia akibat dehidrasi dan perubahan permeabilitas kapiler
salah satu penyebab gagal ginjal. Pada gagal ginjal tampak pembesaran ginjal
disertai edema dan perdarahan subkapsular, serta nekrosis tubulus renal.
Sementara perubahan yang terjadi pada hati bisa tidak tampak secara nyata.
Secara mikroskopik tampak perubahan patologi berupa nekrosis sentrolobuler
disertai hipertrofi dan hiperplasia sel Kupffer.10
18
19
Gambar 5. Leptospirosis pathway dan gambaran klinis10
H. DIAGNOSIS LEPTOSPIROSIS
1. Diagnosis Klinis
2. Diagnosis Laboratorium
a. Pemeriksaan mikrobiologik
b. Kultur
20
Organisme dapat diisolasi dari darah atau cairan
serebrospinal hanya pada 10 hari pertama penyakit. Bakteri
tersebut biasanya dijumpai di dalam urin pada 10 hari pertama
penyakit. Media Fletcher dan media Tween 80-albumin
merupakan media semisolid yang bermanfaat pada isolasi
primer leptospira. Pada media semisolid, leptospira tumbuh
dalam lingkaran padat 0,5-1 cm dibawah permukaan media
dan biasanya tampak 6-14 hari setelah inokulasi. Untuk kultur
harus dilakukan biakan multipel,10
c. Inokulasi hewan
d. Serologi
21
sepasang sera dari pasien dalam periode sakit akut dan 5-7 hari
sesudahnya. Pemeriksaan MAT dikatakan positif jika terjadi
serokonversi berupa kenaikan titer 4 kali atau ≥ 1:320 dengan satu
atau lebih antigen tanpa kenaikan titer (untuk daerah non endemik
leptospirosis digunakan nilai ≥ 1:160).10
I. PENATALAKSANAAN LEPTOSPIROSIS
22
Tabel 2. Manajemen kasus dan kemoprofilaksis leptospirosis berdasarkan
Kriteria Diagnosis WHO SEARO 2009
J. KOMPLIKASI LEPTOSPIROSIS
K. PROGNOSIS LEPTOSPIROSIS
Jika tidak ada ikterus, penyakit jarang fatal. Pada kasus dengan ikteru,
angka kematian 5 % pada umur di bawah 30 tahun, dan pada usia lanjut
mencapai 30-40%.10
L. PENCEGAHAN
-
Pencegahan hubungan dengan air atau tanah yang terkontaminasi Para
pekerja yang mempunyai risiko tinggi terinfeksi leptospira, misalnya
pekerja irigasi, petani, pekerja laboratorium, dokter hewan, harus memakai
pakaian khusus yang dapat melindungi kontak dengan air atau tanah yang
terkontaminasi leptospira. Misalnya dengan menggunakan sepatu bot,
masker, sarung tangan.
-
Melindungi sanitasi air minum penduduk Dalam hal ini dilakukan
pengelolaan air minum yang baik, dilakukan filtrasi dan deklorinai untuk
mencegah invasi leptospira.
-
Pemberian vaksin.10
23
BAB III
KESIMPULAN
24
DAFTAR PUSTAKA
25