Anda di halaman 1dari 35

Laporan Kasus

Tumor Kolon Asendens

Disusun Oleh : Sharon Natalia Runtulalo (112021162)


z
Pembimbing : dr. Yopi Budiman, Sp.B

KEPANITERAN KLINIK ILMU PENYAKIT BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG
PERIODE 26 DESEMBER 2022 – 4 MARET 2023
z
Identitas

 Nama : Tn. Y

 Umur : 49 tahun

 Jenis Kelamin : Laki-laki

 Pekerjaan : Wiraswasta

 Agama : Islam

 Status pernikahan : Menikah

 Alamat : Kalideres
z
Anamnesis

 Autoanamnesis 5 Januari 2023 Pk 11.00

 Keluhan Utama
Pasien merasakan nyeri pada luka bekas operasi dan terasa lemas karena masih puasa.

 Riwayat Perjalanan Penyakit


Pasien merasakan adanya benjolan pada perut bagian kanan bawah sejak ±2 tahun yang
lalu. Pada saat pasien menyadari adanya benjolan, pasien mengatakan benjolan teraba
permukaannya licin dan benjolan tidak bisa digerakkan. Awalnya pasien sering merasakan
begah diperut, dirasakan terus-menerus sehingga membuat porsi makan berkurang dan
sering terlambat makan, sehingga pasien mengalami penurunan BB sebanyak 10 kg. Pasien
lalu berobat ke dokter, dan diketahui pasien juga menderita TB Paru. Pasien menjalani
pengobatan TB terlebih dahulu ±6 bulan, setelah itu baru melanjutkan pengobatan untuk
benjolan diperut. Pasien diminta untuk melakukan pemeriksaan CT-Scan Abdomen, dengan
hasil terdapat massa intralumen colon asenden proksimal/caecum dengan multiple
limfadenopathia mesenterial/omentum. Kemudian pasien dianjurkan untuk dilakukan operasi.
z
Riwayat Penyakit Dahulu

 Riwayat Asma : disangkal

 Riwayat Tekanan darah tinggi : disangkal

 Riwayat Kencing Manis : disangkal

 Riwayat Penyakit Jantung : disangkal

 Riwayat Alergi Obat/Makanan : disangkal

 Riwayat Operasi : disangkal


z
Riwayat Penyakit Keluarga

 Pada keluarga pasien tidak ada riwayat benjolan atau kanker.

 Ibu pasien mempunyai riwayat penyakit hipertensi.


z
Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum : Tampak sakit sedang

 Kesadaran : Compos Mentis

 Tekanan darah : 114/70 mmHg

 Nadi : 80 x/menit

 Pernafasan : 22 x/menit

 Suhu : 36 C

 SpO2 : 98%

 BB : 49 kg
z
 Kepala : Normocephali

 Mata : Konjungtiva anemis (-/-) , sklera ikterik (-/-)

 Telinga : Sekret (-/-), hiperemis (-/-)

 Hidung : Deformitas (-/-), darah (-/-)

 Mulut : Bibir sianosis (-)

 Leher: Pembesaran KGB (-)

Thorax

 Cor : Bunyi Jantung Reguler, Murmur (-), Gallop (-)

 Pulmo : Vesikuler, Rh (-/-), Wheezing (-/-)


z Abdomen

 Inspeksi : Luka bekas operasi (+)

 Palpasi : Supel, nyeri tekan abdomen (+)

 Perkusi : Timpani pada seluruh lapang abdomen

 Auskultasi : BU (+) Normal

Ekstremitas

 Superior : Akral hangat (+/+), Udem kedua tangan (-/-)

 Inferior : Akral hangat (+/+), Udem kedua kaki (-/-)

Status Lokalis

Pada regio lumbar kanan terdapat luka bekas operasi yang tertutup kasa, rembes (-)
z
Pemeriksaan Penunjang

Hematologi (3-1-23) Patologi Anatomi/Sitologi (16-1-23)

 Diagnosis klinik: tumor colon ascendens


Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

Hemoglobin 11.5 13.2-17.3


 Kesimpulan:
‒ Ileokolitis kronik-akut, perforatif dengan
Hematokrit 33 40-52
batas sayatan ileum masih mengandung
Leukosit 18.6 3.8-10.6 lesi

Trombosit 418 150-440 ‒ Batas sayatan ileum masih ditemukan


focus mukosa erosif
‒ Ditemukan 5 KGB tanpa kelainan
bermakna
‒ Appendisitis kronik dengan abses di
submukosa
z
Resume

