Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS

ABNORMAL UTERINE BLEEDING (LEIOMIOMA) DENGAN


ANEMIA

Disusun oleh:
Sharon Natalia Runtulalo
112021162

Pembimbing:
dr. Fitriana M Nuryadi, Sp.OG, MARS

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Obstetri & Ginekologi


Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Kristen Krida Wacana
RSAU dr. Esnawan Antariksa
Periode 12 September - 19 November 2022

1
LAPORAN KASUS
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)
Jl. Terusan Arjuna No.6 Kebon Jeruk – Jakarta Barat
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU PENYAKIT KANDUNGAN
FAKULTAS KEDOKTERAM UKRIDA
Hari / Tanggal Ujian / Presentasi Kasus: …………………….
SMF ILMU KEBIDANAN
RUMAH SAKIT: RSAU dr. Esnawan Antariksa
Nama : Sharon Natalia Runtulalo Tanda Tangan
Nim : 112021162 ……………………..

Dr. Pembimbing / Penguji: dr. Fitriana M Nuryadi, Sp.OG .……………………..

1. Identitas Pasien :
1.1. Pasien
Nama : Ny. K
Tanggal lahir : 13 Mei 1969
Usia : 53 tahun
Suku : Jawa
Golongan darah : O
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status pernikahan : Menikah
Alamat : Jl. Pondok Bambu Asri V No.25
Waktu masuk : 3 Oktober 2022

1.2. Suami Pasien


Nama : Tn. A
Suku : Jawa
Golongan darah : -
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani
Pangkat : -
Alamat : Jl. Pondok Bambu Asri V No.25

2
2. Data Dasar :
2.1 Anamnesis :
Autoanamnesis dilakukan pada 3 Oktober 2022, pukul 21.00
2.1.1 Keluhan Utama
Menstruasi berkepanjangan sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit.
2.1.2 Keluhan Tambahan
Nyeri di bagian perut saat menstruasi.
2.1.3 Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien datang ke Bangsal Nuri atas rujukan dari Poli Obgyn RSAU dengan
keluhan menstruasi berkepanjangan sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit.
Pasien mengatakan keluhan ini sudah dirasakan sekitar 2 tahun yang lalu dan
keluhan semakin memberat 2 bulan terakhir. Pasien menjelaskan menstruasi sering
muncul dua kali tiap bulan, dimana menstruasi pertama terjadi sekitar 1 minggu,
kemudian jeda 5 hari untuk menuju menstruasi yang kedua. Pada saat jeda, pasien
mengatakan masih keluar perdarahan berupa flek dan tidak ada bau. Keluhan
perdarahan biasanya disertai nyeri perut yang menjalar ke bagian pinggang, dan
terkadang perdarahan disertai dengan adanya gumpalan. Pasien mengatakan sebelum
mengalami keluhan seperti ini, riwayat menstruasi teratur setiap bulan dan biasanya
berlangsung selama 5 hari. Pasien menyangkal adanya keluhan demam, pusing,
mual, muntah, sesak, nyeri dada, dan gangguan penglihatan. Pasien juga tidak
merasakan adanya penurunan berat badan, tidak ada gangguan pembekuan ketika
pasien mengalami luka, tidak ada memar, tidak ada mimisan, ataupun gusi sering
berdarah. Pasien mengaku sering berkemih saat malam hari lebih dari 3 kali, BAB
dalam batas normal.
Satu bulan sebelum masuk rumah sakit, pasien datang ke Poli dengan keluhan
keputihan disertai rasa gatal, berwarna bening, tetapi tidak ada bau. Pasien juga
mengeluhkan menstruasi cenderung banyak dengan volume ±100 ml, sehari 4x ganti
pembalut, disertai adanya gumpalan darah segar. Pasien juga mengeluhkan adanya
nyeri perut bagian bawah. Saat dilakukan pemeriksaan didapatkan massa mobile
setinggi pusat, porsio licin, dari USG didapatkan ukuran uterus 19 x 10 cm. Pasien
diberi obat oral berupa asam mefenamat 3x500 mg, asam traneksamat 3x500 mg,

3
emibion 1x1, dan amlodipine 1x10 mg. Kemudian pasien dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan darah lengkap dan papsmear.
Beberapa jam sebelum masuk rumah sakit, pasien datang ke Poli untuk
konsultasi hasil pemeriksaan. Untuk hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb
8.2. Dari USG didapatkan ukuran uterus 21 x 8,6 x 14 cm, tampak massa
intrakavum, dan ovarium tampak mengecil. Hasil papsmear didapatkan radang
disebabkan cocobasillus, tidak ada sel atipik ataupun ganas. Saat di poli, pasien
mengatakan perdarahan sudah membaik dan nyeri berkurang. Dari poli pasien sudah
mendapatkan obat yaitu asam mefenamat 3x500 mg dan asam traneksamat 3x500
mg.
2.1.4 Riwayat Haid
Haid Pertama : 12 tahun
Siklus : Tidak teratur
Lamanya : 14 hari
Jumlah darah : ±80 cc/24 jam
Keluhan saat haid : Nyeri di bagian perut
Haid terakhir : 30 September 2022 – 3 Oktober 2022
2.1.5 Riwayat Perkawinan
Status pernikahan : Menikah
Menikah : 1 kali
Dengan suami sekarang sudah 33 tahun
2.1.6 Riwayat Obstetrik : P3A0
1. Tahun 1992, aterm, partus normal, perempuan, 3300 gr dan 49 cm, kondisi anak
sekarang sehat.
2. Tahun 1997, aterm, partus normal, laki-laki, 4000 gr dan 60 cm, kondisi anak
sekarang sehat.
3. Tahun 1999, aterm, partus normal, perempuan, 2500 gr dan 48 cm, kondisi anak
sekarang sehat.
4. Tahun 1999, aterm, partus normal, perempuan, 3300 gr dan 57 cm, kondisi anak
sekarang sehat.
2.1.7 Riwayat Ginekologi
Tidak ada.
2.1.8 Riwayat Keluarga Berencana
Menggunakan implan sejak tahun 2000 dan sudah dilepas pada tahun 2019.

4
2.1.9 Hal-hal lain :
 Riwayat Penyakit Keluarga
1. Riwayat penyakit hipertensi (-), diabetes (-), jantung (-), asma (-),
kanker (-), gangguan pembekuan darah dalam keluarga tidak ada.
 Riwayat Alergi
Tidak ada alergi terhadap obat-obatan, makanan, dan cuaca.
 Riwayat Pengobatan
1. Obat anti-hipertensi yaitu amlodipine 1x10 mg
2. Dari poli pasien sudah mendapatkan obat yaitu asam mefenamat 3x500
mg, asam traneksamat 3x500 mg, emibion 1x1.
 Riwayat Sosial dan Kebiasaan
1. Pasien tidak merokok, minum minuman beralkohol dan mengonsumsi
narkoba.
2. Pekerjaan pasien sebagai ibu rumah tangga
3. Pola tidur 6-8 jam sehari (tidak begadang)
 Riwayat Operasi
Tidak ada

2.2 Pemeriksaan Fisik


2.2.1 Status Generalis
Keadaan umum : Tampak Sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Suhu : 36˚C
Tekanan Darah : 160/82 mmHg
Nadi : 78x/menit
Pernafasan : 20x/menit
Tinggi badan : 150 cm
Berat badan : 65 kg
IMT : 28,8 (obesitas I)

Kulit : Kuning langsat, striae gravidarum pada abdomen (-), tidak


ada lesi, tidak ada luka bekas operasi
Muka : Simetris

5
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis +/+, sklera ikterik -/-, refleks cahaya +/+
Telinga : Normotia, liang telinga lapang, serumen -/-
Hidung : Simetris, tidak ada septum deviasi, sekret -/-
Mulut/gigi : Bibir tidak kering dan tidak sianosis, mukosa merah muda
Leher : Tidak ditemukan pembesaran tiroid maupun KGB
Dada : Simetris, sela iga tidak melebar atau retraksi
Paru-paru : Suara nafas vesikuler +/+, wheezing -/-, rhonki -/-
Jantung : BJ 1-2 murni, regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Perut tampak membesar, teraba massa padat pada regio umbilicus,
permukaan licin, mobile, nyeri tekan bagian bawah (+), bising usus (+)
Punggung : Tidak ada scoliosis, lordosis, kifosis, nyeri ketuk CVA -/-
Refleks : Refleks patella +/+
Ektremitas : Tungkai simetris, edema (-), CRT < 2 detik
Sensibilitas : Baik
Pertumbuhan rambut : Pertumbuhan rambut hitam, merata, dan normal
Kulit dan kelamin : Terdapat sedikit darah berwarna merah di vagina, keadaan
kulit normal tidak ada benjolan, eksim, dan hemoroid.

2.3 Pemeriksaan Penunjang


Hasil Laboratorium tanggal 20 September 2022

NAMA HASIL SATUAN NILAI


PEMERIKSAAN RUJUKAN
HEMATOLOGI
Darah lengkap
Hemoglobin 8,2 g/dL 12,0-16,0
Lekosit 4400 mm3 4.000-10.000/mm3
Hematokrit 28 % 35-47
Trombosit 276.000 mm3 150.000-400.000
LED 25 mm/Jam <15 mm/jam
Hitung jenis
Basofil 0 % 0-1
Eosinofil 2 % 2-4

6
Netrofil batang 3 % 3-5
Netrofil segment 54 % 50-70
Limfosit 35 % 25-40
Monosit 6 % 2-8
Waktu pendarahan 3’ Menit 1-3 menit
Waktu pembekuan 6’30” Menit 1-7 menit
KIMIA KLINIK
SGOT 17 u/l <56
SGPT 12 u/l <40
Ureum 26 mg/dl <50
Creatinin 1,0 mg/dl <1.2
Glukosa Puasa 91 mg/dl 60-100
Glukosa 2 Jam PP 178 mg/dl <140
IMUNOSEROLOGI
HbsAg Non-reaktif Non-reaktif
Anti HIV Non-reaktif Non-reaktif
Rapid Antigen SARS Negatif Negatif
COV-2

2.4 Pemeriksaan Lain


USG Transvaginal dari poli obstetri dan ginekologi tanggal 3 Oktober 2022

7
Hasil :
1. Ukuran lebar uterus : 14,75 cm

2.5 Uraian Masalah


Pasien perempuan berusia 53 tahun dengan P3A0 datang dengan keluhan menstruasi
yang berkepanjangan sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Keluhan ini sudah
dirasakan sekitar 2 tahun yang lalu dan semakin memberat 2 bulan terakhir.
Menstruasi sering muncul dua kali tiap bulan, dimana menstruasi pertama terjadi
sekitar 1 minggu, kemudian jeda 5 hari untuk menuju menstruasi yang kedua. Pada
saat jeda, pasien mengatakan masih keluar perdarahan berupa flek dan tidak ada bau.
Keluhan perdarahan biasanya disertai nyeri perut yang menjalar ke bagian pinggang,
dan terkadang perdarahan disertai dengan adanya gumpalan. Pasien juga sering
berkemih saat malam hari yaitu lebih dari 3 kali. Haid terakhir pada tanggal 30
September sampai 3 Oktober 2022. Pasien mempunyai riwayat hipertensi dan rutin
mengkonsumsi obat anti-hipertensi yaitu amlodipine.
Pada pemeriksaan fisik tanggal 3 Oktober 2022 pukul 21.00 WIB, didapatkan tekanan
darah 160/82 mmHg, nadi: 78x/menit, suhu: 36˚C, laju pernafasan 20x/menit, dan
IMT 28,8 (obesitas I). Pemeriksaan generalis dalam batas normal kecuali pada
konjungtiva tampak anemis, pada abdomen didapatkan perut tampak membesar,

8
teraba massa padat pada regio umbilicus, permukaan licin, mobile, nyeri tekan bagian
bawah (+), dan pada daerah kelamin terdapat darah keluar melalui vagina.
Pemeriksaan laboratorium tanggal 20 September 2022 didapatkan hasil hemoglobin
dan hematokrit menurun, serta glukosa 2 jam PP meningkat. Pada pemeriksaan USG
transvaginal tanggal 3 Oktober 2022, tampak ukuran lebar uterus 14,75.

