Oleh :
Yuni puspita sari, S.Ked
G1A219132
Preseptor:
dr.Hj.Raodah
LAPORAN KASUS
Oleh :
Yuni puspita sari, S.Ked
G1A219132
dr. Hj.Raodah
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus yang berjudul “Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)” sebagai
kelengkapan persyaratan dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior Bagian
Ilmu Kesehatan Masyarakat Rotasi 2 di Puskesmas Pakuan Baru.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Hj. Raodah yang telah
bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing penulis selama
menjalani Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat di
Puskesmas Pakuan Baru.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat
diharapkan guna kesempurnaan laporan kasus ini, sehingga nantinya dapat
bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................................ii
KATA PENGANTAR................................................................................................iii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iv
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................29
LAMPIRAN...............................................................................................................30
iv
BAB I
STATUS PASIEN
1.10Pemeriksaan Fisik :
Status Generalisata
1. Keadaan Umum : tampak sakit sedang
2. Kesadaran : compos mentis
3. Tekanan darah : 157/93 mmHg
6
4. Nadi : 96x/ menit
5. Pernafasan : 26 x/ menit
6. Suhu : 36,7°C
7. Berat Badan : 60 kg
8. Tinggi Badan : 162 cm
9. IMT : IMT = 60 /(1,62)2 =22,86 (Normal)
Pemeriksaan Organ
Pemeriksaan Generalisata
Thoraks :
Cor (Jantung)
Pulmo (Paru)
7
ekspirasi memanjang ekspirasi memanjang
Abdomen
Ekstrimitas
Superior : Akral hangat, CRT<2 detik, sianosis (-), edem (-)
Inferior : Akral hangat, CRT<2 detik, sianosis (-), edem (-)
1.11Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Darah Rutin
Hasil Pemeriksaan
Hemoglobin : 13 g/dl
Leukosit : 8.700 sel/ mm3 darah
Eritrosit : 5,94 juta/mm3 darah
Trombosit : 300.000 sel/mm3 darah
1.12Usulan Pemeriksaan
Rontgen Thoraks
Spirometri
Uji bronkodilator
Pemeriksaan Analisa Gas Darah
Pemeriksaan EKG
1.13Diagnosis Kerja
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (J44.9)
1.14Diagnosis Banding :
Asma bronkial (J45.901)
1.15Manajemen
8
1. Promotif :
Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit, faktor risiko dan
pengobatannya
Menjaga kebersihan diri dan pola hidup sehat
Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan sekitar rumah
Mengajak pasien untuk memulai olahraga yang ringan sehari-hari seperti
berjalan kaki dan senam
Menjelaskan tentang nutrisi, pentingnya makanan bergizi terutama buah
dan sayuran.
2. Preventif :
Berhenti merokok
Hindari polusi udara seperti asap rokok, asap kendaraan dan debu.
Hindari debu dengan mengurangi aktivitas diluar rumah dan
menggunakan masker untuk mengurangi paparan debu yang berlebih.
Mengurangi aktivitas fisik yang berat
3. Kuratif :
Non Farmakologi
Berhenti merokok
Konsumsi makanan yang bergizi dan perbanyak makan buah dan sayur,
serta makan dalam porsi kecil tetapi sering karena kekurangan kalori
dapat menyebabkan meningkatnya derajat sesak.
Istirahat yang cukup
Farmakologi
Salbutamol 4 mg 3x1 tab
Ambroxol 30 mg 3x1 tab
Prednison tab 1x1
Pengobatan Tradisional
- Thymus vulgaris (L)/ Thymus zygis (L)
Bagian yang digunakan : Daun
Indikasi : Batuk (ekspektoran) (Grade C)
Cara pembuatan : Bahan direbus dalam 2 gelas air sampai
9
menjadi
setengahnya, dinginkan, saring dan diminum sekaligus.
Posologi : Anak lebih besar atau sama dengan 1 tahun dan dewasa : 2
x 1 sendok makan (250 mg ekstrak cair).
Larangan : Kehamilan dan menyusui
Rehabilitatif
• Rutin kontrol berobat
• Latihan pernapasan dengan pursed lips breathing, tujuan dari latihan ini untuk
mengurangi dan mengontrol sesak nafas.
• Latihan ekspektorasi atau batuk yang efektif (huff cough)
• Latihan otot pernapasan dan ekstremitas
Pro :
Alamat: Pro :
Resep tidak boleh ditukar tanpa Alamat:
sepengetahuan dokter Resep tidak boleh ditukar tanpa
sepengetahuan dokter
Pro :
Alamat:
Resep tidak boleh ditukar tanpa 10
sepengetahuan dokter
Resep ilmiah 2 Resep ilmiah 3
Dinas Kesehatan Kota Jambi Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Pakuan Baru Puskesmas Pakuan Baru
dr. Denanda Rahayu dr. Denanda Rahayu
SIP : G1A219024 SIP : G1A219024
Jl. Jen.Sudirman No.075 Kel.Tambak Sari Jl. Jen.Sudirman No.075 Kel.Tambak Sari
Kec Jambi Selatan, 36138 Kec Jambi Selatan, 36138
Pro : Pro :
Alamat: Alamat:
Resep tidak boleh ditukar tanpa Resep tidak boleh ditukar tanpa
sepengetahuan dokter sepengetahuan dokter
Pro :
Alamat: Pro :
Resep tidak boleh ditukar tanpa Alamat:
sepengetahuan dokter Resep tidak boleh ditukar tanpa
sepengetahuan dokter
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Epidemiologi
Sampai saat ini, PPOK masih menjadi salah satu penyakit paru yang
paling sering dijumpai. Di Amerika, jumlah kasus PPOK yang terdapat di
instalasi gawat darurat telah mencapai angka 1,5 juta, 726.000 yang
memerlukan perawatan di rumah sakit serta 119.000 meninggal selama tahun
2000. Saat ini, PPOK menduduki peringkat ke empat setelah penyakit jantung,
kanker dan penyakit serebro vascular sebagai penyebab kematian. Taksiran dari
World Health Organization (WHO) adalah bahwa menjelang tahun 2020
prevalensi PPOK akan meningkat.1 Berdasarkan survey kesehatan rumah tangga
Dep. Kes. RI tabun 1992, PPOK bersama asma bronkial menduduki peringkat
ke enam. Seiring dengan meningkatnya prevalensi PPOK, rokok masih
12
merupakan faktor risiko terpenting penyebab PPOK di samping adanya faktor
risiko lain seperti polusi udara, faktor genetik dan lain-lain.2
2.3 Faktor Risiko
Hingga saat ini, asap rokok masih merupakan penyebab nomor satu
terjadinya PPOK, hal ini jauh lebih penting dari faktor penyebab lainnya. PPOK
dapat juga bersifat genetik yaitu defisiensi α1- antitrypsin.1
Beberapa hal yang termasuk dalam faktor risiko PPOK adalah :
Rokok
Predisposisi Genetik
Sosial ekonomi
2.4 Patofisiologi
Saat ini telah diketahui dengan jelas tentang mekanisme patofisiologis
yang mendasari PPOK sampai terjadinya gejala yang karakteristik. Misalnya
penurunan FEV1 yang terjadi disebabkan peradangan dan penyempitan saluran
napas perifer, sementara transfer gas yang menurun disebabkan kerusakan
parenkim yang terjadi pada emphysema.1,3
- Keterbatasan aliran udara dan air trapping
Tingkat peradangan, fibrosis, dan eksudat luminal dalam saluran udara kecil
berkorelasi dengan penurunan FEV1 dan rasio FEV1/FVC. Penurunan FEV1
merupakan gejala yang khas pada PPOK, obstruksi jalan napas perifer ini
menyebabkan udara terperangkap dan mengakibatkan hiperinflasi. Meskipun
emfisema lebih dikaitkan dengan kelainan pertukaran gas dibandingkan dengan
FEV1 berkurang, hal ini berkontribusi juga pada udara yang terperangkap yang
terutama terjadi pada alveolar. Ataupun saluran napas kecil akan menjadi
hancur ketika penyakit menjadi lebih parah.1
Hiperinflasi mengurangi kapasitas inspirasi seperti peningkatan kapasitas
13
residual fungsional, khususnya selama latihan (bila kelainan ini dikenal sebagai
hiperinflasi dinamis), yang terlihat sebagai dyspnea dan keterbatasan kapasitas
latihan. Hiperinflasi yang berkembang pada awal penyakit merupakan
mekanisme utama timbulnya dyspnea pada aktivitas. Bronkodilator yang
bekerja pada saluran napas perifer mengurangi perangkap udara, sehingga
mengurangi volume paru residu dan gejala serta meeningkatkan dan kapasitas
berolahraga.3
- Hipersekresi lendir
Hipersekresi lendir, yang mengakibatkan batuk produktif kronis, adalah
gambaran dari bronkitis kronis tidak selalu dikaitkan dengan keterbatasan aliran
udara. Sebaliknya, tidak semua pasien dengan PPOK memiliki gejala
hipersekresi lendir. Hal ini disebabkan karena metaplasia mukosa yang
meningkatkan jumlah sel goblet dan membesarnya kelenjar submukosa sebagai
respons terhadap iritasi kronis saluran napas oleh asap rokok atau agen
berbahaya lainnya. Beberapa mediator dan protease merangsang hipersekresi
lendir melalui aktivasi reseptor faktor EGFR.1,3
- Hipertensi paru
Hipertensi paru ringan sampai sedang mungkin terjadi pada PPOK akibat
proses vasokonstriksi yang disebabkan hipoksia arteri kecil pada paru yang
kemudian mengakibatkan perubahan struktural yang meliputi hiperplasia
intimal dan kemudian hipertrofi otot polos / hiperplasia. Respon inflamasi
14
dalam pembuluh darah sama dengan yang terlihat di saluran udara dengan bukti
terlihatnya disfungsi sel endotel. Hilangnya kapiler paru pada emfisema juga
dapat menyebabkan peningkatan tekanan dalam sirkulasi paru sehingga terjadi.
pulmonary hypertension yang bersifat progresif dapat mengakibatkan hipertrofi
ventrikel kanan dan akhirnya gagal jantung kanan (cor pulmonale).1,3
- Eksaserbasi
Eksaserbasi merupakan amplifikasi lebih lanjut dari respon inflamasi dalam
saluran napas pasien PPOK, dapat dipicu oleh infeksi bakteri atau virus atau
oleh polusi lingkungan. Mekanisme inflamasi yang mengakibatkan eksaserbasi
PPOK, masih banyak yang belum diketahui. Dalam eksaserbasi ringan dan
sedang terdapat peningkatan neutrophil, beberapa studi lainnya juga
menemukan eosinofil dalam dahak dan dinding saluran napas. Hal ini berkaitan
dengan peningkatan konsentrasi mediator tertentu, termasuk TNF-α LTB4 dan
IL-8, serta peningkatan biomarker stres oksidatif. Pada eksaserbasi berat masih
banyak hal yang belum jelas, meskipun salah satu penelitian menunjukkan
peningkatan neutrofil pada dinding saluran nafas dan peningkatan ekspresi
kemokin. Selama eksaserbasi terlihat peningkatan hiperinflasi dan
terperangkapnya udara, dengan aliran ekspirasi berkurang, sehingga terjadi
sesak napas yang meningkat. Terdapat juga memburuknya abnormalitas VA / Q
yang mengakibatkan hipoksemia berat.3
15
2.5 Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis PPOK, dapat menggunakan alur diagnosis sebagai
berikut :3
Pemeriksaan fisik *
Pemeriksaan fisik:
A. Normal
B. Kelainan:
Bentuk dada barrel chest
Penggunaan otot bantu napas
Pelebaran sela iga
Hipertrofi otot bantu napas
Fremitus melemah
Hipersonor
16
Suara napas vesikuler melemah atau normal
Ekspirasi memanjang
Mengi5
Foto toraks curiga PPOK:
A. Normal
B. Kelainan:
Hiperinflasi
Hiperlusen
Diafragma mendatar
Corakan bronkovaskular meningkat
Bulla
Kalsifikasi
Jantung pendulum.5
Pemeriksaan Faal Paru
Pemeriksaan ini digunakan untuk menegakkan diagnosis PPOK.
Pemeriksaan yang utama adalah FEV1 dan rasio FEV1/FVC, meskipun masih
banyak lagi pemeriksaan faal paru lain tetapi tidak ada bukti bahwa tes-tes ini
dapat memberikan tambahan informasi yang berarti selain yang telah
diungkapkan oleh pemeriksaan FEV1 dan rasio FEV1/FVC. Kriteria yang lazim
dipakai untuk PPOK derajat sedang adalah: FEV 1 kurang dari 60% dari nilai
normal atau rasio FEV1/FVC yang lebih kecil dari 60%.6
17
Pemeriksaan Laboratorium
Analisa gas darah dan elektrolit perlu dikerjakan pada penderita
PPOK dengan FEV1 kurang dari 1,5 liter atau EKG yang konsisten dengan
pembesaran ventrikel kanan. Eritrositosis sekunder yang didapatkan dari
kadar Hb dan hematokrit, mencerminkan keadaan hipoksemia yang kronis.
Pemeriksaan lahoratorium patologi klinik lainnya disesuaikan dengan
keadaan.6
2.7 Klasifikasi dan Penatalaksanaan Menurut Derajat PPOK 6,7,8
2.9 Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan PPOK:1,8,9
Mencegah progresifitas penyakit
Mengurangi gejalas
Meningkatkan toleransi latihan
Mencegah dan mengobati komplikasi
Mencegah dan mengobati eksaserbasi berulang
Mencegah atau meminimalkan efek samping obat
Memperbaiki dan mencegah penurunan faal paru
Meningkatkan kualitas hidup penderita
Menurunkan angka kematian.1,8,9
4. Rehabilitasi PPOK
Tujuan program rehabilitasi untuk meningkatkan toleransi letihan dan
memperbaiki kualiti hidup penderita PPOK. Penderita yang dimasukkan ke dalam
program rehabilitasi adalah mereka yang telah mendapatkan pengobatan optimal
yang disertai :11,12
Simptom pernapasan berat
Beberapa kali masuk ruang gawat darurat
Kualitas hidup yang menurun.11,12
5. Terapi Oksigen
Pada PPOK terjadi hipoksemia progresif dan berkepanjangan yang menyebabkan
kerusakan sel dan jaringan. Pemberian terapi oksigen merupakan hal yang sangat
penting untuk mempertahankan oksigenasi seluler dan mencegah kerusakan sel
baik di otot maupun organ-organ lainnya.1,5
Manfaat oksigen:
Mengurangi sesak
Memperbaiki aktiviti
Mengurangi hipertensi pulmonal
Mengurangi vasokonstriksi
Mengurangi hematokrit
Memperbaiki fungsi neuropsikiatri
Meningkatkan kualitas hidup.5
6. Ventilasi Mekanik
Ventilasi mekanik pada PPOK digunakan pada eksaserbasi dengan gagal napas
akut, gagal napas akut pada gagal napas kronik atau pada pasien PPOK derajat
berat dengan gagal napas kronik.1
7. Nutrisi
Malnutrisi sering terjadi pada PPOK, kemungkinan karena bertambahnya
kebutuhan energi akibat kerja muskulus respirasi yang meningkat karena
hipoksemia kronik dan hiperkapni menyebabkan terjadi hipermetabolisme.
Kondisi malnutrisi akan menambah mortaliti PPOK karena berkorelasi dengan
derajat penurunan fungsi paru dan perubahan analisis gas darah. 3,5 Malnutrisi
dapat dievaluasi dengan:
Penurunan berat badan
Kadar albumin darah
Antropometri
Pengukuran kekuatan otot (MVV, tekanan diafragma, kekuatan otot pipi).1
2.10 Komplikasi
Gagal napas kronik
Ditandai dengan hasil analisis gas darah PO2 < 60 mmHg dan PCO2 > 60
mmHg dan pH normal.1
Gagal napas akut pada gagal napas kronik, ditandai oleh:
- Sesak napas dengan atau tanpa adanya sianosis
- Sputum bertambah dan purulen
- Demam
- Kesadaran menurun.1
Infeksi berulang
Pada pasien PPOK produksi sputum berlebihan menyebabkan terbentuk
koloni kuman, hal ini memudahkan terjadinya infeksi berulang, pada
kondisi kronik ini imunitas menjadi lebih rendah, ditandai dengan
menurunnya kadar limfosit darah.1,3
Kor pulmonale
Ditandai oleh P pulmonal pada EKG, hematokrit >50%, dapat disertai
gagal jantung kanan.1,3
2.11 Prognosis
Dalam menentukan prognosis PPOK ini, dapat digunakan BODE
index untuk menentukan kemungkinan mortalitas dan morbiditas pasien.
BODE ini adalah singkatan dari:5
Body mass index
Obstruction (FEV1)
Dyspnea (modified Medical Research Council dyspea scale)
Exercise capacity
Penghitungannya melalui perhitungan dari 4 faktor berikut ini :5
- Body mass index
Lebih dari 21 = 0 poin
Kurang dari 21 = 1 poin
- Obstruction ; dilihat dari nilai FEV1
>65% = 0 poin
50 – 64 % = 1 poin
36 – 49 % = 2poin
< 35% = 3 poin
- Dyspnea scale (MMRC)
MMRC 0 = sesak dalam latihan berat = 0 poin
MMRC 1 = sesak dalam berjalan sedikit menanjak = 0 poin
MMRC 2 = sesak ketika berjalan dan harus berhenti karena
kehabisan napas = 1 poin
MMRC 3 = sesak ketika berjalan 100 m atau beberapa menit = 2
poin
MMRC 4 = tidak bisa keluar rumah; sesak napas terus menerus
dalam pekerjaan sehari – hari = 3 poin
- Exercise
Dihitung dari jarak tempuh pasien dalam berjalan selama 6 menit
>350 meter = 0 poin
250 = 349 meter = 1 poin
150 = 249 meter = 2 poin
< 149 meter = 3 poin
Berdasarkan skor diatas, angka harapan hidup dalam 4 tahun pasien
sebagai berikut:5
0 – 2 poin = 80%
3 – 4 poin = 67%
5 – 6 poin = 57%
7 – 10 poin = 18%
BAB III
ANALISIS KASUS
3.4 Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit pada
pasien ini:
Secara keseluruhan dari anamnesis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa penyakit yang diderita oleh pasien ini ada hubungannya dengan faktor
risiko ataupun etiologi . Pada pasien ditemukan adanya faktor risiko yaitu
riwayat merokok sekitar 51 tahun (pasien perokok aktif).
3.5 Analisis untuk mengurangi paparan atau memutus rantai penularan
dengan faktor resiko atau etilogi pada pasien ini:
Beberapa usaha yang bisa dilakukan:
Berhenti merokok
Gunakan masker pelindung saat keluar rumah untuk menghindari polusi
udara.
Segera kontrol ke dokter/fasilitas kesehatan jika keluhan memberat, seperti
sesak bertambah berat mendadak, produksi/ jumah dahak bertambah,
dahak berubah warna menjadi kuning, hijau atau bercampur darah.
33
12. Kelsen SG, Criner G. Rehabilitation of Patients with COPD . in: Cherniack
NS. Chronic Obstructive Pulmonary Disease. Philadelphia : WB Saunders
2011 : 196-205
34