 Laki-laki 49 tahun datang dengan keluhan adanya benjolan pada perut bagian kanan
bawah sejak ±2 tahun yang lalu. Benjolan teraba permukaannya licin dan tidak bisa
digerakkan. Awalnya pasien sering merasakan begah diperut, dirasakan terus-
menerus sehingga membuat porsi makan berkurang dan sering terlambat makan,
sehingga pasien mengalami penurunan BB sebanyak 10 kg. Pasien mempunyai
riwayat penyakit TB Paru. Pasien menjalani pengobatan TB terlebih dahulu ±6 bulan,
setelah itu baru melanjutkan pengobatan untuk benjolan diperut. Saat dilakukan CT-
Scan Abdomen, didapatkan hasil terdapat massa intralumen colon asenden
proksimal/caecum dengan multiple limfadenopathia mesenterial/omentum.

 Dari pemeriksaan fisik, keadaan umum pasien tampak sakit sedang, kesadaran
compos mentis, TD 114/70 mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 22 x/menit, suhu
36C, SpO2 98%, BB 49 kg. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan, tampak adanya
luka bekas operasi yang tertutup kasa, nyeri tekan abdomen (+).
z
Diagnosis

Diagnosis Kerja
 Post laparatomi hemikolektomi a/i tumor kolon asendens
z

Tatalaksana Prognosis
 RL 1000 cc
 Ad Vitam : dubia ad bonam
 Kalbamin 1000 cc/24 jam


 Ad Fungsionam : dubia ad
Ceftazidime 2x1 gr
bonam
 Ketorolac 3x1

 Amikasin 2x500 mg
 Ad Sanationam : dubia ad
bonam
 Omeprazole 1x40 mg

 Paracetamol 3x1 gr

 Ondancentron 3x4 mg
z
Follow Up
Tanggal Subyektif Obyektif Assesment Terapi
6-1-23 Nyeri pada bekas operasi Ku: tampak sakit sedang, Tumor colon asendens post op -RL 1000 cc/24 jam
berkurang, cegukan Kesadaran: CM, hemikolektomi hari ke-2 -Kalbamin 1000 cc/24 jam
TD: 102/58, N: 62, RR: 18, -Ceftazidine 2x1 gr
S: 36 -Ketorolac 3x1
  -Amikasin 2x500 mg
-Omeprazole 1x1
-Paracetamol 3x1 gr
-Ondancentron 3x4 mg

7-1-23 Nyeri luka bekas operasi (+), Ku: tampak sakit sedang, Post explorasi reseksi ileum kolon -Ceftazidine 2x1 gr
lemas Kesadaran: CM, asendens + fistul omentectomy hari -Ketorolac 3x1
TD: 113/76, N: 92, RR: 20, ke-3 a/i tumor kolon asendens -Amikasin 2x500 mg
S: 36,6 -Omeprazole 1x1
Abdomen: nyeri tekan (+), -Paracetamol 3x1 gr
rembes (+) warna -Ondancentron 3x4 mg
kecoklatan
 
 
9-1-23 BAB cair 3x, ampas (+), warna Ku: tampak sakit sedang, Post explorasi reseksi ileum kolon -Ceftazidine 2x1 gr
cokelat kekuningan Kesadaran: CM, asendens + fistul omentectomy hari -Ketorolac 3x1
TD: 115/80, N: 88, RR: 20, ke-5 a/i tumor kolon asendens -Amikasin 2x500 mg
S: 36,3 -Omeprazole 1x1
Abdomen: nyeri tekan (+), -Paracetamol 3x1 gr
rembes (+) -Ondancentron 3x4 mg
-Haloperidol 5 mg
z

Tanggal Subyektif Obyektif Assesment Terapi


10-1-23 Nyeri luka bekas operasi (+), mual Ku: tampak sakit sedang, Post explorasi reseksi ileum -Ceftazidine 2x1 gr
(+), muntah 1x, BAB cair 1x, ampas Kesadaran: CM, kolon asendens + fistul -Ketorolac 3x1
(+), warna kuning berlendir TD: 110/75, N: 80, RR: 20, S: omentectomy hari ke-6 a/i -Amikasin 2x500 mg
36 tumor kolon asendens -Omeprazole 1x1
NGT (+) warna hitam -Paracetamol 3x1 gr
kecoklatan -Ondancentron 3x4 mg
Abdomen: nyeri tekan (+), -Haloperidol 5 mg
rembes (+)