2.6 Daftar Masalah


Ny.K 53 tahun P3A0 Abnormal Uterine Bleeding (Leiomioma) dengan Anemia.

2.7 Rencana Permulaan


2.7.1 Rencana Diagnostik
 Dilakukan pemeriksaan USG Transvaginal.
2.7.2 Rencana Terapi
 Observasi TTV, KU dan perdarahan
 Infus RL
 Transfusi PRC 750 cc
 Usulan dilakukan laparotomi histerektomi total
2.7.3 Rencana Edukasi
Penjelasan mengenai penyakit dan pilihan pengobatannya. Menjelaskan juga
mengenai indikasi dan resiko tindakan laparotomi histerektomi total yang
dilakukan karena adanya massa yang mendesak kavum uteri. Meningkatkan
daya tahan tubuh dengan makan-makanan yang bergizi, diet menjaga berat
badan ideal untuk mengurangi faktor risiko obesitas, dan istirahat yang cukup.

2.8 Prognosis
Ad vitam : Ad bonam
Ad fungsionam : Ad bonam
Ad sanationam : Ad bonam

3. Laporan Follow Up

Hari/Tanggal Keluhan dan Terapi Pasien


04/10/2022 pukul S: Pasien post OP laparotomi histerektomi total dengan
19.00 indikasi AUB. Pasien mengeluhkan nyeri post op (+), mual

9
(-), muntah (-), pusing (+), demam (-), sesak (-), BAK (+),
BAB (-), Flatus (+).
O : KU: baik, Kes: CM, TD: 94/64 mmHg, Suhu:36,5ºC,
Nadi: 110x/menit.
Perdarahan : 1 kali ganti pampers (±50cc)
DC: 300 cc

Telah dilakukan tindakan laparotomi histerektomi total


salpingo-ooforektomi bilateral dengan ukuran uterus yang
membesar ±15 cm, teraba massa mobile intrauterine,
ovarium kanan kiri, tuba fallopi dalam batas normal. Tanda-
tanda vital pasca operasi, tekanan darah 115/62, nadi
85x/menit, pernafasan 18x/menit, saturasi O2 100%.

A: Post laparotomi histerektomi total salpingo-ooforektomi


bilateral a/i AUB
P: Observasi TTV dan KU
Infus RL + Adona 1 amp
Ceftriaxone 1x2 gr IV
Asam Traneksamat 3x500 IV
Ranitidine 3x1 amp IV
Ketorolac 3x1 amp IV
Neurobion 1x1 amp IV

Hari/Tanggal Keluhan dan Terapi Pasien


05/10/2022 pukul S: Nyeri post op (+), mual (-), muntah (-), pusing (-),
08.00 demam (-), sesak (-), BAK (+), BAB (-), Flatus (+),
mobilisasi duduk.
O: KU: baik, Kes: CM, TD: 120/75 mmHg, Suhu:36ºC,
Nadi: 85x/menit
Perdarahan : 1 kali ganti pempers, isi tidak penuh, warna
darah merah segar.
DC: 500 cc

10
A:Post laparotomi histerektomi total salpingo-ooforektomi
bilateral a/i AUB
P: Observasi TTV dan KU
Infus RL + Adona 1 amp
Ceftriaxone 1x2 gr IV
Asam Traneksamat 3x500 IV
Ranitidine 3x1 amp IV
Ketorolac 3x1 amp IV
Neurobion 1x1 amp IV
Hari/ Tanggal Keluhan dan Terapi Pasien
06/10/2022 pukul S: Nyeri post op berkurang, BAB (+), sudah terasa ingin
09.00 BAK, mobilisasi jalan.
O: KU: baik, Kes: CM, TD: 110/70 mmHg, Suhu: 36oC,
Nadi:76x/menit.
Perdarahan : pakai pembalut, ada sedikit perdarahan, warna
darah merah segar.
DC : 1200
A: Post laparotomi histerektomi total salpingo-ooforektomi
bilateral a/i AUB
P: Observasi TTV dan KU
Bladder training / 2 jam
Infus RL + Adona 1 amp
Ceftriaxone 1x2 gr IV
Asam Traneksamat 3x500 IV
Ranitidine 3x1 amp IV
Ketorolac 3x1 amp IV
Neurobion 1x1 amp IV
Hari/Tanggal Keluhan dan Terapi pasien
07/10/2022 pukul S: Nyeri post op (+)
08.30 O: KU: baik, Kes: CM, TD: 108/57 mmHg, Suhu: 36,5oC,
Nadi: 90x/menit.
Perdarahan : masih ada sedikit perdarahan, warna darah
merah segar.

11
DC : 1200
A: Post laparotomi histerektomi total salpingo-ooforektomi
bilateral a/i AUB
P: Observasi TTV dan KU
Cefixime 2x200 mg
Etabion 1x1

Tinjauan Pustaka

Perdarahan Uterus Abnormal


Definisi
Perdarahan Uterus Abnormal (AUB) didefinisikan sebagai perdarahan dari korpus
uteri yang abnormal dalam frekuensi, durasi, dan jumlah yang timbul tanpa adanya
kehamilan.1
Perdarahan Uterus Abnormal (AUB) adalah perdarahan dari rahim yang lebih lama
dari biasanya atau yang terjadi pada waktu yang tidak teratur. Siklus menstruasi normal
biasanya berlangsung antara 24 hingga 38 hari dan periode menstruasi normal biasanya
berlangsung hingga 8 hari. Kehilangan darah rata-rata per siklus adalah 35 ml.2

Epidemiologi
Perdarahan Uterus Abnormal merupakan sebab tersering perdarahan abnormal per
vaginam pada masa reproduksi wanita. Dilaporkan gangguan ini terjadi pada 5-10% wanita.
Lebih dari 50% terjadi pada masa perimenopause, sekitar 20% pada masa remaja, dan kira-
kira 30% pada wanita usia reproduktif. Ras bukan faktor penting, tetapi insidensi leiomyoma
pada wanita ras Afrika lebih tinggi dan mereka memiliki kadar estrogen yang lebih banyak,

12
karena itu mereka cenderung untuk lebih sering mengalami episode perdarahan abnormal
pervaginam.3

Klasifikasi PUA Berdasarkan Jenis Perdarahan


1. PUA akut: Episode perdarahan berat sehingga perlu dilakukan penanganan yang cepat
untuk meminimalkan atau mencegah kehilangan darah lebih lanjut. PUA akut dapat
terjadi pada kondisi PUA kronik atau tanpa riwayat sebelumnya.3,4
2. PUA kronik: Perdarahan dari korpus uteri yang tidak normal dalam durasi,
keteraturan, volume atau frekuensi tanpa adanya kehamilan dan telah ada selama
sebagian besar enam bulan sebelumnya.1,3
3. Perdarahan tengah (intermenstrual bleeding): Terjadi di antara 2 siklus haid yang
teratur. Perdarahan dapat terjadi kapan saja atau dapat juga terjadi di waktu yang sama
setiap siklus.3,4

Klasifikasi PUA Berdasarkan penyebab


Berdasarkan International Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO), terdapat
9 kategori utama disusun sesuai dengan akronim “PALM COEIN” yakni ; polip,
adenomiosis, leiomioma, malignancy dan hiperplasia, coagulopathy, ovulatory dysfunction,
endometrial, iatrogenik, dan not yet classified.3,4
Kelompok PALM merupakan kelainan struktural yang dapat dinilai dengan berbagai
teknik pencitraan dan atau pemeriksaan histopatologi antara lain: Polip, adenomyosis,
leiomioma, dan malignancy and hyperplasia. Kelompok “COEIN” merupakan kelainan non
strruktural yang tidak dapat dinilai dengan teknik pencitraan atau histopatologi. Sistem
klasifikasi tersebut disusun berdasarkan pertimbangan bahwa seorang pasien dapat memiliki
satu atau lebih faktor penyebab PUA antara lain Coagulopaty, Ovulatory dysfuntion,
Endometrial, Iatrogenik, dan Not Yet Classified.4
1. Kelainan Struktural
a) Polip (AUB-P)
Polip endometrium adalah proliferasi epitel yang timbul dari stroma dan
kelenjar endometrium. Mayoritas tidak menunjukkan gejala. Kontribusi
polip terhadap AUB sangat bervariasi mulai dari 3,7% hingga 65%.
Polip dikategorikan sebagai ada atau tidak ada.1,3

13
b) Adenomiosis (AUB-A)
Two-dimensional transvaginal ultrasonography (TVUS) memiliki sensitivitas
dan spesifisitas yang serupa dengan pencitraan resonansi magnetik (MRI)
untuk mendiagnosis adenomiosis. Morphological Uterus Sonographic
Assessment (MUSA) telah menyarankan delapan kriteria TVUS untuk
diagnosis adenomiosis dan adanya dua atau lebih sangat terkait dengan
diagnosisnya. Kriterianya adalah: i) penebalan miometrium asimetris, ii) kista
miometrium, iii) pulau hyperechoic, iv) bayangan berbentuk kipas, v) garis
dan tunas subendometrium ekogenik, vi) vaskularisasi translesi, vii) zona
sambungan tidak teratur, vii) zona sambungan terputus. Identifikasi dan
evaluasi zona persimpangan paling baik dilakukan dengan ultrasonografi tiga
dimensi.1,3
c) Leiomioma (AUB-L)
Dalam sistem PALM-COEIN, klasifikasi primer menunjukkan ada atau tidak
adanya satu atau lebih leiomioma, terlepas dari lokasi, jumlah dan ukurannya.
Klasifikasi sekunder mencakup subdivisi lebih lanjut menjadi submukosa atau
'SM' dengan setidaknya 1 leiomioma submukosa atau 'O' lainnya. Hal ini
membantu klinisi untuk membedakan mioma yang berkontak dengan
endometrium karena hal ini kemungkinan besar berkontribusi terhadap AUB.
Klasifikasi tersier mioma didasarkan pada sistem Wamsteker untuk leiomioma
submukosa (SM Tipe 0, 1 dan 2) dan diperluas untuk mencakup tumor yang
hanya berkontak dengan endometrium tanpa mendistorsi rongga (Tipe 3),
mioma intramural yang memiliki miometrium di antara batas dan
endometrium & serosa (Tipe 4) dan tumor subserosa yang dikategorikan
menurut proporsi relatif tumor dalam miometrium (Tipe 5, 6, & 7).
Leiomioma tipe 8 adalah yang tidak melibatkan miometrium seperti serviks,
ligamen luas, dan leiomioma parasit. Ketika leiomioma berbatasan atau
mendistorsi baik endometrium dan serosa, itu dikategorikan pertama oleh
klasifikasi submukosa, kemudian oleh lokasi subserosa, dengan dua angka ini
dipisahkan oleh tanda hubung. Klasifikasi tersier ini berguna untuk klinisi
terutama saat merencanakan miomektomi. Pada revisi 2018 Tipe 0 dan 7
dibedakan dari Tipe 1 dan 6 dengan memiliki diameter tangkai yaitu 10% atau
kurang dari diameter rata-rata leiomioma. Leiomioma tipe 2 dan 3 dibedakan
pada histeroskopi berdasarkan tekanan pengisian terendah yang diperlukan

