Anda di halaman 1dari 41

Laboratorium Obstetri dan Ginekologi Laporan Kasus

Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman

KANKER SERVIKS

Disusun Oleh :
Ulfah Wisdayanti 1710029019

Pembimbing :
dr. Hj. Alfiani Rachmiputeri, Sp.OG (KFER)

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik Pada Laboratorium


Obstetri dan Ginekologi
Program Studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmatNya


penyusun dapat menyelesaikan Makalah Laporan Kasus tentang “Kanker
Serviks”. Makalah ini disusun dalam rangka tugas kepaniteraan klinik di
Laboratorium Obstertri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum Daerah Abdul
Wahab Sjahranie Samarinda.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dr. Hj. Alfiani
Rachmiputeri, Sp.OG (KFER), selaku dosen pembimbing Laporan Kasus yang
telah memberikan bimbingan kepada penyusun dalam penyelesaian makalah ini.
Penyusun menyadari terdapat ketidaksempurnaan dalam makalah ini, sehingga
penyusun mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnaan. Akhir kata,
semoga makalah ini berguna bagi penyusun sendiri dan para pembaca.

Samarinda, Maret 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ 1


DAFTAR ISI ....................................................................................................... 2
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 3
1.2 Tujuan ........................................................................................................... 4
1.3 Manfaat ......................................................................................................... 4
BAB 2 LAPORAN KASUS ............................................................................... 5
BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 13
3.1 Definisi ........................................................................................................... 13
3.2 Epidemiologi ................................................................................................. 15
3.3 Etiologi ........................................................................................................... 16
3.4 Patologi ......................................................................................................... 22
3.5 Manifestasi Klinis ......................................................................................... 24
3.6 Stadium Klinik .............................................................................................. 25
3.7 Diagnosis ....................................................................................................... 27
3.8 Penatalaksanaan ............................................................................................ 30
3.9 Prognosis ....................................................................................................... 33
BAB 4 PEMBAHASAN ..................................................................................... 34
BAB 5 PENUTUP ............................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 39

2
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker adalah penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan
tubuh yang tidak normal dan dapat menyerang berbagai jaringan di dalam organ
tubuh, termasuk organ reproduksi perempuan yang terdiri dari payudara, uterus,
ovarium, dan vagina. Menurut World Health Organization (WHO), kanker
merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas di dunia, dengan
perkiraan 14 juta kasus baru pada tahun 2012. Kanker merupakan penyakit yang
serius, dimana ia merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia, dengan
jumlah 8,8 juta kasus kematian pada tahun 2015. Secara global, 1 dari 6 kematian
disebabkan oleh kanker.1
Salah satu kanker yang menyebabkan kesakitan dan kematian pada
perempuan adalah kanker serviks. Angka kejadian dan angka kematian akibat
kanker serviks di dunia menempati urutan kedua setelah kanker payudara,
termasuk di Indonesia. Menurut WHO, pada tahun 2012 diperkirakan ada 445.000
kasus baru kanker serviks dan lebih dari 270.000 kematian akibat kanker serviks
di seluruh dunia.2 Di Indonesia, diperkirakan insidensi kasus baru kanker serviks
adalah sekitar 20.928 kasus pertahunnya, dan menyebabkan hingga 9.498
kematian.3
Di Indonesia kanker serviks menduduki urutan kedua dari 10 kanker
terbanyak berdasar data dari Patologi Anatomi tahun 2010 dengan insidens
sebesar 12,7%. Menurut perkiraan Departemen Kesehatan RI saat ini, jumlah
wanita penderita baru kanker serviks berkisar 90-100 kasus per 100.000 penduduk
dan setiap tahun terjadi 40 ribu kasus kanker serviks.16
Penyebab kanker serviks belum diketahui secara pasti. Beberapa faktor
ekstrinsik mempunyai hubungan erat dengan kejadiannya, diantaranya adalah
jarang ditemukan pada perawan, insiden tinggi pada wanita yang telah menikah,
terutama pada gadis yang koitus pertama dialami pada usia amat muda (kurang
dari 16 tahun), insidensi meningkat dengan tingginya paritas, apalagi apabila jarak
persalinan amat dekat, sosio-ekonomi rendah, hygiene seksual yang jelek,
aktivitas seksual yang sering berganti-ganti pasangan (promiskuitas), jarang

3
ditemukan pada pasangan suami yang disunat (sirkumsisi), sering ditemukan pada
wanita yang mengalami infeksi HPV (human papilloma virus) tipe 16 dan 18 dan
kebiasaan merokok.4
Beberapa gejala yang ditimbulkan pada kanker serviks antara lain adalah
perdarahan melalui vagina, misalnya setelah melakukan koitus (pasca senggama),
atau perdarahan menstruasi yang lebih banyak dan lebih sering, ataupun timbul
perdarahan diantara siklus menstruasi. Selain itu terdapat pula gejala keputihan,
terjadi perdarahan pervaginam meskipun telah memasuki masa menopause dan
timbul nyeri panggul (pelvis).4 Gejala kanker serviks yang banyak terjadi adalah
perdarahan pervaginam abnormal (44,8%), selanjutnya diikuti dengan keputihan
(23,8%) dan nyeri panggul (15,2%).5

1.2 Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Mengetahui tentang kanker serviks dan perbandingan antara teori dengan
kasus nyata kanker serviks.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui teori tentang kanker serviks yang mencakup definisi,
epidemiologi, etiologi, klasifikasi, tanda dan gejala, diagnosis,
penatalaksanaan, komplikasi, dan prognosis.
2. Mengetahui perbandingan antara teori dengan kasus nyata kanker serviks
yang terjadi di Ruang Mawar Nifas RSUD Abdul Wahab Syahranie.

1.3 Manfaat
1.3.1. Manfaat Ilmiah
Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang kedokteran
terutama bidang Obstetri dan Ginekologi, khususnya tentang kanker serviks.
1.3.2. Manfaat bagi Pembaca
Makalah ini diharapkan menjadi sumber pengetahuan bagi pembaca
mengenai kanker serviks.

4
BAB 2
LAPORAN KASUS

2.1 Anamnesa
a) Identitas Pasien
Nama : Ny. F
Usia : 43 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMU
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jalan P. Antasari Samarinda
Masuk Rumah Sakit pada tanggal 29 januari 2019, pukul 17.00 WITA

b) Identitas Suami
Nama : Tn. R
Usia : 49 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jalan P. Antasari Samarinda

c) Keluhan Utama:
Rencana kemoterapi lanjutan

d) Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke Poli Kebidanan dan Kandungan RSUD Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda untuk rencana kemoterapi neoadjuvant lanjutan ke 3
dengan diagnosis ca serviks stadium I B2. Pasien direncanakan kemoterapi
neoadjuvant sebanyak 3 kali. Bulan Desember 2018 pasien pertama kali ke
RSUD AWS Samarinda dirujuk oleh RS Swasta Samarinda dengan diagnosis

5
ca serviks stadium II A dengan hasil PA terlampir dan dirujuk untuk
penanganan onkologi. Sebelumnya, pasien mengeluhkan keluar darah dari
vagina sejak 7 bulan SMRS. Darah yang keluar diluar siklus haid, berwarna
merah segar. Banyaknya perdarahan sekitar 2-3 pembalut biasa penuh per
hari. Perdarahan tersebut kadang disertai lendir. Perdarahan terutama keluar
setelah berhubungan suami istri. Selain itu, pasien juga mengeluhkan nyeri
tajam pada perut yang hilang timbul sejak 2 minggu SMRS. Nyeri dirasakan
berkurang bila pasien istirahat. Pasien juga mengeluhkan keputihan yang
berbau, gatal, berwarna kekuningan. Pasien juga mengeluhkan mual dan
muntah serta pusing. Pasien mengaku haid pasien tidak teratur sejak 7 bulan
yang lalu. Keluhan lain seperti nyeri pinggang, gangguan BAK dan BAB
disangkal. Pasien mengaku tidak pernah melakukan pemeriksaan serviks
seperti pemeriksaan papsmear.

e) Riwayat Penyakit Dahulu


Keluhan serupa (-), Hipertensi (-), DM (-), Alergi (-), Asma (-), Riwayat
Operasi (-)

f) Riwayat Penyakit Keluarga


Keluhan serupa (-), Riwayat tumor (-), Hipertensi (-), DM (-), Alergi (-),
Asma (-)

g) Riwayat Pernikahan
Pasien 1 kali menikah, pertama kali menikah pada usia 24 tahun dan lama
pernikahan dengan suami sekarang 16 tahun.