11-1-23 Nyeri luka bekas operasi (+), mual Ku: tampak sakit sedang, Post explorasi reseksi ileum -Ceftazidine 2x1 gr
(+), muntah 2x, nyeri ulu hati Kesadaran: CM, kolon asendens + fistul -Ketorolac 3x1
TD: 110/75, N: 82, RR: 20, S: omentectomy hari ke-7 a/i -Amikasin 2x500 mg
36,2 tumor kolon asendens -Omeprazole 1x1
NGT (+) warna hitam -Paracetamol 3x1 gr
kecoklatan -Ondancentron 3x4 mg
Abdomen: nyeri tekan (+), -Haloperidol 5 mg
rembes (+)
z

Tinjauan Pustaka
z
Definisi

 Neoplasma adalah pertumbuhan baru (atau tumor)


massa yang tidak normal akibat proliferasi sel yang
beradaptasi tanpa memiliki keuntungan dan tujuan.
Polip non-
z
neoplastik
Jinak
Polip
Neoplastik
Tumor
Karsinoma
Kolon
Ganas
Limfoma
z
Epidemiologi

 Insidens di Indonesia cukup tinggi, demikian pula angka kematiannya.

 Sekitar 75% ditemukan di rektosigmoid.

 Di negara Barat, perbandingan insidens lelaki dan wanita 3:1.

 Kurang dari 50% karsinoma kolon dan rektum ditemukan di


rektosigmoid, dan merupakan penyakit usia lanjut. Pemeriksaan colok
dubur merupakan penentu karsinoma rektum.
z
Etiologi & Faktor Resiko

Menurut WHO, faktor resiko terdiri atas :

 Kelainan di kolon → Polip, Idiopathic  Berusia > 50 tahun


inflammatory bowel disease  Sindroma adenomatous popilposis
 (familial, hamartomatous polyposis dan
Faktor genetik
Peutz jagers sindrom)
 Diet
 Riwayat kanker kolorektal pada keluarga
 Gaya hidup
 Inflamatory bowel disease
 Usia  Riwayat menderita kanker kolorektal

 Riwayat menderita polip kolrektal


z
Letak
Letak Persentase

Caecum dan colon ascendens 25

Colon transversum 10

Colon descendens 15

Rectosigmoid 50
z
Patofisiologi
 Ada tiga kelompok utama gen yang terlibat dalam regulasi
pertumbuhan sel yaitu proto-onkogen, gen penekan tumor
(Tumor Suppresor Gene = TSG), dan gen gatekeeper.

 Proto-onkogen menstimulasi dan meregulasi pertumbuhan


dan pembelahan sel.

 TSG menghambat pertumbuhan sel atau menginduksi


apoptosis (kematian sel yang terprogram). Kelompok gen
ini dikenal sebagai anti-onkogen, karena berfungsi
melakukan kontrol negatif (penekanan) pada pertumbuhan
sel. Gen p53 merupakan salah satu dari TSG. Gen p53
juga berfungsi mendeteksi kerusakan DNA, menginduksi
reparasi DNA.

 Gen gatekeeper berfungsi mempertahankan integritas


genomik dengan mendeteksi kesalahan pada genom dan
memperbaikinya.

 Mutasi pada gen-gen ini karena berbagai faktor membuka


peluang terbentuknya kanker.
z
Manifestasi Klinis

Gejala Lokal Gejala Umum Gejala Metastasis

• Perubahan kebiasaan buang • Penurunan berat badan • Pasien tampak kuning, jika
air • Hilangnya nafsu makan terdapat metastase ke hepar
• Perubahan frekuensi buang • Sering merasa lelah, pucat • Nyeri pada perut
air, konstipasi atau diare
• Sensasi seperti belum selasai
buang air besar (masih ingin
tapi tidak bisa keluar)
• Feses bercampur darah atau
keluar darah pada saat BAB,
feses bercampur lender, feses
berwarna kehitaman
• Nyeri pada saat BAB
• Mual dan muntah
• Adanya benjolan pada perut
yang mungkin dirasakan oleh
pasien
z
  KOLON KANAN KOLON KIRI

ASPEK KLINIS Kolitis Obstruksi


NYERI Karena penyusupan Obstruksi
DEFEKASI Diare/diare berkala Konstipasi progresif

OBSTRUKSI Jarang Hampir selalu


DARAH PADA FESES Samar Samar/makroskopik

FESES Normal/diare berkala Normal

DISPEPSIA Sering Jarang


ANEMIA Hampir selalu Lambat
MEMBURUKNYA KEADAAN Hampir selalu Lambat
UMUM
z
Diagnosis
Anamnesis
• Perubahan pola dan frekuensi defekasi, konsistensi tinja
• Nyeri perut
• BAB berdarah
• Mual, muntah, cepat lelah
• Penurunan BB yang cepat
Pemeriksaan Fisik
• Teraba massa pada abdomen
• Tanda-tanda anemia
• Rectal Toucher: teraba masa, terdapat darah/lendir pada sarung tangan

Pemeriksaan Penunjang
• Endoskopi
• Radiologis
• Laboratorium
z
Pemeriksaan Penunjang

1. Biopsi

2. Barium enema
 Kelebihan :
 Sensitifitasnya mencapai 90% dalam mendeteksi polip yang berukuran >1 cm

 Risiko perforasi dengan menggunakan barium enema sangat rendah, yaitu sebesar 0,02%

 Tidak membutuhkan sedasi

 Kekurangan :
 Lesi direktosigmoid dengan divertikulosis dan sekum, akurasi rendah

 Akurasinya rendah untuk lesi dengan tipe datar

 Untuk Poiip dengan ukuran <1 cm

 Sensitivitasnya hanya 70-95%


z

3. Kolonoskopi

 Kolonoskopi merupakan cara yang paling akurat untuk dapat menunjukkan polip
dengan ukuran kurang dari 1 cm dan keakuratan dari pemeriksaan kolonoskopi
sebesar 94%, lebih baik daripada barium enema yang keakuratannya hanya sebesar
67%.

 Kolonoskopi juga dapat digunakan untuk biopsi, polipektomi

 Kolonoskopi merupakan prosedur yang sangat aman dimana komplikasi utama


(perdarahan, komplikasi anestesi dan perforasi) hanya muncul kurang dari 0,2%

4. CT scan dan MRI

 Untuk mengetahui metastase

5. Chest X ray

 Untuk mengetahui metastase

6. Laboraturium

 Hb, Leukosit, LED


z
Endoskopi
z
Radiologi
 Barium Enema / Colon in loop
z
Laboratorium

 Pemeriksaan darah samar pada feses


‒ Tes skrining pada tumor kolorektal

 Tumor marker
‒ CEA CA 19-9, CA-50 digunakan untuk karsinoma kolorektal

 Tes serum
‒ Pemeriksaan fungsi hepar untuk memprediksi kemungkinan
metastasis
z
Diagnosis Banding

Kolon Tengah :
Kolon Kanan : Kolon Kiri :
- Ulkus peptikum
- Abses apendik - Divertikulitis
- Kolesistitis
- Masa periapendikular - Kolitis ulseratif
- Abses hati
- Penyakit crohn - Polip
- Kelainan pankreas
z
Tatalaksana

Pembedahan

Kemoterapi

• Adjuvan, neoadjuvant, paliatif

Radioterapi

• Menurunkan risiko kekambuhan


z
Pembedahan

Kolon kanan :

 Hemikolektomi kanan

Kolon kiri :

 Hemikolektomi kiri

Kolon transversum :

 Kolotransvesectomi
z
Komplikasi

Primer Setelah Pembedahan


• Obstruksi usus diikuti dengan • Komplikasi segera: Kardiorespirasi,
penyempitan lumen akibat lesi Kebocoran anastomosis, Infeksi luka,
• Perforasi dari dinding usus oleh tumor, Retensi urine, Impoten
diikuti kontaminasi organ peritoneal • Komplikasi lambat meliputi :
• Perluasan langsung ke organ-organ Kekambuhan, Sistemik, Lokal
yang berdekatan
z
Prognosis

 Tergantung dari ada tidaknya metastasis jauh, yaitu klasifikasi tumor dan tingkat
keganasan sel tumor

 Tumor yang terbatas pada dinding usus tanpa penyebaran, angka kelangsungan
hidup lima tahun adalah 80%

 Menembus dinding tanpa penyebaran 75%

 Dengan penyebaran kelenjar 32% dengan metastasis jauh 1%

 Bila disertai diferensiasi sel tumor buruk, prognosisnya sangat buruk.


z
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai