Anda di halaman 1dari 33

1

DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER

Disusun oleh:
dr. Sarbili
dr. Tiwi Lestari

Pembimbing:

dr. Hj. Mona Satriana, MM

PROGRAM INTERNSIP

PERIODE NOVEMBER 2022-2023

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH OKU TIMUR

KABUPATEN OKU TIMUR

2023
2

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
kasus yang bejudul “Dengue Haemorrhagic Fever”.
Penyusunan laporan kasus ini untuk memenuhi salah satu tugas Program
Dokter Internsip Indonesia di RSUD OKU Timur. Terimakasih kami ucapkan
kepada dr. dr. Hj. Mona Satriana, MM atas bimbingan dan arahannya sehingga
laporan kasus ini dapat diselesaikan.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam


penyajian laporan kasus ini, dikarenakan keterbatasan ilmu dan pengalaman kami.
Maka dengan kerendahan hati, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca dan pendamping sekaligus untuk menyempurnakan
laporan kasus ini ke depannya.

Tulusayu, Januari 2023

Penulis
3

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 5
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 5
BAB II TINJAUAN KASUS ..................................................................... 6
2.1 Identitas Pasien........................................................................ 6
2.2 Anamnesis................................................................................ 6
2.3 Pemeriksaan Fisik.................................................................... 7
2.4 Pemeriksaan Penunjang........................................................... 8
2.5 Resume..................................................................................... 9
2.6 Daftar Masalah......................................................................... 9
2.7 Terapi…................................................................................... 9
BAB III TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 10
3.1 Definisi ................................................................................... 10
3.2 Epidemiologi .......................................................................... 10
3.3 Etiologi.................................................................................... 11
3.4 Patogenesis.............................................................................. 12
3.5 Manifestasi klinis.................................................................... 14
3.6 Klasifikasi................................................................................ 15
3.7 Diagnosis................................................................................. 17
3.11 Tatalaksana ......................................................................20
3.13 Prognosis .........................................................................26
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................ 27
BAB V KESIMPULAN............................................................................. 30
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 31
4

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Infeksi virus dengue (DENV) adalah ancaman kesehatan global yang
mempengaruhi setidaknya 3,6 miliar orang yang hidup di lebih dari 125 negara
pada daerah tropis dan subtropis.1 World Health Organization (WHO) melaporkan
lebih dari 2,5 milyar atau dua perlima populasi di dunia berisiko terinfeksi virus
dengue.2,3 Sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization
(WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di
Asia Tenggara.2,3
Infeksi virus dengue (demam berdarah) sering ditandai dengan gejala
ringan sampai sedang, tidak spesifik, akut dan demam. Sekitar 75% dari semua
infeksi DENV tidak menunjukkan gejala. Namun, sebanyak 5% dari semua pasien
demam berdarah dapat berkembang menjadi penyakit parah dan mengancam
jiwa.4 Temuan klinis awal yang tidak spesifik memerlukan indeks kecurigaan yang
tinggi, mengenali tanda-tanda awal syok dan segera memulai terapi suportif
intensif dapat mengurangi risiko kematian dari 10% menjadi <1%. Pemeliharaan
cairan sirkulasi merupakan hal terpenting dalam penanganan infeksi ini. Asupan
cairan terutama melalui oral harus dipertahankan. Jika tidak bisa, maka diperlukan
suplemen cairan melalui jalur intravena.,5
Prinsip pengobatan DHF adalah suportif dan simptomatis dengan elemen
utama berupa terapi cairan dan antipiretik. Syok pada DHF terjadi karena
kebocoran plasma lebih dari 30% volume darah sehingga perlu pemantauan tanda-
tanda syok seperti nyeri abdominal akut, nadi cepat, lemah sampai tidak teraba
dan tekanan darah menurun. Prognosis DHF tergantung pada pengenalan dan
pengobatan yang cepat dan tepat serta pemantauan syok secara ketat.6

BAB II
TINJAUAN KASUS

2.1 Identitas pasien


5

Nama : Tn S
Umur : 46 tahun
Pekerjaan : Petani
Alamat : Menanga Besar
Tanggal masuk : 29 Desember 2022

2.2 Anamnesis: Autoanamnesis


a. Keluhan utama
Demam sejak 2 hari SMRS

b. Riwayat Penyakit Sekarang


Os datang ke IGD RSUD OKU Timur dengan keluhan demam naik
turun sejak 2 hari hari SMRS. Keluhan disertai dengan nyeri pada
persendian dan kepala, nyeri kepala, awalnya nyeri kepala di puncak
kepala, namun saat ini nyeri kepala hanya di kepala sebelah kiri. Mual (+)
muntah (+) setiap makan dan minum sejak 3 hari SMRS. muntah berisi
makanan dan minuman yang di konsumsi, muntah darah (-), Pasien
mengatakan tidak ada mimisan, gusi berdarah dan tidak ada bintik
kemerahan pada pasien. Pasien mengatakan nafsu makannya berkurang
sejak demam tersebut. BAB dan BAK dalam batas normal. Pasien sudah
minum obat penurun panas sebelumnya, namun keluhan tidak kunjung
berkurang.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


- Pasien mengaku tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya.
- Riwayat DM dan HT (-)
- Riwayat Asma (-), Alergi obat (-)

d. Riwayat Penyakit Keluarga


- Tidak ada keluarga yang pernah mengalami hal yang sama.

e. Riwayat pengobatan
6

- Pasien hanya minum obat penurun panas yang dibeli di apotik

f. Riwayat pekerjaan, kebiasaan dan sosial ekonomi


- Pasien seorang petani
- Rumah pasien terletak di lingkungan perkebunan

2.3 Pemeriksaan Fisik


Tanda-tanda Vital
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Status gizi : TB: 162 cm, BB: 65 kg
Kesadaran : Komposmentis/GCS 15 E4V5M6
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Nadi : 65 kali/menit
Pernapasan : 22 kali/menit
Suhu : 38,1oC per aksila

Status generalis
Kepala:
- Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor
refleks cahaya langsung (+/+), tidak langsung (+/+)
- Hidung : deviasi (-), epitaksis (-), polip (-)
- Mulut : mukosa basah (+), sianosis (-), gusi berdarah (-)
- Leher : tidak ditemukan pembesaran kelenjar getah bening

Thoraks:
Jantung
- Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
- Palpasi : iktus kordis teraba di SIK V linea midklavikula sinistra
- Perkusi : batas jantung kanan : linea parasternalis dekstra
batas jantung kiri : SIK V linea midklavikula sinistra
- Auskultasi : S1-S2 normal, gallop (-), murmur (-)
Paru
7

- Inspeksi : pernapasan simetris kiri dan kanan, tidak terlihat retraksi


- Palpasi : vokal fremitus simetris kiri dan kanan
- Perkusi : sonor pada seluruh lapangan paru
- Auskultusai : suara pernapasan vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
- Inspeksi : perut datar, scar (-)
- Auskultasi : bising usus (+) 10x/menit
- Palpasi : supel, nyeri tekan epigastrium (+)
- Perkusi : timpani pada seluruh lapangan abdomen
Ekstremitas
Atas : akral hangat, CRT <2 detik, pitting udem (-/-), sianosis (-),
ptekie (+/+)
Bawah : akral hangat, CRT <2 detik, pitting udem (-/-), sianosis (-),
ptekie (-/-)
Uji Torniquet : Positif

2.4 Pemeriksaan laboratorium 21 November 2021


Darah rutin:
Parameter Nilai Normal

Leukosit 5,88 x 103/mm3 4,20-11,00

Eritrosit 5,51 x 106/µL 4,50-5,50

Hemoglobin 16,2 g/dL 14-18 g/dL

Hematokrit 45,2 % 42,0-52,0

Trombosit 79 x 103/ µL 150-400 x 103/ µL

MCV 82 fl 82-92

MCH 29 pg 27-31

MCHC 36 g/dL 32-36

Kesan: Trombositopenia
8

Kimia Klinik
Gula Darah Sewaktu 74 <200
Ureum Darah 48 10-50
Kreatinin Darah 1,00 0,8-1,5
Kesan: Hipoglikemia

Imunologi dan Serologi


Rapid Antigen Covid-19 Non Reaktif Non Reaktif
Dengue NS1 Ag Reaktif Non Reaktif

Rontgen :
Dalam Batas Normal

EKG
9

Kesan: Sinus Rhytm

2.5 Resume
Tn. A, 29 tahun, datang ke IGD RSUD Bangkinang dengan keluhan demam naik
turun sejak 5 hari hari SMRS. Keluhan disertai dengan nyeri pada persendian dan
kepala. Mual (+) muntah (-), Pasien mengatakan tidak ada mimisan, gusi
berdarah dan tidak ada bintik kemerahan pada pasien. Pasien mengatakan nafsu
makannya berkurang sejak demam tersebut. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
nyeri tekan epigastrium (+), pemeriksaan uji tourniquet didapatkan positif. Dari
pemeriksaan laboratorium didapatkan trombositopenia disertai Dengue NS1 Ag
(+).

2.6 Daftar masalah


Diagnosis kerja : DHF grade I

2.7 Terapi
Nonfarmakologi:
Pasien anjuran rawat inap
- Istirahat (bed rest)
- Hindari aktivitas yang berlebihan
10

Farmakologi:
- IVFD RL 1 kolf/8 jam

- Inj. Ondansentron 8mg /12 j

- Inj. Omeprazole 40mg / 12 j

- Paracetamol tab 3x500mg

- Antasida 3x1 sebelum makan

- PSIDII 3x1 tab


11

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi
Demam dengue/ dengue fever (DF) dan demam berdarah dengue (DBD)/
dengue haemorrhagic fever (DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue. Penyakit DBD terjadi akibat interaksi antara host (manusia dan
nyamuk), agent (virus) dan lingkungan (faktor biotik dan abiotik). Manifestasi
klinis berupa demam, nyeri otot dan atau nyeri sendi yang disertai leukopenia,
ruam, trombositopenia dan diatesis hemoragik. Pada DHF terjadi perembesan
plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau
penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindroma renjatan dengue (dengue shock
syndrome) adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok.1,5

3.2 Epidemiologi
Penyakit DHF sering ditemukan di negara tropis seperti Asia Tenggara,
Afrika dan Amerika Selatan. Namun saat ini DHF telah terjadi di lebih dari 100
negara dan mengancam lebih dari 2,5 miliar orang di perkotaan, pinggiran kota
dan daerah pedesaan serta di negara tropis dan subtropis, diantaranya adalah
Afrika, Amerika, Mediterania Timur, Asia Tenggara dan Pasifik Barat. Pada
tahun 2013 dilaporkan sebanyak 2,35 juta kasus di Amerika, dimana 37.687 kasus
merupakan DHF berat.7
World Health Organization (WHO) mencatat bahwa Indonesia merupakan
negara dengan kasus DHF tertinggi di Asia Tenggara. Infeksi dengue merupakan
salah satu masalah kesehatan yang di hadapi Indonesia karena meningkatnya
jumlah penderita dan tingginya jumlah kematian akibat infeksi dengue. Hal ini
terjadi akibat peningkatan jumlah penduduk, peningkatan laju urbanisasi dan
kurang efektifnya program pemberantasan sarang nyamuk. Pada tahun 2015,
tercatat sebanyak 126.675 penderita DHF di 34 Provinsi di Indonesia dan 1.229
orang diantaranya meninggal dunia. Jumlah kasus DHF di Provinsi Riau pada
tahun 2014 sebanyak 2366 orang dengan 34 diantaranya meninggal. Sedangkan
jumlah kasus DHF di Pekanbaru pada tahun 2014 sebanyak 2.009 kasus kemudian
pada tahun 2015 sebanyak 516 kasus.8,9
12

3.3 Etiologi
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue
(DENV) yang merupakan virus RNA berantai tunggal dengan dengan ukuran
50nm. Virus ini termasuk dalam genus Flavivirus dan keluarga Flaviviridae.
Virus dengue memiliki empat serotipe, yaitu DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan
DENV-4. Infeksi dengan satu serotipe DENV memberikan kekebalan antibodi
seumur hidup terhadap serotipe yang bersangkutan tetapi tidak ada pelindungan
terhadap serotipe yang lain. Virus dengue tersusun atas membran protein yaitu
Capsid (C), Membran (M), Envelope (E) protein dan 7 protein non struktural
(NS1, NS2A, NS2B, NS3, NS4, NS4B dan NS5B).5.7

Gambar 1. Virus dengue dalam mikroskop elektron


13

3.4 Patogenesis5,10

Fenomena patofisiologi utama menentukan berat penyakit dan


membedakan demam berdarah dengue dengan dengue klasik ialah tingginya
permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya
hipotensi, trombositopenia dan diabetes hemoragik. Meningginya nilai hematokrit
pada penderita dengan renjatan menimbulkan dugaan bahwa renjatan terjadi
sebagai akibat kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler melalui kapiler yang
rusak dengan mengakibatkan menurunnya volume plasma dan meningginya nilai
hematokrit.

Mekanisme sebenarnya tentang patofisiologi dan patogenesis demam


berdarah dengue hingga kini belum diketahui secara pasti, tetapi sebagian besar
menganut "the secondary heterologous infection hypothesis" yang mengatakan
bahwa DBD dapat terjadi apabila seseorang setelah infeksi dengue pertama
mendapat infeksi berulang dengan tipe virus dengue yang berlainan dalam jangka
waktu yang tertentu yang diperkirakan antara 6 bulan sampai 5 tahun. Patogenesis
terjadinya renjatan berdasarkan hipotese infeksi sekunder dicoba dirumuskan oleh
Suvatte dan dapat dilihat pada gambar.

Gambar 2. Patogenesis terjadinya syok pada DBD


14

Akibat infeksi kedua oleh tipe virus dengue yang berlainan pada
seorang penderita dengan kadar antibodi anti dengue yang rendah, respons
antibodi anamnestik yang akan terjardi dalam beberapa hari
mengakibatkan proliferasi dan transformasi limfosit imun dengan
menghasilkan antibodi IgG anti dengue titer tinggi. Replikasi virus dengue
terjadi dengan akibat terdapatnya virus dalam jumlah yang banyak. Hal-
hal ini akan mengakibatkan terbentuknya kompleks antigen antibodi yang
selanjutnya akan mengaktivasi sistem komplemen. Pelepasan C3a dan C5a
akibat antivasi C3 dan C5 menyebabkan meningginya permeabilitas
dinding pembuluh darah dan merembesnya plasma melalui endotel
dinding pembuluh darah. Pada penderita renjatan berat, volume plasma
dapat berkurang sampai lebih dari pada 30% dan berlangsung selama 24-
48 jam. Renjatan yang tidak ditanggulangi secara adekuat akan
menimbulkan anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian.
Sebab lain dari kematian pada DBD ialah perdarahan saluran
pencernaran hebat yang biasanya timbul setelah renjatan berlangsung lama
dan tidak dapat diatasi. Trombositopenia merupakan kelainan hematologis
yang ditemukan pada sebagian besar penderita DBD. Nilai trombosit
mulai menurun pada masa demam dan mencapai nilai terendah pada masa
renjatan. Jumlah tromosit secara cepat meningkat pada masa konvalesen
dan nilai normal biasanya tercapai sampai hari ke 10 sejak permulaan
penyakit. Kelainan sistem koagulasi mempunyai juga peranan sebagai
sebab perdarahan pada penderita DBD. Berapa faktor koagulasi menurun
termasuk faktor II, V, VII, IX, X dan fibrinogen. Faktor XII juga
dilaporkan menurun. Perubahan faktor koagulasi disebabkan diantaranya
oleh kerusakan hepar yang fungsinya memang terbukti terganggu, juga
oleh aktifasi sistem koagulasi.
15

Gambar 3. Patogenesis terjadinya syok pada DBD

Pembekuan intravaskuler menyeluruh (PIM/DIC) secara potensial


dapat terjadi juga pada penderita DBD tanpa atau dengan renjatan.
Renjatan pada PIM akan saling mempengaruhi sehingga penyakit akan
memasuki renjatan irrevesible disertai perdarahan hebat, terlihatnya organ-
organ vital dan berakhir dengan kematian.

3.5 Manifestasi Klinis6

Tabel 1. Manifetasi berdasarkan Grade DHF

DD/ Grade Tanda dan Gejala Laboratorium


DBD
Demam Demam disertai 2 keadaan Leukopenia
Dengue berikut : (<5000sel/mm3),
1. Nyeri Kepala Trombositopenia (<150.000
2. Nyeri retro-orbita
3. Mialgia sel/mm3),
4. Rash Peningkatan Hematokrit (5
5. Atralgia/Nyeri tulang – 10 %), Tidak ditemukan
6. Manifestasi perdarahan kebocoran plasma
7. Tanpa disertai adanya
plasma Leakage
16

DBD I Demam disertai manifestasi Trombositopenia


perdarahan (torniquet tes + )
(<100.000sel/mm3);
dan adanya plasma leakage Hematokrit Meningkat
( > 20 % )
DBD II Grade I ditambah perdarahan Trombositopenia
spontan (<100.000sel/mm3);
Hematokrit Meningkat
( > 20 % )
DBD III Grade I atau II ditambah Trombositopenia
adanya kegagalan sirkulasi : ( < 100.000 sel/mm3);
1. Pulsasi nadi yang Hematokrit Meningkat
lemah, ( > 20 % )
2. Hipotensi,
3. Perbedaan sistole dan
diastole yang sempit
4. Kondisi umum gelisah
DBD IV Grade III ditambah dengan Trombositopenia
syok berat serta nadi dan (<100.000sel/mm3);
tekanan darah yang tidak Hematokrit Meningkat
terukur ( > 20 % )

Infeksi virus dengue mungkin asimtomatik atau dapat menyebabkan


penyakit demam undifferentiated (Viral syndrome), demam berdarah (DF) atau
demam berdarah demam berdarah (DBD) termasuk dengue shock syndrome
(DSS). Klinis tergantung pada usia, status kekebalan dari host dan strain virus.
Demam undifferentiated pada bayi, anak-anak dan beberapa orang dewasa yang
telah terinfeksi virus dengue untuk pertama kalinya (primary Infeksi dengue) akan
mengembangkan demam sederhana tidak dapat dibedakan dari infeksi virus
lainnya. Ruam makulopapular mungkin menemani demam atau mungkin muncul
selama penurunan suhu badan sampai normal.6

3.6 Klasifikasi

World Health Organization (WHO) mengklasifikasikan infeksi dengue


menjadi tiga, yaitu; dengue tanpa tanda peringatan (warning sign), dengue dengan
tanda peringatan (warning sign) dan dengue berat.,7

1. Kemungkinan Dengue ( probable dengue)


17

Dikatakan seseorang memiliki kemungkinan dengue apabila memiliki


riwayat tinggal atau melakukan perjalanan ke daerah endemis dengue, demam
disertai 2 dari hal berikut :
• Mual, muntah
• Ruam
• Sakit pada badan dan nyeri kepala
• Uji torniquet positif
• Leukopenia,
• Gejala warning sign lainnya
• Dikonfirmasi dengan pemeriksaan laboratorium yang mendukung dengue
2. Tanda bahaya (Warning Sign)
Dikatakan dengue dengan tanda bahaya apabila pada pasien yang
dicurigai mengalami infeksi dengue memiliki gejala:
• Nyeri abdomen atau nyeri tekan abdomen
• Muntah persisten
• Terdapat akumulasi cairan dalam tubuh
• Perdarahan mukosa
• Letargi, kondisi tubuh lemah
• Pembesaran hepar > 2 cm
• Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan peningkatan kadar hematokrit
disertai dengan penurunan jumlah trombosit.
3. Dengue berat (severe dengue)
Dikatakan seseorang mengalami dengue berat apabila memiliki gejala-
gejala berat diantaranya:
• Kebocoran plasma berat yang dapat menyebabkan syok (DSS) dan
akumulasi cairan dengan gawat pernapasan.
• Perdarahan hebat ditandai dengan adanya perdarahan yang nyata seperti
hematemesis atau melena yang hebat
• Gangguan organ yang berat seperti kelainan fungsi hati ditandai dengan
AST atau ALT ≥ 1000, gangguan kesadaran atau penurunan kesadaran,
gangguan pada jantung atau organ lain.
18

Gambar 5. Klasifikasi Dengue7

3.7 Diagnosis5,11

3.7.1 Anamnesis

a. Demam merupakan tanda utama, terjadi mendadak dan tinggi selama


2-7 hari disertai lesu, tidak mau makan dan muntah
b. Pada anak yang yang sudah cukup besar dapat mengeluh nyeri kepala,
nyeri otot dan nyeri perut
c. Diare kadang-kadang dapat ditemui
d. Perdarahan paling sering dijumpai adalah perdarahaan kulit dan
mimisan

3.7.2 Pemeriksaan fisik


19

a. Pengukuran suhu, demam akut 2-7 hari, bersifat bifasik.


b. Manifestasi perdarahan yang biasanya berupa:
a) Uji tourniquet positif
b) Ptekia, ekimosis, atau purpura
c) Perdarahan mukosa, saluran cerna dan tempat bekas suntikan
d) Hematemesis atau melena
c. Nyeri epigastrium

3.7.3 Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan rumple leed test


Uji tourniquet dilakukan dengan menggembungkan manset,
tekanan darah antara sistolik dan tekanan diastolik dan tunggu selama
lima menit. Tes ini dianggap positif ketika 10 atau lebih petechiae per
satu area inci persegi pada lengan, berdiameter 5 cm kira-kira 4 cm
distal dari vena cubiti. Pada DBD, tes biasanya memberikan tes positif
yang pasti dengan 20 petechiae atau lebih. Tes mungkin negatif atau
hanya sedikit positif selama fase syok yang mendalam (DSS).
b. Leukosit
Normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui limfositosis
relatif (>45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma biru
(LPB) > 15% dari jumlah total leukosit yang pada fase syok akan
meningkat.
c. Trombosit
Umumnya terdapat trombositopenia (jumlah trombosit
<100.000/µl) pada hari ke 3-8.
d. Hematokrit
Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya peningkatan
hematokrit ≥ 20% dari hematokrit awal, umumnya dimulai pada hari
ke-3 demam.
e. Hemostasis
20

Dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D-Dimer, atau


FDP pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan
pembekuan darah.
f. Protein/albumin
Dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma. Nilai
normal albumin adalah 3-5,5 g/dl, nilai normal protein total adalah 5-8
g/dl.
g. SGOT/SGPT (serum alanin aminotransferase)
Dapat meningkat. Nilai normal alanine aminotransferase adalah 0-
40 IU/I.
h. Elektrolit
Sebagai parameter pemantauan pemberian cairan.
i. Golongan darah dan cross match (uji cocok serasi)
Bila akan diberikan transfusi darah atau komponen darah. Jumlah
kalium normal serum adalah 3,5-5,2 mEq/l, sedangkan natrium 135-
145 mEq/l.
j. Imuno serologi dilakukan pemeriksaan IgM dan IgG terhadap dengue.
IgM: terdeksi mulai hari ke 4-6, meningkat sampai minggu ke-3,
menghilang setelah 60-90 hari.
IgG: pada infeksi primer, IgG mulai terdeteksi pada hari ke 6-8, pada
infeksi sekunder IgG mulai terdeteksi hari ke-2.
Tabel 2. Interpretasi Hasil Tes Serologi

IgM IgG Interpretasi

+ - Infeksi primer
+ + Infeksi sekunder
- + Tersangka infeksi sekunder
- - Tidak ada infeksi

NS 1: antigen NS1 dapat dideteksi pada awal demam hari pertama sampai
hari ke delapan. Sensitivitas antigen NS1 berkisar 63-93,4% dengan
spesifisitas 100% sama tingginya dengan spesifisitas gold standard kultur
21

virus. Hasil negatif antigen NS1 tidak menyingkirkan adanya infeksi virus
dengue.

3.8 Tatalaksana

Tatalaksana DF adalah sebagai berikut :12,13


1. Istirahat dianjurkan selama akut fase demam.
2. Antipiretik diperlukan untuk menjaga suhu tubuh di bawah 40oC. Aspirin
harus dihindari karena hal itu mungkin menyebabkan gastritis, perdarahan
dan asidosis; parasetamol adalah lebih baik. Dosis paracetamol
berdasarkan WHO (2008):
 1-2 tahun : 60 -120 mg/dosis
 3-6 tahun : 120 mg/dosis
 7-12 tahun : 240 mg/dosis
 Dewasa : 500mg/dosis
3. Analgesik atau obat penenang ringan mungkin diperlukan untuk pasien
dengan sakit parah.
4. Cairan oral dan terapi elektrolit direkomendasikan untuk pasien dengan
keringat atau muntah berlebihan.
5. Di daerah DBD endemik, pasien harus dipantau sampai menjadi afebris
dan setelah jumlah trombosit dan hematokrit normal.
22

Tatalaksana sesuai derajat DBD

Bagan 1. Tatalaksana kasus tersangka DBD.13


23

Bagan 2. Tatalaksana kasus DBD derajat I dan II tanpa peningkatan


hematocrit.13
24

Bagan 3. Tatalaksana kasus DBD derajat II dengan peningkatan hematokrit


>20%.13
25

Bagan 4. Tatalaksana kasus DBD derajat III dan IV

Pada kasus non syok, untuk pasien dengan berat badan (BB) <15 kg,
pemberian cairan diawali dengan tetesan 6-7 ml/kg/jam, antara 15-40 kg dengan 5
ml/kg/jam, dan pada anak dengan BB >40 kg, cairan cukup diberikan dengan
tetesan 3-4 ml/kg/jam. Apabila terjadi syok, maka berikan cairan sebanyak-
banyaknya 10-20 ml/kgBB atau tetesan lepas selama 10-15 menit sampai tekanan
darah dan nadi dapat diukur, kemudian turunkan sampai 10 ml/kg/jam. Berikan
26

oksigen pada kasus dengan syok. Enam sampai 12 jam pertama setelah syok,
tekanan darah dan nadi merupakan parameter penting untuk menentukan tetesan
cairan, tetapi kemudian perhitungkan semua parameter sebelum mengatur tetesan.

Setelah resusitasi awal, pantau pasien 1 sampai 4 jam. Apabila tetesan


tidak dapat dikurangi menjadi <10ml/kg/jam karena tanda vital tidak stabil
(tekanan nadi sempit, cepat dan lemah), ulangi pemeriksaan Ht. Dalam keadaan
seperti ini, dapat dipertimbangkan pemberian koloid (diindikasikan pada keadaan
syok berulang atau syok berkepanjangan). Apabila ada kenaikan Ht, ganti cairan
dengan koloid yang sesuai, dengan tetesan 10ml/kg/jam. Siapkan darah dan nilai
kembali pasien untuk kemungkinan pemberian transfusi apabila diperlukan.

Apabila nilai awal Ht rendah, pikirkan kemungkinan perdarahan internal


dan pantau nilai Ht lebih sering. Berikan transfusi darah sesuai kebutuhan bila
perlu. Hentikan perdarahan dengan tindakan yang tepat. Indikasi transfusi darah
adalah bila terdapat kehilangan darah bermakna, misalnya >10% volume darah
total. (T\total volume darah= 80 ml/kg). Berikan darah sesuai kebutuhan. Setelah
6 jam, apabila Ht menurun, meski telah diberikan sejumlah besar cairan pengganti
dan tetesan tidak dapat diturunkan sampai <10 ml/kg/ jam, pertimbangkan untuk
pemberian transfusi darah segera. Pasien dengan perdarahan tersembunyi
dicurigai apabila ada penurunan Ht dan tanda vital yang tidak stabil meski telah
diberi cairan pengganti dengan volume cukup banyak. Pada keadaan demikian,
berikan packed red cell (PRC) 5 ml/kg/kali. Apabila tidak tersedia, dapat
diberikan sediaan darah segar 10 ml/kg/kali.

Transfusi trombosit hanya diberikan pada perdarahan masif untuk


menghentikan perdarahan yang terjadi. Dosis transfusi trombosit adalah 0,2
U/kg/dosis. Pemberian trombosit sebagai upaya pencegahan perdarahan atau
untuk menaikkan jumlah trombosit tidak dianjurkan. Perdarahan masif dengue
disebabkan terutama oleh syok berkepanjangan atau syok berulang. Meski jumlah
trombosit rendah, dengan pemberian cairan pengganti yang seksama dalam fase
kritis, perdarahan masif sangat jarang terjadi.
27

3.13 Prognosis
Prognosis DHF dapat dikatakan baik karena DHF merupakan penyakit
self-limting disease. Angka kematian untuk DHF yang tertangani medis adalah 2–
5%. Bila DHF tidak ditangani, angka kematiannya meningkat sampai 50%.
Apabila telah terjadi syok, maka angka mortalitas dapat meningkat.14
28

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada laporan kasus ini, seorang pasien Tn. S, 46 tahun, datang ke IGD
RSUD OKU Timur dengan keluhan demam naik turun sejak 2 SMRS. Ada
beberapa pemeriksaan yang dapat menegakkan diagnosis DHF yaitu anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium

Berdasarkan anamnesis, keluhan disertai dengan nyeri kepala dan nyeri pada
persendian. Pasien tidak ada mimisan, gusi berdarah dan bintik kemerahan Pasien
juga mengatakan nafsu makannya berkurang sejak mulai demam. Keluhan batuk,
pilek, BAB dan BAK dalam batas normal. Pasien sudah minum obat penurun
panas sebelumnya, namun keluhan tidak kunjung berkurang.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan suhu per aksila pasien 38,1 oC dengan
nyeri tekan epigastrium (+). Uji rumpled (+). Dari pemeriksaan laboratorium
didapatkan trombosit 79.000 /ul disertai Dengue NS1 Ag (+).

Berdasarkan data tersebut maka didapatkan diagnosis kerja dengan DHF.


Hal ini sesuai dengan kriteria diagnosis DHF yang dapat ditegakkan bila semua
hal berikut terpenuhi 2 gejala klinis disertai 1 tanda laboratorium berikut ini:

1. Gejala klinis yaitu :


a. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus
selama 2–7 hari
b. Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan : uji bendung positif,
petekie, ekimosis, purpura, perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi,
hematemesis atau melena
c. Pembesaran hati
d. Syok yang ditandai nadi cepat dan lemah sampai tidak teraba, penyempitan
tekanan nadi (≤ 20 mmHg), hipotensi sampai tidak terukur, kaki dan tangan
dingin, kulit lembab, CRT memanjang (>2 detik) dan pasien tampak gelisah
e. Nyeri epigastrium
29

2. Laboratorium yaitu :
a. Trombositopenia (100.000/uL atau kurang)
b. Adanya kebocoran plasma yang ditandai dengan peningkatan hematokrit
>20% dibandingkan standar, penurunan hematokrit >20% setelah mendapat
terapi cairan, efusi pleura, asites, hipoproteinemia atau hiponatremia.
c. IgG anti dengue positif
Pada pasien ini terdapat 3 tanda klinis dan 2 tanda laboratorium sehingga
diagnosis kerja DHF dapat ditegakkan. Pasien diklasifikasikan menjadi DHF
tanpa syok sesuai kriteria WHO 2011 karena tidak ditemukannya adanya tanda-
tanda syok. Pasien dirawat inap karena memenuhi kriteria berdasarkan gejala
yaitu demam ≥ 3 hari, nyeri kepala, rumpleed (+) dan trombositopenia yang dapat
ditemukan pada pasien ini. Pada pasien ini tidak ditemukannya tanda-tanda syok
saat pertama kali pasien masuk rumah sakit, sehingga tatalaksana awal pada
pasien ini yaitu pemberian cairan berupa cairan isotonik sebanyak 3 ml/KgBB
(disesuaikan dengan berat badan pasien ini yaitu 65 kg) sesuai dengan guideline
WHO. Cairan yang diberikan sebanyak 195 cc/jam (60 tetes per menit) dan
dilakukan pemantauan tanda-tanda vital setiap jam.

Demam pada infeksi virus dengue disebabkan oleh respon imun host yang
teraktivasi baik secara humoral maupun seluler yang akan melepaskan sitokin-
sitokin proinflamasi sehingga terjadi demam. Demam terjadi selama 2–7 hari,
setelah itu demam turun ketika fase kritis 2–3 hari disertai manifestasi perdarahan.
Penatalaksanaan yang dapat diberikan antara lain antipiretik paracetamol dan
kompres hangat untuk menurunkan suhu pasien. Pemberian aspirin, ibuprofen
atau NSAID lainnya dihindari agar tidak memicu terjadinya gastritis atau
pendarahan. Pasien mendapatkan paracetamol tablet 500 mg 3 x 1, demam
menurun setelah minum obat paracetamol.

Berdasarkan anamnesis, pasien mengeluhkan nyeri kepala, nyeri sendi serta


nafsu makannya berkurang. Pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri epigastrium.
pasien ini diberikan inj OMZ untuk keluhan nyeri ulu hatinya.
30

Pada pemeriksaan rumpleed didapatkan positif dan kadar trombosit pasien


79.000 sehingga diberikan tablet PSIDII untuk meningkatkan jumlah trombosit
pada pasien. Trombositopenia terjadi akibat agregasi trombosit karena perlekatan
kompleks antigen-antibodi pada membran trombosit yang mengakibatkan
pengeluaran ADP (adenosin di phosphate), sehingga trombosit dihancurkan oleh
RES (Reticulo Endothelial System) yang mengakibatkan terjadi trombositopenia.
Agregasi trombosit ini juga mengakibatkan gangguan fungsi trombosit, sehingga
walaupun jumlah trombosit masih cukup banyak namun tidak berfungsi baik.
Setelah masa kritis terlewati akan terjadi peningkatan proses hematopoiesis dan
pembentukan trombosit pun terjadi kembali.
31

BAB V
KESIMPULAN

Dengue haemorrhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh


infeksi virus dengue dengan gejala klinis demam, nyeri otot dan sendi yang
disertai dengan leukopenia, ruam, limfadenopati dan trombositopenia. DHF
merupakan penyakit infeksi akut dengan manifestasi klinis perdarahan yang dapat
menimbulkan syok dan berujung kematian.
DHF lebih sering terjadi dan bisa lebih berbahaya pada anak. Sekitar 90%
dari kasus DHF terjadi pada golongan anak dibawah 15 tahun. Hal ini terjadi
karena pada anak respon imun terhadap infeksi virus dengue belum sempurna
sehingga infeksi menyebabkan kerusakan dinding pembuluh darah dan
perembesan plasma darah.
Prinsip pengobatan DHF adalah suportif dan simptomatis dengan elemen
utama berupa terapi cairan dan antipiretik. Bentuk komplikasi fatal dari DHF
adalah DSS yang dapat menyebabkan syok dan hipotensi. Prognosis DHF
tergantung pada pengobatan yang cepat dan tepat serta pemantauan syok secara
ketat.
32

DAFTAR PUSTAKA

1. Zein U. Demam Berdarah Dengue (DBD). In: Lim H, Lindarto D, Zein U.


Prinsip Farmakologi Endokrin-Infeksi. Jilid I. Jakarta. 2014. h. 176-208.

2. Nuryunarsih D. Sociodermographic Factors to DengueHemmorrhagic Fever


Case in Indonesia. Jurnal Kesehatan Msyarakat Nasional. 2015; 10(1): 10-16.

3. KementerianKesehatan Republik Indonesia. Situasi DBD di Indonesia. 2016.

4. Yolanda N. Waspada demam berdarah dengue. Indonesia Pediatric Society.


Jakarta. 2016.http://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/waspada-
demam-berdarah-dengue

5. Nainggolan L, Chen K, Pohan HT. Demam berdarah dengue. In: Setiati S,


Alwi S, Sudoyo AW, Simadribata M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 6. Jakarta: FKUI; 2014. h. 539-548.

6. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pedoman dan tatalaksana infeksi virus dengue
pada anak. 2014.

7. World Health Organization. Comprehensive Guideline for Prevention and


Control of Dengue and Dengue Hemmorhagic Fever. 2011.

8. Dinas Kesehatan Provinsi Riau. Profil kesehatan Provinsi Riau 2014.


Pekanbaru; 2014.

9. Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru. Profil kesehatan Kota Pekanbaru Tahun


2015. Pekanbaru; 2015.

10. Soegijanto S. Patogenesa dan Perubahan Patofisiologi Infeksi Virus Dengue.


Universitas Airlangga Surabaya. 2010:3-5.

11. Pranata IWA, Artini IGA. Gambaran pola penatalaksanaan demam berdarah
dengue (DBD) pada anak di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Buleleng Tahun 2013. E-Jurnal Medika. 2017; 6(5): 21-27.

12. Hadinegoro SR, Kadim M, Devaera Y, Idris NS, Ambarsari CG. Update
management of infection disease and gastrointestinal disorders. Departemen
Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM. Cetakan pertama. Jakarta. 2012. h. 16-
26.
33

13. Suroso T, dkk. Tatalaksana Demam Dengue/ Demam Berdarah


Dengue.Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat
Jenderal Pemberantasan Penyakit menular dan Penyehatan Lingkungan
Pemukiman, 1999. 1-55.

14. Raihan, Hadinegoro SRS, Tumbelaha AR. Faktor prognosis terjadinya syok
pada demam berdarah dengue. Sari pediatri. 2010; 12(1): 47-52.

Anda mungkin juga menyukai