Anda di halaman 1dari 19

HEMOROID

Disusun oleh:
dr. Dewi Maisari

Pembimbing:

dr. Nur Aisyah, M.Kes

PROGRAM INTERNSIP
PERIODE NOVEMBER 2019-2020
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANGKINANG
KABUPATEN KAMPAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
yang bejudul ‘’ hemoroid ”.
Penyusunan laporan kasus ini untuk memenuhi salah satu tugas Program
Dokter Internsip Indonesia di RSUD Bangkinang. Terimakasih kami ucapkan
kepada dr. Nur Aisyah, M. Kes atas bimbingan dan arahannya sehingga laporan
kasus ini dapat diselesaikan.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam
penyajian laporan kasus ini, dikarenakan keterbatasan ilmu dan pengalaman kami.
Maka dengan kerendahan hati, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca dan pendamping sekaligus untuk menyempurnakan
laporan kasus ini ke depannya.

Bangkinang, 30 Januari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
ABSTRAK ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
BAB II TINJAUAN KASUS ..................................................................... 2
2.1 Identitas Pasien........................................................................ 2
2.2 Anamnesis................................................................................ 2
2.3 Pemeriksaan Fisik.................................................................... 3
2.4 Pemeriksaan Penunjang........................................................... 4
2.5 Resume..................................................................................... 4
2.6 Daftar Masalah......................................................................... 5
2.7 Terapi…................................................................................... 5
BAB III TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 6
3.1 Definisi ................................................................................... 6
3.2 Epidemiologi .......................................................................... 6
3.3 Faktor Risiko........................................................................... 7
3.4 Patofisiologi............................................................................. 8
3.5 Klasifikasi Hemoroid ………………………………………. . 8
3.6 Derajat Hemoroid Internal …………………………………... 8
3.7 Manifestasi Klinis …………………………………………… 9
3.8 Diagnosis................................................................................. 9
3.6 Tatalaksana.............................................................................. 10
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................ 13
BAB V KESIMPULAN............................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 15
LAPORAN KASUS HEMOROID

Dewi Maisari
Nur Aisyah

Program Internsip Dokter Indonesia/Rumah Sakit Umum Daerah Bangkinang-


Kampar

ABSTRAK

Penyakit hemoroid merupakan gangguan anorectal yang mempunyai


gejala perdarahan dan penonjolan saat defekasi. Kejadian hemoroid cenderung
meningkatkan seiring dengan bertambahnya usia seseorang, dimana usia
puncaknya adalah umur 45-65 tahun. Hal tersebut dikarenakan orang lansia sering
mengalami kontasipasi sehingga terjadi penekanan berlebihan pada fleksus
hemoriodalis karena proses mengejan. Penegakan diagnosis dan penatalksanaan
yang adekuat dpat menurunkan prevalensi, angka kekambuhan, serta timbulnya
komplikasi.
Kata kunci : diagnosis, hemoroid, penatalaksanaan.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Hemoroid atau wasir/ambeien merupakan penyakit daerah anus (ujung
bawah saluran buang air besar) yang sering terjadi, baik pada pria maupun wanita.
Hemoroid merupakan kumpulan dari pelebaran satu segmen atau lebih pembuluh
darah balik di daerah dubur (anoraktal). Meskipun kadang tidak disertai
perdarahan, namun keluhan utama penyakit ini adalah perdarahan.
Umumnya perdarahan terjadi waktu buang air besar atau sesudahnya.
Darah yang keluar biasanya merah muda segar dan bias hanya menetes saja tetapi
kadang juga sampai meneyemprot. Hemoroid hampir sama bentuknya dengan
varises penyakit yang biasanya terdapat daerah kaki dikarenakan terlalu lama
berdiri. Bedanya, hemoroid terdapat di satu segmen atau lebih vena hemoroidalis
di daerah anorektal.
Kejadian hemoroid cenderung meningkatkan seiring dengan bertambahnya
usia seseorang, dimana usia puncaknya adalah umur 45-65 tahun. Hal tersebut
dikarenakan orang lansia sering mengalami kontasipasi sehingga terjadi
penekanan berlebihan pada fleksus hemoriodalis karena proses mengejan.
Penegakan diagnosis dan penatalksanaan yang adekuat dpat menurunkan
prevalensi, angka kekambuhan, serta timbulnya komplikasi.
Untuk melakukan penegakan diagnosis hemoroid diperlukan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan konfirmasi yang teliti perlu dievaluasi
dengan seksama agar dapat dicapai pendekatan terapeutik yang sesuai.
BAB II
TINJAUAN KASUS

2.1 Identitas pasien


Nama/No. MR : Tn. S/044901
Umur : 65 tahun
Pekerjaan : wiraswasta
Alamat : jl. Sudirman Bangkinang Kota
Tanggal masuk : 09 Desember 2019

2.2 Anamnesis: Autoanamnesis


a. Keluhan utama
Keluar darah berwarna merah segar dari anus
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD dengan keluhan keluar darah berwarna merah segar
dari anus kurang lebih dua minggu sebelum masuk rumah sakit. Kadang
buang air besar keras dan keluar darah saat baung air besar. Pasien juga
mengatakan jika buang air besar kadang keluar benjolan yang dapat
dimasukkan kembali dengan tangan (jari). Keluhan benjolan tersebut
mulai dirasakan sejak 6 bulan yang lalu, mula mula benjolan yang keluar
kecil yang mulanya bisa masuk sendiri. Pasien bila buang air besar harus
berlama – lama jongkok di kamar mandi karena BAB keras. Nyeri perut
sebelah kiri bawah (+).
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Hipertensi (+)
d. Riwayat Penyakit Keluarga
- Tidak ada keluarga yang memiliki riwayat sakit yang sama
e. Riwayat pengobatan
- Pasien belum berobat atau minum obat sebelum nya
-
2.3 Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda Vital
Keadaan umum : Tampak sakit sedang (skala nyeri 7)
Status gizi : TB: 165 cm, BB: 60 kg. IMT: 22 kg/m2
Kesadaran : Komposmentis/GCS 15 E4V5M6
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Nadi : 96 kali/menit
Pernapasan : 18 kali/menit
Suhu : 36,9oC per aksila

Status generalisata
Kepala:
- Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor
refleks cahaya langsung (+/+), tidak langsung (+/+)
- Mulut : mukosa basah (+)
- Leher : tidak ditemukan pembesaran kelenjar getah bening
Thoraks:
Jantung
- Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
- Palpasi : iktus kordis teraba di SIK V linea midklavikula sinistra
- Perkusi : batas jantung kanan : linea sternalis dekstra
Batas jantung kiri : SIK V linea midklavikula sinistra
- Auskultasi : S1-S2 normal, gallop (-), murmur (-)
Paru
- Inspeksi : pernapasan simetris kiri dan kanan, tidak terlihat retraksi
- Palpasi : vokal fremitus simetris kiri dan kanan
- Perkusi : sonor pada seluruh lapangan paru
- Auskultusai : suara pernapasan vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
- Inspeksi : perut datar, scar (-)
- Auskultasi : bising usus (+) 10x/menit
- Palpasi : supel, nyeri tekan epigastrium (-)
- Perkusi : timpani pada seluruh lapangan abdomen
Ekstremitas
Akral hangat, CRT < 2 detik.
2.4 Pemeriksaan penunjang :
Rektal Touch : didapat kan ada massa menonjol diarah jam 3 atau jam 4.
Terdapat darah dan feses berwarna kuning ketika di rektal touch di handscoo
Pemeriksaan laboratorium
Darah rutin: 06 Desember 2019
Hemoglobin : 9,9 g/dl glukosa (stick) : 144 mg/dl
Hematokrit : 28.5%l
Leukosit : 8.500/ul
Trombosit : 188.000 /ul
2.5 Resume
Pasien datang ke IGD dengan keluhan keluar darah berwarna
merah segar dari anus kurang lebih dua minggu sebelum masuk rumah
sakit. Kadang buang air besar keras dan keluar darah saat baung air besar.
Pasien juga mengatakan jika buang air besar kadang keluar benjolan yang
dapat dimasukkan kembali dengan tangan (jari). Keluhan benjolan tersebut
mulai dirasakan sejak 6 bulan yang lalu, mula mula benjolan yang keluar
kecil yang mulanya bisa masuk sendiri. Pasien bila buang air besar harus
berlama – lama jongkok di kamar mandi karena BAB keras. Nyeri perut
sebelah kiri bawah (+).pemeriksaan fisik didapatkan IMT pasien 22 kg/m 2,
Tekan darah 140/90 mmHg, nadi 96x/menit, pernapasan 18x/menit, suhu
36,9 0C . Dari hasil pemeriksaan rektal touch didapat kan ada massa
menonjol diarah jam 3 atau jam 4. Terdapat darah dan feses bewarna
kuning ketika di rektal touch di handscoon.
2.6 Daftar masalah
Diagnosis kerja : Hemoroid grade 3
Diagnosis banding:
- Fisura anal
- Prolaps rektum
2.7 Terapi
Nonfarmakologi:
- Konsumsi makanan berserat 25-30 gram sehari. Makanan beserat seperti
buah-buahan, sayur-mayur, dan kacang-kacangan.
- Minumair 6-8 gelas sehari
- Mengubah kebiasan buang air besar. Segera kekamar mandi saat merasakan
akan buang air besar, jangan ditahan karena akan memperkeras feses dan
hindari mengedan.
Farmakologi:
- konsul Sp.B
- rawat inap
- -IVFD RL 20 tpm
- injeksi omeprazole 40 mg /24jam /I.V
- injeksi cefotaxime 1 gr/ 12jam
- injeksi ketorolac 1 amp/12jam
- injeksi asam tranexamat / 8jam
- injeksi vitamin k / 12 jam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi Hemoroid


Hemoroid merupakan pembuluh darah normal yang terletak pada mukosa
rektum bagian distal dan anoderm. Gangguan pada hemoroid terjadi ketika
pleksus vascular ini membesar. Sehingga kita didapatkan pengertiannya dari
hemoroid adalah dilatasi varikosus vena dari pleksus hemoroidal inferior dan
suprior.
Hemoroid kumpulan dari pelebaran satu segmen atau lebih vena
hemoroidalis didaerah anorektal. Hemoroid bukan sekedar pelebaran vena
hemoroidalis, tetapi bersifat lebih kompleks yakni melibatkan beberapa unsur
berupa pembuluh darah, jaringan lunak dan otot di sekitar anorektal.

3.2 Epidemiologi
Hemoroid merupakan penyebab umum dari perdarahan rektum dan
ketidaknyamanan anal, namun keakuratan insiden sulit untuk ditentukan karena
pasien cenderung mencari pengobatan sndiri, bukan penanganan medis. Hemoroid
diderita oleh 5% seluruh penduduk dunia. Insiden hemorid terjadi pada 13-36%
populasi di Inggris. Berdasarkan data dari The National Of Health Statistic di
Amerika Serikat, prevalensi hemoroid sekitar 4,4%. Di Mesir, hemoroid dianggap
penyakit daerah anus tersering dengan prevalensi tinggi hamper 50% dari
kunjungan proctological di Unit Kolorektal.
Belum banyak data mengenai prevalensi hemoroid di Indonesia. Namun
dari penelitian yang telah dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan, jumlah
pasien yang didiagnosis hemoroid pada tahun 2009-2011 berjumlah 166 orang
dengan prevalensi 69,7%.
3.3 Faktor Resiko
Diet tinggi serat
Rendahnya mengkonsumsi makanan yang berserat tinggi mengakibatkan
feses mengeras sehingga dapat menyebabkan trauma pada pleksus hemoroidalis.
Konstipasi
Konstipasi merupakan suatu keadaan kesulitan untuk melakukan buang air
besar dan di perlukan mengedan yang kuat ketika buang air besar.hal ini
disebabkan oleh feses yang kering dank eras pada colon desenden yang
menumpuk karena absorbs cairan yang berlebihan. Keadaan konstipasi yang
menyebabkan waktu mengedan yang lebih lama sehinngga tekanan yang kuat
pada saat mengedan dapat mengakibatkan trauma pada pleksus hemoroidalis dan
terjadi penyakit hemorid.
Usia lanjut
Pada usia lanjut terjadi degenerasi jaringan-jaringan tubuh. Musculus
spinctermenjadi tipis dan terjadi penurunan kontraksi m.sphincter. Kedua hal
diatas menyebabkan kelemahan m.sphincter dan prolaps pada anus.

Aktifitas fisik berat


Seseorang yang mempunyai aktifitas fisik berat, dalam jangka waktu yang
lama dan frekuensi rutin, maka akan menyebabkan peningkatan tekanan vena
hemoroid sehingga menyebabkan penyakit hemoroid.
Kehamilan
Wanita hamil mengalami peningkatan hormon progesterone yang
mengakibatkan peristaltik saluran pencernaan melambat dan otot-ototnya
berelaksasi. Relaksasi mengakibatkan konstipasi. Wanita hamil juga mengalami
peningkatan tekanan intra abdomen yang akan menekan dari vena direktum.
Proses melahirkan juga dapat menyebabkan hemoroid karena adanya penekanan
yang berlebihan pada pleksus hemoroidalis.

3.4 Patofisiologi
Hemoroid merupakan salah satu dari gangguan sirkulasi darah. Gangguan
tersebut dapat berupa pelebaran vena yang disebut venctasia anus dan perianus
akibat bendungan pembuluh darah vena. Hemoroid disebabkan oleh obstipasi
yang menahun dan uterus gravidus. Bendungan susnan portal pada sirosis hati
juga menyebabkan hemoroid, hemoroid dapat terjadi karena faktor herediter, juga
pembesaran prostat pada pria tua, dan tumor pada rektum.
Lansia akan mengalami degenerasi sehingga memperlemahkan jaringan
penyongkong. Selain degenerasi jaringan penyongkong usaha pengeluaran feses
yang keras secara berulang serta mengedan yang kuat akan meningkatkan tekanan
terhadap bantalan sehingga mengakakibatkan prolaps. Perdarahan yang timbul
akibat pembesaran hemoroid disebabkan oleh trauma mukosa lokal atau inflamasi
yang merusak pembuluh darah dibawahnya.

3.5 Klasifikasi Hemoroid


Hemoroid diklasifikasi berdasarkan asalnya, diman denate line menjadi
batas histologi. Klasifikasi hemoroid yaitu :
Hemoroid eksternal
Berasal dari bagian distal denate line dan dilapisi oleh epitel skuamos yang telah
termodifikasi serta banyak persarafan serabut nyeri somatic.
Hemoroid internal
Berasal dari bagian proksimal denate linedan dilapisi mukosa
Hemoroid internal – eksternal
Dilapisi oleh mukosa dibagian superior dan kulit pada bagian inferior serta
memiliki serabut saraf nyeri.
3.6 Derajat Hemoroid Internal
Hemoroid internal diklasifikasi menjadi bebarapa tingkatan yaitu:
a. Derajat I
Hemoroid mencapai lumen anal canal. Berdarah atau kadang
jarang terjadi perdarahan, tidak menonjol keluar anus.
b. Derajat II
Hemoroid mencapai sfingter eksternal dan tampak pada saat
pemeriksaan tetapi dapat masuk kembali secara spontan.
Gejala peradarahan berwarna merah segar pada saat defekasi
( buang air besar) benjolan dapat dilihat disekitar pinggir anus dan
dapat masuk kembali dengan spontan.
c. Derajat III
Hemoroid telah keluar dari anal canal dan hanya dapat masuk
kembali secara manual oleh pasien.
Prolapsus hemoroid terjadi setelah defekasi dan jarang terjadi
perdarahan, prolapsus dapat kembali dengan bantuan.
d. Derajat IV
Terjadi prolaps dan sulit kembali dengan spontan.
Hemoroid selalu keluar dan tidak dapat masuk ke anal canal meski
dimasukkan oleh pasien secara manual.

3.7 Manifestasi Klinis


Gejala umum dari derajat hemoroid interna yaitu :
1. Nyeri yang hebat timbul karena terdapat trombosis yang luas
dengan udem dan radang.
2. Perdarahan biasanya timbul pad hemoroidinterna akibat trauma
feses yang keras.
3. Anemia berat biasanya terjadi akibat perdarahan yang berulang.
4. Prolaps pada rektum biasanya timbul sewaktu defekasi dan reduksi
spontan swaktu defekasi.
5. Iritasi kulit perinatal dapat menimbulkan rasa gatal yang
disebabkan oleh kelembaban yang terus menerus pad anus
sehingga terjadi rangsangan mucus.

Gejala klinis hemoroid dapat dibagi berdasarkan jenis hemoroid yaitu :


Hemoroid internal
- Prolaps dan keluarnya mucus
- Perdarahan
- Rasa tidak nyaman
- Gatal
Hemoroid eksternal
- Rasa terbakar
- Nyeri ( jika mengalami trombosis)
- Gatal
3.8 Diagnosis
1. Anamnesis
Pada anamnesis biasanya didapati bahwa pasien
menemukan adanya darah segar saat buang air besar. Selain itu
pasien juga akan mengeluhkan adanya gatal-gatal pada daerah
anus. Pada derajat II hemoroid internal pasien akan merasakan
adanya masa pada anus dan hal ini membuatnya tak nyaman.
Pasien akan mengeluhkan nyeri pada hemoroid derajat IV yang
telah mengalami trombosis.
Pada pendarahan yang disertai dengan nyeridapat
mengindikasikan adanya trombosis hemoroid ekstrenal, dengan
ulserasi thrombus pada kulit. Hemoroid internal biasanya timbul
gejala hanya ketika mengalami prolapsus seingga terjadi ulserasi,
perdarahan, atau trombosis. Hemoroid eksternal bisa jadi tanpa
gejala atau dapat ditandai dengan rasa tidak nyaman, nyeri akut,
atau perdarahanakibat ulserasi dan trombosis.

2. Pemeriksaan Fisik Hemoroid


Pada pemeriksan fisik dapat ditemukan adanya
pembengkakan vena yang mengidenfikasikan hemoroid eksternal
atau hemoroid internal yang mengalami prolaps. Hemoroid internal
derajat I dan II biasanya tidak dapat terlihat dari luar dan cukup
sulit membedakannya dengan lipatan mukosa melalui pemeriksaan
rektal kecuali hemoroid tersebut telah mengalami trombosis.
Daerah perianal juga diinspeksi untuk melihat ada atau tidaknya
fisura, fistula, polip atau tumor. Selain itu ukuran, perdarahan, dan
tingkat keparahan inflamasi juga harus di nilai.

3. Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan Colok dubur ( rectal touch )
Diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma
rektum. Pada hemoroid internal tidak dapat diraba sebab
tekanan vena di dalamnya tidak cukup tinggi dan
biasanyatidak nyeri.
 Anuskopi
Untuk menilai mukosa rektal dan mengevaluasi tingkat
pembesaran hemoroid.
 Sigmodoskopi
Untuk mengevaluasi perdarahan rektal dan rasa tidak
nyaman seperti fisura anal, fistula, kolitis, polip rektal dan
kanker.
3.9 Penatalaksanaan Hemoroid
Non-Farmakologi
Bertujuan untuk mencegah semakin memburuknya hemoroid internal
derajat I-III atau pasien yang menolak operasi. Penetalaksanaan non
farmakologi di tunjukan pada semua jenis dan derajat hemoroid yang berupa
perbaikan pola hidup, pola makan, dan cara defekasi. Saat defekasi, posisi
yang dianjurkan adalah jongkok saat defekasi, sebaiknya tidak terlalu lama
karena akan meningkatkan tekanan pada pembuluh darah vena hemoroid dan
akan memperparah terjadinya hemoroid.

Farmakologi
o Obat yang berfungsi memperbaiki defekasi
Ada dua macam yaitu suplemen serat yang banyak digunakan antara
lain psyllium atau isphagula husk yang berasal dari biji plantago ovata
yang dikeringkan dan digiling menjadi bubuk. Efek samping antara
lain kentut, kembung, konstipasi, alergi, sakit abdomen. Untuk
mencegah konstipasi atau obstruksi saluran cerna dianjurkan minum
air banyak.
Sedangkan obat yang kedua pencahar antara lain natrium sulfosucciant
dengan dosis 300mg/hari.
o Obat simptomatik
Bertujuan untuk mengurangi rasa gatal, nyeri, atau karena kerusakan
kulit daerah anus. Sediaan berbentuk suppositoria digunakan untuk
hemoroid internal sedangkan sediaan oint ment/ krem digunakan untuk
hemoroid eksternal.
o Obat untuk menghentikan perdarahan
Perdarahan akibat adanya luka pada dinding anus atau pecahnya vena
hemoroid yang dindingnya tipis. Pemberian obat yang dapat digunakan
yaitu diosmin, hesperidin
o Obat penyembuhan dan pencegahan serangan hemoroid
Disomin the hesperidin diberikan dengan tujuan untuk memberikan
perbaikan pada inflamasi, kongesti, edema, prolap.

Pembedahan
Apabila hemoroid internal derajat I yang tidak membaik dengan
penatalaksanaan konservatif maka dapat dilakukan tindakan pembedahan.
HIST ( Hemorrhoid Institute of South Texas ) menetapkan indikasi
tatalaksanaan pembedahan hemoroid antara lain :
A. Hemoroid internal derajat II berulang
B. Hemoroid derajat III dan IV dengan gejala
C. Mukosa rektum menonjol keluar anus
D. Hemoroid derajat I dan II dengan penyakit peneyerta seperti fisura
E. Kegagalan penetalaksanaan konsevartif
F. Permintaan pasien.
Pembedahan yang sering dilakukan yaitu:
1) Skleroterapi
Teknik ini dilakukan mengijeksikan 5 mL oil phenol 5%, vegetable oil,
quinine, dan urea hydrochlorate atau hypertonic salt solution. Lokasi
injeksi adalah submukosa hemoroid. Efek injeksi sklerosan tersebut adalah
edema, reaksi inflamasi dengan proliferasi fibroblast, dan trombosis
intravascular. Reaksi ini akan menyebabkan fibrosis pada submukosa
hemoroid. Hal ini akan mencegah atau mengurngi prolapsus jaringan
hemoroid. Teknik ini murah dan mudah dilakukan, tetapi jarang
dilaksanakan karena tingkat kegagalan yang tinggi.
2) Rubber band ligation
Ligasi jaringan hemoroid dengan rubber band menyebabkan nekrosis
iskemia, ulserasi, dan scarring yang akan menghasilkan fiksasi jaringan
ikat ke dinding rektum. Komplikasi prosedur ini adalah nyeri dan
perdarahan.
3) Infrared themocoagulation
Sinar infra merah masuk ke jaringan dan berubah menjadi panas.
Manipulaasi instrument tersebut dapat digunakan untuk mengatur
banyaknya jumlah kerusakan jaringan. Prosedur ini menyebabkan
koagulasi, oklusi, dan sclerosis jaringan hemoroid. Teknik ini singkat dan
dengan komplikasi yang minimal.
4) Bipolar Diathermy
Menggunakan energy listrik untuk mengkoagulasi jaringan hemoroid dan
pembuluh darah yang memperdarahinya. Biasanya digunakan pada
hemoroid internal derajat rendah.
5) Laser Haemorrhoidectomy
6) Doppler Ultrasound guided haemorrhoid artery ligation
Tekni ini dilakukan dengan menggunakan proktoskop yang dilengkapi
dengan Doppler probe yang dapat melokalisasi arteri. Kemungkinan arteri
yang meperdarahi jaringan hemoroid tersebut diligasi menggunakan
absorbable suture. Pemotongan aliran darah ini diperkirakan mengurangi
ukuran hemoroid.
7) Cryotherapy
Tekni ini dilakukan dengan mengunakan temperatur yang sangat rendah
untuk merusak jaringan. Kerusakan ini disebabkan Kristal yang terbentuk
di dalam sel, menghancurkan membrane dan jaringan. Namun prosedur ini
menghabiskan banyak waktu dan yang cukup mengecewakan.
Cryotherapy adalah teknik yang paling jarang dilakukan untuk hemoroid.
8) Stappled Hemorrhoidopexy
Tekni ini dilakukan dengan mengeksisi jaringan hemoroid pada bagian
proksimal denante line. Keuntungan pada stappled hemorrohoidopexy
adalah berkurangnya rasa nyeri paska operasi selain itu tekni ini juga aman
dan efektif sebagai standar hemorroidectomy
Pencegahan
 Konsumsi makanan tinggi serat seperti buah-buahan, sayur-mayur
dan kacang-kacangan karena dapat membuat feses menjadi lunak
sehingga mengurangi proses mengedan dan tekanan vena anus
 Minum air 6-8 gelas sehari agar tubuh kita tidak kekurangan
cairan dalam tubuh
 Melakukan kegiatan seperti olahraga rutin ( jogging, senam,
berenang)
 Mengubah kebiasan buang air besar. Bila ingin buang air besar
segeralah kekamar mandi karena akan menyebabkan feses menjadi
keras dan jangan duduk terlalu lama.
BAB IV

PEMBAHASAN

Pasien datang ke IGD dengan keluhan keluar darah berwarna merah segar
dari anus kurang lebih dua minggu sebelum masuk rumah sakit. Kadang buang air
besar keras dan keluar darah saat baung air besar. Pasien juga mengatakan jika
buang air besar kadang keluar benjolan yang dapat dimasukkan kembali dengan
tangan (jari). Keluhan benjolan tersebut mulai dirasakan sejak 6 bulan yang lalu,
mula - mula benjolan yang keluar kecil yang mulanya bisa masuk sendiri. Pasien
bila buang air besar harus berlama – lama jongkok di kamar mandi karena BAB
keras. Nyeri perut sebelah kiri bawah (+).
Pada pasien ini, dapat ditegakkan diagnosis Hemoroid garde III yaitu
berdasarkan anamnesis ditemukanya keluar darah dari anus dan keluar benjolan
dari anus yang dapat dimasukkan dengan jari ketika BAB. Hemoroid merupakan
pembuluh darah normal yang terletak pada mukosa rektum bagian distal dan
anoderm. Gangguan pada hemoroid terjadi ketika pleksus vascular ini membesar.
Sehingga kita didapatkan pengertiannya dari hemoroid adalah dilatasi varikosus
vena dari pleksus hemoroidal inferior dan suprior.
Hemoroid merupakan penyebab umum dari perdaraha rektum dan
ketidaknyamanan anal, namun keakuratan insiden sulit untuk ditentukan karena
pasien cenderung mencari pengobatan sndiri, bukan penanganan medis.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan IMT pasien 22 kg/m2, Tekan darah
140/90 mmHg, nadi 96x/menit, pernapasan 18x/menit, suhu 36,9 0C . Dari hasil
pemeriksaan rektal touch didapat kan ada massa menonjol diarah jam 3 atau jam
4. Terdapat darah dan feses berwarna kuning ketika di rektal touch. Terapi pada
pasien diagnose Hemoroid grade III pada pasien ini di rawat inap dan diberi
penatalaksanaan cairan infus RL 20 tetes permenit, injeksi omeprazole 40 mg/
24jam, injeksi cefotaxime 1 gram/ 12jam, injeksi ketorolac 1 amp/12jam, injeksi
asam tranexamat /8jam, injeksi vitamin K amp/12jam.
BAB V
KESIMPULAN

Hemoroid merupakan pembuluh darah normal yang terletak pada mukosa


rektum bagian distal dan anoderm. Gangguan pada hemoroid terjadi ketika
pleksus vascular ini membesar. Sehingga kita didapatkan pengertiannya dari
hemoroid adalah dilatasi varikosus vena dari pleksus hemoroidal inferior dan
seprior.
Hemoroid kumpulan dari pelebaran satu segmen atau lebih vena
hemoroidalis didaerah anorektal. Hemoroid bukan sekedar pelebaran vena
hemoroidalis, tetapi bersifat lebih kompleks yakni melibatkan beberapa unsur
berupa pembuluh darah, jaringan lunak dan otot di sekitar anorektal.
Hemoroid merupakan penyebab umum dari perdaraha rektum dan
ketidaknyamanan anal, namun keakuratan insiden sulit untuk ditentukan karena
pasien cenderung mencari pengobatan sndiri, bukan penanganan medis. Hemoroid
diderita oleh 5% seluruh penduduk dunia. Insiden hemorid terjadi pada 13-36%
populasi di Inggris. Berdasarkan data dari The National Of Health Statistic di
Amerika Serikat, prevalensi hemoroid sekitar 4,4%. Di Mesir, hemoroid dianggap
penyakit daerah anus tersering dengan prevalensi tinggi hamper 50% dari
kunjungan proctological di Unit Kolorektal.
Pencegahan dengan Konsumsi makanan tinggi serat seperti buah-buahan,
sayur-mayur dan kacang-kacangan karena dapat membuat feses menjadi lunak
sehingga mengurangi proses mengedan dan tekanan vena anus, minum air 6-8
gelas sehari agar tubuh kita tidak kekurangan cairan dalam tubuh, melakukan
kegiatan seperti olahraga rutin ( jogging, senam, berenang), mengubah kebiasan
buang air besar. Bila ingin buang air besar segeralah kekamar mandi karena akan
menyebabkan feses menjadi keras dan jangan duduk terlalu lama.
DAFTAR PUSTAKA

Arkanda, Sumitro.1998. Ringkasan Ilmu Bedah. Jakarta : PT.Bina Aksara.


Djuhari, Widjajakusumah. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Nugroho S. Hubungan Aktifitas Fisik dan Konstipasi dengan Derajat Hemoroid di
di URJ Bedah RSUD dr. Soegiri Lamongan. Surya. 2014.
Mubarak H. Karekteristik Penderita Hemoroid Berdasarkan Umur dan Jenis
Kelamin di RSUP H. Adam Maliktahun 2008- 2009. Medan. Universitas
Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai