Anda di halaman 1dari 26

POLRI DAERAH JAWA BARAT

BIDANG KEDOKTERAN DAN KESEHATAN


RUMKIT BHAYANGKARA TK II SARTIKA ASIH BANDUNG

LAPORAN KASUS
Fibroadenoma Mammae Sinistra
diajukan guna melengkapi tugas portofolio

Disusun oleh:
Yanuar Janatun Na’im, dr
LAPORAN KASUS
PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA
PERIODE 13 OKTOBER 2019–13 OKTOBER 2020
RUMKIT BHAYANGKARA TK II SARTIKA ASIH BANDUNG

JUDUL : FIBROADENOMA MAMMAE SINISTRA


PENYUSUN : YANUAR JANATUN NA’IM

Bandung, 11 Desember 2019


Menyetujui,
Pembimbing, Pendamping,

Danny Ganiarto Sugandi, dr., Sp. B Leony Widjaja, dr., Sp.KJ


NRP. AKBP 64010752 NRP.196410301992032001

i
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

PENDAHULUAN ............................................................................................... iii

BAB I KASUS ...................................................................................................... 1

1.1 Identitas Pasien ........................................................................................... 1

1.2 Anamnesis ................................................................................................... 1

1.3 Pemeriksaan Fisik ....................................................................................... 2

1.4 Pemeriksaan Penunjang .............................................................................. 3

1.5 Diagnosis Kerja ........................................................................................... 3

1.6 Tatalaksana ................................................................................................. 4

1.7 Follow Up Pasien ........................................................................................ 4

1.8 Prognosis ..................................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 6

2.1 Anatomi payudara ....................................................................................... 6

2.2 Tumor jinak payudara ............................................................................... 14

BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................... 34

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 35

ii
PENDAHULUAN

Tumor payudara merupakan benjolan di payudara. Tilmbulnya benjolan pada


payudaradapat merupakan indikasi adanya jenistumor payudara. Namun,
untukmemastikannya perlu dilakukan pemeriksaanpatologis. Meskipun ilmu
pengetahuan semakin canggih akan tetapihingga saat ini belum diketahui secara
pastifaktor penyebab utama penyakit tumor payudara. Daribeberapa studi
diketahui faktor faktor yang berhubungan dengan tumor payudaraantara lain usia,
jenis kelamin dimanperempuan 100kali lebih berisiko dibandingkan dengan
laki-laki, adanya faktor genetik seperti riwayatkeluarga menderita tumor
payudaraterutama ibu dan saudara perempuan, riwayatmenstruasi dini, usia makin
tua saatmenopause, hamil pertama di usia tua,menggunakan kontrasepsi
hormonal, obesitasdan asupan rendah serat, tinggi lemakkhususnya lemak
jenuhpun dapat berkontribusi dalm kejadian tumor payudara.Insiden tumor
payudara sangat bervariasi diseluruh dunia. Insiden lebih tinggi di Negaramaju
seperti Eropa dan Amerika Utaradibandingkan dengan negara
berkembangdiantaranya Afrika dan Asia. Namun,diperkirakan terjadi peningkatan
insiden yangsignifikan dari negara negara yang sebelumnyadilaporkan memiliki
insiden rendah.Berdasarkan data Globocan, International Agency for Research of
Cancer (IARC) tahun2002, tumor payudara menempati urutanpertama pada
perempuan dimana incidencerate 38 per 100.000 perempuan sedang diIndonesia
insiden tumor payudara 26 per100.000 perempuan.6 Pada tahun 2008diperkirakan
1,38 juta perempuan di diagnosismenderita tumor payudara, sekitar sepersepuluh
(10,9%) merupakan penderitabaru.

Mayoritas tumor payudara adalah lesi jinak, lesi maligna hanyalah 20% dari
semua tumor payudara. Kejadian kelainan jinak ini dimulai usia remaja hingga
dewasa lanjut. Tipe histologi yang paling banyak dialami pada usia produktif
adalah fibroadema. fibroadenoma atau fibroadenoma mammaee (FAM) adalah
suatu bentuk tumor payudara jinak dengan ciri benjolan berbenyuk bulat dengan
batas tegas dan memiliki konsistensi yang kenyal. Tumor ini dapat dipengaruhi

iii
oleh hormone, oleh karena itu timor ini dapat memebesar pada masa kehamilan
atau menstruasi.

