DIAGNOSIS
HOLISTIK
KISTA OVARIUM
Disusun Oleh :
Pembimbing
dr. Wiwik
Nurlaela
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat dan hidayah-Nya laporan ini dapat penulis selesaikan dengan
sabagaimana mestinya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan dukungan serta bantuan hingga terselesaikannya laporan
ini, penulis mohon maaf jika dalam laporan ini masih terdapat kekurangan
dalam menggali semua aspek yang menyangkut segala hal yang
berhubungan dengan materi pada laporan ini. Oleh karena itu penulis
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun sehingga dapat
membantu penulis untuk dapat lebih baik lagi kedepannya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................3
1.1.2 Anamnesis....................................................................................5
1.1.7 Penatalaksanaan............................................................................8
1.1.8 Genogram.....................................................................................9
2.1.1 Definisi.......................................................................................14
2.2.2 Etiologi.......................................................................................15
3
2.1.3 Faktor Resiko.............................................................................19
2.1.5 Patofisiologi...............................................................................21
2.1.6 Dignosis......................................................................................22
2.1.7 Tatalaksana.................................................................................23
BAB IV PENUTUP..............................................................................27
DAFTAR PUSTAKA............................................................................28
LAMPIRAN...........................................................................................29
4
BAB I
GAMBARAN KONDISI KELUARGA
Umur : 48 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Lingk. Tembelok
Kec. Sandubaya,Mataram
1.1.2 Anamnesis
a. Keluhan utama : Nyeri ulu hati
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien Ny. S berusia 48 tahun mengatakan memiliki keluhan nyeri
ulu hati. Nyeri ulu hati tersebut yang dirasakan sudah 3 bulan yang lalu.
Semenjak mengetahui hal tersebut pasien pergi ke Puskesmas untuk
melakukan pemeriksaan. Di Puskesmas melakukan rujuk ke RS Harapan
Keluarga dikarenakan CT Scan RS HK rusak kemudian di rujuk ke RS
Bayangkara kemudian kembali lagi ke RS HK di HK tidak bisa di prediksi untuk
mendiagnosis pasien kemudian di rujuk ke RS Kota Mataram dan dilakukan
USG. Kemudian dokter mengatakan bahwa pasien mengidap kista ovarium
tetapi dokter RS Kota tidak bisa menetukan pasien mengalami tumor jinak
atau ganas.Kemudian di rujuk ke RSUP untuk dilakukan pengecekan.
Dokter menyarankan untuk melakukan operasi. Pasien mengatakan tidak
memiliki keluhan pada daerah perut dan tidak menimbulkan rasa
sakit,bahkan menstruasi lancar dan tudak mengeluhkan nyeri.
5
Keluhan yang dirasakan sekarang setelah melakukan operasi dan
kemoterapi sebanyak 6x pasien mengeluhkan : mual muntah (+), pusing
berputar (vertigo) (+), pada saat makan seperti nyangkut di
tenggorokan(+), kasi terasa kebas dan kesemutan (+).
6
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Keluhan yang sama : (-)
Riwayat Diabetes Melitus : (-)
Riwayat Hipertensi : (-)
Riwayat Penyakit Asma : (-)
Riwayat Penyakit Jantung : (-)
Riwayat Penyakit GERD : (+)
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Keluhan yang sama : (-)
Riwayat Diabetes Melitus : (-)
Riwayat Hipertensi : (-)
Riwayat Penyakit Asma : (-)
Riwayat Penyakit Jantung : (-)
7
b. Status Generalis
Kepala : Normocephali
Mata : Dalam Batas Normal
8
THT : Dalam Batas Normal
Leher : Pembesaran tiroid (-), KGB (-),
Nyeri tekan (-)
10
1.1.7 Penatalaksanaan
Non medikamentosa
Pemberian edukasi terkait penyakit yang sedang dialami,
penyebab, komplikasi, dan pencegahan.
Edukasi kepada pasien tujuan pengobatan dan untuk
melakukan kontrol rutin jika ada keluhan di fasilitas
pelayan kesehatan.
Memotivasi keluarga untuk mendukung pengobatan pasien
Medikamntosa
Omepraozole
Ondansetron hcl
1.1.8 Genogram
Keterangan:
11
Pasien tinggal dirumah dengan jumlah orang yang tinggal sejumlah 6 orang
yitu 2 anak laki-laki, 2 anak perempuan serta pasien dan suami pasien. Pasien
merupakan orang asli yang memang tinggal di daerah Tembalok dengan memiliki
rumah pribadi. Rumah pribadi pasien terdiri dari dua kamar tidur dan satu kamar
mandi dengan toilet berbentuk kloset jongkok. Sumber air yang digunakan untuk
keperluan rumah tangga berupa air PDAM. Sedangkan untuk kebutuhan minum
yang digunakan berupa air galon. Bak mandi yang digunakan pada rumah pasien
berupa ember yang selalu dikuras setiap hari. Ventilasi pada rumah pasien
terbilang cukup. Penilaian kebersihan rumah pasien cukup baik.
12
komplikasi.
13
3. Identifikasi kekhawatiran pasien
Pasien Khawatir akan kondisinya yang takutnya semakin parah
karena tidak dapat melakukan aktivitas seperti biasanya. Semenjak pasien
melakukan operasi dan kemeterapi keluhan masih dirasakan seperti nyeri
ulu hati,pusing mual dan muntah.
4. Identifikasi persepsi pasien terhadap penyakit
Keluhan yang dialami oleh pasien disebabkan karena GERD dan
tumor ganas. Menurut pasien ini merupakan penyakit yang tidak menular
dan juga penyakit yang berat dan mudah untuk disembuhkan.
15
Siklus keluarga
Pada pasien ini siklus keluarga mencapai tahap ekspansi yang
merupakan tahap disaat anggota keluarga bertambah (ekspansi)
karena lahirnya anak-anak. Adapun anak pada keluarga ini terdiri
dari 4 anak.
Tingkat Kesejahteraan Keluarga
Pada keluarga pasien tergolong keluarga sejahtera tahap II, yaitu
dapat memenuhi kebutuhan dasar dan social psikologis, tetapi belum
dapat memenuhi kebutuhan pengembangan.
APGAR keluarga
Hubungan emosional antar anggota keluarga yang tinggal serumah
cukup dekat, berdasarkan skor APGAR fungsi keluarga didapatkan
hasil 8 dan berarti masih tergolong baik (8-10).
APGAR Keluarga 1) Adaptasi = 1 2) Kemitraan = 2 3) Pertumbuhan
= 2 4) Kasih Sayang = 2 5) Kebersamaan = 1 Interprestasi= Score: 8:
Sehat, dalam arti setiap anggota keluarga saling mendukung satu
sama lain.
Kondisi lingkungan
Pasien tinggal di permukiman yang padat. Pasien bukan merupakan
orang lokal. Rumah pasien terdiri dari dua kamar tidur dan satu
kamar mandi dengan toilet berbentuk kloset jongkok. Sumber air
yang digunakan untuk keperluan rumah tangga berupa air PDAM.
Sedangkan untuk kebutuhan minum yang digunakan berupa air
galon. Bak mandi yang digunakan pada rumah pasien berupa ember
yang selalu dikuras setiap hari. Ventilasi pada rumah pasien terbilang
cukup. Penilaian kebersihan rumah pasien cukup baik.
16
1.2.5 Aspek Fungsional
Kemampuan individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari baik
secara fisik maupun emosional di dalam dan di luar ruangan saat mengalami
keluhan atau gejala yang dikeluhkan yaitu skala 2 yang merupakan kesulitan
fisik (25
% butuh bantuan orang lain).
17
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Kista Ovarium adalah benjolan yang membesar, seperti balon yang berisi
cairan, yang tumbuh di indung telur. Cairan ini biasa berupa air, darah, nanah, atau
cairan coklat kental seperti darah menstruasi. Kista banyak terjadi pada wanita usia
subur atau usia reproduksi. Kista ovarium adalah pertumbuhan jaringan abnormal
berbentuk kantung yang berisi air pada sekitar ovarium. Kista ovarium adalah sebuah
struktur tidak normal yang berbentuk seperti kantung yang bisa tumbuh dimanapun
dalam tubuh. Kantung ini bisa berisi zat gas, cair, atau setengah padat. Dinding luar
kantung menyerupai sebuah kapsul (Mumpuni & Andang, 2013).
18
2.1.2 Etiologi
Kista ovarium disebabkan oleh gangguan (pembentukan) hormon pada
hipotalamus, hipofisis, dan ovarium (Setyorini, 2014). Faktor penyebab
terjadinya kista antara lain adanya penyumbatan pada saluran yang berisi cairan
karena adanya infeksi bakteri dan virus, adanya zat dioksin dari asap pabrik dan
pembakaran gas bermotor yang dapat menurunkan daya tahan tubuh manusia,
dan kemudian akan membantu tumbuhnya kista, Faktor makanan ; lemak
berlebih atau lemak yang tidak sehat yang mengakibatkan zat-zat lemak tidak
dapat dipecah dalam proses metabolisme sehingga akan meningkatkan resiko
tumbuhnya kista, dan faktor genetik (Andang, 2013).
Menurut Kurniawati, dkk. (2009) ada beberapa faktor pemicu yang dapat
mungkin terjadi, yaitu:
a. Faktor internal
1) Faktor genetik
Dimana didalam tubuh manusia terdapat gen pemicu kanker yang disebut gen
protoonkogen. Protoonkogen tersebut dapat terjadi akibat dari makanan yang
bersifat karsinogen, polusi, dan paparan radiasi.
2) Gangguan hormon
Individu yang mengalami kelebihan hormon estrogen atau progesteron akan
memicu terjadinya penyakit kista.
3) Riwayat kanker kolon
Individu yang mempunyai riwayat kanker kolon, dapat berisiko terjadinya
penyakir kista.Dimana, kanker tersebut dapat menyebar secara merata ke bagian
alat reproduksi lainnya.
b. Faktor eksternal
1) Kurang olahraga Olahraga sangat penting bagi kesehatan tubuh manusia.
Apabila jarang olahraga maka kadar lemak akan tersimpan di dalam tubuh dan
akan menumpuk di sel-sel jaringan tubuh sehingga peredaran darah dapat
terhambat oleh jaringan lemak yang tidak dapat berfungsi dengan baik.
2) Merokok dan konsumsi alkohol Merokok dan mengkonsumsi alkohol
merupakan gaya hidup tidak sehat yang dialami oleh setiap manusia. Gaya hidup
yang tidak sehat dengan merokok dan mengkonsumsi alkohol akan
19
menyebabkan kesehatan tubuh manusia terganggu, terjadi kanker, peredaran
darah tersumbat, kemandulan, cacat janin, dan lain-lain.
3) Mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak dan serat Mengkonsumsi
makanan yang tinggi lemak dan serat salah satu gaya hidup yang tidak sehat
pula, selain merokok dan konsumsi alkohol, makanan yang tinggi serat dan
lemak dapat menyebabkan penimbunan zat-zat yang berbahaya untuk tubuh di
dalam sel-sel darah tubuh manusia, terhambatnya saluran pencernaan di dalam
peredaran darah atau sel-sel darah tubuh manusia yang dapat mengakibatkan
sistem kerja tidak dapat berfungsi dengan baik sehingga akan terjadi obesitas,
konstipasi, dan lain-lain.
4) Sosial Ekonomi Rendah Sosial ekonomi yang rendah salah satu faktor pemicu
terjadinya kista, walaupun sosial ekonomi yang tinggi memungkinkan pula
terkena penyakit kista.Namun, baik sosial ekonomi rendah atau tinggi,
sebenarnya dapat terjadi risiko terjadinya kista apabila setiap manusia tidak
menjaga pola hidup sehat.
5) Sering stress Stress salah satu faktor pemicu risiko penyakit kista, karena
apabila stress manusia banyak melakukan tindakan ke hal-hal yang tidak sehat,
seperti merokok, seks bebas, minum alkohol, dan lain-lain.
Menurut Yatim (2008), kista ovarium dapat terjadi di bagian korpus luteum
dan bersifat non-neoplastik. Ada pula yang bersifat neoplastik. Oleh karena itu,
tumor kista dari ovarium yang jinak di bagi dalam dua golongan yaitu golongan
non-neoplastik dan neoplastik.
a. Kista OvariumNon-neoplastik
1) Kista Folikel
Kista folikel merupakan struktur normal dan fisiologis yang berasal dari
kegagalam resorbsi cairan folikel yang tidak dapat berkembang secara
sempurna. Kista folikel dapat tumbuh menjadi besar setiap bulannya sehingga
sejumlah folikel tersebut dapat mati dengan disertai kematian ovum. Kista
20
folikel dapat terjadi pada wanita muda yang masih menstruasi. Diameter kista
berkisar 2cm (Yatim, 2008). Kista folikel biasanya tidak bergejala dan dapat
menghilang dalam waktu 60 hari. Jika muncul gejala, biasanya menyebabkan
interval antar menstruasi yang sangat pendek atau panjang. Pemeriksaan untuk
kista 4 cm adalah pemeriksaan ultrasonografi awal, dan pemeriksaan ulang
dalam waktu 4-8 minggu. Sedangkan pada kista 4 cm atau kista menetap
dapat diberikan pemberian kontrasepsi oral selama 4- 8 minggu yang akan
menyebabkan kista menghilang sendiri (Yatim, 2008).
2) Kista lutein
Kista ini dapat terjadi pada kehamilan, lebih jarang diluar kehamilan.Kista
luteum yang sesungguhnya, umumnya berasal dari corpus luteum hematoma.
Perdarahan kedalam ruang corpus selalu terjadi pada masa vaskularisasi. Bila
perdarahan ini sangat banyak jumlahnya, terjadilah korpus leteum hematoma
yang berdinding tipis dan berwarna kekuning - kuningan. Biasanya gejala-gejala
yang di timbulkan sering menyerupai kehamilan ektopik (Yatim, 2008).
Kista korpus luteum merupakan jenis kista yang jarang terjadi. Kista korpus
luteum berukuran ≥ 3 cm, dan diameter kista sebesar 10 cm. Kista tersebut dapat
timbul karena waktu pelepasan sel telur terjadi perdarahan dan bisa pecah yang
sering kali perlu tindakan operasi (kistektomi ovarii) untuk mengatasinya.
Keluhan yang biasa dirasakan dari kista tersebut yaitu rasa sakit yang berat di
rongga panggul terjadi selama 14- 60 hari setelah periode menstruasi terakhir
(Yatim, 2008).
21
b. Kista Ovarium Neoplastik
2) Kista Dermoid
Sebenarnya kista dermoid ialah satu terotoma kistik yang jinak dimana
stuktur-stuktur ektodermal dengan diferensiasi sempurna, seperti epital kulit,
rambut, gigi dan produk glandula sebasea berwarna putih kuning menyerupai
lemak nampak lebih menonjol dari pada elemen-elemen entoderm dan
mesoderm.Tidak ada ciri-ciri yang khas pada kista dermoid. Dinding kista
kelihatan putih, keabu-abuan, dan agak tipis. Konsistensi tumor sebagian kistik
kenyal, dan dibagian lain padat. Sepintas lalu kelihatan seperti kista berongga
satu (Setiati, 2009).
3) Kista Endometriois
Merupakan kista yang terjadi karena ada bagian endometrium yang berada di
luar rahim. Kista ini berkembang bersamaan dengan tumbuhnya lapisan
endometrium setiap bulan sehingga menimbulkan nyeri hebat, terutama saat
menstruasi dan infertilitas.(Setyorini, 2014).
Asal tumor ini belum diketahui dengan pasti. Namun, kista tersebut bisa
berasal dari suatu teroma dimana dalam repository.unimus.ac.id
pertumbuhannya satu elemen menghalangkan elemen–elemen lain. Selain itu,
kista tersebut juga berasal dari lapisan germinativum (Rasjidi, 2010). Penangan
terdiri atas pengangkatan tumor. Jika pada operasi tumor sudah cukup besar
sehingga tidak tampak banyak sisa ovarium yang normal, biasanya di lakukan
22
pengangkatan ovariam beserta tuba (salpingo – ooforektomi) (Rasjidi, 2010).
Pada umumnya kista ini tidak mencapai ukuran yang amat besar
dibandingkan dengan kistadenoma musinosum. Permukaan tumor biasanya licin,
kista serosum pun dapat berbentuk multilokuler meskipun lazimnya berongga
satu. Terapi pada umumnya sama seperti pada kistadenoma musinosum. Hanya
berhubung dengan lebih besarnya kemungkinan keganasan, perlu di lakukan
pemeriksaan yang teliti terhadap tumor yang dikeluarkan. Bahkan kadang-
kadang perlu di periksa sediaan yang di bekukan pada saat operasi untuk
menentukan tindakan selanjutnya pada waktu operasi (Rasjidi, 2010).
23
Hipotiroid merupakan kondisi menurunnya sekresi hormone tiroid yang dapat
menyebabkan kelenjar pituitari memproduksi Thyroid Stimulating Hormone (TSH)
lebih banyak sehingga kadar TSH meningkat. TSH merupakan faktor yang
memfasilitasi perkembangan kista ovarium folikel.
g. Merokok
Kebiasaan merokok juga merupakan faktor resiko untuk pertumbuhan kista
ovarium fungsional. Semakin meningkat resiko kista ovarium dan semakin menurun
Indeks Massa Tubuh (IMT) jika seseorang merokok.
h. Ukuran massa
Kista ovarium fungsional pada umumnya berukuran kurang dari 5 cm dan akan
menghilang dalam waktu 4-6 minggu. Sedangkan pada wanita pasca menopause, kista
ovarium lebih dari 5 cm memiliki kemungkinan besar bersifat ganas.
i. Kadar serum pertanda tumor CA-125
Kadar CA-125 yang meningkat menunjukkan bahwa kista ovarium tersebut
bersifat ganas. Kadar abnormal CA-125 pada wanita pada usia 16 reproduktif dan
premenopause adalah lebih dari 200 u/mL, sedangkan pada wanita menopause adalah
35 u/mL atau lebih.
j. Riwayat keluarga Riwayat keluarga menderita kanker ovarium,
endometrium, payudara, dan kolon menjadi perhatian khusus. Semakin banyak jumlah
keluarga yang memiliki riwayat kanker tersebut, dan semakin dekat tingkat hubungan
keluarga, maka semakin besar resiko seorang wanita terkena kista ovarium.
k. Konsumsi alkohol
Konsumsi alkohol dapat meningkatkan resiko terbentuknya kista ovarium,
karena alkohol dapat meningkatkan kadar estrogen. Kadar estrogen yang meningkat ini
dapat mempengaruhi pertumbuhan folikel.
l. Obesitas
Wanita obesitas yang memiliki Body Mass Indeks (BMI) lebih besar atau sama
30kg/m2 lebih beresiko terkena kista ovarium baik jinak maupun ganas. Jaringan lemak
memproduksi banyak jenis zat kimia, salah satunya adalah hormon estrogen, yang dapat
mempengaruhi tubuh. Hormon estrogen merupakan faktor utama dalam terbentuknya
kista ovarium
24
pembuluh darah besar di sekitar rongga panggul, maka akan menimbulkan
keluhan berupa susah buang air kecil dan buang air besar, gangguan pencernaan,
kesemutan atau bengkak pada kaki (Andang, 2013).
Menurut Nugroho (2014), gejala klinis kista ovarium adalah nyeri saat
menstruasi, nyeri di perut bagian bawah, nyeri saat berhubungan badan, siklus
menstruasi tidak teratur, dan nyeri saat buang air kecil dan besar. Gejalanya
tidak menentu, terkadang hanya ketidak nyamananpada perut bagian bawah.
Pasien akan merasa perutnya membesar dan menimbulkan gejala perut terasa
penuh dan sering sesak nafas karena perut tertekan oleh besarnya kista
(Manuaba, 2009).
1. Adanya rasa nyeri yang menetap pada rongga panggul dan terkadang
disertai pula dengan rasa agak gatal.
3. Terdapat rasa nyeri pada saat bersetubuh atau rasa nyeri pada saat
tubuh bergerak.
4. Rasa nyeri yang langsung timbul pada saat siklus menstruasi dan saat
selesai siklus menstruasi serta perdarahan menstruasi yang tidak seperti
biasanya. Perdarahan menstruasi mungkin menjadi lebih pendek atau
panjang, tidak keluarnya darah pada siklus menstruasi yang biasa, atau
siklus menstruasi yang berubah menjadi tidak teratur.
7. Terasa nyeri pada saat buang air kecil dan adanya konstipasi.
25
2.1.6 Patofisiologi
26
27
2.1.7 Dignosis
a. Anamnesis
b. Pemeriksaan fisik
c. Pemeriksaan penunjang/tambahan
2.1.8 Komplikasi
2) Perputaran Tangkai
30
yang segera.
2.1.9 Tatalaksana
a. Terapi Hormonal
b. Terapi Pembedahan/Operasi
31
Beberapa jenis metode yang dapat dilakukan untuk
menegakkan diagnosa antara lain:
a. Laparoskopi
b. Ultrasonografi
c. Foto Rontgen
d. Pemberian obat-obatan
3) Obat-obatan lainnya
e. Pemasangan infus
32
Pasien harus puasa pasca operasi hingga 24 jam pertama,
maka pemberian cairan perinfus harus cukup banyak dan
mengandung 24 elektrolit yang diperlukan tubuh. Cairan yang
digunakan biasanya dekstrose 5-10%, garam fisiologis, dan ranger
laktat (RL) secara bergantian dengan jumlah tetesan biasanya kira-
kira 20 tetes per menit.
e. Diet
1) Histerektomi
1) Observasi
34
disebut dengan kista fungsional yang mana pada setiap ovulasi telur
dilepaskan keluar ovarium dan terbentuklah kantung sisa tempat telur.
Kista ini biasanya akan mengkerut sendiri setelah 1-3 bulan. Oleh
karena itu, dokter biasanya akan meminta pasien untuk kembali
berkonsultasi setelah 3 bulan untuk meyakinkan apakah kistanya sudah
betul-betul mengalami penyusutan atau tidak.
2) Pemberian hormon
a. Mengkonsumsi banyak sayuran dan buah karena sayuran dan buah banyak
mengandung vitamin dan mineral yang mampu meningkatkan stamina tubuh.
35
BAB III
PEMBAHASA
N
36
BAB IV
PENUTU
P
3.1 Kesimpulan
37
DAFTAR PUSTAKA
1. Mingote MC, De GAM, Valentini AL, Gui B, Micc M, Ninivaggi V. Benign and
Suspicious Ovarian Masses — MR Imaging Criteria for Characterization. Pictorial Review J
Oncol. 2012:1–9.
4. Lee SI, Vr I, Si L. MRI, CT, and PET/CT for Ovarian Cancer Detection and Adnexal
Lesion Characterization. Am Roentgen Ray Soc.
5. Course R. From the RSNA Refresher Courses Imaging Evaluation of Ovarian Masses.
RadioGraphics. 20:1445–70.
7. Kortekaas KE, Pelikan HM. Hydrothorax, ascites and an abdominal mass: not always
signs of a malignancy - Three cases of Meigs’ syndrome. J Radiol Case Rep. 31;12(1):17-
26.
10. Wasnik AP, Menias CO, Platt JF, Lalchandani UR, Bedi DG, Elsayes KM.
Multimodality imaging of ovarian cystic lesions: Review with an imaging based algorithmic
approach. World J Radiol. 28;5(3):113-25.
38
LAMPIRAN
39
40
GG
41