P E RBA N D I N G A N EF EK K E CE PATA N I N J EK S I 0 , 4 M L /D T K
D A N 0 , 2 M L/D TK P RO SE D U R A N E S TES I S PI N A L TE RH A D A P
K EJ A D I A N H I P O T EN SI PA D A S E K S I O S ES A R I A
Disusun Oleh:
Sharon Natalia Runtulalo (112021162)
Dokter Pembimbing :
dr. Imam Sudrajat, Sp.An, Msi.Med
• Chinacoti&Tritrakarn (2007), mencoba menurunkan • Casti dkk (1998), teknik injeksi anestesi spinal yang sangat lambat tidak
insiden hipotensi dengan cara mengurangi dosis anestesi memberikan keuntungan secara klinis pada prosedur anestesi spinal
local. unilateral.
• Mercier&Fischer (2013), menggunakan teknik kombinasi • Anderson&Brydon (2001), menggunakan dua kecepatan 10 detik dan 3
menit memberikan hasil yang berbeda, dimana injeksi yang lambat
vasopressor dan koloading hydroxyethylstarch
menggunakan bupivakain tunggal memberikan hasil onset dan pemulihan
merupakan metode yang terbaik untuk menurunkan obat yang lebih cepat.
insiden hipotensi pasca anestesi spinal.
• Singh dkk (2007), kecepatan injeksi >4 detik & >40 detik menggunakan
• Mirea&Ungureanu (2013), menggabungkan teknik bupivacaine 0,75% ditambahkan morfin 200 mcg, didapatkan injeksi
koloading Hes dan injeksi anestesi spinal yang lambat anestesi spinal yang cepat dengan bupivakain hiperbarik tidak
menurunkan insiden hipotensi berat dan penggunaan mempengaruhi penyebaran obat anestesi local, tidak ada perbedaan
vasopressor pada geriatric. bermakna terhadap insiden hipotensi dan mual muntah.
• Prakash dkk (2010), menggunakan kecepatan injeksi 0,38 mL/dtk dan 0,05
mL/dtk, didapatkan kecepatan injeksi anestesi spinal yang berbeda pada
pasien geriatric yang menjalani TUR-P tidak memiliki perbedaan dalam
hal karakteristik blok.
• Uji klinis dan tersamar tunggal
• Populasi ibu hamil usia 18-40 tahun dengan IMT
18-40 kg/m2 kategori pasien ASA PS 1-2 yang
direncanakan persalinan seksio sesaria.
• Counsecutive random sampling
• Sampel dibagi menjadi 2 kelompok :
METODE • IC → Injeksi anestesi spinal dengan kecepatan 0,4 mL/dtk.
• IL → Injeksi anestesi spinal dengan kecepatan 0,2 mL/dtk.
• Pasien dipersiapkan terlebih dulu dengan
premedikasi Ondansentron 4mg dan Ranitidin 50
mg.
• Saat tiba di kamar operasi, pasien dipasang alat
untuk monitor tanda vital, diberi preloading dengan
larutan kristaloid RL 10-15 mL/kgBB selama 15
menit sebelum injeksi anestesi spinal.
• Tanda vital diukur sebelum pasien diposisikan
untuk LLD selanjutnya disebut T0.
• Anestesi spinal dilakukan dengan jarum spinal (Spinocan®) no.25G yang di insersi
pada celah vertebra lumbal 3-4 menggunakan jarum disposable 3 cc dengan pasien
posisi LLD.
• IC → Bupivakain hiperbarik 10 mg ditambah Fentanyl 25 µg dengan kecepatan
injeksi 0,4 mL/dtk dengan total waktu injeksi 6 detik.
• IL → Bupivakain hiperbarik 10 mg ditambahkan Fentanyl 25 µg dengan kecepatan
injeksi 0,2 mL/dtk dengan total waktu injeksi 12 detik. Di ukur dengan
menggunakan alat pencatat waktu.
• Setelah injeksi, pasien diposisikan supine dan diberi O2 lewat nasal kanul 3
L/menit.
• Pada garis midklavikular kiri dan kanan observasi ketinggian blok dilakukan setiap menit
sampai dengan blok sensoris menggunakan tes pinprick setinggi thorakal 6 dan blok
motorik dengan skala bromage 4, selanjutnya operasi dapat dimulai.
• TD sistolik, TD diastolik, dan tekanan arteri rerata di ukur setiap menit sampai dengan 15
menit pertama, setelah itu setiap 5 menit sampai 35 menit atau sampai selesai operasi.
• TD diukur dengan metode non invasive.
• Insiden hipotensi dicatat apabila TD turun 20% dari T0 atau TAR <60 mmHg, catat TD
terendah selama pengukuran sejak T0, bila terjadi hipotensi diberi cairan kristaloid secara
koloading disertai injeksi efedrin 5-10 mg setiap menit sampai TD didapatkan dalam
batas normal.
• Efek samping lain yang muncul selama periode pengukuran dicatat dan
dilakukan analisa statistic.
• Insiden hipotensi dan efek samping lain dianalisa dengan uji chi-square
• Onset blok anestesi spinal dianalisa dengan uji independent-t.
• Analisa data menggunakan SPSS 22.
• Data ditampilkan dalam bentuk tabel dan narasi.
HASIL
• Berdasarkan hasil penelitian ini menjawab hipotesa awal, yaitu, injeksi anestesi
spinal yang lebih lambat dapat mengurangi insiden hipotensi tanpa
mempengaruhi onset dan tinggi blok. Faktor yang dapat menjadi perancu hasil
dari penelitian ini berupa, adanya resiko perdarahan yang muncul di 5-10 menit
awal operasi yang dapat menyebabkan terjadinya hipotensi sehingga
mengaburkan hasil pengukuran.