TUBERCULOSIS PARU
Disusun oleh:
dr. Elja Mutia Sakilla
Dokter Pendamping:
dr. Bangbang Buhari
DAFTAR ISI.........................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iii
1.2 Anamnesis.................................................................................................4
1.5 Tatalaksana................................................................................................8
2.2 Definisi.....................................................................................................19
2.3 Patogenesis.............................................................................................19
2.8 Tatalaksana..............................................................................................25
2.9 Komplikasi...............................................................................................25
2.10 Prognosis.................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................28
i
DAFTAR GAMBAR
ii
DAFTAR TABEL
iii
BAB I
LAPORAN KASUS
TUBERCULOSIS PARU
Nama : Selviama, SE
Pekerjaan : Wiraswata
Status : Menikah
Agama : Islam
BB : 70 kg
TB : 160 cm
1.2 Anamnesis
Pasien datang ke IGD pada tanggal 14 Mei 2023 pukul 16:56 dengan
keluhan Nyeri pada paha kanan yang menjalar sampai ke betis sejak 1 minggu
Sebelum masuk rumah sakit (SMRS). Pasien juga mengatakan nyeri Ketika
berjalan, jika pasien berjalan pergelangan kaki kanan terasa nyeri menjalar sampai
ke paha keluhan pasien ini dirasakan memberat sejak dua hari ini dan muncul
sejak 1 minggu ini. Pasien mengatakan nyeri sampai mengganggu aktfitas. Deman
(-), Nyeri dada (-), Mual Muntah (-), Batuk (-), BAB dan BAK dalam batas
4
normal.
RPO : Obat yang diminum 1 Minggu yang lalu, Asam mefenamat, Ranitidine.
Status Generalis
Keadaan umum
Kesadaran : Kompos mentis
Tanda vital :
Tekanan darah : 170/78 mmHg
Nadi : 85 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36.0 C
SpO2 : 97% on RA
VAS : 7-8
5
Keadaan Spesifik
Kepala : dalam batas normal
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor
+3/+3, refleks cahaya (+/+)
Hidung : dalam batas normal
Telinga : dalam batas normal
Mulut : dalam batas normal
Leher : pembesaran kelenjar tiroid (-), JVP normal, tidak
ada pembesaran KGB
Dada :
Pulmo
o Inspeksi : pergerakan simetris, retraksi intercostal (-),
jaringan parut (-)
o Palpasi : fremitus taktil kiri = kanan, nyeri tekan (-),
o Perkusi : sonor
o Auskultasi : vesicular (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Cor
7
8
1.4 Diagnosis Banding
1. Deep Vein Thrombosis (DVT)
1.5 Tatalaksana
IGD
Loading RL 300 cc dilanjutkan 20 gtt/iv
Inj Omeprazole 40mg/iv
Inj Ketorolac 30mg/iv
S : Pasien mengeluhkan Nyeri paha kanan menjalar kebetis terutama saat berjalan (+).
O : Compos Mentis, TD: 150/ 75 mmHg, HR: 87x/i, RR: 20x/i, T: 36.0 C
.
SpO2 99%.
Pemeriksaan fisik :
Mata : anemis (-/-), ikterik (-/-)
Leher : limfadenopati (-)
Thorax : SP Vesikuler, ST : RH (-/-), WH (-/-)
Abdomen : Soepel, Splenomegali (-), Peristaltik (+) normal
Ekstremitas atas : Normal
Ekstremitas inferior : oede (+/+)
A : Celullitis
P : Rawat inap
- Tirah baring
- Ivfd RL 20 gtt/i
- Inj Omeprazolet 40mg/iv
- Inj Ketoroloc 30mg/iv
- Fentanyl 2cc/ jam K/P
9
- Rencana venoplasty pukul 15.00 >> moderate risk
10
Follow Up Ruang Ward 5 west ( dr. Brema Suranta, Sp.BTKV )
16 Mei 2023
S : Pasien mengeluhkan Nyeri paha kanan menjalar kebetis terutama saat berjalan sudah
berkurang (+)
O : Compos Mentis, TD: 100/ 61 mmHg, HR: 71x/i, RR: 20x/i, T: 36.4 C
.
SpO2 98%.
Pemeriksaan fisik :
Mata : anemis (-/-), ikterik (-/-)
Leher : limfadenopati (-)
Thorax : SP Vesikuler, ST : RH (-/-), WH (-/-)
Abdomen : Soepel, Splenomegali (-), Peristaltik (+) normal
Ekstremitas atas : Normal
Ekstremitas inferior : oedem (+)
eritem (+)
A : Celullitis
P : Rawat inap
- Tirah baring Post Angioplasty
- Ivfd RL 20 gtt/i
- Inj Omeprazolet 40mg/iv
- Inj Ketoroloc 30mg/iv
- Warfarin 1x3mg
- Gabapentin 3x300mg
11
- R/ Pasien sudah dapat makan dan minum
12
Follow Up Ruang Ward 5 west ( dr. Brema Suranta, Sp.BTKV )
17 Mei 2023
S : Pasien mengeluhkan Nyeri paha kanan menjalar kebetis terutama saat berjalan sudah
jauh sangat berkurang (+)
O : Compos Mentis, TD: 100/ 51 mmHg, HR: 71x/i, RR: 20x/i, T: 36.8 C
.
SpO2 99%.
Pemeriksaan fisik :
Mata : anemis (-/-), ikterik (-/-)
Leher : limfadenopati (-)
Thorax : SP Vesikuler, ST : RH (-/-), WH (-/-)
Abdomen : Soepel, Splenomegali (-), Peristaltik (+) normal
Ekstremitas atas : Normal
Ekstremitas inferior : oedem (-)
A : Celullitis
P : Rawat inap
- Tirah baring Post Angioplasty
- Ivfd RL 20 gtt/i
- Inj Omeprazolet 40mg/iv
- Inj Ketoroloc 30mg/iv
- Warfarin 1x3mg
- Gabapentin 3x300mg
13
14
15
16
Gambar 1.3 USG dan Hasil USG Upper/Lower abdomen
17
1.6 Follow up (02 april 2023 – 05 april 2023)
S : Sesak Napas Berkurang (+), Batuk darah (+) jauh berkurang. Mual (+) Muntah (-).
BAB dan BAk dalam batas normal.
O : Compos Mentis, TD: 110/70 mmHg, HR: 78x/i, RR: 22x/i, T: 36.1 C,
A : Tuberculosis Paru
P : Menjelaskan ke pasien dan keluarga menegenai hasil lab Usg upper/Lower abdomen,
SGOT/SGPT/anti hcv hbsag,bill total,alkalin phospathase,gamma gt.
- Tirah baring
- Ivfd Rl 10 gtt/i
O : Compos Mentis, TD: 104/ 74 mmHg, HR: 84x/i, RR: 22x/i, T: 37.0 C .
SpO2 100% on Nasal Canul 3 Lpm (k/p). Hemodinamik stabil dan
pasien tampak tenang.
18
Pemeriksaan fisik
Mata : anemis (-/-), ikterik (-/-)
Leher : limfadenopati (-)
Thorax : SP Vesikuler, ST : RH (-/-), WH (-/-)
Abdomen : Soepel, Splenomegali (-), Peristaltik (+) normal
Ekstremitas atas : Normal
Ekstremitas inferior : oedem (-/-)
19
A : Tuberculosis Paru
P : Rawat inap
- Tirah baring
- Ivfd RL 10 gtt/i
- Nabul Combivent 1 respul : 3 cc Nacl 0.9 %
- O2 Nasal Canul 3 Liter permenit
- Inj Ondansentron 4mg/iv
- Inj Streptomicin 1 gr/im Hari ke : 4
- Vitamin K 2mg/ml Injeksi 1ml
- Levofloxacin 500mg/100ml Infusion 200/ml
- Codein 20mg Tablet
- OAT 1x3 Tablet fase intensif ( Hari pertama )
- Hasil Konsultasi KGEH : Tidak ada masalah untuk meneruskan terapi OAT
- Lepas Rawat, tidak ada masalah dari penyakit dalam. LAnjutkan terapi OAT.
20
4. Tanggal 04 april 2023 (dr. Pantas Hasibuan, Sp.P.(K))
S : Sesak Napas Berkurang (+), Batuk darah (-) . Mual (-) Muntah (-).
BAB dan BAk dalam batas normal.
O : CM, Td: 100/68mmhg, Hr:69x/Mnt, Rr: 20x/Mnt, Temp: 36.6c, Spo2: 100% Nasal
Canul 3 Lpm (k/p).
Hasil Consultasi kgeh : Hepatomegali tidak menjadi halangan untuk pemberian OAT.
A : Tuberculosis Paru
p : Menjelaskan ke pasien dan keluarga mengenai keadaan pasien dan rencana pasien PBJ
pada tanggal 05 april 2023.
- Tirah baring
- Ivfd Rl 10 gtt/i
21
5. Tanggal 05 april 2023 (dr. Pantas Hasibuan, Sp.P.(K))
S : Sesak Napas (-), Batuk darah (-) . Mual (-) Muntah (-).
BAB dan BAk dalam batas normal.
O : CM, Td: 110/88mmhg, Hr:88 x/Mnt, Rr: 20x/Mnt, Temp: 36.6c, Spo2: 100%.
A : Tuberculosis Paru
22
KONTROL POLIKLINIK PARU 15 april 2023 (dr. Pantas Hasibuan, Sp.P.(K))
S : pasien mengeluhkan mual (+) semenjak minum obat TBC. Muntah(-), BAB dan BAK
(+) dbn.
O : Compos Mentis, TD: 120/ 70 mmHg, HR: 82x/i, RR: 20x/i, T: 36.3 C
Pemeriksaan fisik :
Mata : anemis (-/-), ikterik (-/-)
Thorax : SP Vesikuler, ST : RH (-/-), WH (-/-)
Abdomen : Soepel, Peristaltik (+) normal
Ekstremitas atas : normal
Ekstremitas inferior : oedem (-/-)
23
A : Tuberculosis Paru on OAT
p : medikamentosa
- OAT 42 Tablet Oral (14 Hari)
S : pasien hanya ingin mengambil obat OAT. Mual(-), Muntah (-), BAB dan BAK (+) dbn.
Pasien jauh lebih enak an.
O : Compos Mentis, TD: 118/ 69 mmHg, HR: 97x/i, RR: 20x/i, T: 36.6 C
Pemeriksaan fisik :
Mata : anemis (-/-), ikterik (-/-)
Thorax : SP Vesikuler, ST : RH (-/-), WH (-/-)
Abdomen : Soepel, Peristaltik (+) normal
Ekstremitas atas : normal
Ekstremitas inferior : oedem (-/-)
24
A : Tuberculosis Paru on OAT
p : medikamentosa
- OAT 90 Tablet Oral (30 Hari).
25
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penyakit tuberkulosis paru (TB paru) merupakan salah satu jenis penyakit menular
yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dimana seseorang dapat tertular
melalui percikan ludah (droplet) ketika penderita TB batuk, bersin, berbicara ataupun
meludah.1 Meskipun penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang dapat diobati, TB Paru
masih tetap menjadi masalah kesehatan global yang utama. 2
TB paru merupakan salah satu dari 10 penyebab kematian tertinggi di dunia. Menurut
Global TB Report ditemukan sekitar 10 juta jiwa penderita TB paru pada tahun 2019 tiap
tahunnya di dunia, dimana 90% diantaranya ditemukan pada usia dewasa yaitu laki-laki
sebanyak 5,4 juta orang dan perempuan sebanyak 3,2 juta orang. Indonesia merupakan salah
satu negara yang mempunyai beban TB paru terbesar diantara 5 negara di Asia yaitu India,
Indonesia, Cina, Philippina dan Pakistan.2 Pada tahun 2018 tercatat jumlah populasi yang
menderita TB paru di Indonesia sebesar 842.000 jiwa dari sekitar 252 juta penduduk
Indonesia. Papua merupakan provinsi dengan jumlah penderita TB paru terbanyak di
Indonesia dengan 302 kasus per 100.000 penduduk, kemudiaan diikuti Maluku 281 kasus per
100.000 penduduk. Di Sumatera Utara dijumpai 156 kasus per 100.000 penduduk.3,4 Menurut
Profil Kesehatan Sumatera Utara tahun 2018 ditemukan jumlah kasus TB paru sebanyak
26.418. Hal ini menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan kasus TB paru yang
ditemukan pada tahun 2017 yaitu sebanyak 15.715. Adapun jumlah kasus tertinggi di
Sumatera Utara dilaporkan terdapat di Kota Medan yaitu sebanyak 7.384 kasus.5
26
2.2 Definisi
2.3 Etiologi
Sumber penularan penyakit Tuberkulosis adalah penderita Tuberkulosis BTA positif
pada waktu batuk atau bersin. Penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet
(percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar
selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran
pernafasan. Setelah kuman Tuberkulosis masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan,
kuman Tuberkulosis tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya melalui sistem
peredaran darah, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya. Daya
penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari
parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut.
Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap
tidak menular. Seseorang terinfeksi Tuberkulosis ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam
udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
27
2.4 . Epidiomologi
Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2019 sebanyak 10 juta
orang penduduk dunia menderita penyakit TB Paru dan sebanyak 1,5 juta orang (15,62%)
meninggal dunia. Estimasi angka insiden yang menderita TB Paru adalah laki-laki 5,1 juta –
5,8 juta orang, perempuan 3 juta – 3,4 juta dan pada anak-anak 1 juta. Sebanyak 58% kasus
TB Paru yang baru berasal dari Asia Tenggara dan Wilayah Barat Pasifik.2
Tahun 2018 tercatat jumlah populasi yang menderita TB ialah sebesar 842.000
jiwa dari sekitar 252 juta penduduk Indonesia. Angka kematian TB Paru (Cause specific death
rate) di Indonesia adalah 41 kasus dari 100.000 penduduk. Menurut jenis kelamin kasus TB
Paru pada laki-laki 1,5 kali lebih tinggi dibandingkan pada perempuan. Menurut kelompok
umur, kasus TB Paru terbagi pada kelompok umur 25 – 34 tahun (20,76%), umur 45 – 54
tahun (19,57%) dan umur 35 – 44 tahun (19,24%).4
Faktor risiko terinfeksi TB paru meningkat pada orang yang sering mengadakan kontak
langsung dengan penderita TB paru, termasuk keluarga atau teman dekat dari penderita TB paru,
orang yang melakukan perjalanan ke daerah yang tinggi angka kejadian TB paru dan orang yang
bekerja di rumah sakit atau merawat penderita TB paru.19 Orang yang terpapar TB paru dan
terinfeksi adalah orang yang memiliki daya tahan tubuh atau imunitas yang rendah.20
2.5 Patogenesis
Mycobacterium tuberculosis masuk ke saluran pernapasan melalui udara (droplet) yang
mengandung basil tuberkel dari penderita TB Paru yang tidak menutup mulut saat bersin atau
batuk. Basil yang dapat masuk ke dalam alveolus dan menimbulkan infeksi. Pada tahap awal
sistem imunitas tubuh akan melalui proses pengenalan mikobakterium ini melalui APC
(Antigen Presenting Cell). Setelah itu, terjadilah reaksi antigen dan antibodi, dimana sistem
imun non-spesifik akan mengeluarkan polimorfonuklear untuk fagositosis bakteri ini. Antibodi
non-spesifik juga mengeluarkan makrofag untuk membantu proses fagositosis bakteri ini, dan
Mycobacterium tuberculosis masuk ke endosom makrofag di alveolus. Bakteri yang masuk ini
menghambat pematangan endosom sehingga terjadi gangguan pembentukan fagolisosom
untuk proses fagositosis yang lebih lanjut. Bakteri ini berkembang tanpa hambatan oleh
karena dinding sel yang tahan asam dan peptidoglikan pada dinding sel tersebut dapat
menghambat reaksi fagositosis. Setelah 3 minggu terjadinya proses peradangan, maka
terbentuklah suatu sistem imun yang spesifik yaitu sel-T/limfosit T. Limfosit T ini akan
28
berdiferensiasi menjadi sel T CD 4+ (sel T-helper) dan membantu proses pembentukan sel T
CD 8+ (sel T sitotoksik).
Sel T sitotoksik akan memfagosit makrofag dan sel yang terinfeksi bakteri ini,
sehingga timbul gambaran infiltrat pada paru. Saat sel T sitotoksik terbentuk, terbentuk pula
Th1 yang akan menghasilkan Interferon/IFN gamma dan TNF-beta. Interferon gamma akan
merekrut monosit yang berdiferensiasi menjadi histiosit dan epiteloid dan terjadilah respon
granulomatosa dimana jaringan granulasi ini menjadi lebih fibrotik, membentuk jaringan parut
kolagenosa yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul mengelilingi tuberkel agar tidak
menyebar, walaupun bakteri ini tetap dapat bereplikasi. Gambaran inilah yang disebut nekrosis
kaseosa/reaksi perkejuan. Ketika terjadi suatu proses peradangan, maka tubuh mengeluarkan
suatu mediator inflamasi salah satunya ialah histamin, sehingga terjadi rangsang kerja pada
goblet sel dan terjadi hipersekresi mukus yang menyebabkan batuk pada penderita. Tumor
Necrosis Factor (TNF-alfa) yang juga dihasilkan merupakan suatu pirogen endogen yang akan
merangsang prostaglandin dan menaikkan termostat regulator di hipotalamus sehingga suhu
tubuh naik ke patokan yang baru. Untuk reaksi menghasilkan panas tubuh, maka penderita
akan menggigil. Sedangkan untuk reaksi kompensasi pelepasan panas tubuh maka penderita
akan berkeringat.
29
Klasifikasi
lain-lain.
30
terakhir :
klinis.
pengobatan terakhir.
31
3. Klien yang diobati kembali setelah
diketahui.
pertama saja.
bersamaan.
32
minimal salah satu dari OAT lini
fenotipe.
Tanda dan gejala yang sering terjadi pada penyakit Tuberkulosis adalah:
1. Keluhan Utama
2. Keluhan Tambahan
33
H. Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit
2.8 Komplikasi
jantung.
a. Komplikasi dini
34
b. Komplikasi lanjut
stadium aktif.
35
berlubang dan fibrosa.
36
e) Histologi atau kultur jaringan
Mycobacterium tuberculosis.
nekrosis.
lanjut.
kerusakan paru.
TB.
37
k) Tes fungsi paru : VC menurun, dead
pleura.
2.10 Penatalaksanaan
Pengobatan TB terbagi menjadi tahap awal dan tahap lanjutan, pada tahap awal,
pengobatan diberikan setiap hari selama 2 bulan agar secara efektif menurunkan
jumlah kuman yang ada dalam tubuh pasien dan meminimalisir pengaruh dari
sebagian kecil kuman yang mungkin sudah resisten sejak sebelum pasien mendapatkan
pengobatan. Sedangkan pada tahap lanjutan untuk membunuh sisa kuman yang masih
ada dalam tubuh sehingga dapat sembuh dan mencegah terjadinya kekambuhan
(Kemenkes, 2014).
1. Paduan OAT
Paduan OAT yang digunakan oleh Pedoman Nasional Pengendalian
Tuberkulosis di Indonesia adalah (Kemenkes, 2014b):
a. Kategori 1
Pasien TB Paru dengan BTA positif dan merupakan kasus baru.
Pengobatan tahap awal diberikan 2 (HRZE) terdiri atas Isoniazid (H),
Rifampisin (R), Pirazinamid (Z), Etambutol (E) masing-masing 2 tablet
diberikan setiap hari selama 2 bulan. Pada tahap lanjutan diberikan
4(HR)3.
b. Kategori 2
Diberikan pada pasien kambuh, gagal terapi atau diobati kembali setelah
putus berobat (lost to follow-up). Tahap awal diberikan 2(HRZE)S atau
HRZE, dimana HRZE diberikan setiap hari selama 3 bulan dan S
diberikan hanya 2 bulan pertama. Bila sputum BTA masih positif maka
38
tahap awal dengan HRZE diteruskan lagi sela ma 1 bulan. Tahap lanjutan
diberikan 5(HR)3E3.
Jika pasien mematuhi konsumsi obat secara teratur dan menyelesaikan masa
pengobatan, prognosis pada pasien ini baik. Namun, jika pasien tidak menyelesaikan
pengobatan, kemungkinan dapat terjadi resistensi obat dan komplikasi berupa infeksi
sekunder dari Mycobacterium TB paru yang menyerang organ ekstrapulmonar seperti
tulang, otak, hepar dan ginjal, dimana infeksi pada organ-organ ini terjadi karena
penyebaran bakteri secara hematogen.17
39
40
Tabel 02. Efek Samping Berat
Efek Samping Kemungkinan obat Pengobatan
penyebab
BERAT/MAYOR
Ruam kulit dengan atau Streptomisin isoniazid Hentikan streptomisin
tanpa gatal Rifampisin pirazinamid
Tuli streptomisin Hentikan steptomisin
Pusing vertigo dan Streptomisin Hentikan steptomisin
Nistagmus
Ikterik tanpa penyakit Streptomisin, isoniazid, Hentikan OAT
hepar (hepatitis) rifampisin, pirazinamid
Bingung (curigai gagal hati Isoniazid, pirazinamid, Hentikan OAT
imbas obat bila terdapat rifampisin sebagian besar
ikterik) OAT
Gangguan penglihatan Etambutol Hentikan etambutol
(singkirkan penyebab
lainnya)
Syok, purpura, gagal ginjal Rifampisin Hentikan rifampisin
akut (sangat jarang terjadi,
akibat gangguan imunologi)
Oliguria Streptomisin Hentikan streptomisin
41
Efek Samping Kemungkinan obat Pengobatan
penyebab
42
RINGAN/MINOR Lanjutkan OAT dan cek dosis OAT
Anoreksia, mual, nyeri Pirazinamid, rifampisin, Berikan obat dengan bantuan
perut isoniazid sedikit makanan atau menelan OAT
sebelum tidur, dan sarankan untuk
menelan pil secara lambat dengan
sedikit air. Bila gejala menetap atau
memburuk, atau muntah
berkepanjangan atau terdapat tanda-
tanda perdarahan, pertimbangkan
kemungkinnan ETD mayor dan
rujuk ke dokter ahli segera
Nyeri sendi Isoniazid Aspirin atau obat anti inflamasi
non-steroid, atau paracetamol
Rasa terbakar, kebas atau Isoniazid Piridoksin 50-75 mg/hari
kesemutan di tangan dan
Kaki
Rasa mengantuk Isoniazid Obat dapat diberikan sebelum tidur
Air kemih berwarna rifampisin Pastikan pasien diberitahukan
kemerahan sebelum mulai minum obat dan bila
hal ini terjadi adalah normal
Sindrom flu (demam, Pemberian rifampisin Ubah pemberian rifampisin
menggigil, malaise, sakit intermiten intermiten menjadi setiap hari
kepala, nyeri tulang)
Sumber : (Kemenkes 2014)
43
BAB III
KESIMPULAN
TB paru merupakan penyakit infeksi yang sering menginfeksi paru-paru namun juga dapat
menyerang organ lain dari tubuh. Penyakit tuberkulosis paru (TB paru) merupakan salah satu jenis
penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dimana seseorang
dapat tertular melalui percikan ludah (droplet) ketika penderita TB batuk, bersin, berbicara atau
pun meludah. Prognosis pada pasien ini baik, jika pasien mematuhi konsumsi obat secara teratur
dan menyelesaikan masa pengobatan. Namun, jika pasien tidak menyelesaikan pengobatan,
kemungkinan dapat terjadi resistensi obat dan komplikasi berupa infeksi sekunder dari
Mycobacterium TB paru yang menyerang organ ekstrapulmonar seperti tulang, otak, hepar dan
ginjal, dimana infeksi pada organ-organ ini terjadi karena penyebaran bakteri secara hematogen.
DAFTAR PUSTAKA
45