Oleh :
Destian Fajar Rahmawan 220040101074
Pembimbing
dr. Diyah Saraswati, Sp. PD
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
kasih karunia-Nya penulis dapat menyusun laporan kasus ini. Laporan kasus ini disusun
untuk memenuhi tugas pada kegiatan kepaniteraan klinik madya (KKM) tahun
akademik 2021. Makalah ini berisi laporan kasus dengan judul “HIPERTIROID DAN
KOLIK ABDOMEN” sesuai tema yang diberikan oleh dokter pembimbing.
Penulis berharap agar laporan kasus ini dapat dimanfaatkan dan dipahami baik
oleh penulis maupun pembaca. Segala kritikan dan saran yang membangun sangat
dibutuhkan untuk pengembangan ilmu kedokteran yang dibahas dalam laporan kasus
ini.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan laporan kasus ini. Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan
laporan kasus ini masih jauh dari kata sempurna. Dengan segala kerendahan hati,
penyusun mengharapkan kritik dan saran guna penyempurnaan laproan kasus
berikutnya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…....................................................................................2
DAFTAR ISI…...................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang….........................................................................................4
1.2 Tujuan…......................................................................................................4
1.3 Manfaat…....................................................................................................5
BAB II LAPORAN KASUS…........................................................................6
2.1 Identitas…....................................................................................................6
2.2 Anamnesis…................................................................................................6
2.3 Pemeriksaan Fisik........................................................................................7
2.4 Diagnosa Banding…………………………………………………………9
2.5 Pemeriksaan Penunjang.………. ………………………………………….9
2.6 Diagnosa Kerja……………………………………………………………11
2.7 Penatalaksanaan…………………………………………………………...11
BAB III TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………….12
3.1 Hipertiroid………………………………………………………………...12
3.2 Kolik Abdomen…………………………………………………………...17
BAB IV PEMBAHASAN…................................................................................20
4.1 Pembahasan Kasus………..…......................................................................20
BAB V PENUTUP…...........................................................................................21
5.1 Kesimpulan…...............................................................................................21
5.2 Saran….........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA….......................................................................................22
3
BAB I
PENDAHULUAN
Hipertiroid adalah suatu keadaan akibat peningkatan kadar hormon tiroid pada
tubuh tiroid bebas dalam darah. Menurut Data Nasional dalam Riskesdas 2013,
Yogyakarta dan DKI Jakarta (masing-masing 0,7%), Jawa Timur (0,6%), dan Jawa
keringat berlebihan, dan penurunan berat badan. Hipertiroid yang tidak diatasi dapat
menjadi krisis tiroid yang dapat menyebabkan kematian. Hipertiroid yang fatal biasanya
disebabkan autoimun penyakit grave pada ibu hamil. Janin yang dikandungnya dapat
sampai kematian.1
Kolik abdomen merupakan nyeri yang dapat terlokalisasi dan dirasakan seperti
perasaan tajam. Nyeri kolik abdomen sifatnya hilang timbul dan biasanya bersumber
dari organ yang terdapat dalam abdomen (perut). Penyebab terjadinya kolik abdomen
beraneka ragam dari obstruksi, striktur, batu sampai karsinoma pada organ dalam
abdomen. Pada kolik abdomen diperlukan penanganan yang tepat untuk mengurangi
1.2 Tujuan
4
1.3 Manfaat
5
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Usia : 67 tahun
Bangsa : Indonesia
Suku : Jawa
Alamat : Gondanglegi
2.2 Anamnesis
Keluhan Utama
Ny. S datang ke IGD pada tanggal 1 Mei 2021 pada pukul 05.00 WIB atas
rujukan dari Mitra Delima dengan keluhan nyeri perut sejak 1 minggu yang lalu.
Lokasi nyeri tepatnya dibagian pinggang bagian kanan. Keluhan tersebut sering
semakin bertambah jika pasien berubah posisi dan berkurang saat berbaring.
membesar sehingga membuat pasien sulit menelan. Benjolan tersebut sudah ada
sejak 20 tahun yang lalu. disertai dengan keluhan jantung berdebar, mudah lelah,
sering gelisah, turun berat badan sejak sakit dan nafsu makan turun. Pasien juga
6
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat Kebiasaan
Riwayat Pengobatan
Riwayat Alergi
Tidak ada
Riwayat Sosial
1. Keadaan Umum
2. Vital Sign
TD : 143/59 mmHg
Suhu : 37.6℃
Nadi : 113x/menit
RR : 24x/menit
Berat Badan : 50 kg
7
BMI : 20,81 (normal)
3. Status Interna
Hasil Lab
8
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hematologi
Hb 9,9 g/dL 11,4-15,1
Hct 29,4 % 38-42
Lekosit 29.500 Sel/uL 47.000-11.300
Eritrosit 3,9 106/uL 3,5-5,5
Trombosit 198.000 /µL 150000-450000
Index trombosit
MCV 76,0 fL 82-92
MCH 25,7 pg 27-31
MCHC 33,6 % 32-37
Hitung jenis
Granulosit 90 % 43-76
Limfosit 5,0 % 15-45
Monosit 5,0 % 4-12
Kimia Klinik
Gula darah puasa 84 mg/dL 60-100
Gula darah 2 jam PP 125 mg/dL <130
SGOT 61 U/L 10-35
SGPT 73 U/L 10-50
Kimia Urin
Protein urine 2+ Negatif
Darah 2+ Negatif
Berat jenis urine 1,010 1,016-1,022
Ureum 99 mg/dL 10-50
Kreatinin 2,2 Mg/dL 10-50
Imunoserologi
Sars-CoV 2 Antigen negatif negatif
TSH 0.01 0.7-5.97
Free T4 5.01 0.96-1.77
USG Abdomen
Hepar berukuran normal (intercostal 13,5 cm), permukaan reguler sudut
tajam, echoparenkim tampak normal, homogen, tak tampak pelebaran, tak
tampak massa/nodul
Gaster normal, tanpa ada penebalan dinding
pankreas normal
spleen normal
9
ginjal kanan ukuran normal, echo cortex tampak normal, batas cortex-
batu, tidak tampak kista di pole tengah, tidak tampak pelebaran ureter
proksimal.
ginjal kiri ukuran normal, echo cortex tampak normal, batas cortex-medulla
uterus normal
Foto Thorax AP
Cor terkesan membesar
Aorta normal
trachea ditengah
tulang intake
EKG
Pemeriksaan pada tanggal 1 Mei 2021
- Sinus takikardi
- infark inferior
- Atrium Fibrilasi
10
Pemeriksaan pada tanggal 3 Mei 2021
- irama sinus
- pemanjangan interval QT
Kista ginjal
Hipertiroidisme
Transiminitis
Azotemia
2.7 Penatalaksanaan
MRS
Medikamentosa
- Propanolol 2x1 40 mg
- OMZ 40 gr IV
- Antrain 1 gr IV
- cefoporazone 1 gr IV
- furosemide 1 amp IV
- ODR 8 mg IV
Non-medikamentosa
11
KIE
- Pasien dianjurkan untuk tidak menahan air kencing dan sering minum air
putih.
12
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Hipertiroid
3.1.1 Definisi
peningkatan sintesa dan sekresi kadar hormon tiroid bebas dalam darah. Istilah
klinik akibat kelebihan hormon tiroid dengan berbagai macam etiologi. hipertiroid
sering menyerang wanita dibanding laki-laki. Hal ini disebabkan hormon tiroid
1. Penyakit grave
(T4) yang meningkat, dan pembesaran tiroid. Penyakit lain yang berkaitan
13
3. Adenoma toksik
4. Tiroiditis hashimoto
3.1.2 Patofisiologi
berlebihan dari hormon tiroid yaitu tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3). Didapatkan
tiroksin (T4) di jaringan perifer. Dalam keadaan normal hormon tiroid berpengaruh
sintesa protein. Hormon tiroid ini berpengaruh terhadap semua sel-sel dalam tubuh
melalui mekanisme transport asam amino dan elektrolit dari cairan ekstraseluler
kedalam sel, aktivasi/sintesa protein enzim dalam sel dan peningkatan proses-proses
14
4. merangsang pompa natrium dan jalur glikolitik, yang menghasilkan
kalorigenesis dan fosforilasi oksidatif pada jaringan hati, ginjal dan otot.
protein dan lain-lain akan terpengaruh, keadaan ini secara klinis akan terlihat dengan
makan yang meningkat, berat badan yang menurun. terkadang gejala klinis yang ada
hanya berupa penurunan berat badan, payah jantung, kelemahan otot serta sering
1. Nervositas
6. Keringat berlebihan
8. Tremor
9. Berdebar-debar
Gejala-gejala hipertiroid ini dapat berlangsung dari beberapa hari sampai beberapa
tahun sebelum penderita berobat ke dokter, bahkan sering seorang penderita tidak
menyadari penyakitnya.
15
Skoring penyakit hipertiroid dapat digunakan berdasarkan gejala dan keluhan
yang di alami pasien dengan menggunakan skoring Index Wayne (tabel 1). Pada
indeks Wayne di dapatkan range skoring +45 hingga – 25 dimana jika skor >+19,
maka dapat dikatakan hipertiroid sedangkan jika skor kurang dari 11 maka dapat
krisis tiroid yang disebut kriteria diagnostik Burch and Wartofsky. Pada kriteria ini,
16
Tabel 2. kriteria diagnostik Burch and Wartofsky
pemeriksaan hormon tiroid (thyroid function test), seperti kadar T4 dan T3, kadar
T4 bebas atau free thyroxine index (FT4) untuk mengonfirmasi diagnosis tersebut.
3.1.4 Tatalaksana
1. Obat antitiroid
17
Obat-obat yang termasuk golongan ini adalah thionamide yodium, lithium,
perchlorat dan thiocyanat. Obat yang sering dipakai dari golongan thionamide
lebih murah sehingga pada saat ini PTU dianggap sebagai obat pilihan utama.
Dosis obat antitiroid dimulai dengan 300 - 600 mg perhari untuk PTU atau 30 - 60
mg per hari untuk carbimazole, terbagi setiap 8 atau 12 jam atau sebagai dosis
tunggal setiap 24 jam. Dalam satu penelitian dilaporkan bahwa pemberian PTU
atau carbimazole dosis tinggi akan memberi remisi yang lebih besar.5
perbaikan yang bertahan cukup lama. Apabila dalam waktu 3 bulan tidak atau
struma yang besar, pernah mendapat pengobatan yodium sebelumnya atau dosis
kurang). Efek samping ringan berupa kelainan kulit misalnya gatal-gatal, skin
rash dapat ditanggulangi dengan pemberian anti histamin tanpa perlu penghentian
2. Beta Blocker
18
Terjadinya keluhan dan gejala hipertiroid diakibatkan oleh adanya
lebih efektif terutama dalam kasus-kasus yang berat. Biasanya dalam 24 - 36 jam
3. Tindakan pembedahan
Indikasi utamanya untuk melakukan ini adalah mereka yang berusia muda dan
3.2.1 Definisi
Kolik abdomen adalah rasa nyeri pada perut yang sifatnya hilang timbul dan
bersumber dari organ yang terdapat dalam abdomen (perut). Hal yang mendasari hal
ini adalah infeksi pada organ di dalam perut (mencret, radang kandung empedu,
radang kandung kemih), sumbatan dari organ perut (batu empedu, batu ginjal). Kolik
abdomen merupakan nyeri yang dapat terlokalisasi dan dirasakan seperti perasaan
tajam. Mekanisme terjadinya nyeri ini adalah karena sumbatan baik parsial ataupun
19
total baik organ tubuh berongga atau organ yang terlibat tersebut dipengaruhi
peristaltik.1
3.2.2 Etiologi
a. Secara mekanis :
radang)
2) Karsinoma
1) Enteritis regional
3) Uremia (Kondisi yang terkait dengan penumpukan urea dalam darah karena
3.2.3 Patofisiologi
Kolik abdomen adalah gangguan pada aliran normal usus seoanjang traktus
intestinal. Rasa nyeri pada perut yang sifatnya hilang timbul dan bersumber dari organ
yang terdapat dalam abdomen. Hal yang mendasari adalah infeksi dalam organ perut
(diare, radang kandung empedu, radang kandung kemih). Sumbatan dari organ perut
(batu empedu, batu ginjal). Akut abdomen yaitu suatu kegawatan abdomen yang dapat
20
terjadi karena masalah nyeri abdomen yang terjadi tiba-tiba dan berlangsung kurang
daari 24 jam. Kolik abdomen terkait pada nyeri perut serta gejala seperti muntah,
konstipasi, diare, dan gejala gastrointestinal yang spesifik. Pada kolik abdomen nyeri
dapat berasal dari organ dalam abdomen, termasuk nyeri viseral. Dari otot lapisan
dinding perut. Lokasi nyeri perut abdomen biasanya mengarah pada lokasi organ yang
menjadi penyebab nyeri tersebut. Walupun sebagian nyeri yang dirasakan merupakan
perjalanan dari tempat lain. Oleh karena itu, nyeri yang dirasakan bisa merupakan
3.2.4 Klasifikasi
Pada garis besarnya sakit perut dapat dibagi menurut datangnya serangan dan
lamanya serangan, yaitu akut atau kronik (berulang), yang kemudian dibagi lagi atas
kasus bedah dan non bedah (pediatrik). Selanjutnya dapat dibagi lagi berdasarkan
umur penderita, yang di bawah 2 tahun dan di atas 2 tahun, yang masing-masing dapat
yang klasik membagi sakit perut berulang ke dalam 2 golongan: organik (fungsional)
dan psikogenik (psikosomatik). Biasanya harus dicari dulu penyebab organik, bila
b. Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau lipatan
sigmoid yang tertutup5.
c. Penurunan kadar serum natrium, kalium dan klorida akibat muntah; peningkatan
21
3.2.6 Tatalaksana
22
BAB IV
PEMBAHASAN
4. 1 Pembahasan Kasus
fisik dan pemeriksaan penunjang. Pasien merupakan seorang wanita dengan usia 67
tahun yang diagnosis hipertiroid. Diagnosa didapatkan dari manifestasi klinis yang
muncul akibat kelebihan hormon T4 dalam jaringan yang berdampak pada berbagai
macam sistem organ. selain itu penyakit hipertioroid biasanya sering terjadi pada wanita
dengan perbandingan 8:1 jika dibandingkan dengan kasus pada laki-laki. Sebagian besar
kasus penyakit hipertiroid memang terjadi pada kurun usia antara 40 hingga 60 tahun,
walapun demikian penyakit hipertiroid ini dapat terjadi pada semua umur. Gejala yang
sering dialami oleh Sebagian besar pasien hipertiroid adalah palpitasi, lemas, tremor,
pemeriksaan fisik biasanya dapat di temukan takikardi, tremor pada ekstremitas dan
penurunan berat badan. Pada pasien ini, gejala yang dialami adalah palpitasi (+2),
mudah lelah (+2), berat badan turun (+3), pembesaran tiroid teraba (+3), nadi
>90x/menit (+3), atrial fibrilasi (+4), tremor (+4), gugup (+2). Pasien tidak mengalami
bruit tiroid (-2), telapak tangan kering (-2), telapak tangan basah (-1). Menurut indeks
Wayne pada kasus ini didapatkan skor 20. Selain itu pasien juga dilakukan pemeriksaan
penunjang pengukuran serum TSH didapatkan hasil 0,01 dan free T4 mendapatkan hasil
Peningkatan tiroid dalam tubuh dapat menyebabkan gangguan pada pasien yang
memiliki riwayat DM. hipertiroid mampu memperburuk kontrol glukosa darah dan
23
berhubungan dengan efek insulin dan hipertiroidisme di hepar yang saling berlawanan.
Hormon tiroid dapat meningkatkan produksi glukosa dalam keadaan puasa serta
memang terjadi resistensi insulin, tetapi dengan memperbaiki dan mengatasi keadaan
hipertiroidnya, setelah pasien mencapai status klinis eutiroid, resistensi insulin ini juga
ikut membaik.7
Pada pasien juga didapatkan penurunan Hb, mcv, mch dan konjungtiva anemis
disebabkan secara umum ginjal mengalami penurunan fungsi atau kerusakan sehingga
terjadi gangguan proses pembentukan eritropoetin. Gangguan pada ginjal juga memicu
timbulnya nyeri kolik terutama daerah pinggang. Pada hasil pemeriksaan USG
didapatkan sistem pelvicocalyceal tampak melebar pada ginjal dekstra dan tampak kista
di pole tengah. Adanya masalah dengan ginjal akan mempengaruhi proses filtrasi,
Pada kasus ini pasien harus menjalani MRS perawatan intensif di rumah sakit
untuk monitoring penyakitnya. Mual muntah diberikan injeksi ODR 8 mg. Pada
gangguan pencernaan pasien diberi OMZ 40 gr. Untuk mengatasi hidronefrosis maka
diberi injeksi furosemide 1amp untuk meningkatkan jumlah urine yang dihasilkan oleh
dan menghambat perkembangan bakteri. Untuk meredakan nyeri kolik diberikan injeksi
antrain 1gr. Pemberian PTU digunakan untuk menghambat koversi T3 jadi T4.
24
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan pasien di
diagnosa hipertiroid dan hidronefrosis. Beberapa faktor yang mendukung diagnosa
dapat dilihat dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis
didapatkan benjolan pada leher, nyeri pada pinggang Pada pemeriksaan fisik didapatkan
konjingtiva anemis (+), nyeri pada ginjal dan benjolan gondok yang positif.
Pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosit (), peningkatan hormon T4 dan
penurunan hormon TSH. Pemeriksaan USG abdomen didapatkan pembesaran pada
sistem pelvicocalyceal renal dextra.
5.2 Saran
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Douglas, G., Nicol, F., & Robertson, C. Macleod Pemeriksaan Klinis edisi 14.
Singapore: Elsevier; 2018.
2. Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer. 2nd ed. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia; 2014.
3. Douglas, G., Nicol, F., & Robertson, C. Macleod Diagnosis Klinis edisi 14.
Singapore: Elsevier; 2018.
4. Davey, Patrick. At a Glance MEDICINE. Alihbahasa Annisa Rahmalia dan
Novianty R. Jakarta: Gramedia; 2018.
5. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II edisi V. Jakarta: Interna Publishing; 2015.
6. Sherwood, L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC; 2014.
7. Wisnu, W., Soewondo, Pradana, & Subekti. Hubungan Status Tiroid dengan
Intoleransi Glukosa pada Pasien Hipertiroid. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia. 5.
35; 2018.
8. Srikandi, N., Suwidya W., Hipertiroidisme Graves Disease: Case Report. JKR. 6.1;
2020.
26