Anda di halaman 1dari 29

Bagian Ilmu Penyakit Dalam REFLEKSI KASUS

16 Maret 2021
Fakultas Kedokteran
Universitas AlKhairaat
Palu

PYELONEFRITIS DAN HIDRONEFROSIS

Disusun Oleh :

Fanky Fazdianki Ramadhan


(15 19 777 14 351)

PEMBIMBING :
dr.Winarti Arifuddin, Sp.PD.

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik

Pada Bagian Ilmu Kesehatan Anak

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ALKHAIRAAT

PALU

2021
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Fanky Fazdianki Ramadhan

No. Stambuk : 15 19 777 14 351

Fakultas : Kedokteran

Program Studi : Pendidikan Dokter

Universitas : Alkhairaat

Judul : Pyelonefritis dan Hidronefrosis

Bagian : Ilmu Penyakit Dalam

Bagian Ilmu Penyakit Dalam

RSU Anutapura Palu

Program Studi Pendidikan Dokter

Fakultas Kedokteran Universitas Alkhairaat

Palu,16 Maret 2021

Pembimbing Dokter Muda

dr. Winarti Arifuddin, Sp.PD


Fanky Fazdianki Ramadhan

i
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN.....................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN......................................................................................................................1

BAB II........................................................................................................................................3

LAPORAN KASUS...................................................................................................................3

A. IDENTITAS PASIEN.....................................................................................................3

B. ANAMNESIS.................................................................................................................3

C. PEMERIKSAAN FISIK.................................................................................................4

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG....................................................................................6

E. RESUME.........................................................................................................................8

F. DIAGNOSIS KERJA......................................................................................................8

G. DIAGNOSIS BANDING................................................................................................8

H. PENATALAKSANAAN................................................................................................8

FOLLOW UP.............................................................................................................................9

BAB III.....................................................................................................................................10

DISKUSI..................................................................................................................................10

BAB IV....................................................................................................................................18

PENUTUP................................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara tropis, dimana infeksi masih merupakan penyakit utama
dan penyebab kematian nomor satu. Infeksi saluran kemih (ISK) ialah istilah umum untuk
menyatakan adanya pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri di dalam saluran kemih,
meliputi infeksi di parenkim ginjal sampai infeksi di kandung kemih. ISK merupakan reaksi
inflamasi sel-sel urotelium yang melapisi saluran kemih.1,2
Infeksi saluran kemih dapat menyerang disemua usia mulai bayi baru lahir hingga
orang tua. Pada umumnya wanita lebih sering mengalami episode ISK daripada pria; hal ini
karena uretra wanita lebih pendek daripada pria. Namun pada masa neonatus ISK lebih
banyak terdapat pada bayi laki-laki (2,7%) yang tidak menjalani sirkumsisi daripada bayi
perempuan (0,7%). Dengan bertambahnya usia, insiden ISK terbalik yaitu pada masa sekolah
ISK pada anak perempuan 3% sedangkan anak laki-laki 1,1%. Insiden ISK ini pada usia
remaja anak perempuan meningkat 3,3 sampai 5,8%. Bakteriuria asimtomatik pada wanita
usia 18-40 tahun adalah 5-6% dan angka itu meningkat menjadi 20% pada wanita usia lanjut.1
Akibat adanya infeksi pada saluran ginjal dapat menyebabkan timbulnya hidronefrosis.
Hidronefrosis adalah pembengkakan ginjal yang terjadi sebagai akibat akumulasi urin di
saluran kemih bagian atas. Hal ini biasanya disebabkan karena adanya penyumbatan di suatu
tempat di sepanjang saluran kemih.4
Kasus hidronefrosis semakin sering didapati. Di Amerika Serikat, insidensinya
mencapai 3,1 %, 2,9 % pada wanita dan 3,3 % pada pria. Penyebabnya dapat bermacam-
macam dimana obstruksi merupakan penyebab yang tersering.5

1
BAB II

LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. T
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 56 tahun
Suku/Bangsa : Kaili/Indonesia
Status : Sudah menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
Pendidikan : S1
Alamat Jln. S.polayua No 33
Tanggal Masuk : 04/02/2021
Tanggal pemeriksaan : 08/02/2021
Tanggal Keluar : 16/02/2020

B. ANAMNESIS

 Keluhan Utama : Nyeri Perut


 Riwayat Penyakit Sekarang: Seorang pasien laki-laki, usia 56 tahun masuk rumah
sakit dengan keluhan nyeri perut kanan atas yang dirasakan sejak 2 hari yang lalu saat
pagi hari sebelum masuk rumah sakit.. Keluhan disertai nyeri perut kanan atas, nyeri
dirasakan hilang timbul, nyeri timbul sewaktu-waktu bisa pada saat tidur ataupun
sedang duduk. Nyeri dirasakan menjalar sampai tembus ke bagian belakang. Pasien
juga mengeluh sering kali terbangun pada saat malam hari untuk BAK. Pasien
mengaku BAK dirasakan seperti terputus putus namun tidak terasa nyeri, tidak pernah
mengeluarkan batu kecil ataupun pasir tetapi pancaran urine lemah Pasien mengalami
keringat dingin ataupun menggigil saat nyeri timbul, disertai demam yang dirasakan
sekitar 3 hari yang lalu, BAB biasa konsistensi lunak., Batuk (+) sekali sekali, Flu (-),
Sesak (-), sakit Kepala (-), Riwayat Diabetes Melitus (-), Riwayat Asma (-),Riwayat
Hipertensi (+) Terkontrol dengan obat amlodipine 10mg 1x1 setiap malam dan
pasien rutin Hemodialisa 1 minggu 2 kali di hari rabu dan sabtu.

2
 Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien memiliki riwayat penykit terdahulu yaitu
Hipertensi terkontrol dan chronic Kidney Disease pasien rutin Hemodialisa 1 minggu
2 kali hari rabu sabtu.
 Riwayat Penyakit Keluarga : Riwayat hipertensi, diabetes mellitus, asma. Keluarga
tidak ada yang mengalami hal yang sama seperti ini.
 Riwayat Kebiasaan : Pasien seorang perokok aktif sejak 4 tahun yang lalu,
1 bungkus rokok perhari dan minum air putih dua gelas air (ukuran aqua gelas)
sehabis makan setelah itu pasien minum lagi bila merasa haus saja. Menurut pasien
biasanya total air yang diminumnya dalam sehari sebanyak 6-10 gelas. Pasien sering
duduk lama ataupun berdiri lama sehari-hari namun pasien sering menahan kencing
saat disekolah.
 Riwayat Alergi dan obat : Tidak ada

C. PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaan Umum
Kesan : sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Kesan gizi : gizi cukup

 Penilaian Nyeri
Onset nyeri : Akut
Lokasi nyeri : Abdomen dextra anterior menjalar sampai ke posterior
Skala Nyeri (VAS) :6–8
Frekuensi : Hilang timbul
 Tanda Vital
Tekanan darah : 140/90mmHg
Nadi : 72x/menit, irama reguler, volume cukup, ekualitas sama
kanan dan kiri
Suhu : 36,80C
Frekuensi napas : 20x/menit

 Status Gizi

Berat Badan : 59

3
Tinggi badan : 163
BMI : 22,27 (Normal)

 Status Generalis
Kepala
a) Mata
Sklera : Ikterus -/-
Konjungtiva : Anemis -/-
Pupil : Isokor, diameter 2,5/2,5 mm
Palpebra : Edema -/-
b) Telinga
Otorrhoe :-
Pendengaran : Normal/normal
c) Hidung
Rhinorrhea :-
d) Mulut
Bau Napas : Normal
Tonsil : T1/T1
Pharynx : Hiperemis (-)
Bibir : Kering (-), sianosis (-), anemis (-)
Lidah : Kotor (-)
Leher

JPV :-
Kelenjar : Pembesaran (-)
Strauma :-
Thoraks

a) Jantung
Inspeksi : IC tidak tampak
Palpasi : IC tidak teraba

4
Perkusi : Dalam batas normal
Auskultasi : S1/S2 murni regular, murmur (-)
b) Paru-paru
Inspeksi : Bentuk normal, sternum letak tengah tampak datar, tulang iga & sela
iga normal, retraksi sela iga (-), Barrel chest (-).
Palpasi : Vokal fremitus kanan dan kiri simetris saat inspirasi dan expirasi.
Perkusi : Sonor. Batas paru dengan hepar, jantung kanan, lambung, jantung kiri
normal.
Auskultasi: Suara nafas vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Abdomen

Inspeksi : Tampak datar, Distensi (-), Asites (-)

Palpasi : Nyeri tekan (+) pada regio lumbalis serta ingunal dextra, dan
regio suprapubik, massa (-).

Perkusi : 4 kuadran abdomen timpani, batas atas dan bawah hepar normal,

shifting dullnes (-), flank tenderness (+) sebelah dextra.

Auskultasi : Peristaltik (+) normal

Ekstremitas

Atas Bawah

Akral : -/- -/-

Edema : -/- -/-

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Darah Lengkap
Tanggal : 24/02/2020
Hasil Nilai Rujukan
WBC 12,2 x 103/Ul 4,0 – 9,0 x 103
RBC 2,91 x 106/Ul 3,80 – 5,30 x 106
HGB 10,3 g/dL 12,0 – 18,0 g/dl
HCT 31,6 % 36,0 – 56,0 %
5
MCV 81 Fl 80,0 – 100,0 fL
MCH 27,8 pg 27,0 – 32,0 pg
MCHC 34,2 g/dL 32,0 – 36,0 g/dL
PLT 181 x 103/uL 150 – 450 x 103/uL

 Ultrasonografi (USG)
Tanggal : 05/02/2021

-Ginjal Kanan:
Membesar,Tampak dilatasi
PCS dengan internal echo
didalamnya, tampak beberapa
echo batu ukuran 2,7 cm
-Ginjal Kiri:
Membesar,Tampak dilatasi
PCS tampak beberapa echo
batu ukuran 2 cm

-Lien dan pangkreas:


Ukuran dan echo parenkim dalam
batas normal, tidak tampak echo
massa
-Vesica urinari:
Dinding tidak menebal, tidak ada
tampak echo batu prostat
membesar dengan volume 62 ml

6
-Hepar:
Ukuran dan echo parenkim
dalam batas normal, tidak
tampak dilatasi vaskuler
maupun bile duct, tidak
tampak echo massa
-Gallblader:
Dinding tidak menebal,
tidak ada tampak echo batu

Kesan :
- Nephrolithis bilateral dan mild hydronephrosis sinistra
- Severe Hidronefrosis dan pyonepritis dextra
- Hypertrophy prostat
E. RESUME
Seorang pasien laki-laki, usia 56 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri perut
kanan atas yang dirasakan sejak 2 hari yang lalu saat pagi hari sebelum masuk rumah
sakit.. Keluhan disertai nyeri perut kanan atas, nyeri dirasakan hilang timbul, nyeri
timbul sewaktu-waktu bisa pada saat tidur ataupun sedang duduk. Nyeri dirasakan
menjalar sampai tembus ke bagian belakang. Pasien juga mengeluh sering kali terbangun
pada saat malam hari untuk BAK. Pasien mengaku BAK dirasakan seperti terputus putus
namun tidak terasa nyeri, tidak pernah mengeluarkan batu kecil ataupun pasir tetapi
pancaran urine lemah Pasien mengalami keringat dingin ataupun menggigil saat nyeri
timbul, disertai demam yang dirasakan sekitar 3 hari yang lalu, BAB biasa konsistensi
lunak., Batuk (+) sekali sekali, Flu (-), Sesak (-), sakit Kepala (-), Riwayat Diabetes
Melitus (-), Riwayat Asma (-),Riwayat Hipertensi (+) Terkontrol dengan obat amlodipine
10mg 1x1 setiap malam dan pasien rutin Hemodialisa 1 minggu 2 kali di hari rabu dan
sabtu.Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan (+) pada abdomen anterior dextra
serta ingunal dextra, dan regio suprapubik. Serta pada perkusi didapatkan flank
tenderness (+) dextra. Pada pemeriksaan darah lengkap didapatkan kadar WBC
meningkat yaitu 12,2x103/uL. Pada pemeriksaan USG Ginjal Kanan Membesar,Tampak
dilatasi PCS dengan internal echo didalamnya, tampak beberapa echo batu ukuran 2,7 cm
dan Ginjal Kiri Membesar,Tampak dilatasi PCS tampak beberapa echo batu ukuran 2 cm