h) Riwayat Kontrasepsi
Pasien menggunakan KB suntik 3 bulan selama 3 tahun, tahun 2008-2011

i) Riwayat Menstruasi
Umur Menarche : 15 tahun
Lama : 10 hari

6
Banyak darah : 3 kali ganti pembalut dalam sehari
Sakit waktu menstruasi : dalam batas normal
Siklus menstruasi : tidak teratur sejak 7 bulan lalu
HPHT : November 2018

j) Riwayat Obstetri
No. Tahun Tempat Usia Jenis Penolong JK/BB Keadaan
Kehamilan Persalinan Lahir
1. 1994 Klinik Aterm Spontan Bidan L/3.800 Hidup
pervaginam gr
2. 1997 Klinik Aterm Spontan Bidan P/3.800 Hidup
pervaginam gr
3. 2004 Klinik Aterm Spontan Bidan P/3.300 Hidup
pervaginam gr
4. 2007 Klinik Aterm Spontan Bidan P/3.000 Hidup
pervaginam gr

2.2 Pemeriksaan Fisik


a) Keadaan umum : Tampak sakit sedang
b) Kesadaran : Compos mentis (GCS E4V5M6)
c) Berat badan : 78 kg
d) Tinggi badan : 158 cm
e) Tanda vital
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Frekuensi nadi : 81 kali/menit
Frekuensi nafas : 20 kali/menit
Suhu : 36 0C
f) Status generalisata
- Kepala / leher : Normocephal, konjungtiva anemis (-/-), sklera
ikterik (-), pembesaran KGB (-), pembesaran thyroid (-)
- Thorax Pulmo
Inspeksi : Bentuk dan pergerakan dinding dada simetris
dekstra=sinistra, retraksi (-/-)
7
Palpasi : Fremitus raba dextra=sinistra
Perkusi : Sonor di seluruh lapangan paru
Auskultasi : Vesikular (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
- Thorax Cor
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas kanan ICS II parasternal line dextra
Batas kiri ICS V midclavicular line sinistra
Auskultasi : S1 S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)
- Abdomen
Pada status ginekologi
- Ekstremitas
Atas : Akral hangat, edema (-/-), CRT < 2 detik
Bawah : Akral hangat, edema (-/-), CRT < 2 detik

g) Status Ginekologi
Inspeksi : Tidak tampak massa abdomen, tidak ada bekas
operasi.
Palpasi : Nyeri tekan suprapubik (+)
Inspekulo : Tidak dilakukan
Vaginal Toucher : Ostium uteri eksterna tertutup, portio teraba kaku,
tidak rata dan kasar, teraba massa yang terbatas pada
porsio, konsistensi kenyal, berdungkul-dungkul,
ukuran massa berukuran sekitar 5 cm di arah jam 8,
cavum douglas tidak menonjol. Nyeri tekan porsio
(+). Uterus tidak teraba. Adneksa parametrium kanan
dan kiri tidak teraba.
Handscoen: flek darah (+), lendir (+)

8
2.3 Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
 Darah Lengkap (29 Januari 2019)

Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan

Leukosit 4.220 4.800-10.800/μL

Eritrosit 3.350.000 4.200.000 – 5.400.000/μL

Hematokrit 29,6 37,0%-54,0%

Trombosit 220.000 150.000-450.000/μL

Hemoglobin 10,1 12.0-16.0 gr/dL

 Kimia Klinik (24 Januari 2019)

Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan

Creatinin 0.7 0,5-1,1 mg/dL

Ureum 20.1 19.3-49.2 mg/dL

Glukosa Sewaktu 88 70-100 mg/dL

 Urinalisa (24 Januari 2019)

Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan

Berat Jenis 1.003 1.003-1.300

Warna Kuning Kuning

Kejernihan Jernih Jernih

Sel Epitel + Sedikit

pH 5,0 4,8-7,8

Ketone - -

Protein - -

Urobilinogen - -

9
2. Biopsi Serviks (4 Desember 2018)
Makroskopis : Diterima jaringan tak teratur 1gr warna putih coklat rapuh
Mikroskopis : Potongan-potongan jaringan dilapisi dan mengandung sel-
sel ganas epithelial proliferative dengan sedikit stroma
fibrovaskular dan perdarahan
Kesimpulan : Non Keratinizing Epidermoid Carcinoma Cervix, Invasive

3. Foto Thorax (10 Desember 2018)


Cor dan pulmo tak tampak kelainan, tak tampak pulmonal metastase

4. Echocardiography (19 Desember 2018)


Normal echocardiography

2.4 Diagnosis
Ca serviks stadium I B2

2.5 Penatalaksanaan
 Pro Kemoterapi Neoadjuvant Carboplatin-Paclitaxel ke 3

2.6 Follow Up
WAKTU FOLLOW UP
29/01/2019 Menerima pasien dari poliklinik dengan Ca serviks stadium I B2
17.30 WITA pro kemoterapi ke 3
MAWAR S : tidak ada keluhan, perdarahan berkurang, nyeri perut
berkurang
O : KU tampak baik, kesadaran compos mentis
TD : 110/70 mmHg N : 78 x/menit
RR : 20 x/menit T : 36,2°C
A : Ca serviks Stadium I B2
P : Pro kemoterapi neoadjuvant carboplatin-paclitaxel ke 3
Tunggu resep kemoterapi dan jadwal kemoterapi

10
30/01/2019 S : tidak ada keluhan, perdarahan berkurang, nyeri perut
07.00 WITA berkurang
MAWAR O : KU tampak baik, kesadaran compos mentis
TD : 120/80 mmHg N : 85 x/menit
RR : 18 x/menit T : 36,4°C
A : Ca serviks Stadium I B2
P : Pro kemoterapi neoadjuvant carboplatin-paclitaxel ke 3
30/01/2019 S : tidak ada keluhan, perdarahan berkurang, nyeri perut
15.00 WITA berkurang
MAWAR O : KU tampak baik, kesadaran compos mentis
TD : 120/70 mmHg N : 88 x/menit
RR : 18 x/menit T : 36,4°C
A : Ca serviks Stadium I B2
P : Pro kemoterapi neoadjuvant carboplatin-paclitaxel ke 3
Rencana kemoterapi besok (31/01/2019)
Dipasang IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
31/01/2019 S : tidak ada keluhan, perdarahan berkurang, nyeri perut (-)
09:15 O : KU tampak baik, kesadaran compos mentis
MAWAR TD: 110/80 mmHg N : 83 x/menit
RR: 20 x/menit T : 36,3°C
A : Ca serviks Stadium I B2
P : Pro kemoterapi neoadjuvant carboplatin-paclitaxel ke 3
Hari ini pasien diantar ke ruang kemoterapi
31/01/2019 s/d Pasien menjalani kemoterapi carboplatin pacticel ke 3 di ruang
01/02/2019 kemoterapi selama 1 hari
KEMOTERAPI
01/02/2019 Pasien kembali dari ruang kemoterapi ke ruang Mawar
08.30 WITA S : nyeri seluruh tubuh, lemas, mual (+), muntah (-)
MAWAR O : KU sedang, kesadaran compos mentis
TD : 130/80 mmHg N : 88 x/menit
RR : 20 x/menit T : 36,5°C
A : Ca serviks Stadium I B2 + post kemoterapi neoadjuvant
carboplatin-paclitaxel ke 3

11
P : Observasi KU dan tanda-tanda vital
Pasien rencana pulang setelah visite dr. Sp.OG
01/02/2019 S : nyeri seluruh tubuh, lemas, mual (+), muntah (-)
10:00 WITA O : KU sedang, kesadaran compos mentis
MAWAR TD : 120/70 mmHg N : 90 x/menit
RR : 20 x/menit T : 36,7°C
A : Ca serviks Stadium I B2 + post kemoterapi neoadjuvant
carboplatin-paclitaxel ke 3
P : Observasi KU dan tanda-tanda vital
dr. Sp.OG melakukan visite :

- KIE pasien dan keluarga bahwa keluhan adalah efek


samping dari kemoterapi
- Pasien boleh pulang. Resep pulang :
Ondansentron 2 x 8 mg tab (p.o.)
Neurobion 5000 1 x 1 tab (p.o.)
Biosanbe 1 x 1 tab (p.o.)
Paracetamol 500 1 x 3 tab (p.o.)

Pasien diberikan surat kontrol dan dianjurkan kontrol lagi ke


Poliklinik Kebidanan dan Kandungan tanggal 11/02/2019

12
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi
Kanker serviks (karsinoma serviks) adalah tumbuhnya sel-sel abnormal
yang terjadi pada daerah serviks uterus, suatu daerah pada organ reproduksi
wanita yang merupakan pintu masuk kearah rahim yang terletak antara rahim
(uterus) dan liang senggama (vagina), dan merupakan kanker primer yang berasal
dari serviks (kanalis servikalis dan atau porsio).6

Gambar 3.1 Genitalia Interna Wanita

Secara histologi, permukaan serviks dilapisi oleh epitel kolumnar pada


bagian proksimal dan epitel pipih tanpa keratin pada bagian distal. Zona
transformasi antara kedua jenis epitel tersebut disebut dengan zona
squamocolumnar junction (SCJ) dan merupakan daerah terbanyak kanker serviks
dan lesi prekursornya berasal.6
Sebagian besar kanker serviks (80-90%) adalah kanker sel skuamosa,
sedangkan 10-20% adalah adenokarsinoma. Selain itu, terdapat jenis histologi sel
kanker serviks yang lain yaitu yang berjenis sel kecil atau small cell. Gambaran

13
histologi small cell jarang ditemukan, namun sifatnya lebih progresif dan
potensial untuk menimbulkan metastase meski dalam stadium awal bila
dibandingkan dengan jenis histologi sel kanker serviks yang lain. Prognosisnya
pun sangat buruk dengan angka harapan hidup selama 5 tahun pada stadium awal
sebesar 31,6% - 36,4%, sedangkan untuk stadium lanjut sebesar 0% - 14%.4,7,8,9

3.2 Epidemiologi
Kanker serviks adalah penyebab paling umum kedua dari kematian terkait
kanker pada wanita di negara berkembang. Di seluruh dunia kanker servik
meyebabkan 275.000 wanita meninggal pertahunya.15 Di Amerika Serikat, angka
kejadian kanker serviks invasif telah menurun selama beberapa dekade terakhir,
terkait dengan penggunaan metode skrining memakai tes Pap (Pap smear).2,7
Secara internasional, lebih dari 500.000 kasus baru didiagnosis setiap tahun;
dimana prevalensinya sangat bervariasi, mulai dari insiden tahunan 4.5 kasus per
100.000 di Asia Barat menjadi 34,5 per 100.000 wanita di Afrika Timur.7
Menurut WHO, pada tahun 2012 diperkirakan ada 445.000 kasus baru kanker
serviks dan lebih dari 270.000 kematian akibat kanker serviks di seluruh dunia.2
Di Indonesia, diperkirakan insidensi kasus baru kanker serviks adalah sekitar
20.928 kasus pertahunnya, dan menyebabkan hingga 9.498 kematian.3
Pada tahun 2010 estimasi jumlah insiden kanker serviks adalah 454.000
kasus. Data ini didapatkan dari registrasi kanker berdasarkan populasi, registrasi
data vital, dan data otopsi verbal dari 187 negara dari tahun 1980 sampai 2010.
Per tahun insiden dari kanker serviks meningkat 3.1% dari 378.000 kasus pada
tahun 1980. Ditemukan sekitar 200.000 kematian terkait kanker serviks, dan
46.000 diantaranya adalah wanita usia 15-49 tahun yang hidup di negara sedang
berkembang.17
Berdasarkan GLOBOCAN 2012 kanker serviks menduduki urutan ke-7
secara global dalam segi angka kejadian (urutan ke urutan ke- 6 di negara kurang
berkembang) dan urutan ke-8 sebagai penyebab kematian (menyumbangkan 3,2%
mortalitas, sama dengan angka mortalitas akibat leukemia). Kanker serviks
menduduki urutan tertinggi di negara berkembang, dan urutan ke 10 pada negara
maju atau urutan ke 5 secara global.18

14
Di Indonesia kanker serviks menduduki urutan kedua dari 10 kanker
terbanyak berdasar data dari Patologi Anatomi tahun 2010 dengan insidens
sebesar 12,7%. Menurut perkiraan Departemen Kesehatan RI saat ini, jumlah
wanita penderita baru kanker serviks berkisar 90-100 kasus per 100.000 penduduk
dan setiap tahun terjadi 40 ribu kasus kanker serviks.16
Kejadian kanker serviks akan sangat mempengaruhi hidup dari
penderitanya dan keluarganya serta juga akan sangat mempengaruhi sektor
pembiayaan kesehatan oleh pemerintah. Oleh sebab itu peningkatan upaya
penanganan kanker serviks, terutama dalam bidang pencegahan dan deteksi dini
sangat diperlukan oleh setiap pihak yang terlibat.16
Surveilans Centers for Disease Control and Prevention (CDC) untuk
kanker yang terdeteksi melalui skrining (kolon dan rektum, payudara, dan serviks)
di Amerika Serikat dari tahun 2004 hingga 2006 melaporkan bahwa kejadian
kanker serviks stadium akhir paling tinggi di antara wanita berusia 50-79 tahun.
Namun, kanker serviks dapat didiagnosis pada wanita usia subur. Prevalensi
adenokarsinoma serviks telah meningkat pada wanita di bawah usia 40 tahun.
Kasus-kasus ini lebih sulit dideteksi dengan skrining tes Pap, dan survival rate-
nya rendah karena kasus cenderung terdeteksi pada tahap akhir. Selain itu, jenis
HPV yang menyebabkan adenokarsinoma berbeda dengan jenis yang
menyebabkan karsinoma skuamosa. HPV 16 merupakan karsinogen yang lebih
kuat daripada jenis HPV lainnya, dan ditemukan lebih sering pada wanita muda
daripada yang lebih tua.7

3.3 Etiologi
Penyebab terjadinya kanker serviks belum diketahui, tetapi terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kanker ini, sebagai berikut:
3.3.1 Usia
Kanker serviks terjadi mulai dari dekade kedua kehidupan. Setengah dari
perempuan didiagnosis dengan penyakit ini adalah antara 35 - 55 tahun dan jarang
mempengaruhi perempuan di bawah usia 20 tahun. Usia lebih dari 35 tahun
mempunyai risiko tinggi terhadap kanker serviks. Semakin tua usia seseorang,
maka semakin meningkat risiko terjadinya kanker laher rahim. Meningkatnya
risiko kanker serviks pada usia lanjut merupakan gabungan dari meningkatnya
15
dan bertambah lamanya waktu pemaparan terhadap karsinogen serta makin
melemahnya sistem kekebalan tubuh akibat usia.4,8,9
3.3.2 Usia pertama menikah
Usia pertama kali menikah atau berhubungan seksual merupakan salah satu
faktor yang cukup penting, karena terjadinya kanker serviks dengan masa latennya
memerlukan waktu 30 tahun sejak melakukan hubungan seksual pertama,
sehingga hubungan seksual pertama dianggap awal dari mula proses munculnya
kanker serviks. Wanita yang menikah dibawah usia 16 tahun biasanya 10-12 kali
lebih besar kemungkinan terjadinya kanker serviks daripada yang menikah setelah
berusia 20 tahun ke atas.4,8,9
Hubungan seks idealnya dilakukan setelah seorang wanita benar-benar
matang. Ukuran kematangan bukan hanya dilihat dari sudah menstruasi atau
belum. Kematangan juga bergantung pada sel-sel mukosa yang terdapat di selaput
kulit bagian dalam rongga tubuh. Umumnya sel-sel mukosa baru matang setelah
wanita berusia 20 tahun ke atas. Hal ini berkaitan dengan kematangan sel-sel
mukosa pada serviks. Pada usia muda, sel-sel mukosa pada serviks belum matang
dan terjadi proses metaplasia skuamosa yang aktif yang terjadi di dalam zona
transformasi. Artinya, masih rentan terhadap rangsangan sehingga tidak siap
menerima rangsangan dari luar. Termasuk zat-zat kimia yang dibawa sperma
ataupun bahan karsinogenik.4,8,9
Metaplasia skuamosa merupakan suatu proses fisiologi, tetapi di bawah
pengaruh karsinogen, perubahan sel dapat terjadi sehingga mengakibatkan suatu
zona transformasi yang tidak patologik. Perubahan ini menginisiasi suatu proses
neoplasia intraepitel serviks (Cervic Intraepithel Neoplasma = CIN) yang
merupakan fase prainvasif dari kanker serviks.10,11
3.3.3 Paritas
Kanker serviks dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin sering
partus semakin besar kemungkinan risiko mendapat kanker serviks. Pada
beberapa penelitian dengan metode case control didapatkan bahwa wanita yang 3
atau 4 kali partus memiliki 2,6 kali risiko untuk terkena kanker serviks, sedangkan
wanita yang melahirkan lebih dari 7 memiliki risiko sebesar 3,8 kali.8,9

