Oleh :
Ainun Ma’wa
(20360171)
Pembimbing :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan
karunian-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Laporan kasus sebagai salah satu
syarat tugas untuk mengikuti ujian di Kepaniteraan Klinik Senior Departemen Ilmu
Kesehatan Anak RS Umum Haji Medan.
Pada kesempatan kali ini, izinkan kami untuk mengucapkan terima kasih kepada
pihak yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
“Hemangioma Cheek Sinistra “ ini, terutama kepada pembimbing kami dr. Syarifah Mahlisa
Soraya, Sp.A
Semoga Laporan kasus ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua baik
sekarang maupun di hari yang akan datang.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
1
BAB I
LAPORAN KASUS
STATUS PASIEN
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN SUMATERA UTARA
2.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama : Benjolan di pipi kiri
Telaah :
Pasien Perempuan usia 3 Tahun datang ke IGD RSU Haji Medan diantar
ibunya dengan keluhan terdapat benjolan di pipi sebelah kiri sejak pasien usia 12
bulan. Benjolan dirasakan berdenyut sejak 7 hari ini. Keluarga pasien juga
mengatakan benjolan semakin lama semakin membesar.
1
2
D. STATUS GENERALIS
Kepala
▪ Bentuk : Normochepali, Simetris, ubun-ubun tertutup
- Rambut : Warna hitam, tidak mudah dicabut
- Wajah : Simetris, pucat (-), ikterik (-),
3
- Pipi : benjolan (+) pada pipi sebelah kiri, keras, mobile, sebesar telur
puyuh
- Mata : Konjungtiva anemis (-/-), ikterik (-/-), Pupil isokor,
Reflek cahaya (+/+)
- Hidung : DBN, sekret (-/-), Pernapasan cuping Hidung (-)
- Telinga : DBN, sekret (-), nyeri tekan (-)
- mulut : DBN, bibir tidak kering.
- Lidah : Lidah kotor (-)
Leher
- Kelenjar Getah Bening : Tidak teraba membesar
- Massa : Tidak ada
- Pembesaran Tiroid : Tidak teraba membesar
Thoraks
• Paru
Inspeksi : Simetris kanan dan kiri, fusiformis, retraksi (-)
Palpasi : Fremitus kanan dan kiri, nyeri tekan (-)
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler (+/+), ronkhi basah (-/-), wheezing (-/-)
• Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Perkusi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Auskultasi : BJ I-II regular , murmur (-), gallop (-)
• Abdomen
Inspeksi : Datar, tidak ada benjolan
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : nyeri tekan epigastrium (-)
Perkusi : Timpani di keempat kuadran abdomen
• Ekstremitas : akral hangat, Capillary refill time < 2 detik, oedem (-)
• Genitalia : Perempuan
• Anus/Rectum : Tidak dilakukan Pemeriksaan
4
HEMOSTASIS
Masa Pendarahan (BT) 2 1-3 Menit
Masa Pembekuan (CT) 4 2-6 Menit
KIMIA KLINIK
Fungsi Hati
AST(SGOT) 55.9 5-37 U/L
ALT(SGPT) 19.3 5-41 U/L
Fungsi Ginjal
Ureum 25.9 10-36 mg/dL
Kreatinin 0.5 0.7-1.2 mg/dL
Karbohidrat
Glukosa Darah Adrandom 89 <200 mg/dL
IMUNOSEROLOGI
Hepatitis Marker
HBsAg Negatif Negatif Rapid Test
HIV Non Reaktif Non Reaktif
Swab Antigen Rapid Covid Negatif Negatif
19
ELEKTROLIT
Natrium (Na) 141 135-155 mEg/L
2.5 RESUME
Pasien Perempuan usia 3 Tahun datang ke IGD RSU Haji Medan diantar
ibunya dengan keluhan terdapat benjolan di pipi sebelah kiri sejak pasien usia 12
bulan. Benjolan dirasakan berdenyut sejak 7 hari ini. Keluarga pasien juga
mengatakan benjolan semakin lama semakin membesar.
6
2.8 PENATALAKSANAAN
Advice dr Dewi Sp. Bp :
- OS Rawat Inap
- Lab & Foto Thorax terlampir
- Rencana Operasi, Excisi hemangioma pada hari senin tanggal 27/06/22 jam
10.00 wib, ok sudah di jadwalkan
Follow up
Tanggal S O A P
Senin - tidak ada • HR:101x/menit Hemangioma 1. IVFD RL
27/06/22 keluhan • RR: 40x/menit 30gtt/I (micro)
• T : 36,5ºC 2. Inj. Ceftriaxon
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Hemangioma
a) Definisi
Hemangioma adalah tumor endotelial dengan gambaran khas yaitu
perkembangan sangat cepat, dapat mengalami regresi perlahan, dan jarang berulang.
Hemangioma merupakan tumor jinak yang sering terjadi pada bayi baru lahir dan pada
kelompok usia anak berusia kurang dari 1 satu tahun.
b) Epidemiologi
Hemangioma adalah tumor tersering pada bayi dan anak-anak. Sebenarnya
hemangioma jarang menyebabkan kematian atau gangguan fungsi yang fatal, tetapi sering
menyebabkan stres dan kurang percaya diri. Sebesar 4-10% hemangioma terjadi pada
bayi ras Kaukasia dengan prevalensi 3-5 kali lebih tinggi pada bayi perempuan. Penyakit
ini jarang terjadi pada bayi dengan kulit gelap. Angka kejadian juga meningkat pada bayi
lahir prematur, bayi berat badan lahir prematur, bayi berat badan lahir<1200 gram, dan
pada kehamilan pada usia lanjut. Hal ini dikaitkan dengan kemungkinan hipoksia sebagai
penyebab. Daerah lesi hemangioma tersering adalah di area craniofacial (60%) diikuti
area batang tubuh (25%) dan ekstremitas (15%). Sejumlah 80% hemangioma terjadi
hanya pada satu area lesi, 20% sisanya lesi multipel. Hemangioma multipel biasanya
disertai dengan hemangioma di organ tubuh terutama hepar.1
c) Etiologi
Sampai saat ini etiologi hemangioma masih belum jelas, ada banyak hipotesis
yang menyatakan tentang etiologi hemangioma. Namun proses angiogenesis memegang
peranan penting. Sitokin, seperti basic fibroblast growth factor (bFGF) dan vascular
endothelial growth factor (VEGF) telah terbukti berhubungan dengan proses
angiogenesis. Peningkatan kadar faktor angiogenesis tersebut dan atau berkurangnya
kadar inhibitor angiogensis seperti interferon gamma (γ-IF), tumor necrosis factor beta
(TNF-β) dan transforming growth factor-beta (TGF-β) diduga menjadi penyebab
terjadinya hemangioma. Beberapa faktor resiko yang berpengaruh pada terjadinya
hemangioma diantaranya yaitu umur, jenis kelamin, ras, berat badan lahir rendah dan
kelahiran prematur, usia ibu saat kehamilan, multipel gestasi, riwayat penggunaan obat-
obatan saat kehamilan dan riwayat keluarga dengan kelainan vascular.
10
d) Patogenesis
Proses pembentukan pembuluh darah sebagian besar dikendalikan oleh sinyal parakrin,
melibatkan keseimbangan regulator positif da negatif. Regulator positif terdiri dari
vascular endothelial growth factor (VEGF), fibronektin, 5-integrin, vascular endothelial
cadherin dan transforming growth factor-1 (TGF-1). Sedangkan regulator negative terdiri
dari angiostatin, endostatin dan trombospondin.
Terdapat 3 tahapan utama dalam siklus hemangioma :
1. Fase Proliferasi
Apabila perkembangan proliferasi tumor ini lebih agresif dan cepat daripada
pertumbuhan bayi akan dijumpai permasalahan fungsional seperti ulserasi, obstruksi
nasal, gangguan penglihatan hingga obstruksi jalan napas. Seringkali fase proliferasi ini
berlangsung hingga 18 bulan. Tanda awal regresi dapat dilihat bila dijumpai perubahan
warna lesi dari warna merah terang menjadi merah kusam dan mulai muncul warna
keabuan dimulai dari sentral yang akan menyebar ke perifer.
Marker angiogenesis yang dapat diperiksa dalam urin seperti fibroblast growth
factor dan Matrix Metalloproteinase (MMPs) akan meningkat pada fase proliferasi
hemangioma dan akan menurun pada saat hemangioma mulai mengalami regresi. Fase
ini terjadi pada usia 0-1 tahun. Fase poliferase ini berlangsung selama 3 – 9 bulan.
2. Fase Involusi
Pada proses involusi terjadi regresi bertahap meliputi degenerasi, apoptosis dan
pergantian hemangioma oleh jaringa fibrofatty. Degenerasi berupa penurunan aktivitas
proliferasi sel-sel endotel yang doipengaruhi oleh sel mast, makrofag dan Tissue
Inhibitor of Metalloproteinase (TIMP-1) yang mensupresi pembentukan pembuluh
darah baru. Sel mast menghasilkan mediator yang dapat menurunkan aktivitas sel-sel
endotel dan TMP-1 mensupresi pembentukan pembuluh darah baru.
3. Fase Involusi Akhir
Fase Akhir Involusi Fase ini terjadi pada usia lebih dari 5 tahun. Pada fase ini
11
regresi sudah sempurna. Gambaran yang tersisa berupa pembuluh darah yang tampak
samar walaupun terkadang masih berukuran besar (jumlah sel mast turun sampai
normal dan menyisakan jaringan ikat longgar).
e) Manifestasi Klinis
Gambaran klinis hemangioma sangat bervariasi baik dalam bentuk, ukuran, dan
juga tingkatan. Apabila hemangioma terjadi di lapisan superfisial dermis maka gambaran
klinis akan menonjol dengan warna merah tua yang sangat jelas. Bila melibatkan jaringan
dermis hingga subkutan dan otot maka tidak terlalu menonjol dan warna kebirubiruan.
Pada ekstremitas sering tampak dalam gambaran makula dan telangiektasis.
Hemangioma pada area kepala dan alis sering merusak folikel rambut mengakibatkan
kebotakan. Terkadang hemangioma sulit dibedakan dengan kelainan bawaan lain yang
juga memberi gambaran lesi berwarna merah, tetapi ciri khas hemangioma adalah
proliferasi yang sangat cepat. Hemangioma pada anak dapat dibedakan menjadi 2 tipe,
keduanya termasuk kategori hemangioma kongenital karena proses terjadinya sudah
berlangsung sejak kehamilan.
1. Hemangioma Kongenital dengan Involusi Cepat Involusi
Hemangioma terjadi secara cepat pada beberapa minggu usia kehidupan hingga
beberapa bulan. Gambaran klinis yang sering dijumpai adalah tonjolan berwarna merah,
teleangiektasis dengan permukaan kasar dengan gambaran tepi atau sentral lebih pucat.
Area predileksi tersering adalah di batang tubuh dan ekstremitas. Diagnosis banding
adalah teratoma terutama apabila di area pre-sakrum.
2. Hemangioma Kongenital tanpa Involusi
Jenis ini lebih jarang dijumpai. Gambaran lesi sering berbentuk oval, makula
tidak terlalu menonjol dengan warna keabuan pucat. Pada jenis ini perlu dilakukan
pemantauan faktor pembekuan darah berkala karena selama masih aktif cenderung dapat
mengalami transisi menjadi Kaposi-like hemangioendothelioma. Apabila ditemukan
keterlibatan dermatomal V1/V2/V3 dan hemangioma wajah dengan diameter ≥5 cm,
harus dicurigai PHACE syndrome (Posterior fossa malformations, Hemangiomas,
Arterial anomalies, Coarctation of the aorta and cardiac defects, dan Eye abnormalities).
Diagnosis lengkap secara radiologi dengan MRI perlu dilakukan terutama untuk area
kepala dan leher, angiografi untuk melihat lingkar Willis dan juga perlu evaluasi
oftalmologi. Kelainan pembuluh darah serebral, kelainan neurologi, dan penurunan
fungsi kognitif merupakan penyebab morbiditas terbesar penderita PHACE syndrome.
12
f) Diagnosis
Diagnosis hemangioma ditegakkan berdasarkan anamnesis pemeriksaan fisik dan bila
perlu pemeriksaan penunjang berupa Ultrasound Doppler dan Magnetic Resonance
Imaging (MRI)
13
Anamnesis dilakukan terkait kapan muncul lesi dan apakah lesi tersebut cepat
membesar dan meningkat selama tahun pertama kelahiran apakah lesi tersebut
mengalami fase involusi.
Pemeriksaan fisik menyeluruh dilakukan untuk mencari kelainan yang menyertai
seperti hemangioma intrahepatik yang dapat menyebabkan hepatomegaly, gagal jantung
kongesti dan anemia. Sebagian besar pencitraan berguna untuk mengkonfirmasi
diagnosis klinis hemangioma, memperkirakan luasnya lesi dan menentukan kelayakan
reseksi lesi dengan tindakan bedah. Pada hemangioma yang terletak lebih dalam
diperlukan CT Scan atau MRI untuk lebih memastikan struktur atau organ dalam yang
terlibat. Ultrasound (USG) bisa digunakan untuk mengetahui apakah lesi bersifat aliran
tinggi atau aliran rendah. MRI dengan kontras adalah modalitas pencitraan yang paling
bisa diandalkan untuk mengetahui struktur lesi. MRI dapat membedakan lesi vaskuler
dengan non vaskuler, tipe vaskuler angiogenesis murni atau malformasi vaskuler.
Namun baik CT Scan maupun MRI membutuhkan prosedur anastesi umum pada
pasien berusia di bawah 6 tahun.
Hemangioma paa MRI memiliki pencitSaan bentuk yang padat khas dengan
intensitas menengah pada gambar T1-weighted spin-echo yang intensitasnya lebih
tinggi dibandingkan malformasi vaskuler.
g) Penatalaksanaan
1. Observasi
Sebagian besar hemangioma infantil akan mengalami regresi spontan dan
meninggalkan sedikit warna pudar pada kulit. Observasi dan konsultasi ke dokter
spesialis bedah plastik sangat penting apabila lesi tersebut besar tumbuh cepat ada
ulserasi, ada pendarahan, lokasi lesi yang berpotensi tersangkut, terkait kardiovaskuler,
ada obstruksi jalan pernapasan ada gangguan penglihatan terjadi trombositopenia dan
timbul nyeri serta komplikasi lainnya.
Lima persen dari hemangioma kulit yang sebagian besar di daerah bibir dan
anogenital dapat mengalami ulserasi. Penyembuhan dan re-epitelialisasi membutuhkan
waktu lebih lama. Perawatan ulserasi pada hemangioma yang bersifat rutin
menggunakan dressing, bila perlu diberikan antibiotik topikal.
2. Bahan Penekan (Pressure Garment)
Benda penekan berbahan dasar kain (pressure garment) bisa dikenakan pada
bagian tubuh tertentu seperti dada. Modalitas tersebut digunakan untuk menekan lesi
14
j) Prognosis
Pada umumnya prognosis tergantung letak lesi kecepatan diagnosis dan ketepatan
tindakan baik secara obat-obatan maupun tindakan invasif seperti pembedahan.
k) Komplikasi
• Strabismus dan amblyopia
• Stridor dan sulit bernafas
• Perdarahan dan Anemia
• Trombositopenia, anemia hemolitik, koagulopati (Kasabach-Merritt Fenomenon)
• Psikososial
24
DAFTAR PUSTAKA