Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN KASUS

TUMOR PAROTIS

Laporan kasus ini di buat untuk melengkapi persyaratan mengikuti Kepaniteraan


Klinik Senior di Bagian Ilmu Bedah Rumah Sakit Umum Haji Medan

Pembimbing :

dr. Hamzah Sulaiman Lubis, Sp.B(K)Onk

Disusun Oleh :

M.Moni Simbolon (102121029)


Cici Oktavia Rahmi (102121071)
Idil Adriati Dwina (102121041)
Sri Melati (102121044)

KEPANITRAAN KLINIK SENIOR ILMU BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM

RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN

2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh


Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proses penyusunan laporan kasus ini dengan judul

“Tumor Parotis”.

Penulis tak lupa pula mengucapkan terima kasih kepada dr. Hamzah Sulaiman Lubis,

Sp.B(K)Onk selaku pembimbing yang telah banyak memberikan ilmu, petunjuk, nasehat dan

memberi kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan paper ini. Dengan segala kerendahan

hati, penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dara cara

penulisannya, penggunaan tata bahasa, kekurangan karena keterbatasan waktu, tenaga, dan

pengetahuan penulis. Sehingga penulis menerima saran dan kritik konstruktif dari semua pihak.

Namun terlepas dari semua kekurangan yang ada, semoga dapat bermanfaat bagi pembacanya.

Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan, khususnya

di bidang kedokteran. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-

Nya kepada kita semua.

Wassalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Medan, 18 November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i


KATA PENGANTAR .............................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... ..1
BAB II LAPORAN KASUS ............................................................................. .. 2
BAB III TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 12
3.1 Anatomi ............................................................................................... 13
3.2 Fisiologi Kelenjar Saliva ..................................................................... 15
3.3 Tumor Parotis ...................................................................................... 17
A. Definisi ........................................................................................... 17
B. Epidemiologi .................................................................................. 17
C. Etiologi ........................................................................................... 19
D. Klasifikasi ...................................................................................... 20
E. Staging Tumor Parotis .................................................................... 23
F. Diagnosa Klinis............................................................................... 24
G. Pemeriksaan Penunjang ................................................................. 27
H. Tatalaksana ..................................................................................... 28
I. Komplikasi ....................................................................................... 31
J. Prognosis ......................................................................................... 32
3.5 Adenoma Pleomorfik Kelenjar Parotis ............................................... 32

BAB IV KESIMPULAN ...................................................................................... 37

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Tumor parotis adalah tumor yang menyerang kelenjar liur parotis. Dari tiap 5 tumor

kelenjar liur, 4 terlokalisasi di glandula parotis, 1 berasal dari kelenjar liur kecil atau

submandibularis dan 30% adalah maligna. Disebutkan bahwa adanya perbedaan geografik dan

suku bangsa: pada orang Eskimo tumor ini lebih sering ditemukan, penyebabnya tidak diketahui.

Sinar yang mengionisasi diduga sebagai faktor etiologi.1,2,3

Dalam rongga mulut terdapat 3 kelenjar liur yang besar yaitu kelenjar parotis, kelenjar

submandibularis, dan kelenjar sub lingualis. Kelenjar parotis merupakan kelenjar liur utama yang

terbesar dan menempati ruangan di depan prosesus mastoid dan liang telinga luar. Tumor ganas

parotis pada anak jarang didapat. Tumor paling sering pada anak adalah karsinoma

mukoepidermoid, biasanya jenis derajat rendah. Massa dalam kelenjar liur dapat menjadi ganas

seiring dengan bertambahnya usia. Prevalensi tumor ganas yang biasanya terjadi pada orang

dengan usia lebih dari 40 tahun adalah 25 % tumor parotis, 50 % tumor submandibula, dan satu

setengah sampai dua pertiga dari seluruh tumor kelenjar liur minor adalah ganas. 1,2,3

Tumor kelenjar liur baik itu jinak atau ganas akan muncul sebagai suatu massa berbentuk

soliter, berkembang diantara sel-sel pada kelenjar yang terkena. Pertumbuhan yang cepat dari

massa dan rasa sakit pada lesi itu berkaitan dengan perubahan ke arah keganasan, tetapi bukan

sebagai alat diagnostik. Keterlibatan saraf fasialis (N.VII) umumnya sebagai indikator dari

keganasan,walaupun gejala ini hanya nampak pada 3% dari seluruh tumor parotis dan

prognosisnya buruk.4

1
BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien

Nama : Ernita

Usia : 46 tahun

Alamat : Jln. ART Hakim Gg. Kolam Lr. Masjid no.5C

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Agama : Islam

Ruangan : Annisa 3A

No.RM : 386729

Masuk RS : 15-11-2022

2.2 Anamnesis

A. Keluhan Utama

Benjolan di dekat telinga sebelah kiri

B. Riwayat Perjalanan Penyakit

Pasien datang ke IGD RSU Haji Medan dengan keluhan terdapat benjolan

didepan telinga kiri yang dialami sejak 2 tahun ini. Awalnya benjolan terlihat

kecil seiring berjalannya waktu benjolan mulai membesar dan dirasakan nyeri,

rasa nyeri yang dirasakan bersifat hilang timbul. 1 minggu yang lalu pasien

2
3

mengeluhkan demam, demam dirasakan turun naik. Mual (-), muntah (-), sulit

menelan (-) penurunan nafsu makan (-) pendengaran menurun (+)

C. Riwayat Penyakit Dahulu

Tidak Ada

D. Riwayat Penggunaan Obat

1. Dexamethasone

2. Gabapentin

3. Azythromycin

4. Ibu Profen

5. Natrium Diclofenac

E. Riwayat Alergi Obat

Tidak ada

F. Riwayat Penyakit Keluarga

Hubungan Diagnosa Keadaan Penyebab


Kesehatan Meninggal
Kakek - - -
Nenek - - -
Ayah - - -
Ibu Diabetes - -
Saudara - - -
Anak-anak - - -
4

2.3 Pemeriksaan Fisik

A. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : Tampak sakit sedang,

Kesadaran : Compos Mentis, GCS 14 (E4V4M6)

Tekanan darah : 130/70 mmHg

Nadi : 80x/menit

Suhu : 36,9°C

Pernapasan : 20x/menit

SpO2 : 98%

Kepala : Normocephali

Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (+/+)

Telinga : Asimetris, Sekret (-), Darah (-), Luka robek (-)

Hidung : Pernapasan cuping hidung (-), sekret (-), septum

deviasi (-)

Mulut : Tidak terdapat kelainan

B. Leher

Bentuk : Simetris, normal

KGB : Tidak teraba membesar


5

C. Thorax

Pulmo

Inspeksi : Normal

Palpasi : Vokal fremitus menurun sebelah kanan dan kiri

simetris, massa (-), krepitasi (-)

Perkusi : Sonor kedua lapang paru

Auskultasi : Vesikuler kanan dan kiri

Jantung

Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak

Palpasi : Iktus cordis teraba di sela iga V

Perkusi : Batas jantung kesan tidak melebar

Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2 normal, Murmur (-),

gallop (-)

D. Abdomen

Inspeksi : Distensi (-)

Palpasi : Nyeri tekan (-)

Perkusi : Timpani pada seluruh lapang perut (+)


6

Auskultasi : Peristaltik usus (+)

E. Ekstremitas

Ekstremitas Superior Inferior


Edema - -
Akral Dingin - -
Refleks Fisiologis ++ ++
Refleks Patologis - -

F. Nervus Fasialis

Nervus Fasialis Kanan Kiri


Mengangkat Alis - +
Menutup Mata - +
Memperlihatkan Gigi - +
Mencucu - +
Meniup Sekuatnya - +
Menarik Sudut Mulut - +
ke Bawah
7

G. Status Lokalisata

Pada regio preauricular sinistra terdapat benjolan, perubahan warna (+) pus (-)

darah (-) hiperemis (-). Konsistensi keras (+) permukaan tidak rata (+) immobile

(+) berbatas tegas (+) nyeri tekan (+) ukuran 3cm x 2 cm x 0.5 cm.
8

2.4 Pemeriksaan Penunjang

A. Laboratorium (09/11/2022)

Hematologi

No. Pemeriksaan Hasil Normal Satuan

Darah Lengkap

1. Hemoglobin 11.2 11.7-15.5 gr/dl

2. Hematokrit 31.7* 37-45 %

3. Leukosit 10.10 4-11 ribu/mm3

4. Trombosit 304 150-440 ribu/mm3

5. Eritrosit 3.72* 4.00-5.00 juta/uL

6. PDW 15.5* 9.0-13.0 fL

7. RDW-CV 16.6* 11.5-14.5 %


9

8. MPV 8.7 7.2-11.1 fL

9. PCT 0.265 0.150-0.400 %

Index Eritrosit

1. MCV 85 80-100 Fl

2. MCH 30 26-34 pg

3. MCHC 35 32-36 g/dL

Hitung Jenis Leukosit

1. Basofil 0 0-1 %

2. Eosinofil 2 1-3 %

3. Neutrofil Segmen 53 50-70 %

4. Limfosit 41 20-45 %

5. Monosit 5 4-8 %

Jumlah total sel

1. Total Lymphosit 4.11 0.58-4.47 ribu/uL

2. Total Basofil 0.01 0-0.1 ribu/uL

3. Total Monosit 0.51 0.17-1.22 ribu/uL

4. Total Eosinofil 0.16 0-0.61 ribu/uL

5. Total Neutrofil 5.3 1.88-7.82 ribu/uL

Fungsi Ginjal

1. Ureum 21.9 10-38 mg/dL

2. Kreatinin 0.6 0.7-1.2 mg/dL


10

1. Masa perdarahan (BT) 3 1-3 menit

2. Masa pembekuan (CT) 4 2-6 menit

Kimia Klinik

1. Glukosa Adrandom 79 <200 mg/dL

Imunoserologi

1. HbBsAg Negatif Negatif

2. HIV Non- Non- Reaktif


reaktif

3. Swab antigen rapid covid 19 negatif Negatif

A. Foto Thorax PA (09/11/2022)

Kesan :
- Cardiomegali
- Saat ini pulmo tak tampak kelainan
11

2.5 Diagnosis Banding


1. Tumor Parotis Sinistra
2. Lipoma
3. Soft Tissue Tumor

2.6 Diagnosis Kerja


Tumor Parotis sinistra
2.7 Penatalaksanaan
Aktivitas : Tirah Baring
Diet : Diet M2
Medikamentosa
a. IVFD RL 20 gtt/i
b. Inj Asam Tranexamaft 1gr/12 jam
c. Inj Ketorolac 1amp/ 8 jam
d. inj. Ceftriaxone 1amp/12jam

FOLLOW UP

Tanggal S O A P
15/11/2022 Lemas (+) Sens : Compos Tumor Parotis Tirah baring
Mentis sinistra o/t Face Diet M2
TD: 130/70 mmHg - IVFD RL 20
HR: 80x/i gtt/i
RR: 20x/i - Inj Asam
T: 36,9°C Tranexamaft
Spo2: 98% 1gr/12 jam
- Inj Ketorolac
1amp/ 8 jam
- inj.
Ceftriaxone
1amp/12jam
16/11/2022 Tidak ada Sens : Compos Tumor Parotis Tirah baring
(Operation keluhan Mentis sinistra o/t Face Diet M2
Day) TD: 130/80 mmhg - IVFD RL 20
HR : 79 x/i gtt/i
12

RR : 21 x /i - Inj Asam
T : 36,6°C Tranexamaft
Bak : 2x/ hari ini 1gr/12 jam
berwarna kuning - Inj Ketorolac
jernih 1amp/ 8 jam
Bab : - - inj.
Ceftriaxone
1amp/12jam
17/09/2022 Nyeri post op Sens : Compos Superficial Tirah baring
(+) Mentis Parotidectomy + Diet M2
TD: 144/90 mmHg Repair Nervus - IVFD RL 20
HR: 100 x/i Facialis + Scalp gtt/i
RR: 20 x/i Flap d/t Tumor
- Inj Asam
T: 36.6°C Parotis sinistra o/t
Face POD-1 Tranexamaft
BAK: 3x/hari ini, 1gr/12 jam
kuning jernih - Inj Ketorolac
BAB: - 1amp/ 8 jam
- inj.
Ceftriaxone
1amp/12jam
18/11/2022 Nyeri post op Sens : Compos Superficial Tirah baring
(+) keluar Mentis Parotidectomy + Diet M2
darah dari Td : 120/90 Repair Nervus - IVFD RL 20
telinga Hr : 90 Facialis + Scalp gtt/i
RR : 20 Flap d/t Tumor
- Inj Asam
T : 36.3 Parotis sinistra o/t
Face POD-2 Tranexamaft
BAB : Belum ada
BAB 1gr/12 jam
BAK : 3x/hari - Inj Ketorolac
kuning. Tuntas. 1amp/ 8 jam
Flatus : + - inj.
Drain : 10cc Ceftriaxone
1amp/12jam
19/11/2022 Nyeri bekas Sens : Compos Superficial Tirah baring
operasi Mentis Parotidectomy + Diet M2
Td : 135/70 Repair Nervus - IVFD RL 20
Hr : 90 Facialis + Scalp gtt/i
RR : 20 Flap d/t Tumor
- Inj Asam
T : 36.6 Parotis sinistra o/t
Face POD-3 Tranexamaft
BAB : Belum ada
BAB 1gr/12 jam
BAK : 2x/hari - Inj Ketorolac
kuning. Tuntas. 1amp/ 8 jam
Flatus : + - inj.
Drain : 5cc Ceftriaxone
1amp/12jam
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Anatomi Kelenjar Parotis

Kelenjar parotis adalah kelenjar liur yang berpasangan, berjumlah 2. Kelenjar parotis

merupakan kelenjar liur yang terbesar, masing-masing beratnya rata-rata 25 gram dan bentuknya

irregular, berlobus, berwarna antara hijau dan kuning (yellowish) terletak dibawah meatus

akustik eksternus diantara mandibula dan otot sternokleidomastoideus.4

Gambar 1. Kelenjar Parotis5

Kelenjar parotis bentuknya bervariasi, jika dilihat dari lateral 50% berbentuk segitiga,

30% bagian atas dan bawahnya membulat. Biasanya kelenjar parotis berbentuk seperti piramida

terbalik dengan permukaan-permukaannya sebagai berikut: permukaan superior yang kecil,

superficial, anteromedial, dan posteromedial. Bentuk konkav pada permukaan superior

berhubungan dengan bagian tulang rawan dari meatus akustik eksternus dan bagian posterior dari

sendi temporomandibular.Disini saraf auriculotemporal mempersarafi kelenjar parotis.

13
14

Permukaan superfisialnya ditutup oleh kulit dan fascia superficial yang mengandung cabang

fasial dari saraf aurikuler, nodus limfatikus parotis superficial, dan batas bawah dari platisma.4

Gambar 2. Kelenjar parotis dilihat dari depan dan samping6

Bagian anterior kelenjar berbatasan dengan tepi posterior ramus mandibula dan sedikit melapisi

tepi posterior muskulus masseter.Bagian posterior kelenjar dikelilingi oleh telinga, prosesus mastoid, dan

tepi anterior muskulus stemokleidomastoideus.Bagian dalam yang merupakan lobus medial meluas ke

rongga parafaring, dibatasi oleh prosesus stiloideus dan ligamentum stilomandibular, muskulus

digastrikus, serta selubung karotis.Di bagian anterior lobus ini terletak bersebelahan dengan bagian

medial ptetygoideus.Bagian lateral hanya ditutupi oleh kulit dan jaringan lemak subkutaneus.Jaringan ikat

dan jaringan lemak dari fasia leher dalam membungkus kelenjar ini. Kelenjar parotis berhubungan erat

dengan struktur penting di sekitarnya yaitu vena jugularis interna beserta cabangnya, arteri karotis

eksterna beserta cabangnya, kelenjar limfa, cabang auriculotemporalis dari nervus trigerninus dan nervus

fasialis.4
15

Pendarahan kelenjar parotis berasal dari arteri karotis eksterna dan cabang-cabang di dekat

kelenjar parotis.Darah vena mengalir ke vena jugularis eksterna melalui vena yang keluar dari kelenjar

parotis.4

Nodul kelenjar lime ditemukan pada kulit yang berada di atas kelenjar parotis (kelenjar

preaurikuler) dan pada bagian dari kelenjar parotis itu sendiri. Ada 10 kelenjar limfatik yang

terdapat pada kelenjar parotis, sebagian besar ditemukan pada bagian superficial dari kelenjar

diatas bidang yang berhubungan dengan saraf fasialis. Kelenjar limfe yang berasal dari kelenjar

parotis mengalirkan isinya ke nodus limfatikus servikal atas.1 Persarafan kelenjar parotis oleh

saraf preganglionic yang berjalan pada cabang petrosus dari saraf glossopharyngeus dan

bersinaps pada ganglion otik. Serabut postganglionic mencapai kelenjar melalui saraf

auriculotemporal.4 Kelenjar parotis memiliki saluran untuk mengeluarkan sekresinya yang

dinamakan Stensen’s duct yang akan bermuara di mulut dekat gigi molar 2; lokasi biasanya

ditandai oleh papilla kecil. 4

3.2 Fisiologi Kelenjar Saliva

Saliva mengandung dua tipe sekresi protein yang utama:

1. Sekresi serous yang mengandung ptyalin (suatu α-amilase), yang merupakan enzim untuk

mencernakan serat, dan

2. Sekresi mucus yang mengandung musin untuk tujuan pelumasan dan perlindungan

permukaan.7

Kelenjar parotis seluruhnya menyekresi tipe serous, dan kelenjar sublingualis dan

submandibularis menyekresi tipe mucus maupun serous. Kelenjar bukalis hanya menyekresi
16

mucus. Saliva mempunyai pH antara 6,0 dan 7,4, suatu kisaran yang menguntungkan untuk kerja

pencernaan dan ptyalin. 7

Pada kondisi basal, sekitar 0,5 mililiter saliva, hampir seluruhnya dari tipe mucus,

disekresikan setiap detik sepanjang waktu kecuali selama tidur, saat sekresi menjadi sangat

sedikit. Sekresi ini sangat berperan penting dalam mempertahankan kesehatan jaringan rongga

mulut. Saliva membantu mencegah proses kerusakan jaringan mulut yang dapat disebabkan oleh

bakteri dengan cara membantu membuang bakteri pathogen juga partikel-partikel makanan yang

memberi dukungan metabolic bagi bakteri dan saliva juga mengandung beberapa factor yang

menghancurkan bakteri, salah satunya adalah ion tiosianat dan lainnya adalah enzim proteolitik

terutama lizozim. Terakhir, saliva juga mengandung sejumlah besar antibodi protein yang dapat

menghancurkan bakteri rongga mulut, termasuk yang menyebabkan karies gigi.7

Setiap hari satu sampai dua liter air liur diproduksi dan hampir semuanya ditelan dan

direabsorbsi. Proses sekresi dibawah kendali saraf otonom. Makanan dalam mulut merangsang

serabut saraf yang berakhir pada nukleus pada traktus solitaries dan pada akhirnya merangsang

nukleus saliva pada otak tengah. Pengeluaran air liur juga dirangsang oleh penglihatan,

penciuman melalui impuls dari kerja korteks pada nukleus saliva batang otak. Aktivitas simpatis

yang terus menerus menghambat produksi air liur seperti pada kecemasan yang menyebabkan

mulut kering. Obat-obatan yang menghambat aktivitas parasimpatis juga menghambat produksi

air liur seperti obat antidepresan, tranquillizers, dan obat analgesik opiate dapat menyebabkan

mulut kering (Xerostomia).8

Saluran air liur relatif impermeabel terhadap air dan mensekresi kalium,

bikarbonat,kalsium, magnesium, ion fosfat dan air. Jadi produk akhir dari kelenjar air liur adalah
17

hipotonik, cairan yang bersifat basa yang kaya akan kalsium dan fosfat. Komposisi ini penting

untuk mencegah demineralisasi enamel gigi.8

3.3 Tumor Parotis

A. Definisi

Tumor adalah jaringan baru (neoplasma) yang timbul dalam tubuh akibat pengaruh

berbagai factor penyebab tumor yang menyebabkan jaringan setempat pada tingkat gen

kehilangan kendali normal atas pertumbuhannya. Tumor adalah penyakit pada gen, basis

biologisnya adalah kelainan genetic.

Faktor penyebab tumor menimbulkan mutasi gen pada sel tubuh hingga timbul kelainan

genetik, menifestasi gen menjadi kacau, timbul kelainan pada morfologi, metabolism dan fungsi

sel tumor yang berbeda dari sel normal.9

Menurut kamus kedokteran Dorland edisi 29, Tumor didefinisikan sebagai pertumbuhan

baru suatu jaringan dengan multiplikasi sel-sel yang tidak terkontrol dan progresif, disebut juga

neoplasma. Kelenjar parotis adalah kelenjar air liur terbesar yang terletak di depan telinga.10

B. Epidemiologi

Resiko terjadinya neoplasma parotis berhubungan dengan ekspos radiasi sebelumnya.

Akan tetapi ada faktor resiko lain yang mempengaruhi terjadinya karsinoma kelenjar air liur

seperti pekerjaan, nutrisi, dan genetik. Kemungkinan terkena pada laki-laki sama dengan

perempuan.11

Tumor pada kelenjar liur relative jarang terjadi, presentasinya kurang dari 3% dari

seluruh keganasan pada kepala dan leher.12 Dari tumor kelenjar saliva, insidens tumor parotis
18

paling tinggi, yaitu sekitar 80%, tumor submandibular 10%, tumor sublingual 1%, tumor kelenjar

saliva kecil dalam mulut 1%.13

Sekitar 85% dari tumor kelenjar parotis adalah jinak. Adenoma pleomorfik menempati

45-75% dari seluruh tumor kelenjar liur dan 65% terjadi di kelenjar parotis.12 Adenoma

pleomorfik lebih sering terjadi pada wanita dibanding laki-laki dengan perbandingan 2:1.

Adenoma pleomorfik paling sering terjadi di antar dekade ke-3 sampai ke-6.14

Tumor kelenjar liur baik itu jinak atau ganas akan muncul sebagai suatu massa berbentuk

soliter, berkembang diantara sel-sel pada kelenjar yang terkena. Pembesaran menyeluruh atau

berulang dari kelenjar yang terkena sepertinya akibat kalkulus atau peradangan dan pembesaran

kelenjar air liur global yang jarang dapat dilihat pada penyakit sistemik seperti diabetes mellitus,

myxoedema, sindroma Cushing, dan peminum alcohol. Pembesaran kelenjar parotis juga dapat

dilihat pada anorexia nervosa. Pasien dengan tumor jinak atau keganasan derajat rendah dapat

menampilkan gejala pertumbuhan massa yang lambat untuk beberapa tahun.15,16

Pertumbuhan yang cepat dari massa dan rasa sakit pada lesi itu berkaitan dengan

perubahan ke arah keganasan, tetapi bukan sebagai alat diagnostik. Keterlibatan saraf fasialis

(N.VII) umumnya sebagai indikator dari keganasan,walaupun gejala ini hanya nampak pada 3%

dari seluruh tumor parotis dan prognosisnya buruk. Tumor ganas pada kelenjar parotis dapat

meluas ke area retromandibular dari parotis dan dapat menginvasi lobus bagian dalam, melewati

ruangan parapharyngeal. Akibatnya, keterlibatan dari saraf kranial bagian bawah dapat terjadi

berupa disfagia, sakit dan gejala pada telinga.Lebih lanjut lagi dapat melibatkan struktur

disekitarnya seperti tulang petrosus, kanal auditorius eksternal, dan sendi temporomandibular.
19

Tumor ganas dapat bermetastasis ke kelenjar limfe melalui ruangan parapharyngeal dan ke

rangkaian jugular bagian dalam, dan ke pre-post facial nodes.16

Menurut Armstrong et al, sebanyak 16 % dari pasien dengan tumor parotis dan 8% pasien

dengan tumor pada submandibula atau sub lingual secara klinis menunjukkan keterlibatan

kelenjar limfe pada penampilannya.16

C. Etiologi

Penyebab terjadinya tumor kelenjar parotis masih belum jelas karena angka kejadiannya

yang masih jarang. Paparan rokok dan konsumsi alkohol tidak ada hubungannya dengan

pertumbuhan tumor parotis. Sejauh ini, paparan radiasi ion sudah ditetapkan sebagai faktor

resiko terjadinya tumor parotis. Seseorang yang pernah mengalami terapi radiasi dan terapi UV

pada kepaladan leher meningkatkan faktor risiko.

Penelitian terakhir mengatakan bahwa terjadi peningkatan angka kejadian tumor parotis,

terutama di Israel dan Inggris. Terdapat hipotesis bahwa peningkatan angka kejadian tumor

parotis ini ada hubungannya dengan meningkatnya penggunaan telepon genggam. Namun dari

penelitian yang dilakukan oleh Shu, dkk ini didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan antara

peningkatan penggunaan telepon genggam dengan peningkatan angka kejadian tumor parotis.

Faktor resiko lain yang mempengaruhi terjadinya karsinoma kelenjar air liur adalah pekerjaan,

nutrisi, dan genetik.23,24


20

D. Klasifikasi Tumor Parotis

WHO tahun 2005 mengklasifikasikan tumor kelenjar saliva menjadi jinak dan ganas.

Berdasarkan histopatologinya dibagi menjadi epitelial dan non epitelial. Jenis epitelial sangat

jarang terjadi, sekitar 2-5% dari kasus tumor kelenjar saliva.

a. Tumor jinak

1) Pleomorfik adenoma (mixed tumor jinak):

Merupakan tumor tersering pada kelenjar liur dan paling sering terjadi pada kelenjar

parotis. Dinamakan pleomorfik karena terbentuk dari sel-sel epitel dan jaringan ikat.

Pertumbuhan tumor ini lambat berupa benjolan pada depan bawah daun telinga atau angulus

mandibula yang tidak memberikan gejala. Kondisi ini membuat luput dari perhatian pasien,

sehingga pasien datang untuk pemeriksaan ke petugas kesehatan setelah muncul benjolan

setidaknya 1 tahun. Pada perabaan didapatkan massa berbentuk bulat, permukaan licin, kadang

berbenjol-benjol, dan konsistensinya lunak, berbatas tegas, tampak berkapsul, dan ukuran

terbesarnya jarang melebihi 6 cm, tidak nyeri tekan dan dapat digerakkan, 25,26

2) Warthin's tumor (kistadenoma limfomatosum papiler, adenoma kistik papiler).

Tumor ini tampak rata, lunak pada daerah parotis, memiliki kapsul apabila terletak pada

kelenjar parotis dan terdiri atas kista multipel. Histologi Warthin's tumor yaitu: (1) lapisan epitel

dua deret yang melapisi rongga yang bercabag, kistik, atau mirip celah, dan (2) jaringan limfoid

didekatnya yang kadang-kadang membentuk sentrum germinativum. Angka kekambuhan sekita

10% diperkirakan disebabkan oleh eksisi yang tidak komplet, sifat multisentrik tumor, atau

adanya tumor primer kedua.. Perubahan menjadi ganas tidak pernah dilaporkan.Lebih sering

ditemukan pada kelenjar mayor.25,26


21

3) Tumor monomorphic

Tumor yang tumbuh lambat ini hanya berkisar kurang dari 5% dari seluruh angka

kejadian tumor kelenjar lidah. Monomorfik adenoma dibedakan dari pleomorfik adenoma karena

tumor ini hanya memiliki satu morfologi sel. Monomorfik adenoma memiliki subklasifikasi

menjadi grup neoplasma epitelial dan mioepitelial yang termasuk didalamnya yaitu basal cell

adenomas, canalicular adenomas, oncocytomas atau oxyphilic adenomas, dan myoepitheliomas.

b. Tumor Jinak Nonepitelial

1) Hemangioma

Kebanyakan terjadi pada anak-anak biasnya pada kelenjar parotis. Biasanya

asimptomatik, unilateral dan massa yang kompresibel, berwarna merah gelap, berlobus-lobus

dan tidak berkapsul. Penanganan dengan pemberian steroid 2-4 mg/kgBB/hari.40-60%

hemengioma tidak berespon terhadap steroid.

2) Limfangioma (higroma kistik)

Merupakan tumor bagian kepala dan leher yang paling sering pada anak-anak, eksisi

merupakan penanganan piliha bila tumor terletak pada struktur yang vital.Limfangioma jarang

menimbulkan gejala-gejala obstruksi jalan napas dan eksisi biasanya untuk alasan kosmetik.

c. Tumor Ganas Kelenjar Liur

1) Mukoepidermoid karsinoma
22

Kebanyakan berasal dari kelenjar parotis dan biasanya memiliki gradasi yang rendah.

2. Kista Adenoid Karsinoma

Tumor ini merupakan suatu basaloid tumor yang terdiri dari sel-sel epitel dan myoepitel

dengan gambaran morfologi yang bervariasi antara cribriform, tubular, dan solid. Tumor ini

merupakan neoplasma malignan yang jarang terjadi. Tumor ini dapat mengenai semua umur

dengan insiden paling tinggi pada usia pertengahan dan usia tua. Pertumbuhannya lambat dan

kebanyakan memiliki gradasi yang rendah. Tumor ini dapat berulang setelah dilakukan

pembedahan, kadang-kadang beberapa bulan setelah operasi.

3) Adenokarsinoma

a) Karsinoma sel asinik

Paling banyak berasal dari kelenjar parotis dan pertumbuhannya lambat

b) Adenokarsinoma polimorfik grade rendah

Kebanyakan berasal dari kelenjar minor

c) Adenokarsinoma yang tidak dispesifikasikan:

Bila dilihat di mikroskop tumor ini memiliki penempakan yang cukup untuk disebut

adenokarsinoma, tetapi belim memiliki penampakan untuk dispesifikasikan.sering berasal

dari kelenjar parotis dan kelenjar minor.

d) Adenokarsinoma yang jarang:

Contohnya seperti basal sel adenokarsinoma, clear cell adenokarsinoma,

kistadenokarsinoma, sebaceus adenokarsinoma, musinous adenokarsinoma."


23

E. Staging Tumor Parotis

Klasifikasi TNM The American Joint Committee on Cancer (AJCCJ).26

TNM Keterangan
Tx Tumor primer tidak ditentkan
T0 Tidak ada tumor primer
T1 Tumor <2cm, tidak ada ekstensi ektstrapraenkim
T2 Tumor >2cm-4cm, tidak ada ekstensi
ektstrapraenkim
T3 Tumor >4cm-6cm, atau ada ekstensi
ektstrapraenkim tanpa terlibat n.VII
T4 Tumor >6cm, atau ada invasi ke n.VII/dasar
tengkorak

Nx Metastase k. g.b tidak ditemukan


N0 Tidak ada metastase k.g.b
NI Metastase k. g.b tunggaI <3cm. ipsiilateral
N2 Metastase k.g,b tunggal/multipel >3cm-6cm,
ipsilateral/bilateral/kontralateral

N2a Metastase k.g,b tunggal >3cm-6cm, ipsilateral


N2b Metasrase k. g.b multipel >6cm, ipsilateral
N2c Metastase k.g.b > 6em bilateral/kontralateral
N3 Metastase k.g.b >6crn

Mx Metastse tidak dapat ditentukan


MO Tidak ada metastase jauh
M1 Metastase jauh

ST T N M
I T1 N0 M0
T2 N0 M0
II T3 N0 M0
III T1 N1 M0
T2 N1 M0
IV T4 N0 M0
T3 N1 M0
T4 N1 M0
24

F. Diagnosa Klinis

1. Anamnesis

Pada anamnesis harus ditanyakan mengenai radiasi terdahulu pada daerah kepala-leher,

operasi yang pernah dilakukan pada kelenjar ludah dan penyakit tertentu yang dapat

menimbulkan pembengkakan kelenjar ini (diabetes,sirosis,hepatitis, alkoholisme). Juga obat-obat

seperti opiate, antihipertensi, derivate fenotiazin, diazepam, dan klordiazepoksid dapat

menyebabkan pembengkakan, karena obat-obat ini menurunkan fungsi kelenjar ludah.17

Anamnesa dengan cara menanyakan kepada penderita atau keluarganya tentang:

a. Keluhan

1. Pada umumnya hanya berupa benjolan soliter, tidak nyeri, di pre/infra/retro aurikula

(tumor parotis), atau di submandibula (tumor sumandibula), atau intraoral (tumor kelenjar

liur minor)

2. Rasa nyeri sedang sampai hebat (pada keganasan parotis atau submandibula)

3. Paralisis n. fasialis, 2-3% (pada keganasan parotis)

4. Disfagia, sakit tenggorok, gangguan pendengaran (lobus profundus parotis terlibat)

5. Paralisis n.glosofaringeus, vagus, asesorius, hipoglosus, pleksus simpatikus (pada

karsinoma parotis lanjut)

6. Pembesaran kelenjar getah bening leher (metastase)

b. Perjalanan penyakit (progresivitas penyakit)

c. Faktor etiologi dan resiko (radioterapi kepala leher, ekspos radiasi)

d. Pengobatan yang telah diberikan serta bagaimana hasil pengobatannya

e. Berapa lama kelambatan


25

Pada penelitian retrospective yang dilakukan pada 104 pasien dengan tumor kelenjar parotis

yang diterapi di ENT clinic timisoara pada tahun 2001-2009 didapatkan gejala-gejala yang

paling sering dikeluhkan pasien, yaitu paling sering adalah konsistensi keras, tumbuh cepat,

fiksasi dalam, nyeri, nodus yang terpalpasi, keterlibatan nervus fasialis, pembengkakan

dinding faring lateral, dan keterlibatan perubahan kulit.

2. Pemeriksaan Fisik

a. Status General

Pemeriksaan umum dari kepala sampai kaki, tentukan :

1. penampilan (Kamofski/WHO)

2. keadaan umum: adakah anemia, ikterus, periksa T,N,R,t, kepala, toraks,abdomen,

ekstremitas, vertebra, pelvis

3. apakah ada tanda dan gejala ke arah metastase jauh (paru, tulang tengkorak, dll)

b. Status Lokal

Dengan inspeksi dalam keadaan istirahat dan pada gerakan dapat ditentukan apakah ada

pembengkakan abnormal dan dimana, bagaimana keadaan kulit dan selaput lendir di atasnya dan

bagaimana keadaan fungsi nervus fasialis.Kadang-kadang pada inspeksi sudah jelas adanya

fiksasi ke jaringan sekitarnya, dan langsung tampak adanya trismus. Penderita juga harus

diperiksa dari belakang, untuk dapat melihat asimetrisitas yangmungkin lolos dari perhatian

kita.17
26

Palpasi yang dilakukan dengan teliti dapat mengarah ke penilaian lokalisasi tumor

dengan tepat, ukuran (dalam cm), bentuknya, konsistensi, dan hubungan dengan

sekelilingnya.Jika mungkin palpasi harus dilakukan bimanual. Palpasi secara sistematis dari

leher untuk limfadenopati dan tumor Warthin yang jarang terjadi juga harus dilakukan. Berikut

ini kelainan patologi yang dapat terjadi :17

a. Penyakit dengan metastase ke kelenjar lymph

b. Reactive lymph nodes

c. HIV infection

d. Sarcoidosis, Masseteric hypertrophy

e. Prominent transverse cervical process of C1

f. Chronic parotitis, Lymphangioma (paediatric) 9.Haemangioma.

c. Status Regional

Palpasi apakah ada pembesaran kelenjar getah bening leher ipsilateral dan kontralacral. Bila

ada pembesaran tentukan lokasinya, jumlahnya, ukuran terbesar, dan mobilitasnya. Pemeriksaan

fungsi n.VII,VIII,IX,X,X1,XII karena lintasan nervus- nervus tersebut dekat dengan kelenjar

parotis.

Gambar 4 Lintasan nervus kranialis yang dekat dengan kelenjar parotis


27

Pemeriksaan nervus fasialis:

a) Dalam keadaan diam, perhatikan :

• Asimetri muka (lipatan nasolabial)

• Gerakan-gerakan abnormal (tic fasialis, grimacing, kejang tetanus/rhesus sardonicus,

tremor, dsb)

b) Atas perintah pemeriksa

1. Mengangkat alis, bandingkan kanan dengan kiri.

2. Menutup mata sekuatnya (perhatikan asimetri), kemudian pemeriksa mencoba membuka

kedua mata tersebut (bandingkan kekuatan kanan dan kiri).

3. Memperlihatkan gigi (asimetri).

4. Bersiul dan mencucu (asimetri/deviasi ujung bibir).

5. Meniup sekuatnya (bandingkan kekuatan udara dari pipi masing-masing).

6. Menarik sudut mulut ke bawah (bandingkan konsistensi otot platisma kanan dan kiri).

Pada kelemahan ringan, kadang-kadang tes ini dapat untuk mendeteksi kelemahan saraf

fasialis pada stadium dini.

G. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan sitologik (biopsi jarum kecil) sangat penting dalam diagnostic

pembengkakan yang dicurigai tumor kelenjar ludah. Dengan metode ini pada umumnya dapat

dicapai diagnosis kerja sementara. Dan pada mayoritas tumor klinis dan sitologik benigna, tidak

diperlukan lagi pemeriksaan tambahan dengan pencitraan.17

Foto rontgen kepala dan leher dapat menunjukkan ada atau tidak ada gangguan tulang,

tau mungkin penting juga untuk diagnostic diferensial (batu kelenjar ludah; kelenjar limfe yang
28

mengalami kalsifikasi).Foto toraks diperlukan untuk menemukan kemungkinan metastasis

hematogen. Dengan ekografi atau CT, tetapi lebih baik lagi dengan MRI dapat diperoleh

gambaran mengenai sifat pembatasan dan hubungan ruang tumornya: ukuran, lokalisasi, letaknya

di dalam atau di luar kelenjar limfe.

Gambar 3 Adenoma pleomorfik pada kelenjar parotis potongan axial leher

Adenoma pleomorfi dapat dibedakan dari tumor kelenjar ludah yang lain dengan MRI.

Metode ini tidak dapat membedakan antara tumor benigna dan maligna. Pemeriksaan dengan

rontgen kontras glandula parotidea dan glandula submandibularis (sialografi) diperlukan untuk

pemeriksaan lebih lanjut inflamasi (kronik) atau kalsifikasi dan dapat mempunyai arti untuk

diagnosis diferensial.17

H. Tatalaksana28

Terapi pilihan utama untuk tumor kelenjar liur ialah pembedahan. Radioterapi sebagai terapi

ajuvan pasca bedah diberikan hanya atas indikasi, atau diberikan pada karsinoma kelenjar liur

yang inoperabel. Kemoterapi hanya diberikan sebagai ajuvan, meskipun masih dalam penelitian,

dan hasilnya masih belum memuaskan.


29

1. Tumor Operabel

a. Terapi utama (pembedahan).

Pilihan pengobatan untuk neoplasma kelenjar parotis adalah melalui pembedahan.

Sebagian besar tumor parotis jinak dan ganas dapat diatasi dengan parotidektomi

superfisial atau total sesuai dengan lokasi tumor dengan preservasi nervus fasilis.

• Parotidektomi superfisial. Parotidektomi superfisial adalah tindakan pengangkatan massa

tumor dengan kelenjar parotis lobus superfisial. Dilakukan pada tumor jinak parotis lobus

superfisialis.

• Parotidektomi total. Parotidektomi total adalah pengangkatan massa tumor dengan

seluruh bagian kelenjar parotis dilakukan pada:

a. Tumor ganas parotis yang belum ada ekstensi ekstraparenkim dan n.VII

b. Tumor jinak parotis yang mengenai lobus profundus Parotidektomi total diperluas,

dilakukan pada: Tumor ganas parotis yang sudah ada ekstensi ekstraparenkim atau n.VII.

Deseksi leher radikal (RND), dikerjakan pada: Ada metastase k.g.b.leher yang masih

operabel

b. Terapi tambahan

Meskipun terapi primer tumor ganas kelenjar liur adalah dengan pembedahan, terapi

radiasi juga dianjurkan karena memiliki efek menguntungkan jika digabungkan dengan

pembedahan yaitu meningkatkan hasil terapi. Selain itu berperan sebagai terapi primer

untuk tumor yang sudah tidak dapat direseksi. Ada keadaan di mana terapi radiasi

merupakan indikasi, yaitu:


30

1. high grade malignancy

2. masih ada residu makroskopis atau mikroskopis

3. tumor menempel pada syaraf (n.fasialis, n.lingualis, n.hipoglosus, n.asesorius)

4. setiap T3,T4

5. karsinoma residif

6. karsinoma parotis lobus profundus

Radioterapi sebaiknya dimulai 4-6 minggu setelah pembedahan untuk memberikan

penyembuhan luka operasi yang adekwat, terutama bila telah dikerjakan alih tandur syaraf.

Radioterapi lokal diberikan pada lapangan operasi meliputi bekas insisi sebanyak 50 Gy dalam 5

minggu.

2. Tumor inoperabel

a. Terapi utama: Radioterapi

b. Terapi tambahan

Kemoterapi: Indikasi untuk kemoterapi adalah pasien dengan tumor yang inoperable.

Respon parsial atau lengkap telah dicapai pada hingga 50% pasien, yang biasanya

berlangsung 5-8 bulan dan mungkin termasuk kontrol nyeri yang signifikan. Sebagian

besar pasien memiliki karsinoma adenoid kistik, karsinoma mucoepidermoid, atau

adenokarsinoma. Saat ini, paclitaxel adalah agen yang paling sering digunakan.

Meskipun kemoterapi saja tidak meningkatkan tingkat ketahanan hidup, integrasi radiasi

dan kemoterapi telah terbukti meningkatkan kontrol lokal dan menunjukkan perbaikan

dalam pengelolaan keganasan kelenjar ludah.


31

I. Komplikasi29

a) Nervus Fasialis

Nervus fasialis adalah nervus yang melintasi kelenjar parotis dan membaginya menjadi

lobus superfisialis dan profunda. Sekitar 15-20% kasus (15-20 dalam 100 pasien) nervus

fasialisnya mengalami trauma sehingga terjadi kelemahan pada otot-otot fasialis. Ini

biasanya sembuh dalam 14 hari sampai 3 bulan setelah operasi dan penyembuhan bisa

lebih cepat dengan latihan terapi bicara dan bahasa. Sebanyak 1% kasus terjadi

kelemahan permanen dari nervus fasialis. Beberapa pasien mengalami kelemahan nervus

fasialis cabang-cabang tertentu saja.

b) Frey's Syndrome

Nama lain Frey's syndrome adalah Baillarger's syndrome, Dupuy's syndrome,

auriculotemporal syndrome, atau Frey-Baillarger syndrome Merupakan komplikasi

tersering pada pasien pasca operasi parotidektomi yaitu sebanyak 6 orang dari 26 pasien.

Frey's syndrome adalah manifestasi klinik berupa kemerahan dan berkeringat pada

hemifasial setelah stimulus kelenjar saliva dan mengunyah. Frey's Syndrome ini

biasanya terjadi setelah cedera traumatik regio parotis seperti parotidektomi, fraktur

kondilar, trauma tumpul, insisi dan drainase abses. Sindrom ini bisa muncul setelah

beberapa minggu sampai beberapa tahun setelah trauma.

c) Hematoma

Hematoma mengenai 3 dari 26 pasien. Terjadi karena blokade drainase sehingga pada

pasien post parotidektomi dipasang drain untuk mencegah terjadinya hematoma.


32

J. PROGNOSIS

Prognosis pada tumor maligna sangat tergantung pada histologi, perluasan lokal dan

besarnya tumor dan jumlah metastasis kelenjar leher. Jika sebelum penanganan tumor

maligna telah ada kehilangan fungsi saraf, maka prognosisnya lebih buruk. Untuk tumor

maligna, pengobatan dengan eksisi dan radiasi menghasilkan tingkat kesembuhan sekitar

50%, bahkan pada keganasan dengan derajat tertinggi. Ketahanan hidup 5 tahun kira-kira

12.13.15 5%, namun hal ini masih tetap tergantung kepada histologinya.25,26,27

Faktor prognostik rendah termasuk keganasan kelas tinggi, keterlibatan saraf, penyakit

stadium lanjut, usia lanjut, rasa sakit yang terkait, metastasis getah bening regional node,

metastasis jauh, dan akumulasi p53 atau-erbB2 c oncoproteins. Meskipun pernyataan

menyangkut kelangsungan hidup sulit dibuat karena berbagai macam jenis histologis, 20%

dari semua pasien akan berkembang menjadi metastasis jauh. Metastasis jauh menandakan

prognosis buruk, dengan kelangsungan hidup rata-rata 4,3-7,3 bulan. Secara keseluruhan 5-

tahun kelangsungan hidup untuk semua tahap dan jenis histologis adalah sekitar 62% -72%.

Kelangsungan hidup 5 tahun secara keseluruhan untuk penyakit berulang adalah sekitar

37%. Karena risiko kekambuhan, semua pasien yang menderita tumor kelenjar ludah

histologi yang terbukti ganas harus di kontrol seumur hidup25,26,27

3.4 Adenoma Pleomorfik Kelenjar Parotis18

1. Definisi

Adenoma Pleomorfik adalah tumor kelenjar saliva dan paling umum di jumpai pada

kelenjar parotid. Tumor ini merupakan tumor campuran (benign mixed tumor), yang terdiri dari

komponen epitel, mioepitel dan mesenkim dan tersusun dalam beberapa variasi komponennya.
33

Kelenjar saliva dikategorikan kedalam kelenjar saliva mayor dan minor. Kelenjar saliva

mayor ada 3 (tiga ) : parotid, submandibularis, sublingualis. Kelenjar saliva minor terdapat

disepanjang aerodigestif bagian atas submukosa : palatum, bibir, pharynx, nasophrynx, larynx,

ruang parapharyngeal.3,9 Pada kelenjar saliva mayor Adenoma Pleomorfik paling sering di

jumpai pada kelenjar parotid, sedangkan pada kelenjar saliva minor Adenoma Pleomorfik lebih

sering dijumpai pada palatum dan bibir atas.

Adenoma Pleomorfik dapat terjadi pada semua umur, baik anak-anak maupun dewasa.

Pada sebagian besar kasus menunjukkan 45% sampai 75% dari semua neoplasma kelenjar saliva,

timbulnya penyakit 2 sampai 35 kasus per 100,000 orang. Adenoma Pleomorfik lebih sering

terjadi pada wanita dibanding laki-laki dengan perbandingan 2:1. Adenoma Pleomorfik paling

sering terjadi diantara dekade ke- 3 sampai ke- 6, dengan presentase usia rata- rata 43-46 tahun.

Di Amerika, Adenoma Pleomorfik di jumpai sebanyak 80% dari seluruh tumor jinak kelenjar

saliva.

β-catenin adalah suatu molekul yang dihubungkan dengan invasi dan metastase dari

karsinoma–karsinoma dari kepala dan leher, esopagus, lambung, colon, hati, paru, genital wanita,

prostat, kandung kemih, pankreas dan melanoma.

2. Etiologi

Penyebab Adenoma Pleomorfik pada kelenjar saliva belum diketahui secara pasti, diduga

karena keterlibatan lingkungan dan faktor genetik. Pemaparan radiasi dihubungkan dengan

pekembangan tumor jinak dan carsinoma mukoepidermoid malignant. Satu studi mengatakan,

bahwa simian virus (SV 40) memainkan peranan penting dalam perkembangan Adenoma

Pleomorfik.6 Virus Epstein-Barr merupakan salah satu faktor didalam perkembangan tumor-
34

tumor limphoephitelial kelenjar saliva. Perubahan-perubahan genetik, seperti kehilangan allelic,

monosomi dan polisomi, dan penyusunan kembali strukturnya.

Secara umum β-catenin memainkan peranan penting di dalam perkembangan Adenoma

Pleomorfik. Tidak hanya dalam perubahan bentuk yang malignant, tetapi juga didalam

pengaturan fungsi-fungsi fisiologis. Ekspresi molekul-molekul adhesi didalam neoplasma-

neoplasma kelenjar saliva telah diselidiki.

Study saat ini mengatakan, percobaan untuk memperjelas peran sel di dalam onkogenesis

dan sitodiferensiasi Adenoma Pleomorfik dan karsinoma dari kelenjar saliva. Ekspresi dari β-

catenin adalah immunohistochemical yang di uji dalam lesi-lesi maupun dalam kelenjar saliva

normal. Gen β-catenin adalah CTNNB1, yang dipetakan pada kromosom 3p21.9 β-catenin

tercakup di dalam tranduksi isyarat (Wingless/WNT) dan spesifikasi dari sel selama

embryogenesis. Study terbaru menunjukkan β-catenin secara langsung berhubungan dengan

anggota keluarga dari faktor transkripsi yang melibatkan aktifasi dari gen target yang spesifik.

Adanya kecenderungan sel-sel neoplasma mengorganisir struktur duktus dan berlanjut ke

β-catenin didalam lapisan-lapisan sel, clusters dan sheets, sehingga protein dapat berpartisifasi

didalam morpologi Adenoma Pleomorfik.

3. Gambaran Klinis

Adenoma Pleomorfik mempunyai gambaran klinis: massa tumor tunggal, keras, bulat,

bergerak (mobile), pertumbuhan lambat, tanpa rasa sakit, nodul tunggal. Suatu nodul yang

terisolasi umumnya tumbuh di luar dari pada normal, dari suatu nodul utama dibandingkan

dengan suatu multinodular.


35

Adenoma Pleomorfik biasanya mobile, kecuali di palatum dapat menyebabkan atropy

ramus mandibula jika lokasinya pada kelenjar parotid. Ketika ditemukan di ekor kelenjar parotid,

tumor ini akan menunjukkan satu bentuk cuping telinga (ear lobe). Meskipun Adenoma

Pleomorfik digolongkan sebagai tumor jinak, tetapi mempunyai kapasitas tumbuh membesar dan

berubah menjadi malignant membentuk carsinoma.

Meskipun Adenoma Pleomorfik tumor “jinak” tumor ini adalah aneuploid, dan dapat

kambuh setelah reseksi, menyerang jaringan normal, bermetastase jauh dalam jangka waktu yang

lama. Gejala dan tanda tumor ini tergantung pada lokasinya. Ketika di jumpai pada kelenjar

parotid kelumpuhan nervus fasialis jarang di jumpai, tetapi apabila tumor ini bertambah besar

mungkin kelumpuhan nervus fasialis bisa di jumpai. Seperti ketika tumor ini menjadi malignant.

Apabila tumor ini di jumpai pada kelenjar saliva minor, gejala yang timbul bermacam-

macam tergantung pada lokasi tumor. Gejala yang timbul seperti : dysphagia, dyspnea, serak

,susah mengunyah, dan epistaxsis.

Gambar 6. Adenoma pleomorfik 19


36

Secara histologi, adenoma pleomorfik berasal dari bagian distal saluran liur, termasuk saluran

intercalated dan asini. Campuran dari epitel, mioepitel dan bagian stroma diwakilkan dengan namanya:

tumor campur jinak. Dari ketiga jenis diatas dapat lebih mendominasi dibandingkan jenis lain namun

ketiga jenis tersebut harus ada untuk mengkonfirmasi diagnosis.20,21

Pada saat operasi massa tumor tampak berkapsul, tetapi pemeriksaan patologis menunjukkan

perluasan keluar kapsul. Jika seluruh tumor dengan massa kelenjar parotis yang normal mengelilingi

tumor direseksi, insidens kekabuhannya kurang dari 8 persen. Seadandainya adenoma pleomorfik

kambuh, terdapat kemungkinan cedera yang besar pada paling sedikit satu dari bagian saraf fasialis ketika

tumor direseksi ulang.20,21

Meskipun tumor ini dianggap jinak, terdapat kasus kekambuhan yang berkali-kali dengan

pertumbuhan yang berlebihan di mana tumor meluas dan mengenai daerah kanalis eksterna dan

dapat meluas ke rongga mulut dan ruang parafaringeal.Tumor yang kambuh dapat mengalami

degenerasi maligna, tetapi insidens ini kurang dari 6 persen. Terapi iradiasi terhadap tumor yang

kambuh berulang kali dan tidak dapat direseksi diberikan pengobatan paliatif.20,21

Diagnosis banding untuk adenoma pleomorfik adalah neoplasma maligna: karsinoma

kistik adenoid, adenokarsinoma polimorfik derajat rendah, neoplasma adnexa dalam, dan

neoplasma mesenkimal. Komplikasi yang jarang dari adenoma pleomorfik adalah perubahan ke

arah ganas yaitu karsinoma ex-pelomorfik adenoma (carcinoma ex-pleomorphic adenoma) atau

nama lainnya tumor campur jinak yang bermetastasis (benign metastazing mixed tumors).22

Prognosis adenoma pleomorfik adalah sempurna, dengan angka kesembuhan mencapai

96 %.22
BAB IV

KESIMPULAN

Kelenjar parotis adalah kelenjar liur yang berpasangan, berjumlah dua. Kelenjar parotis

merupakan kelenjar liur yang terbesar.Tumor pada kelenjar liur relatif jarang terjadi,

persentasenya kurang dari 3% dari seluruh keganasan pada kepala dan leher.Keganasan pada

tumor kelenajar liur berkaitan dengan paparan radiasi, faktor genetik, dan karsinoma pada dada.

Sebagian besar tumor pada kelenjar liur terjadi pada kelenjar parotis, dimana 75% - 85% dari

seluruh tumor berasal dari parotis dan 80% dari tumor ini adalah adenoma pleomorphic jinak

(benign pleomorphic adenomas).

Tumor kelenjar liur baik itu jinak atau ganas akan muncul sebagai suatu massa berbentuk

soliter, berkembang diantara sel-sel pada kelenjar yang terkena. Pertumbuhan yang cepat dari

massa dan rasa sakit pada lesi itu berkaitan dengan perubahan ke arah keganasan, tetapi bukan

sebagai alat diagnostik. Keterlibatan saraf fasialis (N.VII) umumnya sebagai indikator dari

keganasan,walaupun gejala ini hanya nampak pada 3% dari seluruh tumor parotis dan

prognosisnya buruk.

37
DAFTAR PUSTAKA

1. Adams LG, Boies RL, Paparella MM. Dalam: Buku Ajar Penyakit THT , Ed.6. Jakarta :
EGC,1997: 305-3192
2. Gregory Masters, Bruce Brockstein. Dalam :Head and Neck Cancer. USA: Kluwer
AcademicPublishers,2003: 158-1613
3. Beers MH, Porter RS. Dalam: Merck Manual of Diagnosis and Theraphy, Ver.10.2.3.
USA:Merck Research Laboratories,2007
4. Susan, Standring. Dalam: Grays Anatomy: The Anatomical Basis of Clinical Practice. USA:
Elsevier, 2005: 515-518
5. Grays Anatomy:The Anatomical Basis of Clinical Practice. USA: Elsevier, 2005: 515- 518
6. Bate’s Guide To Physical Examination, hal. 115
7. Guyton, Hall. Fungsi Sekresi dari Saluran Pencernaan. Dalam : Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran Edisi 9. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta; 1013- 1014
8. 6.Satish Keshav. Dalam: The Gastrointestinal System At A Glance. Australia: Blackwell
Science Ltd, 2004: 14-15
9. Satish Keshav. Dalam: The Gastrointestinal System At A Glance. Australia: Blackwell
10. Leegard T, Lindeman H. Salivary gland tumours. Dalam: Clinical picture and treatment. Acta
Otolaryngologica, 1970; 263: 155–9
11. Fikih, Moh. Protokol Penatalaksanaan Tumor/ Kanker Kelenjar Liur. Available at:
http://karikaturijo.blogspot.com/2010/01/. Accesed June 5,2011
12. Spiro Ronald, Lim, Dennis. Malignant Tumor of Salivary Gland. Dalam : Springer,
Surgical Oncology An Algorithmic Approach. Departement og General Surgey Rich
Medical College. Chicago:2001;62-67
13. Desen, Wan. Tumor Kelenjar Liur. Dalam : Buku Ajar Onkologi Klinis Edisi 2. Jakarta:
Penerbit FKUI:2007; 304-307
14. Ayu, S. Adenoma Plaiomorfik Kelenjar Parotis. Universitas Sumatera Utara:2011:3-19
15. Armstrong JG, Harrison LB, Thaler HT, et al. The indications for the elective treatment
of the neck in cancer of the major salivary glands. Cancer, 1992; 69: 615–19
16. Anil K. lalwani. Current Diagnosis & Treatment in Otolaryngology-Head & Neck
Surgery. USA:Mc Graw Hill,2004
17. C.J.H. van de Velde.Onkologie. Leiden: Stafleu, 1973
39

18. Ayu, S. Adenoma Plaiomorfik Kelenjar Parotis. Universitas Sumatera Utara:2011:3-


19. Robbins and Cotran : Pathologic Basic Of disease hal. 793
20. Adams LG, Boies RL, Paparella MM. Dalam: Buku Ajar Penyakit THT , Ed.6. Jakarta : EGC,
1997: 305-319
21. Robert L. Souhami.Oxford Textbook of Oncology (2 volume set) 2nd edition. England:Oxford
Press, 2002
22. Anil K. lalwani.Current Diagnosis & Treatment in Otolaryngology-Head & Neck Surgery.
USA:Mc Graw Hill,2004
23. Mulholland dkk. Greenfield's Surgery: Scientific Principles and Practice. Edisi 4. Lippincott
Williams & Wilkins; 2006.
24. C Ungari, F Paparo, W Colangeli, G lannetti. Parotid Glands Tumours: Overview Of A 10-Years
Experience With 282 Patients, Focusing On 231 Benign Epithelial Neoplasms. European Review
for Medical and Pharmacological Sciences 2008; 12: h. 321-325.
25. Claudia-Patricia Mejía-Velázquez, Marco-Antonio Durán-Padilla, Erick Gómez-
26. Apo, Daniel Quezada- Rivera, Luis-Alberto Gaitán-Cepeda. Tumors of the salivary gland in
Mesicams. A re-trospective study of 360 cases. Med Oral Patol Oral Cir Bucal 2012 Mar 17
(2):183-9 13. Edge SB, Byrd DR. Compton CC, et al., eds.: AJCC Cancer Staging Manual. 7th
ed. New York: Springer; 2010. h. 79-86.
27. A Mag, S Cotulbea, S Lupescu, H tefanescu, C Doros, et al. Parotid Gland Tumors. Journal of
Experimental Medical and Surgical Research 2010; 4: 259-63.
28. Albar, Zafiral Azdi. Protokol PERABOI 2003 edisi 1 Cetakan 1. Bandung: 2004
29. Samson NG, Cathy Torjek, Allan Hovan. Management of Frey Syndrome Using Botulinum
Neurotoxin: A Case Report. CJDA November 2009; 75: h. 651-54

Anda mungkin juga menyukai