Pemahaman dan penatalaksanan kelainan jinak payudara dimulai sejak tahun


1980-an. Berbeda dengan kelianan ganas payudara yang telah dikenal dan diterapi
sejak beberapa abad sebelumnya. Untuk itulah penulis disini berusaha
memaparkan mengenai tumor jinak payudara khususnya fibroadenoma mammaee
beserta penangannanya dalam ruang lingkup pelayanan tingkat pratama.

iv
BAB I

KASUS

1.1 Identitas Pasien


Nama : Ny. NMZ
Jenis Kelamin : Perempuan
Tgl lahir : 01/08/2003
Usia : 16 tahun
Alamat : Griya Pesona Praja C7 No 30 Cibogo Kab. Subang
Agama : Islam
Status Marital : Belum Menikah
Pekerjaan : Pelajar
No. Rekam Medik : 00.228.266
Tanggal Masuk RS : 29 Oktober 2019
DPJP : dr. Danny Ganiarto Sugandhi,dr., Sp.B

1.2 Anamnesis

Keluhan Utama : Benjolan pada payudara kiri sejak 3 bulan yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien datang ke klinik bedah Rumah Sakit Bhayangkara tk II Sartika


Asih Kota Bandung dengan keluhan benjolan pada payudara kiri sejak 3
bulan SMRS. Benjolan muncul secara tiba tiba. Benjolan awalnya berukuran
kurang lebih sebesar telor puyuh, benjolan semakin lama semakin membesar
hingga saat ini benjolan sudah sebesar telor ayam. Benjolan dirasakan terus
menerus. Keluhan ini juga disertai nyeri pada benjolan. Nyeri dirasakan
hilang timbul, terutama dirasakan ketika pasien menstruasi. Pasien
menyangkal bahwa keluhan benjola disertai dengan timbulnya luka pada
daerah sekitar benjolan. Pasien juga menyangkal terdapat benjolan pada
payudara kanannya.

1
Pasien mengatakan keluhan ini baru pertama kali dirasakannya. Pasien
menyangkal terdapat riwayat batuk lebih dari 2 minggu, berkeringat pada
malam hari, serta penurunan berat badan. Pasien menyangkal terdapat riwayat
benjolan di tempat lain sebelumnya seperti dileher, ketiak ataupun lipat paha.
Pasien menyangkal memiliki riwayat benturan ataupun luka pada derah
payudaranya.

Diketahui bahwa ibu dan nenek pasien memiliki keluhan yang sama dan
sudah dioperasi untuk pengangkatan benjolan tersebut dengan hasil biopsi
tumor jinak. Pasien belum menikah dan belum memiliki seorang anak. Pasien
mengatakan siklus menstruasi suka terganggu dan memanjang tiap bulannya.
Pasien menyangkal adanya riwayat kebiasaan merokok.

Riwayat Penyakit Dahulu:

Pasien tidak memiliki riwayat penyakit kronis ataupun tidak dalam


pengobatan suatu penyakit tertentu.

1.3 Pemeriksaan Fisik

Kesadaran : Komposmentis

Tanda vital :

Tekanan darah : 120/80 mmhg


Nadi : 84x/menit, reguler, equal, isi cukup
Respirasi :24x/menit
Suhu : 36,4˚C
Saturasi : 99%on air
Kepala : Normocephal

Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks pupil (+/+)
isokor

THT
Telinga : sekret tidak ada, pendengaran menurun tidak ada

2
Hidung : sekret tidak ada
Tenggorokan : tonsil T1/T1, hiperemis(-), faring hiperemis(-)
Leher: jejas(-)
JVP : tidak meningkat
KGB : tidak ditemukan pembesaran
Thoraks : Gerak simetris, jejas(-)
Cor :S1S2tunggal, regular, murmur (-)

Pulmo : VBS kanan=kiri,ronchi (-/-), wheezing(-/-)

Abdomen : Soepel, jejas(-), bising usus (+) normal


Extremitas atas: akral hangat, CRT <2”, edema-

Emkstremitas bawah: akral hangat, CRT <2”, edema-

Status Lokalis :

a/r mammaee sinistra

Lokasi : Mammaee sinistra kuadran lateral atas

Bentuk : Irregular, kenyal, mobile, Nyeri tekan (+) berukuran kurang lebih 8cm
x 5cm x 2cm

Ulkus (-), Eritema (+), Darah (-), Pus (-), Peau de orange (-), Retraksi kulit (-),
Retraksi putting (-)

1.4 Diagnosis kerja


Tumor Mammaee sinistra e.c Fibroadenomamammae
Tumor Mammaee sinistra e.c Fibrokistik Mammae sinistra
Tumor Mammaee sinistra e.c Maligna

1.5 Pemeriksaan Penunjang

 Hasil Pemeriksaan Laboratorium:

Hb: 13,2 g/dl

3
Leukosit: 10.000/mm3

Trombosit: 311000/mm3

CT: 8’

BT: 2’

1.6 Penatalaksanaan

 Pro Biopsy Eksisi

1.7 Hasil Biopsy Jaringan/Histopatology


Maksroskopis : sebuah jaringan dengan diameter 6 ½ cm, permukaan
berbonjol-bonjol, warna putih, kenyal. Pada lamelisasi tampak massa padat
putih licin dan berkapsel.

Mikroskopis : Sediaan jaringan mammaee dilapisi kapsel jaringan ikat


fibrokolagen. Tampak komponen epitel maupun stroma tumbuh hiperplastis.
Kelenjar berbentuk tubuler sampai kistik dan memberikan gambaran intra
maupun perikanalikuler dilapisi epitel kuboid. Inti sel dalam batas normal.
Stroma fibrokolagen mengalami degenerasi myxomatous.
Kesimpulan : Fibroadenoma pada mammaee sinistra

1.8 Diagnosis
Fibroadenoma mammaee sinistra

4
1.9 Follow Up Pasien

29/10/19 30/10/19
POD 0 POD 1
S:Nyeri pada daerah operasi S: Nyeri minimal pada
daerah operasi
O:KU Cm
O: KU Cm
TD 120/80 mmhg
TD 120/80 mmhg
N 79bpm regular, equal isi
penuh N 79bpm regular, equal isi
penuh
T 36,5 C
T 36,5 C
RR 19x/m
RR 19x/m
Status Lokalis
Status Lokalis
A/r mammaee sin
A/r mammaee sin
terpasang verban, rembesan
darah (-), rembesan Pus (-) terpasang verban, rembesan
darah (-), rembesan Pus (-)
A: Post Op BE ec Tumor
mammaee sinistra ec A: Post Op BE ec Tumor
Fibroadenomammaee sin mammaee sinistra ec
Fibroadenomammaee sin
P:
P:
- Tidak puasa
-BLPL
- Diet Nasi
- kontrol 7 hari pasca
- Jika infus Habis aff infus perawatan
- Cefadroxil 2x500mg Th pulang
- As. Mefenamat 3x500mg -Cefadroxil 2x500mg
- omeprazole 1x20mg - As. Mefenamat 3x500mg
- omeprazole 1x20mg

1.11 Prognosis

Quo Ad Vitam : Ad Bonam

Quo Ad Functionam : Ad Bonam

Quo Ad Sanationam : Ad Bonam

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Payudara


Payudara wanita dewasa berlokasi dalam fascia superficial dari dinding depan
dada. Dasar dari payudara terbentang dari iga kedua di sebelah atas sampai iga
keenam atau ketujuh di sebelah bawah, dan dari sternum batas medialnya sampai ke
garis midaksilrasis sebagai batas lateralnya. Duapertiga dasar tersebut terletak di
depan M.pectoralis major dan sebagian M.serratus anterior. Sebagian kecil terletak
di atas M.obliquus externus.