7
F. DIAGNOSIS KERJA
- Nephrolithis bilateral dan mild hydronephrosis sinistra
- Severe Hidronefrosis dan pyonepritis dextra
- Hypertrophy prostat
G. DIAGNOSIS BANDING
- Urolithiasis
- Glomerulonephritis
H. PENATALAKSANAAN
Non-Medikamentosa
- Perbanyak minum air putih
- Kurangi aktivitas fisik yang berat
- Tirah Baring

Medikamentosa
- IVFD Nacl 0,9 % 20 tpm
- Inj. Cefoperazone 1 gr/24 jam/iv
- Furosemid 40 mg/12 jam/iv
- Inj. Omeprazole 40mg/12 jam/iv
- Amlodipine 10 mg 1 x1 Malam
- Inj Antrain 1gr/24 jam/iv

FOLLOW UP

Tanggal : 09/02/2021

Perawatan Hari : 6

Subjek (S):

Sakit perut (+), nyeri tekan suprapubik (+), flank tenderness (-)

Objek (O):

Tanda Vital

8
Nadi : 90x/menit Suhu : 36,6°C

Pernapasan : 20x/menit Tekanan darah : 150/80 mmHg

Assesment (A):
- CHF NYHA III
- CKD Stage V on HD
- Severe Hydronefrosis dextra
- Pyonefritis dextra
Plan (P):
- Nacl 0,9 % 12 tpm
- Inj. Cefoperazone 1 gr/24 jam/iv
- Furosemid 40 mg/12 jam/iv
- Inj. Omeprazole 40 mg/24jam/iv
- Amlodipine 10 mg 1 x1 Malam
- Inj Antrain 1gr/24 jam/iv
- Metronidazole 500mg/12 jam/iv

Tanggal : 10/02/2021

Perawatan Hari : 7

Subjek (S):

Sakit perut (+) mulai menurun, nyeri tekan suprapubik (+), flank tenderness (-)

Objek (O):

Tanda Vital

Nadi : 80x/menit Suhu : 36,4°C

Pernapasan : 20x/menit Tekanan darah : 120/80 mmHg

Assesment (A):

- CHF NYHA III

- CKD Stage V on HD

9
- Severe Hydronefrosis dextra

- Pyonefritis dextra

Plan (P):

- Nacl 0,9 % 12 tpm

- Inj. Cefoperazone 1 gr/24 jam/iv

- Furosemid 40 mg/12 jam/iv

- Inj. Omeprazole 40 mg/24jam/iv

- Amlodipine 10 mg 1 x1 Malam

- Inj Antrain 1gr/24 jam/iv

- Metronidazole 500mg/12 jam/iv

Tanggal : 11/02/2021

Perawatan Hari : 8

Subjek (S):

Sakit perut (+), nyeri tekan suprapubik (+), flank tenderness (-)

Objek (O):

Tanda Vital

Nadi : 86x/menit Suhu : 36,7°C

Pernapasan : 20x/menit Tekanan darah : 120/80 mmHg

Assesment (A):

- CHF NYHA III

- CKD Stage V on HD

- Severe Hydronefrosis dextra

- Pyonefritis dextra

Plan (P):

- Nacl 0,9 % 12 tpm

10
- Inj. Cefoperazone 1 gr/24 jam/iv (stop)

- Furosemid 40 mg/12 jam/iv

- Inj. Omeprazole 40 mg/24jam/iv

- Amlodipine 10 mg 1 x1 Malam

- Inj Antrain 1gr/24 jam/iv

- Metronidazole 500mg/12 jam/iv (Stop)

- Cefixime 200mg 2 x 1

- Metronidazole 500mg 3 x 1

Tanggal : 12/02/2021

Perawatan Hari : 9

Subjek (S):

Sakit perut (+), nyeri tekan suprapubik (+), flank tenderness (-)

Objek (O):

Tanda Vital

Nadi : 90x/menit Suhu : 36,6°C

Pernapasan : 20x/menit Tekanan darah : 120/80 mmHg

Assesment (A):

- CHF NYHA III

- CKD Stage V on HD

- Severe Hydronefrosis dextra

- Pyonefritis dextra

Plan (P):

- Nacl 0,9 % 12 tpm

- Inj. Cefoperazone 1 gr/24 jam/iv (stop)

- Furosemid 40 mg/12 jam/iv

11
- Inj. Omeprazole 40 mg/24jam/iv

- Amlodipine 10 mg 1 x1 Malam

- Inj Antrain 1gr/24 jam/iv

- Metronidazole 500mg/12 jam/iv (Stop)

- Cefixime 200mg 2 x 1

- Metronidazole 500mg 3 x 1

Tanggal : 13/02/2021

Perawatan Hari : 10

Subjek (S):

Sakit perut (+), nyeri tekan suprapubik (+), flank tenderness (-)

Objek (O):

Tanda Vital

Nadi : 88x/menit Suhu : 36,6°C

Pernapasan : 20x/menit Tekanan darah : 130/80 mmHg

Assesment (A):

- CHF NYHA III

- CKD Stage V on HD

- Severe Hydronefrosis dextra

- Pyonefritis dextra

Plan (P):

- Nacl 0,9 % 12 tpm

- Inj. Cefoperazone 1 gr/24 jam/iv (stop)

- Furosemid 40 mg/12 jam/iv

- Inj. Omeprazole 40 mg/24jam/iv

- Amlodipine 10 mg 1 x1 Malam

12
- Inj Antrain 1gr/24 jam/iv

- Metronidazole 500mg/12 jam/iv (Stop)

- Cefixime 200mg 2 x 1

- Metronidazole 500mg 3 x 1

Tanggal : 14/02/2021

Perawatan Hari : 11

Subjek (S):

Sakit perut (-), nyeri tekan suprapubik (+), flank tenderness (-)

Objek (O):

Tanda Vital

Nadi : 90x/menit Suhu : 36,6°C

Pernapasan : 20x/menit Tekanan darah : 120/80 mmHg

Assesment (A):

- CHF NYHA III

- CKD Stage V on HD

- Severe Hydronefrosis dextra

- Pyonefritis dextra

Plan (P):

- Nacl 0,9 % 12 tpm

- Inj. Cefoperazone 1 gr/24 jam/iv (stop)

- Furosemid 40 mg 1 x 1 pagi

- Omeprazole 20 mg 2 x 1

- Amlodipine 10 mg 1 x1 Malam

- Antrain 2 x 1

- Metronidazole 500mg/12 jam/iv (Stop)

13
- Cefixime 200mg 2 x 1

- Metronidazole 500mg 3 x 1

Tanggal : 15/02/2021

Perawatan Hari : 12

Subjek (S):

Sakit perut (-), nyeri tekan suprapubik (+) tidak terlalu nyeri , flank tenderness
(-)

Objek (O):

Tanda Vital

Nadi : 90x/menit Suhu : 36,6°C

Pernapasan : 20x/menit Tekanan darah : 125/80 mmHg

Assesment (A):

- CHF NYHA III

- CKD Stage V on HD

- Severe Hydronefrosis dextra

Plan (P):

- Nacl 0,9 % 12 tpm

- Inj. Cefoperazone 1 gr/24 jam/iv (stop)

- Furosemid 40 mg 1 x 1 pagi

- Omeprazole 20 mg 2 x 1

- Amlodipine 10 mg 1 x1 Malam

- Antrain 2 x 1

- Metronidazole 500mg/12 jam/iv (Stop)

- Cefixime 200mg 2 x 1

- Metronidazole 500mg 3 x 1

14
Tanggal : 16/02/2021

Perawatan Hari : 13

Subjek (S):

Sakit perut (-), nyeri tekan suprapubik (-), flank tenderness (-)

Objek (O):

Tanda Vital

Nadi : 86x/menit Suhu : 36,6°C

Pernapasan : 20x/menit Tekanan darah : 120/90 mmHg

Assesment (A):

- CHF NYHA III

- CKD Stage V on HD

- Severe Hydronefrosis dextra

Plan (P):

- Nacl 0,9 % 12 tpm Aff infus

- Furosemid 40 mg 1 x 1 pagi

- Omeprazole 20 mg 2 x 1

- Metronidazole 500mg 3 x 1

- Amlodipine 10 mg 1 x1 Malam

- Cefixime 200mg 2 x 1

Rawat Jalan

15
BAB III

DISKUSI

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah bertumbuh dan berkembang biaknya kuman atau
mikroba dalam saluran kemih dalam jumlah bermakna. Bakteriuria ialah terdapatnya bakteri
dalam urin disebut bakteriuria bermakna bila ditemukannya kuman dalam jumlah bermakna.
Pengertian jumlah bermakna tergantung pada cara pengambilan sampel urin. Bila urin
diambil dengan cara midstream, katerisasi urin, dan urine collector, maka disebut bermakna
bila ditemukan 105 cfu (colony forming unit) atau lebih dalam setiap milliliter urin segar,
sedangkan bila diambil dengan cara aspirasi suprapubik, disebut bermakna jika ditemukan
kuman dalam jumlah berapapun.1,2

ISK dapat mengenai semua orang, mulai dari bayi baru lahir sampai dengan orang
dewasa, baik laki-laki maupun perempuan. ISK lebih sering ditemukan pada bayi atau anak
kecil dibandingkan dengan dewasa. Pada bayi sampai umur tiga bulan, ISK lebih sering pada
laki-laki daripada perempuan, tetapi selanjutnya lebih sering pada perempuan daripada laki-
laki. 1,2

Wanita lebih sering terkena ISK karena saluran kencing wanita lebih pendek dibanding
pria. Ini menyebabkan bakteri lebih mudah masuk ke kandung kemih karena saluran kencing
lebih dekat ke sumber bakteri seperti daerah dubur. Bayi laki-laki yang belum disunat (karena
bakteri cenderung tersimpan dibawah kulit khitan) dan anak kecil dengan sembelit akut juga
lebih mudah mendapatkan ISK.1,3

Untuk menunjang penegakan diagnosis ISK maka perlu dilakukan pemeriksaan


penunjang diantaranya, yaitu :6
1. Pemeriksaan urine
Merupakan pemeriksaan yang sangat penting pada ISK (pemeriksaan urinalisis,
pemeriksaan kultur urine). Urine dikatakan mengandung leukosit atau piuria jika
secara makroskopik didapatkan > 10 leukosit per mm3 atau terdapat > 5 leukosit per
lapangan pandang besar. Pemeriksaan kultur urine dimaksudkan untuk menentukan
keberadaan kuman, jenis kuman, dan sekaligus menentukan jenis antibiotika yang
akan diberikan.