16
Alasan fisiologi adanya hubungan antara paritas dan kanker serviks sampai
saat ini belum jelas, namun kemungkinan faktor hormonal pada saat kehamilan
yang membuat wanita lebih peka terhadap infeksi HPV (human papilloma virus)
dan trauma serviks pada saat melahirkan diduga sebagai alasannya.8,9
3.3.4 Kontrasepsi yang pernah digunakan
Penggunaan kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka lama yaitu lebih
dari 4 tahun dapat meningkatkan risiko kanker serviks 1,5-2,5 kali. Kontrasepsi
oral mungkin dapat meningkatkan risiko kanker serviks karena jaringan serviks
merupakan salah satu sasaran yang disukai oleh hormon steroid perempuan.8,9
3.3.5 Berganti-ganti pasangan seksual
Kebiasaan berganti-ganti pasangan akan memungkinkan tertularnya
penyakit kelamin, salah satunya HPV. Risiko terjadinya kanker serviks meningkat
lebih dari 10 kali bila mitra seks 6 atau lebih.4,8,9
3.3.6 Penyakit menular seksual (PMS)
Penyakit menular seksual merupakan penyakit yang ditularkan melalui
hubungan seksual. Penyakit ini dapat disebabkan oleh bakteri maupun virus,
diantaranya adalah HPV (human papilloma virus), HSV (herpes simplek virus),
HIV (human immunodeficiency virus) dan Klamidia. Pada proses karsinogenesis
asam nukleat virus tersebut dapat bersatu ke dalam gen DNA sel pejamu sehingga
menyebabkan terjadinya mutasi sel.4,8,9
1. HPV (human papilloma virus)
Wanita yang terkena penyakit akibat hubungan seksual berisiko terkena
virus HPV, karena virus HPV diduga sebagai penyebab utama terjadinya kanker
serviks sehingga wanita yang mempunyai riwayat penyakit kelamin berisiko
terkena kanker serviks.4,9
Saat ini terdapat 138 jenis HPV yang sudah dapat teridentifikasi yang 40 di
antaranya dapat ditularkan lewat hubungan seksual. Beberapa tipe HPV
merupakan virus risiko rendah yang jarang menimbulkan kanker, sedangkan tipe
yang lain bersifat virus risiko tinggi. Baik tipe risiko tinggi maupun tipe risiko
rendah dapat menyebabkan pertumbuhan abnormal pada sel tetapi pada umumnya
hanya HPV tipe risiko tinggi yang dapat memicu kanker. Virus HPV risiko tinggi
yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual adalah tipe 16, 18, 31, 33, 35, 39,

17
45, 51, 52, 56, 58, 59, 68, 69, dan mungkin masih terdapat beberapa tipe yang
lain. Beberapa penelitian mengemukakan bahwa lebih dari 90% kanker serviks
disebabkan oleh tipe 16 dan 18. Dari kedua tipe ini HPV 16 sendiri menyebabkan
lebih dari 50% kanker serviks. Dari berbagai penelitian terdapat tiga golongan
HPV yang berhubungan dengan kanker serviks, yaitu: HPV risiko rendah (HPV
tipe 6, 11 dan jarang tipe 46 pada kanker invasif), HPV risiko sedang (HPV tipe
33, 35, 40, 43, 51, 56, dan 58) dan HPV risiko tinggi (HPV tipe 16, 18, dan 31).9
Human Papilloma Virus merupakan faktor inisiator kanker serviks. Secara
seluler, mekanisme terjadinya kanker serviks berkaitan dengan siklus sel yang
diekspresikan oleh HPV. Genom virus ini terdiri dari the early region (E) yang
mengkode protein dan berperan pada replikasi genom, sedangkan the late region
(L) berisi gen-L yang mengkode protein kapsid.9,10,12
Protein utama yang terkait dengan karsinogen adalah E6 dan E7. Protein E6
(oncoprotein) mempunyai peran dalam proliferasi sel yang dihubungkan dengan
keberadaan tumor suppressor gene p53. Protein E7 (oncoprotein) mempunyai
peran dalam proliferasi sel yang dihubungkan dengan keberadaan tumor
suppressor gene pRb. Protein E7 akan mengikat gen Rb. Gen p53 adalah gen yang
mengkode phosphoprotein inti sel dan bertindak sebagai negatif regulator dalam
siklus sel, sehingga dikelompokkan dalam gen-gen penekan tumor. Gen Rb adalah
gen yang ditemukan bertanggung jawab pada tumor retina mata (retinoblastoma)
dan merupakan prototipe dari gen-gen penekan tumor.9,10,12
Bentuk genom HPV sirkuler jika terintegrasi akan menjadi linier dan
terpotong di antara gen E2 dan E1. Integrasi antara genom HPV dan DNA
manusia menyebabkan gen E2 tidak berfungsi, jika E2 tidak berfungsi akan
merangsang E6 dan E7 berikatan dengan gen p53 dan pRb. Protein E6 dari HPV
16 and 18 akan mengakibatkan inaktivasi gen p53 melalui mekanisme pengikatan
yang disebut ubiquitin-dependent proteolytic pathway (E6AP), sehingga akan
terjadi penurunan kadar protein p53 (wild type). Protein E7 (oncoprotein) akan
mengikat gen pRb, sehingga akan berakibat sama seperti pada protein p53. Ikatan
E7 dengan pRb tersebut menyebabkan tidak terikatnya gen E2F (faktor
transkripsi) oleh protein-pRb, sehingga gen E2F menjadi aktif dan akan
membantu c-myc untuk terjadinya replikasi DNA dan menstimuli proliferasi sel.

18
Siklus sel yang tidak terkontrol menyebabkan proliferasi sel melebihi batas
normal sehingga berubah menjadi sel karsinoma.9,10,12

Gambar 3.2 Perjalanan Infeksi HPV menjadi Kanker Serviks 13

Prevalensi puncak infeksi HPV dimulai pada usia sekitar 20 tahun, yaitu
setelah wanita memulai aktivitas seksualnya. Kemudian menjadi kondisi pre-
kanker setelah 10 tahun kemudian dan mencapai fase invasif pada usia 40-50
tahun.13
2. HIV (human immunodeficiency virus)
HIV merupakan virus penyebab AIDS (acquired immue odeficiency
syndrome) yang merusak system kekebalan tubuh dan pada wanita meningkatkan
risiko terjadinya infeksi HPV. Dengan kata lain, wanita yang terkena AIDS akan
meningkatkan risiko kanker serviks. Sistem imun berfungsi penting dalam
menghancurkan sel kanker dan memperlambat pertumbuhan dan penyebarannya.
19
Pada wanita dengan HIV, pre kanker serviks lebih cepat berkembang menjadi
kanker invasif dibanding wanita non HIV.4,6
3. Klamidia
Klamidia merupakan bakteri yang dapat menginfeksi sistem reproduksi.
Bakteri ini dapat menyebar melalui kontak seksual. Infeksi Klamidia dapat
menyebabkan terjadinya infeksi pelvis yang mengakibatkan infertil. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa wanita yang pernah dan baru terinfeksi Klamidia
berdasarkan pemeriksaan tes darah memiliki risiko yang tinggi terhadap kanker
serviks. Infeksi Klamidia sering tidak menyebabkan gejala apapun, sehingga
wanita tidak tahu jika telah terinfeksi bakteri tersebut.6
3.3.7 Pasangan suami yang tidak sirkumsisi
Beberapa penelitian mengatakan bahwa pria yang sudah disirkumsisi akan
menurunkan risiko terjadinya infeksi HIV, HSV-2 dan HPV, selain itu juga
menurunkan risiko terjadinya trikomoniasis dan vaginosis bakterial pada pasangan
wanitanya.4,11
Sirkumsisi merupakan tindakan memotong atau menghilangkan sebagian atau
seluruh kulit penutup depan dari penis (preputium). Pria yang belum disirkumsisi,
ketika melakukan hubungan seksual akan mengakibatkan terjadinya retraksi
preputium sehingga paparan mukosanya mengenai langsung vagina ataupun
cairan serviks. Padahal rongga pada preputium kondisinya lembab, sehingga
menjadi tempat yang baik bagi pertumbuhan HPV dan HSV-2, sehingga
meningkatkan risiko terjadinya infeksi.11
3.3.8 Merokok
Tembakau mengandung bahan-bahan karsinogenik baik yang dihisap sebagai
rokok/sigaret atau dikunyah. Asap rokok menghasilkan polycyclic aromatic
hydrocarbon heterocyclic nitrosamines. Pada wanita perokok, konsentrasi nikotin
pada getah serviks 56 kali lebih tinggi dibandingkan di dalam serum. Efek
langsung bahan-bahan tersebut pada serviks adalah menurunkan status imun lokal
sehingga dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus. Risiko wanita perokok terkena
4-13 kali lebih besar dibandingkan wanita bukan perokok.8,9.

20
3.4 Patologi Kanker Serviks
Epitel serviks terdiri dari 2 jenis, yaitu epitel skuamosa dan epitel kolumnar,
kedua epitel tersebut dibatasi oleh squamocolumnar junction (SCJ). Yang
letaknya tergantung pada umur, aktivitas seksual dan paritas. Pada wanita dengan
aktivitas seksual tinggi, SCJ terletak di ostium eksternum karena trauma atau
retraksi otot oleh prostaglandin.8,9
Selama perkembangannya, epitel silindris penghasil mucus di endoserviks
bertemu dengan epitel pipih yang melapisi eksoserviks, keseluruhan serviks yang
terpajan dilapisi oleh sel pipih. Epitel silindris tidak tampak dengan mata
telanjang atau secara kolposkopi. Seiring dengan waktu pada sebagian besar
perempuan muda, terjadi pertumbuhan ke bawah epitel silindris dibawah
eksoserviks (ektropion), sehingga SCJ terletak di bawah eksoserviks dan epitel
silindris menjadi terpajan. Remodelling terus berlanjut dengan regenerasi epitel
pipih dan silindris pada zona transformasi, sehingga SCJ kembali pada tempatnya
dan epitel silindris tidak terpajan lagi14.

21
Gambar 3.3 Skema Pembentukan Zona Transformasi Serviks14

Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel


serviks, epitel kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga
berasal dari cadangan epitel kolumnar. Proses pergantian epitel kolumnar menjadi
epitel skuamosa disebut proses metaplasia dan terjadi akibat pengaruh pH vagina
yang rendah. Aktivitas metaplasia yang tinggi sering dijumpai pada masa
pubertas. Akibat proses metaplasia ini maka secara morfogenetik terdapat 2 SCJ,
yaitu SCJ asli dan SCJ baru yang menjadi tempat pertemuan antara epitel
skuamosa baru dengan epitel kolumnar. Daerah di antara kedua SCJ ini disebut
daerah transformasi.14
Proses terjadinya kanker serviks sangat erat hubungannya dengan proses
metaplasia. Masuknya bahan-bahan yang dapat mengubah sifat sel secara genetik
atau mutagen pada saat fase aktif metaplasia dapat menimbulkan sel-sel yang
berpotensi ganas. Perubahan biasanya terjadi pada daerah SCJ atau daerah
transformasi. Sel-sel yang mengalami mutasi dapat berkembang menjadi sel
displasia. Dimulai dari displasia ringan, displasia sedang, displasia berat, kanker
in situ dan kemudian berkembang menjadi kanker invasif.8,9,14

3.5 Manifestasi Klinis Kanker Serviks


Pada stadium dini kanker serviks tidak menunjukkan gejala yang khas atau
bahkan tidak ada gejala sama sekali sehingga sulit diketahui. Beberapa tanda dan
gejala pada kanker serviks antara lain keputihan, perdarahan vagina yang
abnormal, nyeri, anemia dan lain-lain. Pada stadium lanjut baru terlihat tanda-

22
tanda yang lebih khas untuk kanker serviks, baik berupa perdarahan yang hebat
(terutama dalam bentuk eksofilik), fluor albus yang berbau dan rasa sakit yang
sangat hebat.4,9
Keputihan merupakan keluarnya cairan mukus yang encer, yang keluar dari
vagina makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan.
Sedangkan perdarahan timbul sebagai akibat terbukanya pembuluh darah yang
makin lama akan lebih sering terjadi. Perdarahan ini dapat terjadi setelah coitus,
dicurigai terjadi pada menstruasi yang lama dan banyak dan dapat pula terjadi
pada wanita menopause. Perdarahan spontan umumnya terjadi pada tingkat
stadium lanjut, terutama pada tumor yang bersifat eksofitik.4,9
Gejala klinis lain pada kanker serviks yaitu nyeri, rasa nyeri timbul akibat
infiltrasi sel tumor ke serabut saraf. Rasa nyeri daerah pelvis dirasakan di perut
bagian bawah sekitar panggul yang biasanya unilateral yang terasa menjalar ke
paha dan ke seluruh panggul. Nyeri bersifat progresif, sering dimulai dengan low
back pain di daerah lumbal, menjalar ke pelvis dan tungkai bawah. Dapat pula
terjadi nyeri pada saat BAK (buang air kecil) atau BAB (buang air besar). Anemia
juga dapat terjadi karena adanya perdarahan pervaginam yang berulang. Pada
stadium kanker lanjut, badan menjadi kurus karena kekurangan gizi, timbul iritasi
pada kandung kemih dan poros usus besar bagian bawah (rectum), kegagalan faal
ginjal (CRF= Chronic Renal Failure) akibat infiltrasi tumor ke ureter sebelum
memasuki kandung kemih, yang menyebabkan obstruksi total, atau timbul gejala-
gejala lain yang disebabkan oleh metastasis jauh dari kanker serviks itu sendiri.4,9

Berdasarkan dari pemeriksaan fisik, dapat ditemukan:


a) Serviks dapat teraba membesar, ireguler, teraba lunak
b) Bila tumor tumbuh eksofitik maka terlihat lesi pada porsio atau
sudah sampai vagina.
Pemeriksaan in spekulo:
a) Adanya portio ulseratif
b) Adanya fluor albus
c) Muncunya darah jika lesi tersentuh (lesi rapuh)

23
d) Terdapat gambaran seperti bunga kol pada stadium lanjut

Pemeriksaan dalam:
a) Adanya fluor albus
b) Serviks teraba membesar
c) Serviks dapat teraba irregulerm berdugul
d) Adanya massa benjolan ataupun erosi ataupun ulkus pada
portio uteri.4,9

3.6 Stadium Klinik Kanker Serviks

Gambar 3.4 Stadium Klinis Kanker Serviks8


Tabel 1: Stadium Klinik Kanker Serviks Menurut FIGO 20004,8,9

Stadium Kriteria
Stadium 0 Lesi belum menembus membrane basalis
Stadium I Karsinoma masih terbatas di serviks (penyebaran ke
korpus uteri diabaikan)
Stadium I A Invasi kanker ke stroma hanya dapat didiagnosis secara
mikroskopik. Lesi yang dapat dilihat secara
makroskopik walau dengan invasi yang superfisial
24
dikelompokkan pada stadium IB

I A1 Invasi ke stroma (membrane basalis) dengan kedalaman


<3 mm dan lebar horizontal lesi <7 mm
I A2 Invasi ke stroma (membrane basalis) >3 mm tetapi <5
mm dengan lebar horizonta <7 mm
Stadium I B Lesi yang tampak terbatas pada serviks atau secara
mikroskopis lesi lebih luas dari stadium I A2
I B1 Lesi terbatas di serviks dengan ukuran lesi < 4 cm
I B2 Lesi terbatas di serviks dengan ukuran lesi > 4 cm
Stadium II Lesi telah menginvasi di luar serviks (meluas ke
parametrium dan sepertiga proksimal vagina)
II A Lesi telah meluas ke sepertiga vagina proksimal, tanpa
invasi ke parametrium
II B Lesi telah meluas ke parametrium tetapi tidak mencapai
dinding panggul
Stadium III Lesi telah meluas ke dinding panggul dan/atau mengenai
sepertiga bawah vagina dan/atau menyebabkan
hidronefrosis atau tidak berfungsinya ginjal
III A Lesi menyebar ke sepertiga bawah vagina dan tidak
invasi ke parametrium tidak sampai dinding panggul

III B Lesi menyebar ke parametrium sampai dinding panggul


dan/atau menyebabkan hidronefrosis atau tidak
berfungsinya ginjal
Stadium IV Lesi menyebar keluar dari organ genitalia
IV A Lesi menginvasi ke mukosa kandung kemih atau rectum
dan/atau ke luar dari rongga panggul
IV B Metastasis jauh penyakit mikroinvasif: invasi stroma
dengan kedalaman 3 mm atau kurang dari membrane
basalis epitel tanpa invasi ke rongga pembuluh

25
limfe/darah atau melekat dengan lesi kanker serviks

3.7 Diagnosis Kanker Serviks


Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan sebagai
berikut:
1. Pemeriksaan Sitologi
Pemeriksaan ini dikenal sebagai tes Papanicolaou (tes Pap). Pap
smear dapat mendeteksi lesi secara dini dengan tingkat ketelitian sampai
90% pada kasus kanker serviks, akibatnya angka kematian akibat kanker
serviks pun menurun sampai lebih dari 50%. Sitodiagnosis didasarkan pada
kenyataan, bahwa sel-sel permukaan secara terus menerus dilepaskan oleh
epitel dari permukaan traktus genitalis. Sel-sel yang dieksfoliasi atau
dikerok dari permukaan epitel serviks merupakan mikrobiopsi yang
memungkinkan kita mempelajari proses dalam keadaan sehat dan sakit.
Sitologi adalah cara skrining sel-sel serviks yang tampak sehat dan tanpa
gejala untuk kemudian diseleksi. Kanker hanya dapat didiagnosis secara
histologik.4,6,8
Setiap wanita yang telah aktif secara seksual sebaiknya menjalani pap
smear secara teratur yaitu 1 kali setiap tahun. Apabila selama 3 kali
berturut-turut menunjukkan hasil pemeriksaan yang normal, maka
pemeriksaan pap smear bisa dilakukan setiap 2 atau 3 tahun sekali.

26
Hasil pemeriksaan pap smear adalah sebagai berikut:14
a. Normal
b. CIN I : displasia ringan (perubahan dini yang belum bersifat
ganas), dimana sel abnormal terbatas pada sepertiga luar
lapisan permukaan yang melapisi serviks. termasuk
didalamnya adalah perubahan sel yang disebabkan oleh
virus HPV.
c. CIN II : displasia berat (perubahan lanjut yang belum bersifat
ganas), dimana sel abnormal menempati setengah dari
lapisan permukaan serviks.
d. CIN III : kanker in situ (kanker terbatas pada lapisan serviks paling
luar) dan kanker invasif (kanker telah menyebar ke lapisan
serviks yang lebih dalam atau ke organ tubuh lainnya),
dimana keseluruhan lapisan epitel tersusun oleh sel
abnormal namun belum menyebar ke bawah permukaan.

Gambar 5 : Histologi Cervic Intraepithelial Neoplasia (CIN)14

2. Biopsi
27
Biopsi dilakukan jika pada pemeriksaan panggul tampak suatu
pertumbuhan atau luka pada serviks, atau jika hasil pemeriksaan pap smear
menunjukkan suatu abnormalitas atau kanker.4,6,8
Biopsi dilakukan di daerah abnormal jika squamocolumnar junction
(SCJ) terlihat seluruhnya dengan kolposkopi. Jika SCJ tidak terlihat
seluruhnya atau hanya terlihat sebagian sehingga kelainan di kanalis
servikalis tidak dapat dinilai, maka contoh jaringan diambil secara konisasi.
Biopsi harus dilakukan dengan tepat dan alat biopsi harus tajam sehingga
harus diawetkan dalam larutan formalin 10%. 4,6,8
3. Kolposkopi (pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar)
Pemeriksaan melihat porsio (juga vagina dan vulva) dengan
pembesaran 10-15x, untuk menampilkan porsio dipulas terlebih dahulu
dengan asam asetat 3-5%. Pada porsio dengan kelainan (infeksi HPV atau
NIS) terlihat bercak putih atau perubahan corakan pembuluh darah.4,6,8
4. Konisasi
Konisasi serviks adalah pengeluaran sebagian jaringan serviks
sedemikian rupa sehingga yang dikeluarkan berbentuk kerucut (konus),
dengan kanalis servikalis sebagai sumbu kerucut. Untuk tujuan diagnostik,
konisasi harus dilanjutkan dengan kuretase. Batas jaringan yang dikeluarkan
ditentukan dengan pemeriksaan kolposkopi atau dapat pula dengan
menggunakan tes Schiller. Pada tes ini digunakan larutan lugol (yodium 5g,
kalium yodida 10g, air 10 ml). Serviks diolesi dengan larutan yodium, sel
yang sehat warnanya akan berubah menjadi coklat, sedangkan sel yang
abnormal warnanya menjadi putih atau kuning.6,8
Konisasi diagnostik dilakukan pada keadaan dimana proses dicurigai
berada di endoserviks rahim, lesi tidak tampak seluruhnya dengan
pemeriksaan kolposkopi, diagnostik mikroinvasi ditegakkan atas dasar
spesimen biopsi, dan jika terdapat kesenjangan hasil sitologi dan
histopatologik.6,8

28
5. Tes IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)
IVA merupakan pemeriksaan skrining alternative dari Papsmear
karena murah dan praktis, sangat mudah dilakukan dengan peralatan
sederhana. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara melihat serviks yang
telah diberi asam asetat 3-5% secara inspekulo. Zat ini akan meningkatkan
osmolaritas cairan ekstraseluler epitel abnormal. Cairan ekstraseluler
hipertonik ini akan menarik cairan intraseluler sehingga membrane akan
kolaps dan jarak antar sel semakin dekat. Akibatnya jika permukaan epitel
disinari maka sinar tersebut tidak akan diteruskan ke stroma namun akan
dipantulkan dan permukaan epitel abnormal akan berwarna putih.4,6
Daerah metaplasia yang merupakan daerah peralihan juga akan
berwarna putih setelah pengusapan asam asetat tetapi dengan intensitas yang
kurang dan cepat menghilang, ini yang membedakannya dengan proses pra-
kanker dimana epitel putih lebih tajam dan lebih lama menghilang karena
asam asetat berpenetrasi lebih dalam sehingga terjadi koagulasi protein yang
lebih banyak.4,6
Makin putih dan makin jelas, makin tinggi derajat kelainan
histologiknya. Demikian pula makin makin tajam batasnya, makin tinggi
derajat jaringannya, sehingga dengan pemberian asam asetat akan
didapatkan hasil gambaran serviks yang normal (merah homogen) dan
bercak putih (displasia). Dibutuhkan satu sampai dua menit untuk dapat
melihat perubahan-perubahan pada epitel. Serviks yang diberi larutan asam
asetat 5% akan merespon lebih cepat daripada larutan 3%. Efek akan hilang
setelah sekitar 50-60 detik. Lesi yang tampak sebelum aplikasi larutan asam
asetat bukan merupakan epitel putih namun dikatakan suatu leukoplakia.4,6

29
3.8 Penatalaksanaan Kanker Serviks
3.8.1 Pencegahan
Kanker dapat dicegah dengan kebiasaan hidup sehat dan menghindari
faktor-faktor penyebab kanker. Pencegahan kanker didefinisikan sebagai
pengidentifikasian faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya kanker pada
manusia dan membuat sebab-sebab ini tidak efektif dengan cara-cara apapun yang
mungkin.11
Pencegahan kanker serviks dapat berupa pencegahan primer sekunder
maupun tersier. Pencegahan primer merujuk pada kegiatan/langkah yang dapat
dilakukan oleh setiap orang untuk menghindarkan diri dari faktor-faktor yang
dapat menyebabkan tumbuhnya kanker. Pencegahan primer ini dapat berupa11 :
1. Menghindari berbagai faktor risiko, yaitu hubungan seks pada usia muda,
pernikahan pada usia muda, dan berganti-ganti pasangan seks.
2. Dianjurkan untuk berperilaku hidup sehat, seperti menjaga kebersihan alat
kelamin dan tidak merokok.
Dewasa ini, vaksin terhadap infeksi HPV juga telah ditemukan dan terus
dikembangkan. Penggunaan vaksin dalam mencegah kanker serviks berdasarkan
99% penyebab kanker serviks adalah infeksi HPV menetap. Vaksin HPV
merupakan vaksin kedua di dunia yang dapat mencegah kanker, setelah vaksin
Hepatitis B yang dapat mencegah kanker hati. Pengembangan vaksin HPV saat ini
lebih menitikberatkan pada teknologi rekombinan DNA VLP (Viral Like Particle
Vaccines) yang dibentuk dari protein virus. Tujuan utama vaksin HPV saat ini
adalah melindungi manusia terhadap infeksi HPV tipe 16 dan 18, dan telah
dipikirkan untuk mengembangkan vaksin HPV untuk HPV tipe lainnya seperti 45,
31, 33, 52, 58, dan seterusnya.11
Pencegahan sekunder diterapkan dengan pengidentifikasian kelompok
populasi berisiko tinggi terhadap kanker, skrining populasi tertentu, deteksi dini
kanker pada individu yang tidak bergejala (asimtomatik) dan pengubahan perilaku
manusia sehingga kemungkinan penyembuhan dapat ditingkatkan. Skrining ini
dapat dilakukan melalui pemeriksaan pap smear pada wanita diatas usia 25 tahun,
telah menikah dan sudah mempunyai anak.11

30
Deteksi dini penyakit kanker dengan program skrining, dimana dengan
program skrining dapat memperoleh beberapa keuntungan yaitu : memperbaiki
prognosis pada sebagian penderita sehingga terhindar dari kematian akibat kanker,
tidak diperlukan pengobatan radikal untuk mencapai kesembuhan, adanya
perasaan tentram bagi mereka yang menunjukkan hasil negatif dan penghematan
biaya karena pengobatan yang relatif murah. Di beberapa negara maju yang telah
melakukan program skrining penyakit kanker serviks dalam upaya menemukan
penyakit pada tingkat prakanker, dapat menurunkan kematian sampai lebih dari
50%.11
Pencegahan tersier ditujukan pada seseorang yang telah positif menderita
kanker serviks dan menjadi cacat karena komplikasi penyakitnya atau karena
pengobatan. Sehingga perlu dilakukan rehabilitasi untuk mengembalikan bentuk
dan atau fungsi organ yang cacat, supaya penderita dapat hidup dengan layak dan
wajar di masyarakat. Rehabilitasi yang dapat dilakukan untuk penderita kanker
serviks pasca menjalani operasi contohnya yaitu dengan melakukan gerakan-
gerakan untuk membantu mengembalikan fungsi gerak dan untuk mengurangi
pembengkakan, bagi penderita yang mengalami alopesia (rambut gugur) akibat
kemoterapi dan radioterapi bisa diatasi dengan memakai wig untuk sementara
karena umumnya rambut akan tumbuh kembali.11