Gambar 2.1 Potongan sagital mammaee dan dinding dada sebelah depan

Gambar 2.2 Topografi aksila (Anterior view)

6
Setiap payudara terdiri dari 15 sampai 20 lobus. Lobus-lobus ini beserta
duktusnya adalah kesatuan dalam anatomi. Antara fascia superficial dan jarigan
bagian dalam terdapat ruang retromammaery (submammaery) yang mana kaya
akan limfatik.
Lobus-lobus parenkim beserta duktusnya tersusun secara radial berkenaan
dengan posisi dari papilla mammaee, sehingga duktus berjalan sentral menuju
papilla seperti jari-jari roda berakhir secara terpisah di puncak dari papilla.
Segmen dari duktus dalam papilla merupakan bagian duktus yang tersempit. Oleh
karena itu, sekresi atau pergantian sel-sel cenderung untuk terkumpul dalam
bagian duktus yang berada dalam papilla, mengakibatkan ekspansi yang jelas dari
ductus, isinya dinamakan lactiferous sinuse yang merupakan satu-satunya tempat
untuk menyimpan ASI.

Ligamentum suspensori Cooper membentuk jalinan yang kuat, pita jaringan


ikat berbentuk ireguler menghubungkan dermis dengan lapisan dalam dari fascia
superfisial, melewati lobus-lobus parenkim dan menempel ke elemen parenkim
dan duktus. Kadang-kadang, fascia superfisial terfiksasi ke kulit.

Vaskularisasi mammaee terdiri dari arteri dan vena yaitu:


1. Arteri
a. Cabang-cabang perforantes A. mammaeria interna (A. thoracica interna)
b. Cabang lateral dari A. intercostalis posterior
c. Cabang-cabang dari A. axillaris
d. A. thoracodorsalis yang merupakan cabang A. subscapularis
2. Vena
a. Cabang-cabang perforantes V. thoracica interna
b. Cabang-cabang V. axillaris yang terdiri dari V. thoraco-acromialis, V.
thoracica lateralis dan V thoraco dorsalis
c. Vena-vena kecil yang bermuara pada V. Intercostalis
Mammaee diperdarahi dari 2 sumber, yaitu A. thoracica interna, cabang dari A.
axillaries, dan A. intercostal.

7
Gambar 2.3 Menunjukan aliran darah menunju mammaee

Vena aksilaris, vena thoracica interna, dan vena intercostals 3-5 mengalirkan
darah dari kelenjar mammaee.
Vena aksilaris terbentuk dari gabungan vena brachialis dan vena basilica,
terletak di medial atau superficial terhadap arteri aksilaris Setelah vena ini melewati
tepi lateral dari iga pertama, vena ini menjadi vena subclavia. Di belakang, vena
intercostalis berhubungan dengan sistem vena vertebra dimana masuk vena azygos,
hemiazygos, dan accessory hemiazygos, kemudian mengalirkan ke dalam vena
cava superior. Ke depan, berhubungan dengan brachiocephalica. Melaui jalur
kedua jalur pertama, metastasis ca mammaee dapat mencapai paru-paru.

8
Gambar 2.4. Diagram potongan frontal mammaee kanan menunjukkan jalur
drainase vena.

Sedangkan, sistem limfatik payudara terdiri dari pleksus subareola dan pleksus
profunda. Pleksus subareola mencakup bagian tengah payudara, kulit, areola dan
puting yang akan mengalir kearah kelenjar getah bening pektoralis anterior dan
sebagian besar ke kelenjar getah bening aksila. Pleksus profunda mencakup daerah
muskulus pektoralis menuju kelenjar getah bening rotter, kemudian ke kelenjar
getah bening subklavikula atau route of Grouzsman, dan 25% sisanya menuju
kelenjar getah bening mammaria interna.

Gambar 2.5 Drainase limfatik payudara


Persarafan kulit mammaee bersifat segmental dan berasal dari segmen
dermatom T2 sampai T6. Jaringan kelenjar mammaee sendiri diurus oleh sistem

9
saraf otonom. Pada prinsipnya inervasi mammaee berasal dari N. intercostalis IV,
V, VI dan cabang dari plexus cervicalis. Mammaee dipersarafi oleh nervus
intercosta 2-6, dengan cabang-cabangnya melewati permukaan kelenjar. 2 cabang
mammaee dari nervus kutaneus lateral keempat juga mempersarafi papilla
mammaee.

Gambar 2.6 Saraf-saraf perifer penting yang ditemukan selama mastectomy

2.2 Fisiologi Payudara

Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi hormon.


Perubahan pertama adalah sejak masa hidup anak melalui pubertas, masa
fertilitas, sampai menopause. Sejak pubertas pengaruh estrogen dan progesteron
yang diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise telah menyebabkan duktus
berkembang dan timbulnya asinus.

Perubahan kedua adalah perubahan sesuai siklus menstruasi. Sekitar hari


kedelapan menstruasi, payudara menjadi lebih besar dan beberapa hari sebelum
menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimum. Kadang timbul benjolan
yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang menstruasi payudara
menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak
mungkin dilakukan. Pada saat itu pemeriksaan mammogram tidak berguna karena
kontras kelenjar terlalu besar. Begitu menstruasi mulai, semuanya berkurang.

10
Perubahan ketiga terjadi saat hamil dan menyusui. Saat itu payudara
membesar karena epitel duktus lobul dan alveous berproliferasi dan tumbuh
duktus baru.

Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu (trigger) laktasi.


Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan
melalui duktus ke puting susu.

2.3 Tumor Payudara

Tumor pada payudara adalah suatu benjolan yang terdapat pada payudara yang
berasal dari jaringan pada payudara. Tumor pada payudara terdapat dua jenis, yakni
tumor jinak dan ganas. Terdapat perbedaan antara tumor jinak dan ganas,
diantaranya :

Gambar 2.7 Perbdedaan antara tumor jinak dan ganas

Tumor ganas pada payudara biasanya kita dengar dengan sebutan carcinoma
mammae. Sedangkan tumor jinak payudara terdapat beberapa jenis, yakni;
1. Kista mammae
2. Fibroadenoma mammae
3. Galactocele
4. Tumor filoides
5. Papiloma intraductus
6. Ductus ectasia
7. Adenosis sclerosis

11
8. Mastitis
9. Nekrosis lemak
2.4 Fibroadenomamammae (FAM)
Definisi
Fibroadenoma mammae (FAM) adalah tumor jinak payudara yang paling
sering terjadi pada wanita, yang berasal dari jaringan fibrosa (mesenkim) dan
jaringan glanduler (epitel) yang bersimpai jelas, berbatas jelas, soliter, berbentuk
benjolan yang dapat digerakkan. Terjadi peningkatan aktivitas estrogen secara
absolut maupun relatif sehingga memberikan kontribusi untuk perkembangannya,
dan memang lesi serupa mungkin muncul dengan perubahan fibrokistik
(fibroadenomatoid changes). Secara makroskopis irisannya tampak tumor jaringan
payudara bentuk bulat oval, putih keabuan, ukuran bervariasi, berbatas jelas,
padat, kenyal, mobile.

Etiologi & Epidemiologi


Penyebab FAM belum diketahui secara pasti, namun secara teoritikal sudah
menunjukan adanya pengaruh pada FAM yakni sebab genetic dan hormonal.
Genetic melibatkan growth hormone dan gen BRCA 1 dan BRCA 2 sedangkan
hormonal melibatkan hormone estrogen. Adanya penyebab hormonal dapat
menyebabkan FAM membesar pada saat menstruasi ataupun hamil.

Kejadian FAM biasanya terjadi pada usia muda, umumnya pada usia 15-25
thn, karena pada usia tersebut, hormone estrogen sedang di produksi secara
massive. Sedangkan kejadian FAM pada usia di atas 50 thn terjadi < 5% terjadi.
Hal ini pun menunjukan teori hormonal menjadi penyebabnya.