16
2. Pemeriksaan darah
Untuk mengungkap adanya proses inflamasi atau infeksi. Didapatkannya leukositosis,
kadang disertai penurunan hemoglobin pada pemeriksaan darah rutin, didapatkan pula
sel‐sel muda pada sediaan hapusan darah menandakannya proses inflamasi akut.
3. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan ini dapat dilakukan apabila masih ditemukan keraguan dalam
mendiagnosis kausa penyakit, dan kemungkinan adanya kelainan struktur pada
saluran kemih. Pemeriksaan ini dapat seperti USG, IVP, dll.

Gejala klinis yang ditimbulkan bervariasi. Pada pielonefritis dapat dijumpai demam tinggi
disertai menggigil, gejala saluran cerna seperti mual, muntah dan diare. Gejala neurologis
dapat berupa irritabel dan kejang. Sedangkan pada sistitis demam jarang melebihi 38ºc,
biasanya disertai dengan nyeri pada perut bagian bawah, serta gangguan berkemih berupa
frekuensi, nyeri waktu berkemih, rasa discomfort suprapubik, urgensi, kesulitan berkemih,
retensio urine dan enuresis. 1,2,3

Gambar 1. Hubungan antara lokasi infeksi saluran kemih dengan keluhan

17
Sumber: Nefrologi Klinik Edisi III, 2006, hal. 85
Infeksi saluran kemih atas terdiri dari pielonefritis dan pielitis. Pielonefritis terbagi
menjadi pielonefritis akut (PNA) dan pielonefritis kronik (PNK). Istilah pielonefritis lebih
sering dipakai dari pada pielitis, karena infeksi pielum (pielitis) yang berdiri sendiri tidak
pernah ditemukan di klinik. Pielonefritis akut (PNA) adalah radang akut dari ginjal, ditandai
primer oleh radang jaringan interstitial sekunder mengenai tubulus dan akhirnya dapat
mengenai kapiler glomerulus, disertai manifestasi klinik dan bakteriuria tanpa ditemukan
kelainan radiologik6,3. PNA ditemukan pada semua umur dan jenis kelamin walaupun lebih
sering ditemukan pada wanita dan anak-anak. Pada laki-laki usia lanjut, PNA biasanya
disertai hipertrofi prostat5. Pielonefritis Kronik (PNK) adalah kelainan jaringan interstitial
(primer) dan sekunder mengenai tubulus dan glomerulus, mempunyai hubungan dengan
infeksi bakteri (immediate atau late effect) dengan atau tanpa bakteriuria dan selalu disertai
kelainan-kelainan radiologi. PNK yang tidak disertai bakteriuria disebut PNK fase inaktif.
Bakteriuria yang ditemukan pada seorang penderita mungkin berasal dari pielonefritis kronik
fase aktif atau bakteriuria tersebut bukan penyebab dari pielonefritis tetapi berasal dari
saluran kemih bagian bawah yang sebenarnya tidak memberikan keluhan atau bakteriuria
asimtomatik. Jadi diagnosis PNK harus mempunyai dua kriteria yakni telah terbukti
mempunyai kelainan-kelainan faal dan anatomi serta kelainan-kelainan tersebut mempunyai
hubungan dengan infeksi bakteri. Dari semua faktor predisposisi ISK, nefrolithiasis dan
refluks vesiko ureter lebih memegang peranan penting dalam patogenesis PNK3. Pielonefritis
kronik mungkin akibat lanjut dari infeksi bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa
kecil. Pada PNK juga sering ditemukan pembentukan jaringan ikat parenkim1.

Infeksi saluran kemih bawah terdiri dari sistitis, prostatitis dan epidimitis, uretritis, serta
sindrom uretra. Presentasi klinis ISKB tergantung dari gender. Pada perempuan biasanya
berupa sistitis dan sindrom uretra akut, sedangkan pada laki-laki berupa sistitis, prostatitis,
epidimitis, dan uretritis1.

Sistitis terbagi menjadi sistitis akut dan sistitis kronik. Sistitis akut adalah radang selaput
mukosa kandung kemih (vesika urinaria) yang timbulnya mendadak, biasanya ringan dan
sembuh spontan (self-limited disease) atau berat disertai penyulit ISKA (pielonefritis akut).
Sistitis akut termasuk ISK tipe sederhana (uncomplicated type). Sebaliknya sistitis akut yang
sering kambuh (recurrent urinary tract infection) termasuk ISK tipe berkomplikasi
(complicated type), ISK jenis ini perlu perhatian khusus dalam pengelolaannya6.

18
Sistitis kronik adalah radang kandung kemih yang menyerang berulang-ulang (recurrent
attact of cystitis) dan dapat menyebabkan kelainan-kelainan atau penyulit dari saluran kemih
bagian atas dan ginjal. Sistitis kronik merupakan ISKB tipe berkomplikas, dan memerlukan
pemeriksaan lanjutan untuk mencari faktor predisposisi6.

Sindrom uretra akut (SUA) adalah presentasi klinis sistitis tanpa ditemukan
mikroorganisme (steril), sering dinamakan sistitis abakterialis karena tidak dapat diisolasi
mikroorganisme penyebabnya. Penelitian terkini menunjukkan bahwa SUA disebabkan oleh
MO anaerobik1,6.

Pada pasien ini dilihat dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
diagnosis mengarah pada ISK bagian atas.3 Hasil anamnesis didapatkan pasien ini
mengeluhkan demam dirasakan sejak 3 hari yang lalu. Keluhan disertai nyeri perut
bagian bawah, nyeri dirasakan hilang timbul, nyeri timbul sewaktu-waktu bisa pada saat
tidur ataupun sedang duduk. Nyeri dirasakan menjalar sampai tembus ke bagian
belakang.