3.8.2 Pengobatan
Tatalaksana Lesi Prakanker
Tatalaksana lesi pra kanker disesuaikan dengan fasilitas pelayanan kesehatan,
sesuai dengan kemampuan sumber daya manusia dan sarana prasarana yang ada.
Pada tingkat pelayanan primer dengan sarana dan prasarana terbatas dapat
dilakukan program skrining atau deteksi dini dengan tes IVA. Skrining dengan tes
IVA dapat dilakukan dengan cara single visit approach atau see and treat
program, yaitu bila didapatkan temuan IVA positif maka selanjutnya dapat
dilakukan pengobatan sederhana dengan krioterapi oleh dokter umum atau bidan
yang sudah terlatih. Pada skrining dengan tes Pap smear, temuan hasil abnormal
direkomendasikan untuk konfirmasi diagnostik dengan pemeriksaan kolposkopi.
Bila diperlukan maka dilanjutkan dengan tindakan Loop Excision Electrocauter

31
Procedure (LEEP) atau Large Loop Excision of the Transformation Zone
(LLETZ) untuk kepentingan diagnostik maupun sekaligus terapeutik.16
Bila hasil elektrokauter tidak mencapai bebas batas sayatan, maka bisa
dilanjutkan dengan tindakan konisasi atau histerektomi total.
Temuan abnormal hasil setelah dilakukan kolposkopi :
 LSIL (low grade squamous intraepithelial lesion),dilakukan LEEP dan
observasi 1 tahun.
 HSIL (high grade squamous intraepithelial lesion), dilakukan LEEP dan
observasi 6 bulan16
Kanker serviks dapat ditangani dengan pembedahan, terapi radiasi atau
kemoterapi. Penentuan terapi yang digunakan berdasarkan stadium, ukuran dan
lokasi kanker, usia dan kondisi kesehatan pasien. Terapi kanker serviks dilakukan
bilamana diagnosis telah dipastikan secara histologik. Pengobatan pada kanker
serviks dapat berupa:
1. Pembedahan
Pembedahan merupakan salah satu terapi yang bersifat kuratif maupun
paliatif. Kuratif adalah tindakan yang langsung menghilangkan penyebabnya
sehingga manifestasi klinik yang ditimbulkan dapat dihilangkan. Sedangkan
tindakan paliatif adalah tindakan yang berarti memperbaiki keadaan penderita.
Pembedahan dipilih hanya untuk kanker serviks stadium I sampai IIA. 4,8,9
Ada beberapa macam bentuk terapi bedah, antara lain: a) radical
trachelectomy, merupakan suatu cara pembedahan dimana serviks, sebagian
vagina dan limfonodi pelvis diangkat. Pembedahan ini ditujukan untuk tumor
yang kecil dan pada pasien kanker serviks yang ingin memiliki keturunan lagi; b)
total hysterectomy, dilakukan pengangkatan uterus dan serviks; c) radical
hysterectomy, dilakukan pengangkatan serviks, beberapa jaringan disekitar
serviks, uterus dan sebagian vagina. Pembedahan secara radikal dan total
histerektomi harus diikuti dengan pengangkatan jaringan tuba dan ovarium yang
dikenal sebagai salpingo-oophorectomy, dan pengangkatan limfonodi yang berada
didekat tumor. 4,8,9
2. Terapi penyinaran (radioterapi)

32
Terapi penyinaran efektif untuk mengobati kanker invasif yang masih
terbatas pada daerah panggul. Pada radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi
untuk merusak sel-sel kanker dan menghentikan pertumbuhannya.24 Terdapat dua
macam terapi penyinaran untuk kanker serviks, yaitu: a) terapi radiasi eksternal,
dilakukan sebanyak lima kali dalam seminggu (sekali dalam sehari) selama 6
minggu, b) terapi radiasi internal (brachytherapy), terapi ini dilakukan dengan
menempatkan kapsul radioaktif di vagina atau dekat serviks. terapi ini dapat
diulang dua kali atau lebih selama beberapa minggu. 4,8,9
3. Kemoterapi
Apabila kanker telah menyebar ke luar panggul, maka dianjurkan menjalani
kemoterapi. Kemoterapi menggunakan obat obatan untuk membunuh sel-sel
kanker. Obat anti-kanker bisa diberikan melalui suntikan intravena atau melalui
mulut.4,8,9
4. Terapi biologis
Terapi biologi berguna untuk memperbaiki sistem kekebalan tubuh dalam
melawan penyakit. Terapi biologis tersebut dilakukan pada kanker yang telah
menyebar ke bagian tubuh lainnya.4,8,9

3.9 Prognosis
Prognosis kanker serviks tergantung dari tingkatan klinik dan jenis
histologik tumor. Biasanya penyakit ini ditemukan dalam stadium lanjut, maka
angka harapan hidupnya tidak seberapa baik. Harapan hidup selama 5 tahun pada
pasien kanker serviks yaitu 100% pada stadium prainvasif, 90% pada stadium I,
82% pada stadium II, 35% pada stadium III dan 10% pada stadium IV.8,14
Pasien kanker serviks yang tidak diobati atau tidak memberikan respons
terhadap pengobatan, 95% akan mengalami kematian dalam 2 tahun setelah
timbul gejala. Pasien yang menjalani histerektomi dan memiliki risiko tinggi
terjadinya rekurensi harus terus diawasi karena lewat deteksi dini dapat diobati
dengan radioterapi. Setelah histerektomi radikal, terjadi 80% rekurensi dalam 2
tahun.4,8,14

33
BAB 4
PEMBAHASAN

4.1 Anamnesis
Teori Kasus

 Pada stadium dini tidak ada gejala khas, terkadang  Keluar darah dari vagina
asimtomatik. Namun dapat ditemukan: sejak 7 bulan SMRS. Darah
1. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. yang keluar berwarna merah
Getah yang keluar dari vagina ini makin lama
segar. Banyaknya perdarahan
makin berbau busuk karena adanya infeksi dan
sekitar 2-3 pembalut biasa
nekrosis jaringan.
penuh per hari.
2. Perdarahan abnormal, biasanya setelah
 Perdarahan terutama keluar
senggama (post coital bleeding), perdarahan
diluar masa haid, haid yang lama, dan timbulnya setelah berhubungan suami

perdarahan setelah masa menopause istri.


3. Timbul gejala-gejala anemia akibat dari  Nyeri tajam pada perut yang
perdarahan abnormal yang berulang. hilang timbul sejak 2 minggu
4. Timbul nyeri pada daeah panggul (pelvis) atau SMRS. Nyeri dirasakan
pada daerah perut bagian bawah bila terjadi berkurang bila pasien
peradangan pada panggul dan infiltrasi sel tumor
istirahat.
ke serabut saraf.
 Keputihan yang berbau, gatal,
 Pada stadium lanjut dapat terlihat tanda-tanda yang
berwarna kekuningan.
lebih khas untuk kanker serviks, baik berupa
 Mual dan muntah serta
perdarahan yang hebat, fluor albus yang berbau dan
rasa sakit yang sangat hebat. pusing.

 Pada stadium kanker lanjut, badan menjadi kurus  Haid pasien tidak teratur
karena kekurangan gizi, timbul iritasi pada kandung sejak 7 bulan yang lalu.
kemih dan poros usus besar bagian bawah (rectum),  Nyeri pinggang, gangguan
kegagalan faal ginjal (CRF= Chronic Renal Failure) BAK dan BAB disangkal.
akibat infiltrasi tumor ke ureter sebelum memasuki
kandung kemih, yang menyebabkan obstruksi total,
atau timbul gejala-gejala lain yang disebabkan oleh
metastasis jauh dari kanker serviks itu sendiri.

34
4.2 Pemeriksaan Fisik
Teori Kasus

Tanda - Dari pemeriksaan fisik pasien, didapatkan


a. Pemeriksaan fisik tanda-tanda vital, dan fungsi jantung, paru
b. Serviks dapat teraba membesar, dan hepar normal.
ireguler, teraba lunak Status Ginekologis
c. Bila tumor tumbuh eksofitik maka
Inspeksi: Tidak tampak massa abdomen,
terlihat lesi pada porsio atau sudah
tidak ada bekas operasi.
sampai vagina.
Palpasi: nyeri tekan suprapubik (+)

b. Pemeriksaan in spekulo : Inspekulo: tidak dilakukan


e) Adanya portio ulseratif
Vaginal Toucher: Ostium uteri eksterna
f) Adanya fluor albus
g) Munculnya darah jika lesi tersentuh tertutup, portio teraba kaku, tidak rata dan
(lesi rapuh) kasar, teraba massa yang terbatas pada
h) Terdapat gambaran seperti bunga porsio, konsistensi kenyal, berdungkul-
kol pada stadium lanjut dungkul, ukuran massa berukuran kira-kira 5
x 4 cm, cavum douglas tidak menonjol.
c. Pemeriksaan bimanual : Nyeri tekan porsio (+). Uterus tidak teraba.
e) Adanya fluor albus Adneksa parametrium kanan dan kiri tidak
f) Adanya massa benjolan ataupun
teraba.
erosi ataupun ulkus pada portio
Handscoen: flek darah (+), lendir (+)
uteri
 Diagnosis harus dipastikan dengan
pemeriksaan histologi dan jaringan
yang diperoleh dari biopsi.