PENYEBAB GANGGUAN
1. Peningkatan aktivitas Estrogen yang absolut atau relatif.
2. Genetik : riwayat neoplasma payudara dlm keluarga
3. Faktor-faktor predisposisi :
a. Usia : < 30 tahun

12
b. Jenis kelamin
c. Hereditas
d. Diet
e. Lesi prekanker

Gejala
Secara makroskopik, tumor dapat bersimpai, berwarna putih keabu-abuan,
pada penampang tampak jaringan ikat berwarna putih, kenyal. Terdapat bagian
yang menonjol ke permukaa. Ada penekanan pada jaringan sekitar sehingga hal
ini lah yang kadang menimbulkan nyeri. Memiliki kapsul dan soliter, benjolan
dapat digerakkan dan pertumbuhannyapun cenderung lambat.

Ciri mikroskopisnya yaitu tampak:


Sel tumor dengan proliferasi sel epitel dengan inti bulat. Sel tersebut dapat
membentuk struktur tubulus atau celah / “slit”. Jika sel membentuk struktur
tubulus menunjukan tipe FAM perikanalikuli , sedangkan jika sel membentuk
struktur celah, menunjukan tipe intrakanalikuli. Pada lapang pandang lain,
tampak proliferasi stroma fibromyxoid dengan sel2 stellate.

Gambar 2.8 Penampang jaringan mammae

13
Klasifikasi
a. Intracanalicular FAM
FAM yang dibentuk dari pemecahan antara stroma fibrosa yang mengandung
serat jaringan epitel. Jaringan ikat mengalami proliferasi lebih banyak
sehingga kelenjar berbentuk panjang-panjang (tidak teratur) dengan lumen
yang sempit atau menghilang.

b. Pericanalicular FAM
FAM yang menyerupai kelenjar atau kista yang dilingkari oleh jaringan epitel
pada satu atau banyak lapisan. Yakni kelenjar berbentuk bulat dan lonjong
dilapisi epitel selapis atau beberapa lapis.
Secara jenisnya FAM dapat terbagi lagi menjadi 3 jenis, yakni;

1. Common FAM
2. Giant FAM
3. Juvenile FAM

Patofisiologi
Fibroadenoma merupakan tumor jinak payudara yang sering ditemukan pada
masa reproduksi yang disebabkan oleh beberapa kemungkinan yaitu akibat
sensitivitas jaringan setempat yang berlebihan terhadap estrogen sehingga
kelainan ini sering digolongkan ke dalam kategori mammary displasia.
Fibroadenoma biasanya ditemukan pada kuadran luar atas, merupakan lobus yang
berbatas jelas, mudah digerakkan dari jaringan di sekitarnya. Pada gambaran
histologis menunjukkan stroma dengan proliferasi fibroblast yang mengelilingi
kelenjar dan rongga kistik yang dilapisi epitel dengan bentuk dan ukuran yang
berbeda.

Diagnosis
FAM dapat didiagnosis dengan 3 cara yaitu:
1. Pemeriksaan fisik
2. Mammografi / ultrasound
3. FNA

14
Gambar 2.9 tabel diagnosis Fibroadenomammammae

15
Pemeriksaan Penunjang

• Mamografi
Mamografi dapat dilakukan sebagai tambahan untuk pemeriksaan fisik
dalam mengevaluasi benjolan payudara atau sebagai alat skrining.
Mamografi umumnya tidak bermanfaat pada wanita yang lebih muda dari
35 tahun. Ultrasonografi mungkin berguna dalam mengevaluasi benjolan
pada perempuan muda ini. Mamografi biasanya dianjurkan sebagai bagian
dari evaluasi pada wanita berusia lebih dari 35 tahun yang memiliki massa
payudara, untuk membantu mengevaluasi massa dan untuk mencari lesi
lainnya. Adalah kesalahan mengandalkan hasil mammogram negatif
apabila secara klinis dicurigai adanya benjolan. Temuan mamografi yang
mengesankan kanker termasuk peningkatan densitas, batas ireguler,
spiculation, dan mikro kalsifikasi berkerumun tidak teratur. Bulat, lesi
padat pada mamografi mungkin mempresentasikan lesi
kistik. Ultrasonografi sering dapat mengesankan suatu lesi kistik, dan
aspirasi jarum dapat menegaskan hal ini.

Gambar 2.10 Hasil mammografi mammae

 Ultrasonography (USG)
Ultrasonografi tidak memiliki peran tunggal atau kajian awal dalam
skrining untuk kanker payudara. Namun, sangat berguna untuk
mengevaluasi benjolan payudara dan dalam mendefinisikan lebih lanjut

16
kelainan dari mammografi. Hal ini terutama berguna pada wanita yang
lebih muda dari 35 tahun, ketika massa yang terdeteksi pada skrining
mamografi tetapi tidak teraba, ketika seorang pasien menolak aspirasi pada
sebuah massa, dan jika massa terlalu kecil atau terlalu dalam untuk aspirasi.
Risiko kanker adalah rendah jika sebuah simple cyst ditemukan pada
USG. Sebuah penelitian tidak menemukan kanker pada 223 kista. Namun,
beberapa ahli merekomendasikan bergerak langsung ke aspirasi jarum
halus jika simple cyst ditemukan di lokasi yang teraba massa. Dalam
pengalaman peneliti, hanya menemukan satu kanker dalam suatu "simple
cyst" yang dicatat oleh USG; " kista "adalah berukuran 2 cm, baru, dan
teraba oleh pasien dan dokter, dan hal itu dibenarkan berdasarkan aspirasi.

 FNA (Fine Needle Aspiration)


Aspirasi jarum halus dapat dilakukan untuk aspirasi sesuatu yang teraba
yang dicurigai kista. Sebuah jarum pengukur no 22 atau 24 dimasukkan ke
dalam kista yang telah distabilkan dengan tangan yang lain. Jika cairan
yang didapat nonbloody, dapat dibuang, karena tidak ada kanker ditemukan
dalam cairan kista nonbloody. Suatu recheck klinis harus dilakukan dalam
4 sampai 6 minggu. Cairan berdarah harus dikirim untuk analisis
patologis. Kanker ditemukan kira-kira 1% dari aspirasi berdarah. Kalau
tidak ada cairan yang diperoleh, sel dapat diperoleh untuk evaluasi sitologi
dengan biopsi aspirasi jarum halus.

• Core Needle Biopsy


Jarum yang lebih besar (14-18) digunakan untuk core needle biopsy. Hal
ini kebanyakan digunakan untuk mengevaluasi massa payudara
nonpalpable (yang ditemukan pada mamografi saja), dengan bimbingan
ultrasound atau mammografi. Pembuktian antara core needle biopsy dan
biopsi bedah adalah 94% di tujuh penelitian.

17
Kombinasi pemeriksaan fisik, mamografi, dan biopsi aspirasi jarum halus
untuk mendiagnosis benjolan yang teraba disebut sebagai triple diagnosis. Ada
sensitivitas yang sangat baik (99%) dan spesifisitas (99%) dengan pendekatan
ini. Jika salah satu dari tiga modalitas mengesankan kanker, biopsi eksisi adalah
dibenarkan

Terapi

Terapi FAM dilakukan dengan pengangkatan tumor , biasanya dengan general


anaesthetic. Tekhnik operasi, secara umum:

• Setelah disinfeksi beri marker di atas tumor


• Incisi tepat di garis areola mamma (incisi periareoler)
• Incisi diperlebar dan diperdalam dgn gunting kearah tumor
• Tumor di bebaskan secara tajam
• Lap operasi ditutup lapis demi lapis+handscoen drain

Pencegahan dan Deteksi Dini

1. Hindari faktor-faktor resiko


2. Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)
Berdiri di depan cermin sambil kedua tangan diletakkan di sisi tubuh.
Angkat kedua lengan dan amati dengan seksama kulit di payudara apakah
ada kerutan, lekukan, perubahan ukuran atau bentuk. Lihat apakah ada
perubahan bentuk simetri pada kedua payudara.Amati juga apakah puting
susu masuk ke dalam atau ada cairan aneh yang keluar dari puting.
Sekarang letakkan kedua tangan di samping pingul lalu amati payudara
Anda. Setelah itu letakkan kedua tangan di belakang kepala dan lakukan
hal serupa. Periksa kedua payudara sambil berdiri di bawah shower ketika
mandi. Lakukan hal yang serupa pada saat berbaring. Taruh satu tangan di
belakang kepala, sementara tangan yang satu melakukan gerak pijatan
memutar searah jarum jam di daerah jaringan payudara, puting, dan

18
jaringan di bawah ketiak. Ulangi cara ini pada payudara yang sebelah. Bila
Anda melakukannya saat mandi, sabun dan air membuat kulit licin hingga
mampermudah pemeriksaan. Periksa apakah ada benjolan yang tidak
lenyap atau tidak berubah. Benjolan yang abnormal bisa muncul tiba-tiba
dan menetap. Benjolan ini berbeda-beda bentuk dan kekerasannya dan
kadang terasa keras dengan tepi yang tidak teratur. Kadang benjolan itu
berupa penebalan jaringan tanpa garis batas yang jelas. Ingat, benjolan
kanker biasanya tidak terasa sakit.

19
BAB III

PEMBAHASAN

Pasien Ny. NMZ, usia 16 tahun datang dengan keluhan benjolan pada
payudara kiri sejak 3 bulan SMRS. Benjolan muncul secara tiba tiba. Benjolan
awalnya berukuran kurang lebih sebesar telor puyuh, benjolan semakin lama
semakin membesar hingga saat ini benjolan sudah sebesar telor ayam. Benjolan
dirasakan terus menerus. Keluhan ini juga disertai nyeri pada benjolan. Pada
pemeriksaan fisik, tanda vital dalam batas normal dan ditemukan benjolan pada
payudara kiri sebesar tel;ur ayam dengan benjlan terfiksir berbatas tegas dan sedikit
menimbulkan nyeri ketika ditekan. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hasil
benjolan tersebut merupakan tumor jinak fibroadenoma mammae.

Diagnosis pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan


pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien
menunjukkan bahwa pasien mengalami adanya tumor dengan batas tegas dan
menimbulkan sedikit nyeri tekan. Tumor payudara tersebut dipertegas dengan
kadang terasa membesar ketika menstruasi yang merupakan ciri khas dari
fribroadenoma mmammae. Di dukung juga dari usia pasien yang memiliki resiko
tinggi pada kelainan tersebut. Dari riwayat keluarga pun ditemukan bahwa ibu
pasien dulunya sering mngalami hal serupa. Pemeriksaan penunjang yang
menunjukkan bahwa terdapat gambaran penunjang yang menunjukan gambaran
fibroadenoma mammae mempertegas diagnosis dari pasien.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Balitbang Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar: RISKESDAS. Jakarta:


Balitbang Kemenkes RI; 2013.

2. Tortora, GJ, Derrickson, B. 2012. Principles of Anatomy & Physiology 13th


Edition. United States of America: John Wiley & Sons, Inc.Guyton, AC, Hall, JE.
2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC.

3. Moore Keith L., Dalley Arthur F., Agur Anne M.R.. 2014. Clinically Oriented
Anatomy. 7th ed. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins

4. Schwartz, Seymour I. 1999. Schwartz : Principles of Surgery, 7th ed. United


States of America : The McGraw-Hill Companies, Inc.

5. Cohen S.M, Aft R.L, and Eberlein T.J. 2002. Breast Surgery. In: Doherty G.M
et all, ed. The Washington Manual of Surgery. Third edition. Philadelphia:
Lippincott Williams and Wilkins. p 40.

6. De jong, Syamsuhadi. Ilmu Bedah. EGC. Jakarta. 2005.

7. Kumpulan Naskah Ilmiah Muktamar Nasional VI Perhimpunan Ahli Bedah


Onkologi Indonesia. Semarang.2003

21

Anda mungkin juga menyukai