14
untuk memvisualisasikan rongga endometrium. Tipe 4 dan tipe 5 dibedakan
berdasarkan distorsi serosa (Tipe 5) sebagaimana ditentukan oleh
ultrasonografi atau MRI. Sistem yang direvisi juga mengusulkan kumpulan
data minimal untuk menggambarkan leiomioma yang mencakup perkiraan
total volume uterus berdasarkan pencitraan serta perkiraan jumlah leiomioma
(1, 2, 3, 4, atau lebih besar dari 4). Jika pencitraan tidak tersedia, kumpulan
data inimum harus mencakup perkiraan ukuran uterus pada pemeriksaan klinis
yang setara dengan uterus gravid minggu “X”. Ketika ultrasonografi
transvaginal atau MRI tersedia, lokasi (anterior, posterior, kiri, kanan, atau
tengah), pada bidang vertical sebagai setengah bagian atas, bagian bawah, atau
keduanya dan perkiraan volume hingga empat leiomioma individu harus
dicatat. Bila terdapat lebih dari empat leiomioma, volume yang terbesar harus
dicatat, seminimal mungkun dan juga jika leiomioma lain dianggap penting
untuk pengambilan keputusan klinis berdasarkan lokasi, volumenya juga harus
dicatat.1,3
d) Keganasan (AUB-M)
AUB-M mencakup baik keganasan (leiomyosarcoma, kanker endometrium)
dan hiperplasia endometrium atipikal. Mereka selanjutnya
“disubklasifikasikan” oleh sistem WHO atau FIGO yang sesuai.1,3
2. Kelainan Non Struktural
e) Koagulopati (AUB-C)
Perdarahan uterus abnormal yang berhubungan dengan gangguan sistemik
hemostasis disebut AUB-C.1,3
f) Gangguan Ovulasi (AUB-O)
Gangguan ovulasi yang mengarah ke AUB sering terjadi pada wanita peri-
menarcheal dan perimenopause dan endokrinopati seperti sindrom ovarium
polikistik, hipotiroidisme, dan hiperprolaktinemia serta faktor lain termasuk
stres mental, obesitas, anoreksia, penurunan berat badan, dan olahraga ekstrim.
Siklus anovulasi dapat berkontribusi pada AUB dengan efek estrogen yang
tidak dilawan pada endometrium yang menyebabkan proliferasi dan penebalan
yang nyata yang mengakibatkan HMB bersama dengan frekuensi menstruasi
yang berubah. Wanita dengan AUB-O memiliki siklus menstruasi seperti yang
dijelaskan dalam sistem 1.1,3
g) Penyebab Endometrium (AUB-E)

15
AUB karena disfungsi endometrium primer disebut AUB-E. Ini mungkin
karena peningkatan produksi vasodilator local (prostaglandin E2, prostasiklin),
penurunan produksi local vasokonstriktor (endotelin-1, prostaglandin F2a),
sintesis berlebihan activator plasminogen atau lisis bekuan endometrium yang
dipercepat. Saat ini tidak tersedia untuk dokter.
AUB karena inflamasi atau infeksi endometrium juga termasuk dalam AUB-
E1. Menurut consensus FIGO, tidak ada tes yang harus dilakukan dalam
situasi ini. AUB-E tetap menjadi diagnosis pengecualian kelainan lain yang
dapat diidentifikasi pada wanita dengan siklus ovulasi yang tampaknya normal
dan juga dicurigai bila kelainan struktural merupakan penyabab yang tidak
mungkin dari AUB seperti leiomioma.1,3
h) Iatrogenik (AUB-I)
Penyebab iatrogenik dari AUB termasuk terapi eksogen yang menyebabkan
perdarahan endometrium yang tidak terjadwal dan berhubungan dengan
penggunaan steroid eksogen (yaitu, terapi estrogen/progestin agonis dan
antagonis hormon pelepas gonadotropin, inhibitor aromatase, modulator
reseptor estrogen selektif, modulator reseptor progesteron selektif),
sistem/perangkat intrauterin atau agen farmakologis sistemik/lokal lainnya
misalnya antikonvulsan – asam valproat dan antibiotik – rifampisin dan
griseofulvin, obat antikoagulan seperti warfarin, heparin, heparin dengan berat
molekul rendah, obat-obatan nonsteroid yang berkontribusi terhadap gangguan
ovulasi, seperti yang mempengaruhi dopamin metabolisme, termasuk
fenotiazin dan antidepresan trisiklik. AUBI biasanya dikaitkan dengan rute
pengiriman sistemik atau intrauterin yang berkelanjutan. Penggunaan alat
kontrasepsi dapat menyebabkan endometritis tingkat rendah yang juga dapat
berkontribusi pada AUB.1,3
i) Tidak Diklasifikasikan Lain (AUB-N)
Pendarahan abnormal yang terkait dengan sisa penyebab yang jarang atau
tidak jelas dikategorikan sebagai AUB-N. Contohnya termasuk malformasi
arteriovenosa, cacat bekas luka Caesar atau Isthmocele, endometrial pseudo
aneurysm, hipertrofi myometrium, dan endometritis kronis (tidak dipicu oleh
alat kontrasepsi dalam rahim). Selain itu, mungkin ada gangguan lain yang
belum teridentifikasi, yang hanya dapat ditentukan dengan uji biokimiawi atau
biologi molekuler. Sebagai bukti lebih lanjut, kelainan tersebut mungkin

16
dialokasikan kategori yang terpisah, atau mereka bisa ditugaskan ke salah satu
kategori yang ada dalam sistem klasifikasi.1,3

Diagnosis
Anamnesis
 Penting untuk menyingkirkan kehamilan pada setiap wanita yang mengalami PUA
pada kelompok usia reproduksi.
 Siklus normal, jumlah dan durasi aliran menstruasi sebelum timbulnya keluhan.
 Lamanya keluhan dan kelainan yang diderita.
 Keluhan terkait nyeri, benjolan di perut, keputihan, demam.
 Riwayat sugestif gangguan yang mendasari hemostasis yang meliputi :
 Riwayat aliran menstruasi yang berat sejak menarche.
 Pendarahan yang berlebihan atau berkepanjangan selama operasi atau
persalinan.
 Epistaksis atau memar yang sering (lebih dari sekali dalam satu bulan),
perdarahan gusi yang sering atau riwayat keluarga dengan diatesis perdarahan.
 Riwayat penggunaan alat kontrasepsi, obat-obatan seperti antikoagulan, tamoxifen.
 Riwayat sugestif gangguan tiroid.
 Riwayat keganasan dalam keluarga.1

Pemeriksaan Fisik
Penting untuk mencatat temuan berikut :
 Tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, frekuensi pernafasan) terutama pada kasus
PUA akut.
 Indeks massa tubuh.
 Keadaan pucat, adanya sianosis, clubbing, ikterus, edema, dan kelenjar getah bening.
 Pembesaran tiroid.
 Jerawat, hirsutisme (skor Ferriman-Gallwey).
 Pemeriksaan payudara.
 Pemeriksaan abdomen untuk mencari massa yang teraba dan adanya cairan bebas.
 Pemeriksaan spekulum untuk mencari sumber dan jumlah perdarahan, sifat keputihan,
keadaan serviks dan vagina. Lakukan PAP smear jika diindikasikan.

17
 Pemeriksaan vagina, dubur atau gabungan untuk memastikan temuan pada
pemeriksaan abdomen dan spekulum.1

Pemeriksaan Penunjang
Evaluasi laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya dipandu oleh temuan
anamnesis dan pemeriksaan fisik.1
Tes Darah
 Tes kehamilan urin atau serum Beta HCG untuk menyingkirkan kejadian terkait
kehamilan.
 Hitung darah lengkap termasuk hemoglobin, hematokrit, dan jumlah trombosit untuk
menilai status anemia dan koagulabilitas.
 Profil koagulasi termasuk waktu perdarahan, waktu pembekuan, waktu tromboplastin
parsial, waktu tromboplastin parsial teraktivasi, uji faktor von Willebrand, uji faktor
ristocetin, dan aktivitas faktor VIII diindikasikan pada wanita dengan skrining positif
untuk koagulopati setelah berkonsultasi dengan ahli hematologi.
 Tes hormon perangsang tiroid dan fungsi hati jika ada indikasi klinis.1

Pencitraan
 USG Panggul : Sebaiknya dilakukan setelah menstruasi yang membantu mendeteksi
kelainan struktural termasuk penebalan endometrium, status myometrium, fibroid,
adenomioma, adenomiosis atau massa adneksa. Ultrasonografi transabdominal atau
transvaginal dapat dilakukan, tetapi transvaginal lebih disarankan.
 Ultrasound-doppler harus dilakukan pada kasus dugaan malformasi arteriovenosa,
keganasan, dan untuk membedakan antara fibroid dan adenomioma.
 USG tiga dimensi lebih disukai untuk pemetaan fibroid intrakaviter dan myometrium
(Alternatif non-invasif untuk histeroskopi).
 Ultrasonografi infus saline diindikasikan untuk membedakan endometrium yang
menebal dari polip endometrium dalam keadaan dimana histeroskopi tidak tersedia.
 Histeroskopi membantu mengidentifikasi lesi intrakaviter dan melakukan biopsi
terarah. Histeroskopi rawat jalan mungkin merupakan pemeriksaan awal pada wanita
yang dicurigai adanya lesi intrakaviter atau patologi endometrium berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan.

18
 Pencitraan Resonansi Magnetik diindikasikan sebelum operasi konservatif untuk
fibroid untuk memetakan jumlah dan lokasi yang tepat dari fibroid dan
membedakannnya dari adenomioma. Bisa juga dilakukan pada kasus yang dicurigai
keganasan.1

Leiomioma
Definisi
Mioma uteri yang disebut juga dengan fibroid uterus atau leiomioma uterus.
Leiomioma adalah tumor jinak rahim yang paling umum dengan etiologi yang tidak jelas.
Dengan menopause, ukuran leiomioma menyusut sehingga meringankan beban pada wanita
bergejala yang seringkali tidak memerlukan pengobatan.1,5

Epidemiologi
Data epidemiologi menunjukkan bahwa 70% kasus terjadi pada usia 50 tahun, dimana
30-40% kasus pada masa perimenopause dan 20-25% kasus pada wanita usia reproduksi.
Mioma uteri dapat mengenai semua ras, paling banyak pada ras kulit hitam (18%), 10% pada
wanita Hispanik, 8% menyerang wanita kulit putih, dan paling jarang mengenai wanita Asia.
Sebagian besar kasus tidak bergejala sama sekali, hanya 30% kasus yang simptomatis.
Sejumlah 80% mioma uteri multiple dan sekitar 10,7% terjadi pada wanita hamil.6

Faktor Risiko
Kejadian mioma uteri dilatarbelakangi oleh sejumlah faktor risiko, antara lain: faktor
endogen tubuh, misalnya ras, usia, pola hidup sedentair, faktor diet dan obesitas, pengaruh
siklus haid, dan status paritas serta penyakit komorbid.6
 Genetik dan Ras
Risiko kejadian tumor akan meningkat 2,5 kali lipat pada keturunan pertama pasien
mioma uteri. Ras Afrika cenderung lebih sering mengalami mioma uteri dengan
prevalensi terbanyak kasus mioma multiple; gejala umumnya lebih berat serta lebih
progresif.6,7
 Usia
Usia diatas 30 tahun meningkatkan risiko mioma uteri.6
 Gaya Hidup

19
Gaya hidup sedentary menjadi faktor risiko karena peningkatan risiko obesitas dan
pengaruhnya terhadap disregulasi hormonal.6,7
 Diet
Makanan indeks glikemik tinggi dan tinggi asam lemak omega-3 terutama marine
fatty acid (MFA) akan meningkatkan kejadian tumor melalui jalur induksi hormonal
akibat penumpukan lemak.6,7
 Overweight/Obesitas
Setiap pertambahan berat badan sebesar 10 kg, akan meningkatkan risiko mioma uteri
sebesar 21%. Penumpukan jaringan lemak >30% juga menjadi pemicu karena
peningkatan konversi androgen menjadi estrogen dan penurunan sex hormone binding
globulin (SHBG).6
 Menarche Prematur dan Menopause Terlambat
Menarche dini pada usia kurang dari 10 tahun dan menopause terlambat akan
meningkatkan risiko mioma uteri akibat sel rahim terus terpapar estrogen.6,7,8
 Nulipara
Wanita yang belum pernah hamil berisiko terkena mioma uteri; dikaitkan dengan
pengaruh paparan hormon seks, estrogen, dan progesteron.6,7
 Kontrasepsi Hormonal
Prevalensi mioma uteri akan meningkat pada penggunaan kontrasepsi hormonal
mengandung hormon estrogen baik estrogen murni maupun kombinasi.6,7
 Penyakit Komorbid
Hipertensi, polycystic ovary syndrome (PCOS), dan diabetes merupakan tiga penyakit
yang umumnya berasosiasi dengan kejadian mioma. Peningkatan insulin dan IGF-I
serta hiperandrogen menjadi faktor pemicu PCOS dan diabetes, pada hipertensi terjadi
pelepasan sitokin yang merangsang proliferasi jaringan tumor.6,7
 Infeksi/Iritasi
Infeksi, iritasi, atau cedera rahim akan meningkatkan risiko mioma uteri melalui
induksi growth factor.6,7
 Stres
Pada stres terjadi pelepasan kortisol dan perangsangan hypothalamo-pituitaryadrenal
gland axis yang akan menyebabkan peningkatan estrogen dan progesteron.6,7

Diagnosis

20
Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis gangguan siklus haid dan pemeriksaan fisik
pembesaran perut. Ultrasonografi merupakan pemeriksaan penunjang rutin untuk konfirmasi
diagnosis.6

Anamnesis
Keluhan berupa lama haid memanjang dan perdarahan vagina di luar siklus haid; biasanya
lebih berat terutama pada mioma tipe submukosa. Gejala lain adalah nyeri perut dan
pinggang bawah saat menstruasi, sensasi kenyang, sering berkemih, sembelit, dan nyeri saat
berhubungan seksual. Keluhan penting adalah seringnya abortus spontan atau sulit hamil
terutama pada mioma submukosa. Mioma intramural dengan ukuran >2,5 cm dapat
mengganggu proses persalinan normal.6

Pemeriksaan Fisik
Dijumpai kondisi anemis yang ditandai konjungtiva, tangan dan kaki pucat. Volume tumor
akan menyebabkan keluhan pembesaran perut.6

Pemeriksaan Penunjang
Ultrasonografi merupakan pemeriksaan penunjang yang paling direkomendasikan untuk
diagnosis mioma uteri. Dibanding USG abdominal, USG transvaginal lebih sensitif namun
kurang direkomendasikan jika pasien belum menikah dan mengalami mioma submukosa.
Pada kondisi tersebut lebih dianjurkan penggunaan histeroskop. Selain USG, diperlukan
pemeriksaan laboratorium darah untuk menentukan status anemia. Untuk menyingkirkan
potensi maligna, dianjurkan biopsi endometrium dan MRI.6,9

Tatalaksana
Penatalaksaaan mioma uteri atau tumor jinak otot rahim mencakup observasi,
medikamentosa, atau pembedahan.6
a. Observasi dilakukan jika pasien tidak mengeluh gejala apapun karena diharapkan saat
menopause, volume tumor akan mengecil.
b. Medikamentosa diberikan untuk mengurangi perdarahan, mengecilkan volume tumor,
dan sebagai prosedur pre-operatif.6
 Agonis Gonadotropine Releasing Hormone (GnRH)

21
Mekanisme kerjanya adalah melalui down regulation reseptor GnRH,
sehingga terjadi penurunan produksi FSH dan LH yang akan menurunkan
produksi estrogen. Obat ini direkomendasikan pada mioma jenis submukosa.
Durasi pemberian yang dianjurkan adalah selama 3-6 bulan; pemberian jangka
panjang >6 bulan harus dikombinasi dengan progesteron dengan atau tanpa
estrogen. Analog GnRH juga dapat digunakan pre-operatif selama 3-4 bulan
sebelum pembedahan.6
 Preparat Progesteron
Preparat progesteron antara lain antagonis progesteron atau selective
progesterone receptor modulator (SPRM). Suatu studi prospektif acak
menyimpulkan bahwa pemberian mifepristone 25 mg sehari selama 3 bulan
akan menurunkan ukuran tumor sebesar 40%. Ukuran tumor menurun jauh
lebih besar, sebesar 50%, pada pemberian ulipristal 10 mg dengan durasi
pengobatan yang sama. Berdasarkan farmakodinamikanya, golongan obat ini
juga digunakan pre-operatif. Kemudian, setelah 2-4 siklus pengobatan
dianjurkan menggunakan levonorgestrel- intrauterine devices (LNG IUS)
untuk mencegah relaps. IUD jenis ini juga direkomendasikan sebagai terapi
mioma intramural.6
 AsamTraneksamat
Asam traneksamat berfungsi membantu mengatasi perdarahan. Durasi
pemberian adalah selama 3-4 hari dalam sebulan.6
c. Operatif
Tindakan operatif dilakukan jika terjadi perdarahan uterus abnormal dengan anemia,
dan tidak respon terhadap hormonal managemen, nyeri kronik dengan dismenore
berat, dispareunia (nyeri saat berhubungan sex), tekanan pada perut bawah, nyeri
akut, pembesaran uterus yang cepat pada masa premenopause atau postmenopause,
infertilitas dengan leiomioma, dan pembesaran ukuran uterus > 12 minggu dengan
gejala kompresi atau perasaan tidak enak pada bagian bawah perut. Pengobatan
operatif meliputi miomektomi, histerektomi dan embolisasi arteri uterus.6
 Miomektomi, adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan
uterus. Miomektomi dapat dilakukan berdasarkan jumlah, ukuran, dan lokasi
dari mioma uteri dengan cara laparatomi, minilaparatomi, laparoskopi,
histeroskopi, atau kombinasinya.Perencanaan operasi harus dilakukan dengan

22
akurat berdasarkan lokasi, ukuran, dan jumlah mioma uteri melalui teknik
imaging preoperasi. Pada mioma geburt dilakukan dengan cara ekstirpasi
lewat vagina. 6,10
 Embolisasi arteri uterus (Uterin Artery Embolization / UAE), adalah injeksi
arteri uterina dengan butiran polivinile alkohol melalui kateter yang nantinya
akan menghambat aliran darah ke mioma dan menyebabkan nekrosis yang
secara bertahap membuat sel mengecil. Nyeri setelah UAE lebih ringan
daripada setelah pembedahan mioma dan pada UAE tidak dilakukan insisi
serta waktu penyembuhannya yang cepat.6,10
 Histerektomi, adalah pengangkatan uterus, yang umumnya tindakan terpilih.
Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan mencegah akan
timbulnya karsinoma servisis uteri. Wanita yang telah memiliki anak dapat
dilakukan histerektomi sebagai solusi permanen untuk mioma uteri yang
simptomatik. Indikasinya adalah untuk mencegah terjadinya keganasan ketika
penderita sudah menopause dan tidak menggunakan hormone replacement
therapy (HRT). Histerektomi dilakukan jika fungsi reproduksi tidak
diperlukan lagi, pertumbuhan tumor sangat cepat, terjadi perdarahan terus
menerus dan banyak serta tidak membaik dengan pengobatan.10
Prognosis
Prognosis mioma asimptomatis umumnya baik karena tumor akan mengecil dalam 6
bulan sampai 3 tahun, terutama saat menopause. Mioma simptomatis sebagian besar berhasil
ditangani dengan pembedahan tetapi rekurensi dapat terjadi pada 15-33% pasca-tindakan
miomektomi. Setelah 5-10 tahun, 10% pasien akhirnya menjalani histerektomi. Pasca-
embolisasi, tingkat kekambuhan mencapai 15-33% kasus dalam 18 bulan sampai 5 tahun
setelah tindakan.6
Mioma uteri bersifat jinak, risiko menjadi keganasan sangat rendah, hanya sekitar 10-
20% mioma berkembang menjadi leiomyosarcoma. Suatu studi menyimpulkan bahwa
transformasi maligna hanya terjadi pada 0,25% (1 dari 400 kasus) wanita yang telah
menjalani pembedahan. Keganasan umumnya dipicu oleh riwayat radiasi pelvis, riwayat
penggunaan tamoksifen, usia lebih dari 45 tahun, perdarahan intratumor, penebalan
endometrium, dan gambaran heterogen pada gambaran radiologis MRI.6

23
Daftar Pustaka

1. Chopra K, Agrawal S. AUB: Evaluation and Management. AOGD Bulletin.


September 2019;19(5):15-8.
2. Dr. Avani Patel, et. al. “FIGO classification system (PALM-COEIN) for causes of
abnormal uterine bleeding.” IOSR Journal of Dental and Medical Sciences (IOSR-
JDMS), 19(7), 2020, pp. 10-14.
3. Munro MG, Critchley HOD, Fraser IS, Haththotuwa R, Kriplani A, Bahamondes L, et
al. The two FIGO systems for normal and abnormal uterine bleeding symptoms and
classification of causes of abnormal uterine bleeding in the reproductive years: 2018
revisions. Int J Gynecol Obstet. 2018;143(3):393–408.
4. Rifki M, Loho M, Wagey FM. Profil perdarahan uterus abnormal di RSUP Prof. Dr.
R. D. Kandou Manado periode 1 Januari 2013 – 31 Desember 2014. e-CliniC.
2016;4(1).
5. Tumaji T, Rukmini R, Oktarina O, Izza N. Pengaruh Riwayat Kesehatan Reproduksi
terhadap Kejadian Mioma Uteri pada Perempuan di Perkotaan Indonesia. Bul Penelit
Sist Kesehat. 2020;23(2):89–98.
6. Lubis PN. Diagnosis dan Tatalaksana Mioma Uteri. Cermin Dunia Kedokt.
2020;47(3):196–200.
7. Radmilla S, Ljijiana M, Antonio M, Andrea T. Epidemiology of uterine myomas: A
review. Internat J Fertil Steril. 2016;9(4):424-35.

24
8. Maria SD, Edward MB. Uterine fibroids: Diagnosis and treatment. Am Fam
Physician. 2017;95(2):100-7.
9. Aymara M, Marta T, Joana DC, Gloria E, Ignacio C, Javier M. Updated approaches
for management of uterine fibroids. Internat J Women’s Health. 2017;9: 607-17.
10. Kambey DF. Diagnosis dan Penatalaksanaan Mioma Uteri. Manado: Fakultas
Kedokteran Universitas Sam Rutalangi. 2017.

25

Anda mungkin juga menyukai