35
4.3 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang
Teori Fakta
Diagnosis dapat ditegakkan dengan - Biopsi Serviks (4 Desember 2018)
bantuan beberapa pemeriksaan Makroskopis: Diterima jaringan tak teratur
penunjang sebagai berikut: 1gr warna putih coklat
- Sitologi Pap Smear rapuh
- Biopsi Mikroskopi: Potongan-potongan jaringan
- Kolposkopi dilapisi dan mengandung
- Konisasi sel-sel ganas epithelial
- Tes IVA proliferative dengan sedikit
Sedangkan pemeriksaan penunjang stroma fibrovaskular dan
berupa laboratorium darah, kimia perdarahan
klinik, sampai dengan urinalisa Kesimpulan: Non Keratinizing Epidermoid
berfungsi sebagai skrining ada atau Carcinoma Cervix, Invasive
tidaknya penyakit lain pada pasien.
Pada pasien yang telah mengalami - Foto Thorax (10 Desember 2018)
kemoterapi, pemeriksaan laboratorium Cor dan pulmo tak tampak kelainan, tak
darah sangat penting karena beberapa tampak pulmonal metastase
jenis obat kemoterapi ada yang
berpengaruh pada kerja sumsum tulang - Echocardiography (19 Desember 2018)
yang merupakan pabrik pembuat sel Normal echocardiography
darah merah, sehingga jumlah sel darah
merah menurun. Yang paling sering - Laboratorium:
adalah penurunan sel darah putih Hematologi (29 Januari 2019)
(leukosit). Penurunan sel darah terjadi Hemoglobin : 10,1 mg/dl
setiap kemoterapi, dan test darah Leukosit : 4.220/μL
biasanya dilakukan sebelum kemoterapi Trombosit : 220.000/μL
berikutnya untuk memastikan jumlah Hematokrit : 29,6 %
sel darah telah kembali normal.
Kimia Klinik (24 Januari 2019)
Glukosa Darah Sewaktu : 88 mg/dL

36
Creatinin : 0,7 mg/dL
Ureum : 20.1 mg/dL

Urinalisa (24 Januari 2019)


Berat Jenis : 1.003
Warna : kuning
Kejernihan : jernih
Sel epitel :+
pH : 5,0
Ketone :-
Protein :-
Urobilinogen : -

4.4 Tatalaksana
Penatalaksanaan
Teori Fakta
 Stadium I A1: Operasi trakelektomi
radikal atau brakhiterapi  Pro Kemoterapi Neoadjuvant
 Stadium I A2, I B1, II A1: Operatif
Carboplatin-Paclitaxel ke 3
dan non opertatif
 Stadium I B2, II A2: Operatif, NAC
 Stadium II B : Kemoradiasi, radiasi,
kemoterapi
 Stadium III A, III B: Kemoradiasi,
radiasi
 Stadium III B dengan CKD:
Nefrostomi/HD, kemoradiasi
 Stadium IV A tanpa CKD:
Kemoradiasi paliatif/radiasi paliatif
 Stadium IV A dengan CKD, IV
B:Paliatif,

37
BAB 5
PENUTUP

Telah dilaporkan sebuah kasus atas pasien Ny. F, 43 tahun. Berdasarkan


hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan: Pasien datang ke Poli
Kebidanan dan Kandungan RSUD AWS Samarinda untuk rencana kemoterapi
neoadjuvant lanjutan ke 3 dengan diagnosis ca serviks stadium I B2. Pasien
direncanakan kemoterapi neoadjuvant sebanyak 3 kali. Sebelumnya, pasien
mengeluhkan keluar darah dari vagina sejak 7 bulan SMRS. Darah yang
keluar berwarna merah segar. Banyaknya perdarahan sekitar 2-3 pembalut
biasa penuh per hari. Perdarahan tersebut kadang disertai lendir. Perdarahan
terutama keluar setelah berhubungan suami istri. Pasien juga mengeluhkan
keputihan yang berbau, gatal, berwarna kekuningan. Keluhan lain seperti nyeri
pinggang, gangguan BAK dan BAB disangkal., pemeriksaan ginekologi
didapatkan VT massa terbatas pada portio, konsistensi kenyal, berdungkul,
ukuran massa 5 x 4 cm di arah jam 8. Massa uterus (-), adneksa parametrium
kanan dan kiri tidak teraba. Pemeriksaan laboratorium darah lengkap, kimia
klinik, urinalisa dalam batas normal. Inspekulo tidak dilakukan. Hasil biopsi
serviks didapatkan kesimpulan non keratinizing epidermoid carcinoma cervix,
invasive. Pasien didiagnosa ca serviks stadium I B2 pro kemoterapi
neoadjuvant carboplatin-paclitaxel ke 3. Dari data pasien sebelum kemoterapi
tidak didapatkan data pemeriksaan inspekulo, sehingga untuk menetukan
stadium ca serviks hanya berdasarkan pemeriksaan dalam. Secara umum
penegakkan diagnosis maupun penatalaksanaan pada pasien ini sudah sesuai
dengan teori.

38
DAFTAR PUSTAKA

1. WHO (Februari, 2017). Cancer factsheet (online). Diperoleh dari


http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs297/en/ tanggal 21 oktober
2018.
2. WHO (Juni, 2016). HPV and Cervical cancer factsheet. Diperoleh dari
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs380/en/ tanggal 21 oktober
2018.
3. ICO Information Centre on HPV and Cancer (2016). Indonesia – Human
papillomavirus and related cancers, factsheet 2016. Barcelona: pengarang.
4. Kampono, N. (2011). Kanker Ganas Alat genital dalam Ilmu Kandungan
Sarwono, edisi ketiga (Ed: M. Anwar, A. Baziad, R. P. Prabowo). Jakarta:
PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
5. Aziz, N., & Yousfani, S. (2013). Pattern of presentation of cervical
carcinoma at Nuclear Institute of Medicine and Radiotherapy, Pakistan.
Pak J Med Sci, 29 (3): 814-817.
6. American Cancer Society. (2016). Cervical Cancer Overview.
7. Boardman, C. (2014). Cervical Cancer Clinical Presentation. Dipetik December
1, 2015, dari Cervical Cancer Clinical Presentation:
http://emedicine.medscape.com/article/253513-clinical#b3
8. Cunningham, F. (2007). Williams Ginekolog. Jakarta: EGC
9. Gibbs, R. S., Karlan, B. Y., Haney, A. F., & Nygaard, I. E. (2008).
Cervical Cancer. In Danforth’s Obstetry and Gynecology, 10th ed. USA:
Lippincott Williams & Wilkins.
10. Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Dalam : Prasetyo A, Pendit BU,
Priliono T, editor. Buku Ajar Patologi Volume 1. Edisi 7. Jakarta : EGC;
2007. h. 186-230.
11. Pradipta, B., & S. Saleha. (2007). Penggunaan vaksin HPV dalam
Pencegahan Kanker Serviks. Majalah Kedokteran Indonesia 57 (11): 391-
396.

39
12. Prayitno A, Darmawan R, Yuliadi I, Mudigdo A. Ekspresi Protein p53,
Rb, dan c-myc pada Kanker Serviks Uteri dengan Pengecatan
Imunohistokimia. Biodiversitas. Surakarta: Bagian Kebidanan dan
Penyakit Kandungan RSUD dr. Muwardi Surakarta; 2005. 6: 157-159.
13. Schiffman M, Castle PE. The Promise of Global Cervical Cancer
Prevention. The New England Journal of Medicine; 2005. 353: 2102-
2103.
14. Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Dalam : Hartanto H.,Darmaniah N.,
Wulandari N., editor. Buku Ajar Patologi Volume 2. Edisi 7. Jakarta :
EGC; 2007. h. 765-766.
15. Wiebe K, Denny L, Thomas G. Cancer of the cervix uteri. International
journal of gynecology and obstetrics: 2012
16. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Panduan penatalaksanaan
kanker serviks. Komite penanggulangan kanker nasional
17. Pedoman pelayanan medik kanker ginekologi, kanker serviks, ed-2,2011,
hal 19-28
18. European soviety gynecology oncology (ESGO), algoritms for
management of cervical cancer, 2011.

40

Anda mungkin juga menyukai