Management Perioperative
Pada Pasien General Anestesia Dengan Hipertensi
Disusun oleh:
Yoshua Ulido Simangunsong – 1161050062
Agrevonna Gracia R. N. Simanjuntak – 1261050002
Dosen Pembimbing:
dr. Ratna E. Hutapea, Sp. An
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan berkat-Nya
kami dapat menyelesaikan tugas referat yang berjudul Management Perioperative
Pada Pasien General Anestesia Dengan Hipertensi. Referat ini dibuat untuk memenuhi
salah satu tugas kepaniteraan Ilmu Anestesi.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan banyak terima kasih kepada dr. Ratna Emelia
Hutapea Sp.An, khususnya sebagai pembimbing dan semua staff pengajar di SMF Ilmu
Anestesi RS UKI, RS Pelabuhan, dan RS PGI Cikini, serta teman-teman di kepaniteraan
klinik atas bantuan dan dukungannya sehingga kami dapat menyelesaikan referat ini.
Kami menyadari bahwa referat ini masih banyak terdapat kekurangan baik mengenai
isi, susunan bahasa, maupun kadar ilmiahnya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman kami di dalam menyusun case report ini. Oleh karena itu, saya
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak yang
membaca referat ini. Semoga referat ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.
Penulis
BAB I
STATUS PASIEN
NRM : 54-50-42
Umur : 48 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Berat badan : 74 kg
2.2. Anamnesis
Keluhan Tambahan :-
Pasien datang dengan keluhan benjolan di punggung belakang sebalah kanan yang
sudah dirasakan sekitar 1 tahun SMRS. Benjolan diakui berukuran sebesar telur
puyuh yang kemudian perlahan membesar seukuran telur bebek. Benjolan berbentuk
bulat, timbul di permukaan kulit, berwarna kecoklatan, dengan ukuran 3x3x2cm,
konsistensi keras, nyeri tekan (-). Daerah sekitar benjolan tidak bengkak dan sewarna
kulit. Pasien belum pernah berobat untuk mengobati keluhan.
Pasien mengaku memiliki riwayat hipertensi dengan obat Captopril 3x25 mg. Pasien
memiliki alergi terhadap obat Paramex dan Bodrex.
Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit serupa pada keluarga atau riwayat keganasan disangkal. Ibu pasien
mengidap daibetes mellitus dan hipertensi.
Status generalis
o Suhu : 36 0C
- Data antropometri :
o Berat badan : 74 kg
- Kepala :
Normosefal, rambut berwarna hitam, wajah berbentuk oval dan tidak terdapat
kelainan bentuk, tidak terdapat luka / lesi
- Mata :
Mata simetris, tidak ada edema palpebra, konjutiva anemis (-/-), sklera ikterik
(-/-), pupil isokor dengan diameter 2 mm / 2 mm, refleks cahaya langsung dan
tidak langsung (+/+)
- Telinga :
Bentuk telinga normal dan simetris, tidak terdapat deformitas, liang telinga
tidak terdapat sekret, nyeri tekan tidak ada, pendengaran normal
- Hidung :
Bentuk hidung normal dan simetris, tidak terdapat deviasi, tidak terdapat
sekret atau darah yang keluar dari hidung
Bentuk bibir simetris, bibir berwarna merah dan tidak ada tanda – tanda
sianosis. Lidah berbentuk normal, lembab dan tidak ada tremor. Uvula, faring
dan tonsil tidak terlihat
- Leher
Trakea berada di tengah dan tidak terdapat deviasi. Tidak terdapat pembesaran
KGB.
- Thoraks
o Inspeksi
o Palpasi
Ichtus cordis teraba 2 jari dibawah dan lateral dari garis midklavikula
sinistra. Vocal fremitus kanan = kiri
o Perkusi
o Auskultasi
Jantung: suara dasar SI dan SII normal, tunggal murni, irama reguler,
murmur (-), gallop (-)
- Abdomen
o Inspeksi
o Auskultasi
o Palpasi
Dinding perut supel, tidak terdapat distensi abdomen, nyeri tekan (-),
massa (-), hepatomegali (-), nyeri ketok CVA (-)
o Perkusi
- Ekstremitas
Akral hangat
Motorik 5555/5555
- Kulit
Warna kulit sawo matang, tidak terdapat kelainan dan turgor kulit baik
Status Lokalis
Foto Thorax
Kesan :
Os costae normal
Pulmo/Cor dalam batas
normal
2.5. Diagnosis
2.6. Penatalaksanaan
Eksisi
a. Pre-operative
b. Intra-operative
Posisi : Supine
Teknik : Intubasi dengan ETT KK No. 7 kk, Cuff (+) 5 ml, OPA (+) No.4
Anestesi dengan
Medikasi
Midazolam 2,5 mg iv
Propofol 100 mg iv
Atracurium (Farelax) 20 mg
Ondansteron 4 mg iv
Tramadol 100 mg iv
c. Post-operative
TD : S : 90 – 110 mmHg
D : 60 – 80 mmHg
N : 60x/menit
RR : 12x/menit
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
Menurut JNC 7 (Joint National Committee 7), definisi dari hipertensi adalah
peningkatan tekanan darah dimana tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau tekanan
darah diastolik ≥ 90 mmHg. Penentuan ini berdasarkan rata-rata dua kali pengukuran
tekanan darah pada posisi duduk. JNC 7 mengklasifikasikan hipertensi menjadi 2
grade dan terdapat kategori prehipertensi. Adanya kategori prehipertensi ke dalam
klasifikasi bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan, karena orang pada kategori
tersebut beresiko dua kali lipat lebih besar untuk menjadi hipertensi. Klasifikasi ini
hanya untuk orang dewasa diatas 18 tahun. Berikut ini adalah klasifikasi hipertensi
dari JNC 7. 1
2.5. Diagnosis
• Hipertensi
• Merokok
• Obesitas (IMT ≥ 30)
• Inaktivitas fisik
• Dislipidemia
• Diabetes mellitus
• Mikroalbuminemia atau perkiraan GFR < 60 ml/menit
• Umur (> 55 tahun untuk laki-laki, 65 tahun untuk wanita)
• Riwayat keluarga dengan penyakit jantung cardiovascular yang prematur
(< 55 tahun untuk laki-laki, < 65 tahun untuk wanita)
• UL
• DL
• Serum elektrolit
• Profil lipid
• Gula darah
• EKG
• BUN & kreatinin
• Foto thorax
2.6. Penatalaksanaan
Sedangkan untuk dosis awal dan dosis terapi dari hipertensi, dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Acute ischemic
stroke/intracerebral
bleed
Eclampsia/preeclampsia
Hypertensive
encephalopathy
Sympathetic
crisis/cocaine overdosed
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
1. Pre – operatif
20x/menit, S : 36,5oC. Pada pemeriksaan airway Clear; snoring (-), gurgling (-),
crowing(-), BND vesikuler, Rhonki -/-, Wheezing -/-, gigi caries (-), gigi palsu (-),
gigi bolong (+), riwayat asma (-), riwayat alergi (-), mallampati 4. Pada pemeriksaan
sirkulasi Akral hangat, CRT < 2”, sianosis (-), BJ I & II reguler, murmur (-),gallop (-),
riwayat stroke (-), riwayat penyakit saraf (-). Defisit neurologis (-). Pada pemeriksaan
gastrointestinal ntah (-), riwayat maag (-). Pasien tidak terpasang kateter. Riwayat
Diabetes Mellitus disangkal (GDS terakhir : 116 mg/dL). Pasien memiliki riwayat
alergi obat Paramex dan Bodrex. Pasien tidak mempunyai riwayat operasi
riwayat alergi). Pasien memiliki riwayat hipertensi dan mengkonsumsi captopril 3x25
2. Intra-operative
Sebelum dilakukan tindakan pembedahan pada pasien ini, diputuskan untuk dilakukan
waktu operasi hanya sekitar 1 jam. Hal ini bertujuan untuk menjaga patensi jalan
napas pasien karena posisi pasien ketika operasi left lateral decubitus. Sebelum
Midazolam memiliki efek penuruan tekanan darah sistemik yang disebabkan oleh
vasodilatasi perifer karena curah jantung tidak berubah.5 Selain midazolam, pada
pasien ini diberikan fentanyl sebagai obat premedikasi karena efek sedatif, ansiolitik,
dan analgesik. Pemberian fentanyl tidak memiliki efek langsung yang signifikan pada
jantung. Tekanan darah biasanya dipertahankan baik pada pasien yang sedang
mendapat opioid kecuali jika sistem kardiovaskular mengalami stres, mungkin timbul
hipotensi.5 Efek hipotensi mungkin disebabkan oleh dilatasi arteri dan vena perifer,
mekanisme stabilisasi dan pelepasan histamin. 5 Pada pasien ini diberikan propofol
untuk induksi anestesia. Jika dibandingkan dengan obat induksi lain, propofol
menyebabkan penurunan tekanan darah paling nyata; ini disebabkan oleh vasodilatasi
sirkulasi arteri dan vena sehingga terjadi penurunan preload dan afterload. 5 Untuk
dengan cara inhalasi dengan menggunakan N2O, O2, dan isofluran 1,5%. Isofluran
menyebabkan vasodilatasi dengan efek minimal pada curah jantung. Selain itu,
jantung.5 Pasien diberikan ondancetron 4 mg untuk mencegah mual dan muntah pasca
operasi. Untuk anti nyeri pasca operasi, pasien diberikan tramadol 100mg. Hal ini
dikarenakan, tramadol tidak memiliki efek peningkatan tekanan darah, berbeda jika
setelah pemberian NSAID diduga karena adanya inhibisi prostaglandin, retensi garam
dan vasokontriksi.7
3. Post-operative
A : Clear
D : GCS : 15 (E4M6V5)
Daftar Pustaka
1. Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, et al. National Heart, Lung, and Blood Institute
Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of
High Blood Pressure; National High Blood Pressure Education Program Coordinating
Committee. The seventh report of the Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure: the JNC 7 report.
JAMA. 2003; 289(19):2560-2572.
2. Djojoningrat, D. Dispepsia Fungsional. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V.
Jakarta: Interna Publishing; 2009. p. 529-533.