Pada saat pemeriksaan fisik dilakukan palpasi abdomen didapatkan nyeri tekan abdomen
regio lumbalis serta ingunal dextra, dan regio suprapubik serta pada perkusi didapatkan
flank tenderness (+) dextra. Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien ini hanya
pemeriksaan darah lengkap didapatkan kadar WBC meningkat yaitu 14,2x103/uL. Pada
pemeriksaan USG ginjal didapatkan kelainan pada Ginjal KananMembesar,Tampak
dilatasi PCS dengan internal echo didalamnya, tampak beberapa echo batu ukuran 2,7
cm Ginjal Kiri Membesar,Tampak dilatasi PCS tampak beberapa echo batu ukuran 2
cm,. Sedangkan pemeriksaan urinalisis dan pemeriksaan biakan urine tidak di lakukan. Hasil
USG tampak Mild Hidronefrosis dextra ec susp. Batu Ureter dan Pyelonephritis akut
dextra. Sehingga dapat ditegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang yang ada bahwa pasien mengalami ISK bagian Atas
(pyelonephritis akut) disertai Hidronefrosis sedang.

Pemeriksaan laboratorium yang penting untuk menegakkan diagnosis ISK adalah


urinalisis dan biakan urin. Pemeriksaan urinalisis dapat ditemukan leukosituria yang
merupakan petunjuk kemungkinan adanya bakteriuria. Dalam keadaan normal, nitrit tidak
terdapat dalam urin, tetapi dapat ditemukan jika nitrat diubah menjadi nitrit oleh bakteri.
Sebagian besar bakteri gram negatif dan beberapa bakteri gram positif dapat mengubah nitrat
menjadi nitrit, sehingga jika uji nitrit positif berarti terdapat kuman dalam urin. Hematuri

19
kadang-kadang dapat menyertai infeksi saluran kemih, tetapi tidak dipakai sebagai indikator
diagnostik. Protein dan darah mempunyai sensitivitas dan spesifitas yang rendah dalam
diagnostik ISK. Menurut kepustakaan pemeriksaan fisik yang bisa didapatkan dari ISK yang
dapat ditemukan berupa demarn, nyeri ketok sudut kostovertebral, nyeri tekan suprasimfisis6.
Selain itu perlu kita ketahui bahwa hidronefrosis merupakan pelebaran pelvis dan kaliks
ginjal, disertai atrofi ginjal dan atrofi parenkim, akibat obstruksi aliran keluar urine.
Hidronefrosis bukan merupakan suatu penyakit, namun merupakan suatu terminologi yang
menjelaskan tentang adanya suatu penyakit yang bisa menyebabkan pelebaran ginjal.
Hidronefrosis bisa terjadi unilateral maupun bilateral. Hidronefrosis unilateral disebabkan
karena kelainan di atas vesika urinaria dan hidronefrosis bilateral diakibatkan oleh kelainan
pada vesika urinaria dan organ di bawahnya7,8.

Hidronefrosis disebabkan adanya obstruksi. Obstruksi dapat terjadi mendadak atau


perlahan, dan dapat terletak di semua tingkat saluran kemih, dari uretra sampai pelvis ginjal.
Penyebab tersering dapat berupa ;

1. Kelainan Kongenital9;

Stenosis Ureteropelvic Junction Duplikasi Ureter

Ureterokel Stenosis Vesicoureter Junction

20
Kista Ginjal

2. Didapat7,8:
- Benda Asing (Kalkulus, papilla nekrotik),
- Tumor (Hipertrofi prostat jinak, karsinoma prostat, tumor kandung kemih (papiloma
dan karsinoma), penyakit keganasan (Limfoma retroperitoneum, karsinoma serviks atau
uterus))
- Peradangan (Prostatitis, ureteritis, uretritis, fibrosis retroperitoneum)
- Neurogenik (Kerusakan medulla spinalis disertai paralisis kandung kemih)
- Kehamilan Normal

Gejala klinis dari hidronefrosis sebenarnya tergantung dari penyebab hidronefrosis itu
sendiri. Sedangkan pada pemeriksaan penunjang berupa USG hidronefrosis akan menunjukan
gambaran yang berbeda berdasarkan gradenya, antara lain2:

- Hidronefrosis Derajat 1. Dilatasi pelvis renalis tanpa dilatasi kaliks. Kaliks


berbentuk blunting alias tumpul.

21
- Hidronefrosis Derajat 2. Dilatasi pelvis renalis dan kaliks mayor. Kaliks  berbentuk
flattening alias mendatar.
- Hidronefrosis Derajat 3. Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor.
Tanpa adanya penipisan korteks. Kaliks  berbentuk clubbing alias menonjol.
- Hidronefrosis Derajat 4.  Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor.
Serta adanya penipisan korteks calices berbentuk ballooning alias menggembung. 

Berdasarkan anamnesis pasien ini menyatakan bahwa pasien tidak memiliki penyakit bawaan
sehingga yang dapat menyebabkan terjadinya hidronefrosis pada pasien ini karena sesuatu
yang didapat. Apabila mengacu pada hasil pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan
darah lengkap didapatkan kadar WBC meningkat yaitu 12,2x103/uL yang menunjukan
bahwa adanya infeksi/peradangan. Sedangkan pada hasil USG pasien ini didapatkan Ginjal
Kanan Membesar,Tampak dilatasi PCS dengan internal echo didalamnya, tampak
beberapa echo batu ukuran 2,7 cm Ginjal Kiri Membesar,Tampak dilatasi PCS tampak
beberapa echo batu ukuran 2 cm. Pada vesika urinaria tidak ada tampak echo batu dan
dinding tidak menebal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hidronefrosis ini hanya bersifat
unilateral yang dapat disebabkan oleh kelainan yang terjadi di atas vesika urinaria (ISK
bagian atas). Dari USG tersebut juga didapatkan bahwa hidronefrosis yang diderita oleh
pasien masih tergolong ringan.

Dalam penanganan dan pengobatan perlu diketahui apakah infeksi terdapat pada traktus
urinarius bagian atas atau hanya pada bagian bawah. Pada ISK atas terdapatnya gejala
demam, sakit pinggang, terdapatnya silinder leukosit di urin, laju endap darah yang
meningkat dan peningkatan kadar C-RP. ISK bagian bawah biasanya lebih ringan, umumnya
tanpa gejala demam, hanya ditandai dengan gejala lokal seperti disuria, polakisuria atau
kencing mengedan. Pada pemeriksaan sedimen urin sering ditemukan leukosit yang
berkelompok. 1,2,3.

Pada pasien ini diberikan terapi IVFD Nacl 0,9 % sebanyak 12 tetes/menit Pada pasien
penyakit ginjal kronik stadium 5 non-dialisis, gangguan keseimbangan kadar natrium dan
klorida yang sering terjadi ialah hiponatremia. cairan ini untuk menjaga terjadinya gangguan
keseimbangan kadar natrium dan klorida yang sering terjadi ialah hiponatremia. Hal ini
sesuai dengan teori bahwa cairan Cairan saline NaCL 0.9 % merupakan cairan kristaloid yang
sering ditemui. Cairan ini mengandung natrium dan clorida. Cairan infus ini digunakan untuk

22
menggantikan cairan tubuh yang hilang, mengoreksi ketidakseimbangan elektrolit, dan
menjaga tubuh agar tetap terhidrasi dengan baik, menghidrasi tubuh, dan sebagai cairan
resusitasi sehingga mencegah terjadinya dehidrasi. selain itu pasien juga tidak mengalami
gangguan hati sehingga aman untuk menggunakan Nacl 0,9% 5,6.

Pada kasus ini tanpa adanya hasil urinalisis ataupun biakan urin dilakukan terapi ISK
yakni pemberian antibiotik. Pada kasus yang digunakan adalah inj.Ceftriaxone dengan dosis
1 gr/24 jam/iv, dimana ceftriaxone merupakan sefalosporin generasi 3 yang biasanya banyak
digunakan untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram positif dan bakteri
gram negatif yang anaerobik. Pemberian antibiotik selanjutnya diberikan berdasarkan hasil
uji kepekaan kuman yang diketahui dari hasil biakan urin. Mendeteksi jika terjadi infeksi
berulang, perlu dilakukan pemeriksaan biakan air kemih secara berkala, dan bila terdapat
infeksi, maka infeksi ini diobati dengan antibiotik yang sesuai10.

Pada kasus ini juga diberikan inj. Furosemid 40mg/12jam/iv merupakan golongan obat
loop diuretic, Furosemide bekerja dengan cara menghalangi penyerapan natrium di dalam sel-
sel tubulus ginjal dan meningkatkan jumlah urine yang dihasilkan oleh tubuh dan mengatasi
penumpukan cairan ditubuh.

Pasien juga diberikan Omeprazole tablet 2 x 1 Omeprazol adalah obat yang tergolong


proton pump inhibitor (PPI) yang bertujuan untuk menangani nyeri epigastrium yang
dirasakan oleh pasien Omeprazole termasuk bentuk obat yang tidak aktif Obat ini diaktifkan
melalui proses protonasi dalam suasana asam di lambung. Bentuk aktif tersebut kemudian
akan secara ireversibel berikatan dengan H+/K+-ATPase dalam sel parietal lambung. Hal ini
akan mengaktifkan sistein pada pompa asam di lambung sehingga terjadi penekanan sekresi
asam lambung, baik basal maupun terstimulasi dan Metabolisme omeprazole terutama
dilakukan oleh enzim hati CYP2C19 Metabolit yang dihasilkan oleh biotransformasi obat di
hepar.

Selain itu pada pasien ini diberikan juga Amlodipin tablet 1 x 1 setiap malam yang
betujuan untuk mengatasi Hipertensi teakanan darah yang melebihi normal dari pasien .
Sesuai dengan teori bahwa amlodipin merupakan obat antihipertensi golongan CCBs yang
bekerja sebagai vasodilator dengan menghambat masuknya ion kalsium pada sel otot polos
vaskuler dan miokard sehingga tahanan perifer turun dan otot relaksasi. Sifat menguntungkan
dari obat antihipertensi golongan CCBs yaitu memiliki efek langsung pada nodus

23
atrioventrikular dan sinoatrial, dapat menurunkan resistensi perifer tanpa penurunan fungsi
jantung yang berarti, dan relatif aman bila dikombinasi dengan β-blocker.12

Pasien ini juga diberikan obat inj.Metronidazole 500mg/12 jam/iv metronidazole


Merupakan jenis antibiotika yang diindikasikan untuk mengobati penyakit akibat infeksi
bakteri basil anaerob gram negatif; Bacteroides fragilis spesies (B. diastonis, B. ovatus, B.
thetaiotaomicron, B. vulgatus), basil anaerob gram positif; Clostridium species dan
Eubacterium species, cocci anaerob gram positif; Peptococcus species, Peptostreptococcus
species, dan bakteri lainnya. Metronidazol dikenal sebagai antibakteri, antiprotozoa dan
radiasisensitizer. Antibakteri dalam mencegah penyebaran agen infeksi atau membunuh agen
infeksi tersebut supaya tidak menyebar. Mekanisme kerjanya yaitu menghambat sintesis
asam nukleat dengan merusak DNA. Sebagai antiprotozoa, metronidazol bekerja dengan
mendestruksi protozoa tersebut.

Kemudian pasien diberikan Antrain Tablet 2 x 1 obat ini merupakan obat golongan
antiinflamasi nonsteroid (OAINS) yang bekerja dengan cara menghambat produksi senyawa
kimia yang bisa menyebabkan peradangan dan rasa nyeri.

Bila tidak ditanggulangi secara serius, ISK dapat menyebabkan komplikasi berupa batu
saluran kemih, hipertensi, ataupun gagal ginjal yang memerlukan hemodialisis atau
transplanstasi ginjal. Karena itu, perlu mengenal ISK sedini mungkin agar dapat ditatalaksana
dengan adekuat untuk menghindari akibat yang lebih buruk.1,5,6

Prognosis pasien dengan pielonefritis akut, pada umumnya baik dengan penyembuhan
100% secara klinik maupun bakteriologi bila terapi antibiotika yang diberikan sesuai. Bila
terdapat faktor predisposisi yang tidak diketahui atau sulit dikoreksi maka 40% pasien PNA
dapat menjadi kronik atau PNK. Pada pasien Pielonefritis kronik (PNK) yang didiagnosis
terlambat dan kedua ginjal telah mengisut, pengobatan konservatif hanya semata-mata untuk
mempertahankan faal jaringan ginjal yang masih utuh. Dialisis dan transplantasi dapat
merupakan pilihan utama.6

24
BAB IV

PENUTUP

Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan
bakteriuria patogen bermakna dengan colony forming units per mL CFU/ ml urin > 105
disertai manifestasi klinik. ISK lebih sering terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki
karena uretra perempuan lebih pendek dibandingkan laki-laki. Adapun faktor predisposisi
ISK antara lain: litiasis, obstruksi saluran kemih, penyakit ginjal polikistik, DM, nefropati
analgesik, senggama, kehamilan, kontrasepsi, dan kateterisasi.

Sebagian besar ISK disebabkan oleh invasi bakteri Escherichia coli secara asending
ke saluran kemih. Patogenesis ISK dipengaruhi oleh patogenisitas bakteri (perlekatan mukosa
dan faktor virulensi), faktor tuan rumah (host) dan bacterial entry.

ISK terbagi menjadi infeksi saluran kemih atas (pielonefritis akut dan pielonefritis
kronik) serta infeksi saluran kemih bawah (sistitis akut, sistitis kronik, sindrom uretra akut,
uretritis, epididimitis). ISK akut belum menimbulkan kelainan struktural atau radiologis
dengan gejala awitan akut seperti demam, nyeri pinggang, nyeri suprapubic, disuria,
polakisuria, stranguria, nokturia. Sedangkan ISK kronik sudah menimbulkan kelainan
struktural atau radiologis dan biasanya kurang bergejala.

Pilihan terapi untuk pasien ISK adalah antibiotik yang sensitif terhadap kuman
patogen penyebab. Penanganan yang dini dan sesuai dapat menghindari komplikasi dan
pasien dapat sembuh sempurna.

Hidronefrosis adalah pembengkakan ginjal yang terjadi sebagai akibat akumulasi urin
di saluran kemih bagian atas. Hal ini biasanya disebabkan adanya penyumbatan (obstruksi) di
suatu tempat di sepanjang saluran kemih. Obstruksi dapat terjadi mendadak atau perlahan,
dan dapat terletak di semua tingkat saluran kemih, dari uretra sampai pelvis ginjal.

Penyebab tersering adalah kelainan kongenital dan yang didapat. Gejala klinisnya
dapat berupa rasa sakit di panggul dan punggung, disuria, menggigil, demam, nyeri tekan,
piuria, dan hematuria.

25
Penatalaksanaan yang dilakukan sesuai dengan penyebabnya dan dapat dilakukan
pieloplasty atau jika ginjal telah jatuh dalam keadaan yang buruk maka dilakukan nefrektomi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sukandar, E. Infeksi Saluran Kemih. In Sudoyo A.W, et all.ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II Edisi V. Jakarta: Internal Publishing. 2009:1008-1014.
2. Anonim. Urinary Tract Infections (Acute Urinary Tract Infection: Urethritis, Cystitis,
and Pyelonephritis). In Kasper, et all ed. Harrison’s Manual of Medicine16th Edition.
Newyork: Mc Graw Hill Medical Publishing Division. 2005:724
3. Nguyen, H.T. Bacterial Infections of The Genitourinary Tract. In Tanagho E. &
McAninch J.W. ed. Smith’s General urology 17th edition. Newyork: Mc Graw Hill
Medical Publishing Division. 2008: 193-195
4. Ito H, Kotake T, Nomura K.2016. Effect Of Ethyl Icosapentate On Urinary Calcium
Excretion In Calcium Oxalate Stone Formers.Journal Urol Int. 54 : 208 – 213.
5. Bolton DM, Stoller ML. 2017.Urinary Stone Disease. In: McAninch JW.Tanagho
EA.General Urology. Ed 14. USA: Appleton and Lange.
6. Sukandar, E. Infeksi (non spesifik dan spesifik) Saluran Kemih dan Ginjal. In Sukandar
E. Nefrologi Klinik Edisi III. Bandung: Pusat Informasi Ilmiah (PII) Bagian Ilmu
Penyakit Dalam FK UNPAD. 2006: 29-72
7. Robbins & Kumar. 2008. Buku Ajar Patologi. Jakarta : EGC.
8. Emil Tanagho, Jack McAninch. 2004. Smith General Urology 6th. Singapore :
McGraw-Hill.
9. Purnomo, Basuki. 2009. Dasar-Dasar Urologi Edisi Kedua. Jakarta : Sagung Seto.
10. Hooton TM, et al. Diagnosis and treatment of uncomplicated urinary tract infection.
Infect Dis Clin North Am, 1997. 11(3): p. 551-81.
11. MIMS Indonesia (2020). Ketorolac.
https://www.mims.com/indonesia/drug/info/ketorolac?mtype=generic
12. Amlodipin Dosage & Drug information. MIMS.com Indonesia.
https://www.mims.com/indonesia/drug/info/transamin

26

Anda mungkin juga menyukai